Anda di halaman 1dari 101

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI), guru PAI memiliki peran yang sangat besar. Keberhasilan dalam
sebuah pembelajaran yang dikatakan bermutu tidak terlepas dari adanya
strategi pembelajaran. Sebab dalam mewujudkan suatu tujuan sebuah
keberhasilan tidak akan dapat berdiri sendiri tanpa adanya unsur-unsur lain
atas keberadannya.
Secara yuridis Peraturan Pemerintah (PP) No 19 Tahun 2005 tantang
Standar Nasional Pendidikan (SNP), yang merupakan kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah di Indonesia (pasal 1 Nomor 17
UU 20/2003 tentang Sisdiknas dan pasal 3 PP.19/2005 tentang SNP), dimana
SNP berfungsi sebagai dasar dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pendidikan pada setiap jenjang pendidikan untuk mewujudkan pendidikan
nasional yang bermutu, dan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional
dalam rangka mencerdaskan kehidupan negara dan membentuk peradaban
bangsa yang bemartabat.1
SNP merupakan standar yang harus dipenuhi oleh seluruh lembaga
pendidikan untuk menjamin kualitas pendidikan yang memadai bagi peserta
didik. SNP terdiri dari enam domain, yaitu:
1) Standar Kompetensi Lulusan
2) Standar Isi
3) Standar Proses
4) Standar Penilaian
5) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
6) Standar Sarana dan Prasarana.

1
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Pedoman Penyusunan Rencana
Kerja Sekolah/Madrasah Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.58
Implementasi SNP dilakukan dengan cara menyusun dan
mengembangkan dokumen rencana pengembangan sekolah (RPS) oleh
masing-masing lembaga pendidikan.
Secara Teologi Mutu Pendidikan ialah Konsep Pendidikan Islam
realisasi dari ajaran ihsan, yakni berbuat baik kepada semua pihak disebabkan
karena Allah telah berbuat baik kepada manusia dengan aneka nikmat-Nya,
dan dilarang berbuat kerusakan dalam bentuk apapun. Ihsan berasal dari kata
husn, yang artinya menunjuk pada kualitas sesuatu yang baik dan indah, yang
tertuang dalam surah Al-Qasas ayat 77.
ُ ‫ك ِمنَ ال= ُّد ْنيَا َواَحْ ِس= ْن َك َم=ٓا اَحْ َس=نَ هّٰللا‬ ِ َ‫س ن‬
َ َ‫ص ْيب‬ ‫وا ْبتَغ ف ْيمٓا ٰا ٰتى َ هّٰللا‬
َ ‫ك ُ ال َّدا َر ااْل ٰ ِخ َرةَ َواَل تَ ْن‬ َ ِ ِ َ
٧٧ َ‫ض ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل ي ُِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِد ْين‬
ِ ْ‫ك َواَل تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِى ااْل َر‬ َ ‫اِلَ ْي‬
)77 :28/‫( القصص‬
Terjemahannya:
“Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia.
Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Qs.Al-
Qasas :77)”.2
Maka dari ayat diatas, masuk dalam konteks mutu Pendidikan sesuatu
dikatakan bermutu jika memberikan kebaikan, baik kepada dirinya sendiri
(lembaga pendidikan itu sendiri), kepada orang lain (stakeholder dan
pelanggan).

Adapula dari ayat Al-Hujurat:6 yang berbunyi


‫ص =بِحُوْ ا= ع َٰلى‬
ْ ُ‫ص ْيبُوْ ا قَوْ ًمۢ=ا بِ َجهَالَ ٍة فَت‬ ٌ ۢ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ ْن َج ۤا َء ُك ْم فَا ِس‬
ِ ُ‫ق بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُ ْٓوا اَ ْن ت‬
)6 :49/‫الحجرت‬ ٰ ( ٦ َ‫َما فَ َع ْلتُ ْم ٰن ِد ِم ْين‬

2
Departemen Agama RI, Syaamil Al-Qur’an Terjemah Perkata(Bandung:Sygma,2019),77.
2
Terjemahannya:
“Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang
kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu
tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat
kamu menyesali perbuatanmu itu (Al-Hujurat:6)”.3

Sebagai langkah awal, pemerintah melakukan evaluasi terhadap sistem


pendidikan di Indonesia dan menemukan beberapa masalah yang perlu
diperbaiki. Beberapa masalah tersebut antara lain adalah rendahnya
kemampuan guru dalam mengajar, minimnya fasilitas pendidikan yang
memadai, serta belum adanya standar nasional untuk mendukung kualitas
pendidikan.
Secara Yuridis Pada prinsipnya pemerintah telah melakukann
berbagai upaya untuk kmeningkatkan kualitass pendidikan di Indonesia.
Pernyataan ini dituangkan dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang otonomi
daerah yang memberikan konsekuensi kewenangan daerah termasuk bidang
pendidikan. Melalui otonomi daerah, pemerintah daerah berupaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan di wilayahnya dengan berbagai komponen
pendukungnya. 4
Secara Empiris, mutu Pendidikan Pada skala global, World Bank
dalam laporannya menunjukkan bahwa masih banyak negara-negara di dunia
yang memiliki mutu pendidikan rendah. Meski beberapa negara telah
mencapai kemajuan dalam pendidikan, ada banyak negara lain yang masih
harus bekerja keras untuk memperbaiki mutu pendidikan mereka.

Pada skala nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


(Kemendikbud) setiap tahunnya merilis data tentang Indeks Pembangunan
Pendidikan Indonesia (IPPI), yang mengukur mutu pendidikan di Indonesia.
Meskipun terdapat peningkatan yang signifikan dalam beberapa aspek seperti
partisipasi dan akses pendidikan, masih terdapat permasalahan dalam hal

3
Departemen Agama RI, Syaamil Al-Qur’an Terjemah Perkata (Bandung:Sygma,2019),6.
4
Edi Harapan, Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan,
Palembang:Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang, Vol.6,No.1, Januari-Juni 2021, 1
3
mutu pendidikan seperti rendahnya kemampuan membaca dan menulis siswa.
Di lapangan, seringkali ditemukan masalah-masalah dalam
pelaksanaan pembelajaran, seperti minimnya fasilitas dan sumber daya yang
memadai, kurangnya kualitas pengajar, serta minimnya inovasi dalam metode
pembelajaran. Masalah-masalah ini dapat memengaruhi mutu pendidikan di
sebuah sekolah atau lembaga pendidikan.
Selain itu, masih terdapat kesenjangan mutu pendidikan antara kota
dan pedesaan, antara daerah perkotaan dan daerah terpencil, antara sekolah
negeri dan sekolah swasta, dan antara daerah yang berkembang dan yang
tidak berkembang.
Namun, perlu diingat bahwa data empiris mengenai mutu pendidikan
dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu,
diperlukan upaya-upaya lebih lanjut untuk memperbaiki mutu pendidikan di
setiap daerah secara khusus.5
SMA Plus Melati Samarinda merupakan sekolah swasta yang
memiliki fasilitas memadai untuk menunjang pembelajaran dan aktifitas
Pendidikan lainnya. Sekolah memfasilitasi baik secara akadmeik maupun non
akademik siswa untuk dapat mengembangkan minat, bakat serta potensi yang
dimiliki setiap siswanya. Selain itu SMA Plus Melati juga merupakan sekolah
swasta yang memiliki program berasrama, dimana orangtua yang ingin
anaknya belajar mandiri serta belajar full dilingkungan Pendidikan dapat
mengikuti program asrama yang telah difasilitasi oleh pihak Yayasan Melati.
Namun program ini merupakan program pilihan dimana orang tua juga boleh
tidak memasukan anaknya ke asrama dengan syarat masuk pada zonasi
wilayah sekolah.
Beberapa komponen pendukungnya yaitu staf tata usaha adminitrasi,
staf teknis pendidikan terdiri dari kepala sekolah, guru, dan siswa serta
manajemen pembiayaan termasuk peran komite sekolah dalam proses
percepatan kemajuan sekolah terutama kelengkapan fasilitas. Komponen-
5.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Indeks Pembangunan Pendidikan Indonesia
(IPPI). (2020).96

4
komponen itulah yang akan menentukan output pendidikan bermutu yang
terlihat dari banyaknya lulusan (peserta didik) yang mempunyai kompetensi
sesuai yang diharapkan. Outcome pendidikann akan bermutu jika lulusan
(peserta didik) mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
dan banyak terserap pada dunia usaha.
Mutu pendidikan adalah suatu konsep yang mencakup keseluruhan
kualitas atau standar suatu sistem pendidikan. Mutu pendidikan meliputi
berbagai aspek, seperti sumber daya manusia, kurikulum, metode pengajaran,
sarana dan prasarana, serta hasil belajar siswa. Mutu pendidikan dipandang
sebagai sebuah indikator penting untuk menentukan sejauh mana suatu sistem
pendidikan dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat, serta
mempersiapkan generasi muda untuk memasuki dunia kerja dan masyarakat
yang semakin kompleks dan dinamis.
Mutu pendidikan dapat diukur melalui berbagai macam indikator,
seperti tingkat kelulusan siswa, prestasi akademik, kepuasan siswa dan orang
tua, dan kualitas tenaga pendidik. Upaya meningkatkan mutu pendidikan
dilakukan melalui berbagai kebijakan dan program, termasuk pengembangan
kurikulum yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja,
pemberian pelatihan dan pengembangan profesionalisme bagi guru dan staf
pendidikan, serta penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk
mendukung pembelajaran.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah telah melakukan
berbagai program seperti pelatihan bagi guru agar memiliki kompetensi yang
lebih baik dalam mengajar, membuka akses pada program beasiswa siswa
agar dapat melanjutkan kuliah di luar negeri atau di perguruan tinggi
unggulan di Indonesia dan memberikan bantuan perlengkapan sekolah untuk
meningkatkan fisilitas pembelajaran. Namun demikian, meski sudah banyak
upaya dilakukan oleh pemerintah namun masih saja terdapat kendala-kendala
seperti kurangnya partisipasi masyarakat terhadap dunia pendidikan dan
belum terealisasinya konsep kesetaraan hingga ke daerah-daerah pedalaman.
keteladanan guru merupakan suatu yang patut ditiru oleh peserta didik
5
yang ada pada gurunya, guru di sini juga dapat disebut sebagai subjek teladan
atau orang yang diteladani oleh peserta didik. Maka menjadi teladan
merupakan bagian dari seorang guru, sehingga menjadi guru berarti
menerima tanggung jawab untuk menjadi teladan. Tentu saja pribadi dan apa
yang dilakukan guru akan mendapat sorotan oleh siswa dan orang di sekitar
lingkungannya, maka dari itu guru harus menunjukkan teladan terbaik dan
moral yang sempurna.6
Sepengaruh dengan ini Allah SWT berfirman:
‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُكم في رسُوْ ل هّٰللا اُسْوةٌ حسنَةٌ لِّم ْن َكانَ يرْ ُج==وا هّٰللا و ْالي==وْ م ااْل ٰ خ= ر و َذ َك==ر هّٰللا‬
َ َ َ َ ِ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ِ ِ َ ْ ِ ْ
)21 :33/‫ ( االحزاب‬٢١ ‫َكثِ ْير ًۗا‬
Terjemahannya:
“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang
baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.
(Al-Ahzab/33:21)”.7
Ayat di atas jelas bahwa kehidupan Nabi Muhammad adalah contoh
sempurna bagi kehidupan umat manusia. Tetapi, rahmat (keuntungan) yang
seutuhnya hanya untuk mereka yang kecintaannya kepada Tuhan begitu
besar, yang harapan dan aspirasinya terpusat semata-mata kepada yang maha
Kuasa . hanya pada-Nya menggantungkan harapan untuk kebahagiaan akhirat
dan benar-benar merindukan-Nya di segenap pori-pori tubuh yang mampu
mencontoh kehidupan Nabi.8
Sejak tahun 1990-an bahwa nilai-nilai moralitas sudah terjadi
pemerosotan tajam penyebabnya ialah arus globalisasi yang semakin
berkembang, sehingga menimbulkan nilai-nilai kehidupan masyarakat tanpa
adanya sensor yang lebih ketat. Dengan kata lain, sejak itu pula telah terjadi
proses pelonggaran terhadap nilai-nilai etika dan moral. Di tengah-tengah hal
ini juga proses degradasi tersebut justru negara ini mengalami kesulitan untuk
membendung karena kesulitan untuk menemukan keteladanan yang bisa

6
Abdullah Munir, Spritual Teaching (Yogyakarta : Pustaka Insan Madani, 2006), 6.
7
Departemen Agama RI, Syaamil Al-Qur’an Terjemah Perkata(Bandung:Sygma,2019),77.
8
Maulana Wahiduddin Khan, Muhammad Nabi Untuk Semua, ( Jakarta: Pustaka Alvabet,
2016), 61.
6
dijadikan sebagai panutan bersama.
Disisi lain memang rasanya sulit untuk membendung arus globalisasi
yang demikian pesat. Oleh sebab itu hadirnya tenaga pendidik yang mampu
yang dapat menjalankan fungsinya untuk mengelimir arus globalisasi.
Keteladanan menjadi sangat penting sebab keteladanan yang telah
diberikan oleh guru sangat efektif dan meningkatkan kedisiplinan siswa.9
Guru sebagai seorang pendidik tentunya dapat memberikan keteladanan
melalui berbagai contoh-contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur
kata sopan santun, kasih sayang, perhatian terhadap siswa, jujur serta
menjaga kebersihan.10
Pada saat di sekolah siswa dapat berinteraksi dengan para guru yang
mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan dalam bentuk perkataan maupun
perbuatan para guru yang didengar dan dilihat oleh siswa cenderung akan
ditiru atau dicontoh oleh siswa. Secara teori sebagian besar tingkah laku
manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah
laku.11 Oleh sebab itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu
yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri, dan disiplin, karena guru
merupakan seorang tokoh yang mempengaruhi diri dan pribadi siswanya
baik didalam sekolah maupun diluar sekolah.12
Lembaga Pendidikan Sekolah ialah suatu upaya yang berfungsi untuk
meningkatkan dan menjadikan individu yang berkualitas, sama halnya
dengan negara yang dihormati dan diperhitungkan oleh negara lainnya.
Individu yang berkualitas merupakan individu yang terinformasi, individu
yang dapat melatih wawasannya dalam kegiatan yang berharga dan dapat
hidup serta bijak dalam semua bagian kehidupannya, keluarga, sosial, publik,
9
Wessy Rosesti, “Pembinaan Disiplin Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Kecamatan
Koto Baru Kabupaten Dharmasraya,” Bahana Manajemen Pendidikan 2, no.1 (Juni 2014), 3
10
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi (Bandung:Alfabeta,
2012), 92.
11
Adang Hambali dan Ujam jaenudin. Psikologi Kepribadian Lanjutan (studi atas teori
dan Tokoh Psikologi Kepribadian), Bandung: Pustaka Setia, 2013. 158.
12
Imam Wahyudi, Mengejar Profesionalisme Guru Strategi Praktis Mewujudkan Citra
Guru Profesional (Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2012), 47.
7
serta bernegara.
Pembelajaran di Indonesia tidak hanya berfokus pada intelligensi
semata tapi juga harus menitik beratkan pada nilai-nilai karakter peserta didik
dan pembentukan kulture sekolah sebagai bagian dari persepektif pendidikan
karakter, tetapi pada kenyataanya di lingkungan fungsi dari pendidikan
karakter yang direncanakan dalam pendidikan nasional masih kurang
terealisasikan secara maksimal.
Untuk mengarah pada peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam
(PAI) harus didukung oleh berbagai pihak yang bertanggungjawab dalam
perencanaan dan pelaksanaan Pendidikan. Guru merupakan elemen pokok
dalam menciptakan dan mencetak siswa yang berkualitas dalam belajar
Pendidikan Agama Islam (PAI). Guru harus memiliki karakter profesional,
disiplin tinggi, gigih serta mampu membimbing siswa. 13
Berkembangnya teknologi dunia Pendidikan juga mengalami
perubahan yang drastis pesat. Tentunya hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya kesadaran masyarakat bahwa Pendidikan menjadi suatu unsur
pendorong tumbuh dan berkembangnya suatu bangsa. 14
Majunya teknologi
tentunya terbarengi dengan maraknya pemerosotan moral serta akhlak di
dunia Pendidikan. Hal ini tentu menjadi perhatian khusus bagi guru dan
orang tua agar selalu menanamkan nilai-nilai agama sejak dini. Keteladanan
seorang guru tentunya menjadi pusat perhatian yang sangat penting dalam
membentuk karakter siswa.
Selain itu SMA Plus Melati Samarinda masih terdapat kekurangan
serta kelebihan, misalnya pada kekurangan sekolah yaitu minimnya siswa
yang dimiliki setiap tahunnya, walaupun demikian hal ini menjadi perhatian
sekolah untuk dapat melakukan peningkatan mutu Pendidikan, meski
terbilang memiliki fasilitas yang memadai namun hal-hal seperti pemberian
materi, promosi serta lainnya akan menjadi perhatian khusus.
Dari latar belakang inilah menjadi acuan peneliti tertarik untuk
13
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan dalam Undang-undang
Sisdiknas, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2023), 34.
14
Ahmad Zain, Sarnoto, Dinamika Pendidikan Islam, Vol.1.1st ed, Jakarta: PTIQ Press. 27.
8
mengangkat judul “Pengaruh Mutu Pendidikan dan Keteladanan Guru
Terhadap Proses Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA
Plus Melati Samarinda”. Agar mengetahui bagaimana keterkaitan antara
suatu Mutu Pendidikan dan keteladanan guru terhadap proses belajar
Pendidikan Agama Islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah ini dapat


dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian yaitu:

1) Apakah terdapat pengaruh mutu pendidikan terhadap Proses Belajar


Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus Melati
Samarinda?

2) Apakah terdapat pengaruh keteladanan guru terhadap Proses Belajar


Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus Melati
Samarinda?

3) Apakah terdapat pengaruh mutu pendidikan dan keteladanan guru


terhadap Proses Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMA Plus Melati Samarinda?

C. Batasan Masalah/Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mengurangi perlebaran pembahasan serta tidak


signifikannya pembahasan yang akan di sampaikan serta diteliti, maka
peneliti membuat Batasan masalah/ruang lingkup penelitian untuk
memudahkan serta memberikan klasifikasi secara jelas dan terperinci agar
dapat difahami. Maka dapat diidentifikasikan bahwa Mutu Pendidikan dan
Keteladanan Guru Terhadap Proses Belajar Siswa di SMA Plus Melati
Samarinda, dari beberapa aspek antara lain:

1) Pemenuhan pengetahuan kepada siswa


9
2) pemberian kebutuhan Pendidikan yang efektif (pemenuhan
sarana/prasarana)

3) memberikan contoh yang sesuai dengan apa yang disampaikan.

4) Penanaman moral untuk diterapkan di lingkungan masyarakat.

5) Menjadikan peserta didik memiliki kapasitas ilmu Pendidikan yang


berkualitas, serta mampu menyeimbangkan ilmu dengan akhlak yang
baik, sehingga menjadi manusia insan kamil.

Tabel 1.1

Batasan Masalah

No. Sub Masalah Batasan Masalah/Ruang


Lingkup

1. Pengaruh mutu 1. Pemenuhan pengetahuan


pendidikan terhadap kepada siswa
Proses Belajar
2. pemberian kebutuhan
Pendidikan Agama
Pendidikan yang efektif
Islam di SMA Plus
(pemenuhan
Melati Samarinda
sarana/prasarana)

2. Pengaruh keteladanan 1. memberikan contoh


guru terhadap Proses yang sesuai dengan apa
Belajar Pendidikan yang disampaikan.
Agama Islam di SMA
2. Penanaman moral untuk
Plus Melati Samarinda
diterapkan di lingkungan
masyarakat.

3. Pengaruh mutu 1. Menjadikan peserta


pendidikan dan didik memiliki kapasitas
keteladanan guru ilmu Pendidikan yang
terhadap Proses berkualitas, serta mampu

10
Belajar Pendidikan menyeimbangkan ilmu
Agama Islam di SMA dengan akhlak yang
Plus Melati Samarinda baik, sehingga menjadi
manusia insan kamil.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian


ini adalah untuk mengetahui:

1. Untuk menganalisis pengaruh mutu pendidikan terhadap Proses


Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus Melati
Samarinda.

2. Untuk menganalisis pengaruh keteladanan guru terhadap Proses


Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus Melati
Samarinda

3. Untuk menganalisis pengaruh mutu pendidikan dan keteladanan guru


terhadap Proses Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMA Plus Melati Samarinda.

E. Signifikansi Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini tentunya dapat digunakan pada Lembaga sebagai
bentuk sumbangan pemikiran dalam meningkatkan kualitas belajar
siswa/siswi dalam peningkatan Mutu Pendidikan terhadap
Keteladanan seorang guru serta pembeharuan inovasi pada proses
belajar Pendidikan Agama Islam.
Bagi pembaca, tentunya penelitian ini sebagai bahan
pertimbangan dan bahan sarana dalam usaha meningkatkan kualitas
11
mutu Pendidikan juga menerapkan pentingnya suatu keteladanan guru
Pendidikan Agama Islam dalam penerapan kehidupan sehari-hari
2. Secara Praktis
a. Bagi Penulis
Setelah dilakukannya penelitian dan pengkajian, penulis
tentunya dapat menambah pengalaman serta wawasan pengetahuan
untuk meningkatkan mutu Pendidikan serta keteladanan guru pada
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus Melati
Samarinda
b. Bagi Guru
Bagi guru penelitian ini tentunya dapat dijadikan sebagai
masukan serta dapat menjadi sumber informasi untuk peningkatan
mutu Pendidikan serta menjadi bahan tentang ketaladanan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMA Plus Melati Samarinda.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran judul di
penelitian ini, peneliti memberikan penegasan dan penjelasan istilah, sebagai
berikut:
1. Mutu Pendidikan
Mutu Pendidikan merupakan keunggulan suatu produk baik
berupa barang maupun jasa yang memuaskan, memenuhi keinginan
pelanggan, dan kebutuhan pelanggan. Melainkan dalam konteks
Pendidikan pengertian mutu Pendidikan dalam hal ini mengacu pada
proses Pendidikan dan hasil Pendidikan yang berkualitas, Adapun
indikator yang mencakup mutu pendidikan antara lain. input, proses
dan output Pendidikan.
1) Input: Merupakan faktor-faktor yang terkait dengan kondisi
awal siswa dan lingkungan belajar. Faktor-faktor ini mencakup
hal-hal seperti kualitas guru, sarana dan prasarana, kurikulum,
dan kebijakan pendidikan.
2) Proses: Merupakan aktivitas yang dilakukan oleh guru dan
12
siswa dalam proses pembelajaran. Aspek ini mencakup hal-hal
seperti metode pengajaran, interaksi antara guru dan siswa,
evaluasi pembelajaran, dan sebagainya.
3) Output: Merupakan hasil atau capaian yang dicapai oleh siswa
setelah menyelesaikan proses pembelajaran. Aspek ini
mencakup hal-hal seperti pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan nilai yang dimiliki oleh siswa setelah menyelesaikan
proses pembelajaran.
Dengan memperhatikan ketiga aspek tersebut, dapat diukur
seberapa baik kualitas pendidikan yang diberikan oleh suatu institusi
pendidikan. Dalam meningkatkan mutu pendidikan, diperlukan
perbaikan pada ketiga aspek tersebut.15
2. Keteladanan Guru
Keteladanan dalam Bahasa Arab lebih identik dengan kata Uswah
dan Qudwah. Uswah dibentuk dari huruf-huruf hanzah, sin, dan waw.
Setiap kata memiliki persamaan makna yaitu pengobatan dan perbaikan.
Terlihat lebih universal. Al-uswah berarti keteladanan apabila seorang
manusia mengikuti manusia lain, apakah dalam kebaikan kejelekan,
kejahatan atau kemurtadan.16
Dalam KBBI dijelaskan bahwa keteladanan ialah dasar kata
“teladan” yaitu suatu hal yang dapat ditirukan dan dicontoh. Maka dari
itu keteladanan merupakan sesuatu yang dapat ditiru dan dicontoh oleh
orang lain. Dalam dunia Pendidikan keteladanan menjadi bagian dari
metode yang cocok dan efektif untuk membentuk karakter anak secara
moral, spiritual dan social. Sebab guru merupakan contoh ideal dalam
pandangan siswa, sikap sopan santunnya akan ditiru, semua keteladanan
itu akan melekat pada dirinya, baik itu yang diucapkan, perbuatan,
material, inderawi maupun spiritual seorang guru.17
15
Nasution, M. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan di Indonesia.
Jurnal Ilmu Pendidikan, (2014). 20(1), 11-23.
16
Halid Hanafi, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018). 45
17
Syaepul Manan, Pembinaan akhlak melalui keteladanan dan pembiasaan, Jurnal
Pendidikan Agama Islam – Ta’lim, 15.1 (2017).
13
Indikator keteladanan guru dapat mencakup beberapa hal, di
antaranya:
a. Integritas: Guru yang memiliki integritas akan memperlihatkan
kejujuran, keberanian, dan kesetiaan pada nilai-nilai yang dianut. Hal
ini dapat ditunjukkan dengan cara guru selalu berbicara dan
bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut.
b. Disiplin: Guru yang disiplin akan menunjukkan keteladanan dalam
hal kedisiplinan. Guru tersebut akan selalu tepat waktu,
mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, serta menjalankan
tugasnya dengan sungguh-sungguh.
c. Kepedulian: Guru yang peduli akan menunjukkan rasa perhatian
pada siswa dan lingkungan sekitar. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
cara guru selalu mendengarkan dan memperhatikan kebutuhan siswa
serta berusaha membantu mereka ketika membutuhkan.
d. Komunikasi: Guru yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik
akan memperlihatkan keteladanan dalam hal ini. Guru tersebut akan
mampu menjelaskan konsep dengan jelas dan mudah dipahami serta
mampu mendengarkan dengan baik ketika siswa mengutarakan
pendapatnya.

e. Kerja sama: Guru yang mampu bekerja sama dengan baik dengan
siswa, rekan kerja, dan orang lain di sekitarnya akan memperlihatkan
keteladanan dalam hal ini. Hal ini dapat ditunjukkan dengan cara
guru selalu siap bekerja sama dan membantu orang lain ketika
diperlukan.18
Untuk mencapai sebuah pembelajaran yang sesuai dengan
harapan maka seorang guru haruslah memiliki keteladanan yang baik
serta mampu membawa peserta didik kepada arah dan perilaku-perilaku
yang tidak mengarah pada pemerosotan akhlak.

18
Tarigan, E. (2018). Indikator Keteladanan Guru dalam Perspektif Islam. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Islam, 4(1), 8.
14
3. Proses Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI)
Proses belajar mata pelajaran PAI merupakan suatu proses
pembelajaran mental dan emosional serta berfikir dan merasakan.
Seorang peserta didik dikatakan melakukan pembelajaran apabila pikiran
dan perasaan aktif. Peserta didik diharapkan terlatih pada pembiasaan
dalam pencegahan masalah serta terbiasa pada penggunaan empati
beserta logikannya. Sebab itu dapat disimpulkan pembelajaran bisa
dimana saja tidak hanya terkurung di dalam kelas yang bersifat formal,
terbatas waktu maupun tempat dan kaku.
Proses belajar ialah suatu proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar
mengajar. Proses belajar juga dapat dikatakan memberikan bimbingan
atau bantuan kepada peserta didik.
Peran dari guru sebagai pembimbing bertolak dari banyaknya
peserta didik yang bermasalah, dalam belajar tentunya banyak perbedaan,
seperti adanya peserta didik yang dapat mencerna materi pelajaran
dengan cepat, ada pula peserta didik yang memahami pembelajaran
secara lambat. Tentunya keduanya menyebabkan guru harus mampu
mengatur strategi dalam pembelajaran yang sesuai dengan keadaan setiap
peserta didik.

Indikator proses belajar siswa mencakup beberapa hal, di


antaranya:
a. Keterlibatan: Siswa yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran
akan menunjukkan ketertarikan, keaktifan, dan kecintaan pada
mata pelajaran yang dipelajari. Hal ini dapat dilihat dari interaksi
siswa dengan guru dan teman-temannya, serta partisipasi siswa
dalam kelas.
b. Pemahaman: Siswa yang memahami materi pembelajaran dengan
baik akan menunjukkan kemampuan untuk menjelaskan dan
15
mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajari. Hal ini dapat
dilihat dari cara siswa menjawab pertanyaan dan melakukan tugas
yang diberikan oleh guru.
c. Kreativitas: Siswa yang kreatif akan menunjukkan kemampuan
untuk berpikir kritis, mengembangkan ide-ide baru, dan
menciptakan solusi-solusi yang kreatif dalam menghadapi masalah.
Hal ini dapat dilihat dari tugas-tugas yang diberikan oleh guru,
seperti membuat presentasi, menulis esai, atau membuat proyek.
d. Kolaborasi: Siswa yang mampu bekerja sama dengan baik dengan
teman-temannya akan menunjukkan kemampuan untuk
berkomunikasi, bernegosiasi, dan bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan kelompok dan
proyek bersama yang diberikan oleh guru.
e. Kemandirian: Siswa yang mandiri akan menunjukkan kemampuan
untuk mengambil inisiatif dan tanggung jawab dalam belajar. Hal
ini dapat dilihat dari cara siswa memanfaatkan sumber belajar,
mengatur waktu belajar, dan menyelesaikan tugas-tugas dengan
tepat waktu.19
f. Dalam proses belajar siswa, guru merupakan sebuah sumber
pengetahuan yang dapan memberikan pemahaman bagi beserta
didik tentang berbagai pengetahuan baik secara akademis maupun
non akademis
G. Kajian Pustaka
Kaitannya dengan judul yang diangkat, maka penulis berusaha untuk
mencari kajian terdahulu sebagai tinjauan Pustaka yang berkaitan dengan
objek pembahasan. Penulis mengambil beberapa pendapat sebagai refrensi.
Sebagaimana pada hasil dibawah ini:
M. Hidayatullah “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam Pada Masa Pandemi di

19
A. Rifqi Amin, Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi
Umum, (Yogyakarta:CV Budi Utama, 2014), 76
16
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Jenggawah Tahun Ajaran 2020/2021”.
Peneltian terdahulu ini hanya mengunakan data kualitatif. Persamaan
mengunakan Mutu Pendidikan.20
Syahrir Malle, “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Meningkatkan Akhlak Mulia Peserta Didik SD Inpres Unggulan BTN
PEMDA Makassar Tahun 2012”. Peneliti terdahulu ini hanya menggunakan
data kualitatif peran guru sedangkan persamaan pembentukan akhlak mulia.21
Sayuti Hamdani, “Implementasi Otonomi Manajemen Berbasis
Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Tahun 2016”. Peneliti
sebelumnya menggunakan penelitian kualitatif non eksperimen. Persamaan
penelitian ini membahas mutu Pendidikan.22
Penelitian tentang Pengaruh Keteladanan terhadap Kedisiplinan Siswa
di MTs Miftahul Huda Lehan. Telah dilakukan oleh Maharani Muzdalifah.
Dalam penelitiannya Maharani mengambil sampel pada peserta didik
tingkatan MTs. Adapun persamaannya yaitu mengambil keteladanan dan
menggunakan analisis data kuantitatif.23
Selanjutnya peneliti yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Solehah Muchlas dengan judul “Strategi Guru PAI Dalam Meningkatkan
Mutu Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri
10 Samarinda” pada penelitian tersebut berfokus pada strategi guru PAI
dalam peningkatan Mutu Pembelajaran.24
Mencermati pada uraian diatas, maka secara umum terjadi relevan
antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang, namun secara khusus

20
M.Hidayatullah, Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Agama Islam Pada Masa Pandemi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Jenggawah Tahun Ajaran 2020/2021,(UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember,2022)1
21
Syahrir Malle, “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlak
Mulia Peserta Didik SD Inpres Unggulan BTN PEMDA Makassar”(Universitas Alauddin
Makassar, 2012)1
22
Sayuti Hamdani, “Implementasi Otonomi Manajemen Berbasis Sekolah dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan”(UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2016)1
23
Maharani Muzdalifah,” Pengaruh Keteladanan terhadap Kedisiplinan Siswa di MTs
Miftahul Huda Lehan”(IAIN Metro Lampung,2020)1
24
Solehah Muchlas, Strategi Guru PAI Dalam Meningkatkan Mutu Proses Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 10 Samarinda, (Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang, 2019) 1
17
berbeda karena hanya berupa konsep tentang Mutu itu sendiri. Sedangkan
yang peneliti bahas dalam penelitian praktis tersebut ialah Pengaruh Mutu
Pendidikan terhadap Keteladanan Guru dan Proses Belajar Mengajar Guru
Pendidikan Agama Islam.

H. Sistematika Penulisan
Mempermudah pembahasan dalam memahami secara keseluruhan
penelitian ini dan penulisan yang sesuai dengan kaidah penulisan Universitas
Islam Negeri Sultan Muhammad Idris Samarinda (UINSI), maka sistem
penulisan pada penelitian, disusun sebagai berikut:
1. Bab Pertama Pendahuluan terdiri atas latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, signifikansi/manfaat penelitian, kajian
pustaka, sistematika penulisan.
2. Bab Kedua Landasan Teori yang terdiri atas mutu pendidikan,
keteladanan guru dan proses belajar mengajar PAI
3. Bab Ketiga Metode Penelitian yang terdiri atas jenis penelitian,
pendekatan, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel,
18
persyaratan analisis, uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, uji
analisis regresi linier berganda, uji hipotesis.

4. Bab Keempat hasil penelitian berisi deskripsi lokasi penelitian dan


penyajian data.
5. Bab Kelima berisikan analisis dan pembahasan.
6. Bab Keenam penutup terdiri dari kesimpulan, implikasi penelitian, saran
dan rekomendasi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Mutu Pendidikan
1. Pengertian Mutu Pendidikan
Mutu merupakan ukuran baik buruk suatu benda, kadar, taraf
atau derajat (kepandaian, kecerdasan dan sebagainya). Mutu juga
dapat diartikan sebagai ‘quality’, atau juga disebut ‘Juudah’.25
Konsep mutu mengandung pengertian makna derajat (tingkat)
keunggulan suatu produk (hasil/kerja/strategi) baik berupa barang

25
Faisal Mubarak, Faktor dan Indikator Mutu Pendidikan Islam vol I (Banjarmasin: IAIN
Antasari, 2017), 14.
19
ataupun jasa.26 Sedangkan dalam konteks Pendidikan, apabila
seseorang mengatakan sekolah tersebut bermutu, maka dapat
dimaknai sebagai lulusannya baik, gurunya baik, dan lain
sebagainnya. Selain itu untuk menandai sesuatu itu dikatakan
bermutu atau tidak, maka seseorang dapat memberikan simbol-
simbol dengan sebutan tertentu. Misalnya sekolah unggulan,
sekolah teladan, sekolah percontohan, dan lain sebagainnya.
Mutu pendidikan dapat diartikan sebagai kemampuan sistem
pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
dengan hasil pembelajaran yang optimal bagi peserta didik. Mutu
pendidikan tidak hanya dilihat dari segi akademis, namun juga
meliputi aspek pengembangan karakter dan keterampilan sosial.
Peningkatan mutu pendidikan dilakukan melalui berbagai upaya
seperti peningkatan kompetensi guru, peningkatan fasilitas belajar
mengajar yang memadai, serta penerapan metode pembelajaran
aktif dan inovatif untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar
peserta didik. 

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, diperlukan beberapa


langkah yang dapat dilakukan. Pertama, pemerintah perlu
memberikan perhatian khusus terhadap pelaksanaan kurikulum
yang tepat dan relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini.
Kedua, pengembangan kemampuan guru dalam mengajar serta
memilih metode pembelajaran yang efektif juga menjadi hal
penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Selain itu, partisipasi aktif dari orang tua dalam mendukung
proses belajar anak-anaknya juga harus diupayakan. Dengan
demikian, interaksi antara lingkungan sekolah dan keluarga dapat
terjalin lebih baik sehingga menjadikan proses pembelajaran

26
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Implementasi Manajemen Peningkatan
Mutu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Teras, 2012) 42.
20
menjadi lebih efektif. Upaya-upaya tersebut seharusnya tidak hanya
dilakukan oleh pihak pemerintah atau lembaga pendidikan saja
tetapi benar-benar disertai oleh seluruh elemen masyarakat
termasuk para pemangku kepentingan di bidang pendidikan seperti
pelaku bisnis dan industri untuk menciptakan linkungan yang
kondusif dan berkualitas.
Strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan berorientasi
akademik bisa ditempuh melalui: (a) Quality assurance kepada
semua lembaga pendidikan sehingga dapat mempersiapkan peserta
didik untuk dapat tersaring pada saaat dilakukan quality control
melalui ujian nasional; (b) Menjamin kesejahteraan tenaga
kependidikan sehingga mereka hidup layak dan dapat memusatkan
perhatiannya pada kegiatan mengajar; dan (c) Mendorong daerah
dan lembaga untuk dapat memobilisasi sebagai sumber dana dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan Pendidikan.27
Sebagai sebuah konsep, mutu pendidikan mencakup
berbagai faktor yang mempengaruhi pengalaman belajar siswa.
Mutu pendidikan tidak hanya terbatas pada pengetahuan dan
keterampilan akademis, tetapi juga meliputi aspek sosial dan
emosional dalam lingkungan pendidikan. Untuk menilai mutu
pendidikan, kita dapat menggunakan beberapa alat penilaian seperti
evaluasi program secara internal atau eksternal, survei kepuasan
siswa dan orang tua, serta hasil ujian standar nasional maupun
internasional. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan adalah dengan mengembangkan kurikulum yang relevan
dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Pendidik pun harus selalu
meng-update diri agar memiliki kemampuan tambahan dan mampu
memberikan pembelajaran berkualitas bagi siswanya. Terakhir,
pentingnya peran para stakeholder dalam meningkatkan mutu

27
A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan (Jakaarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), 269
21
pendidikan menjadi hal yang tidak bisa diabaikan.
Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses,
output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika
siap berperoses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu
menciptakan suasana yang PAKEM (Pembelajaran yang Aktif,
Kreatif, dan Menyenangkan). Output dinyatakan bermutu apabila
hasil belajar akademik dan nonakademik siswa tinggi. Outcome
dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja,
gaji wajar, semua pihak mengakui kehebatannya lulusannya dan
merasa puas.28
Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
mutu Pendidikan adalah Pendidikan yang dapat menghasilkan
keluaran, baik pelayanan dan lulusan yang sesuai dengan
kebutuhan ataupun harapan pelanggan (pasarannya). Mutu
Pendidikan yang dimaksud ialah kemampuan Lembaga dalam
pengelolaan manajemennya.

2. Konsep Mutu Pendidikan


Konsep mutu pendidikan mencakup berbagai aspek, seperti
keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan, ketersediaan
sumber daya pendidikan yang memadai, kualitas pengajaran dan
pembelajaran, serta hasil belajar siswa. Konsep mutu pendidikan
juga mencakup kepuasan siswa, orang tua, dan masyarakat
terhadap layanan pendidikan yang diberikan oleh lembaga
pendidikan. Dalam konsep mutu pendidikan, tujuan pendidikan
dijadikan acuan untuk menentukan standar mutu yang harus dicapai

28
Edi Harapan, Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan,
Palembang:Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang, Vol.6,No.1, Januari-Juni 2021, 8
22
oleh lembaga pendidikan. Standar mutu pendidikan juga dapat
ditentukan oleh badan atau lembaga yang berwenang dalam
mengatur pendidikan, seperti badan standar nasional pendidikan.
Aspek ketersediaan sumber daya pendidikan yang memadai
mencakup sarana dan prasarana pendidikan, seperti ruang kelas,
perpustakaan, laboratorium, dan fasilitas lainnya yang mendukung
pembelajaran. Kualitas pengajaran dan pembelajaran mencakup
kemampuan dan profesionalisme tenaga pendidik, serta
penggunaan metode dan teknologi yang tepat dalam proses
pembelajaran.
Hasil belajar siswa menjadi salah satu aspek penting dalam
konsep mutu pendidikan, karena hasil belajar siswa dapat
mencerminkan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai. Oleh
karena itu, evaluasi hasil belajar siswa juga menjadi salah satu alat
untuk mengukur mutu pendidikan. Kepuasan siswa, orang tua, dan
masyarakat juga menjadi aspek penting dalam konsep mutu
pendidikan. Kepuasan ini mencerminkan tingkat kepercayaan dan
kepuasan mereka terhadap layanan pendidikan yang diberikan oleh
lembaga pendidikan.
Dalam konsep mutu pendidikan, upaya untuk meningkatkan
mutu pendidikan dilakukan melalui berbagai kebijakan dan
program, seperti pengembangan kurikulum, pemberian pelatihan
dan pengembangan profesionalisme bagi guru dan staf pendidikan,
serta penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk
mendukung pembelajaran.
Konsep mutu pendidikan mengacu pada standar kualitas
yang diharapkan dalam proses pembelajaran dan pencapaian hasil
belajar yang optimal. Konsep ini mencakup semua aspek
pendidikan, mulai dari kurikulum, metode pengajaran, fasilitas, dan
sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Beberapa komponen utama dalam konsep mutu pendidikan
23
adalah sebagai berikut:
a) Standar dan tujuan pembelajaran yang jelas: Standar yang jelas
dan tujuan yang spesifik membantu untuk mengukur
pencapaian hasil belajar dan memastikan bahwa siswa
memiliki pemahaman yang mendalam tentang materi yang
dipelajari.
b) Penggunaan metode pengajaran yang efektif: Pendidik harus
mampu memilih metode pengajaran yang tepat dan efektif
dalam memfasilitasi pemahaman siswa.
c) Pengembangan staf pengajar: Mengembangkan staf pengajar
dengan memberikan pelatihan dan pengembangan profesional
adalah kunci dalam memastikan kualitas pendidikan yang baik.
d) Kurikulum yang terpadu dan relevan: Kurikulum yang terpadu
dan relevan membantu siswa untuk mengembangkan
keterampilan dan pemahaman yang dibutuhkan dalam
kehidupan nyata.
e) Fasilitas dan infrastruktur yang memadai: Fasilitas dan
infrastruktur yang memadai memungkinkan siswa untuk
belajar secara efektif dan memastikan kenyamanan siswa
dalam proses pembelajaran. Dalam keseluruhan, konsep mutu
pendidikan memastikan bahwa proses pembelajaran dilakukan
dengan standar kualitas yang tinggi dan tujuan pencapaian
hasil belajar yang optimal.29
Menurut peneliti bahwa konsep mutu pendidikan sangat
penting bagi kemajuan pendidikan di negara mana pun. Dengan
memperhatikan aspek-aspek mutu pendidikan, kita dapat
menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik dan menghasilkan
hasil pembelajaran yang lebih baik bagi siswa. Konsep mutu
pendidikan adalah suatu konsep yang mencakup berbagai aspek
29
Suprihatin, T.. Mutu Pendidikan: Konsep, Dimensi, dan Indikator. Jurnal Pendidikan
Penabur, (2012). 11(1), 1-16.

24
dalam penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Mutu
pendidikan dapat diukur dari berbagai faktor, termasuk kompetensi
guru, kurikulum yang tepat, fasilitas pendidikan yang memadai,
serta sistem evaluasi dan penilaian yang baik.
3. Strategi Mutu Pendidikan
Strategi mutu Pendidikan adalah langkah-langkah yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di suatu
institusi atau sistem pendidikan. Berikut adalah beberapa strategi
mutu pendidikan yang dapat dilakukan:
a) Penilaian dan evaluasi: Melakukan penilaian dan evaluasi
secara berkala terhadap kurikulum, metode pembelajaran,
fasilitas, dan tenaga pengajar. Hal ini dapat membantu untuk
menemukan kelemahan dan kekuatan dari sistem pendidikan,
dan memberikan masukan untuk perbaikan.
b) Pelatihan dan pengembangan tenaga pengajar: Memberikan
pelatihan dan pengembangan terus menerus pada tenaga
pengajar dapat meningkatkan kemampuan mengajar dan
kualitas pembelajaran yang diberikan kepada siswa.
c) Pembelajaran berbasis hasil: Mengukur keberhasilan siswa
dengan hasil belajar yang jelas dan terukur, dan menggunakan
hasil tersebut untuk menentukan kebutuhan perbaikan dan
pengembangan kurikulum.
d) Kolaborasi dengan komunitas: Melibatkan orang tua,
masyarakat, dan industri dalam sistem pendidikan dapat
membantu memperbaiki kualitas pendidikan dengan
memberikan masukan yang lebih luas.
e) Peningkatan fasilitas: Memperbaiki dan mengembangkan
fasilitas pendidikan seperti ruang kelas, perpustakaan,
laboratorium, dan fasilitas olahraga untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran.
f) Penggunaan teknologi: Menggunakan teknologi modern
25
seperti perangkat lunak pembelajaran, platform pembelajaran
daring, dan multimedia dapat membantu meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
g) Pelaksanaan standar mutu: Mengadopsi standar mutu
internasional untuk sistem pendidikan dapat membantu
memastikan bahwa siswa menerima pendidikan yang setara
dengan siswa di negara lain.
h) Mengukur dan memonitor: Melakukan pengukuran dan
pemantauan secara terus menerus terhadap kualitas pendidikan
dapat membantu menentukan apakah perbaikan yang
dilakukan memberikan dampak yang positif atau tidak.
Semua strategi ini harus dilakukan secara terintegrasi dan
berkesinambungan untuk mencapai hasil yang optimal dalam
meningkatkan mutu pendidikan.30
Menurut Peneliti dapat ditarik kesimpulan dari strategi
mutu pendidikan di atas adalah rangkaian tindakan yang dirancang
untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Beberapa strategi yang
dapat diterapkan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah
melaksanakan penilaian dan evaluasi berkala, memberikan
pelatihan dan pengembangan kepada guru, membangun kerjasama
dengan orang tua dan masyarakat, memperbaiki fasilitas dan sarana
pendidikan, dan menggunakan teknologi modern dalam proses
pembelajaran. Dengan menerapkan strategi-strategi ini, diharapkan
pendidikan dapat lebih berkualitas dan bermanfaat bagi peserta
didik.
4. Faktor Pendukung Mutu Pendidikan
Faktor mutu pendidikan dapat bervariasi tergantung pada
konteks dan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Namun,
beberapa faktor yang umumnya dianggap penting dalam
30.
Waluyo, B.. Kualitas Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. (2016).
15

26
menentukan mutu pendidikan antara lain:
a) Guru dan tenaga pendidik yang berkualitas dan terlatih dengan
baik.
b) Kurikulum yang relevan dan memadai, serta disesuaikan
dengan perkembangan zaman.
c) Sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, termasuk
fasilitas belajar seperti ruang kelas, laboratorium,
perpustakaan, dan komputer.
d) Ketersediaan bahan belajar yang memadai, termasuk buku,
media pembelajaran, dan perangkat lunak pendidikan.
e) Kepemimpinan yang efektif dalam mengelola dan
mengarahkan institusi pendidikan.
f) Partisipasi aktif dan dukungan orang tua dalam proses
pendidikan anak-anak mereka.
g) Lingkungan belajar yang aman, sehat, dan kondusif untuk
proses belajar-mengajar.
h) Penilaian dan evaluasi yang objektif dan transparan, serta
memberikan umpan balik yang membangun pada peserta didik.
i) Penggunaan teknologi pendidikan yang tepat dan efektif dalam
proses pembelajaran.
j) Adanya kolaborasi dan komunikasi yang baik antara semua
pihak terkait dalam proses pendidikan, termasuk peserta didik,
guru, tenaga pendidik, orang tua, dan komunitas.31
Semua faktor di atas saling terkait dan saling
mempengaruhi dalam menentukan mutu pendidikan. Oleh karena
itu, penting untuk memperhatikan semua faktor tersebut dan
menciptakan kondisi yang kondusif bagi semua pihak terkait dalam
proses pendidikan.
5. Faktor Penghambat Mutu Pendidikan

31
Prayitno, E., & Saputro, E.. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu
Pendidikan Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara, (2018). 2(2), 129-139.
27
Ada beberapa faktor yang dapat menghambat mutu
pendidikan, di antaranya:
a) Faktor kurikulum: Kurikulum yang tidak relevan dengan
kebutuhan pasar kerja atau tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dapat menghambat mutu pendidikan.
b) Faktor fasilitas: Kurangnya fasilitas pendidikan seperti
laboratorium, perpustakaan, dan fasilitas olahraga dapat
mempengaruhi kualitas pendidikan.
c) Faktor tenaga pengajar: Tenaga pengajar yang tidak
berkualitas atau kurang memahami materi yang diajarkan juga
dapat menghambat mutu pendidikan.
d) Faktor kurangnya dukungan dari pemerintah: Kebijakan
pendidikan yang tidak memadai, tidak memadainya anggaran
untuk pendidikan, dan kurangnya penegakan hukum yang
berkaitan dengan pendidikan dapat mempengaruhi kualitas
pendidikan.
e) Faktor lingkungan sosial: Faktor lingkungan sosial seperti
kemiskinan, kekerasan, dan masalah kesehatan dapat
mempengaruhi kualitas pendidikan, karena siswa yang berasal
dari latar belakang sosial yang sulit dapat mengalami kesulitan
dalam mengakses pendidikan yang berkualitas.32
Menurut peneliti bahwa faktor dari penghambat mutu
Pendidikan antara lain terbatasnya akses dan fasilitas pendidikan
yang memadai, kurangnya dana dan peralatan, kekurangan sumber
daya manusia yang berkualitas, kurangnya motivasi dan minat
belajar dari siswa, serta kurangnya dukungan dari orang tua dan
masyarakat. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi kualitas
pendidikan dan membatasi kemampuan siswa untuk mencapai
potensi maksimal mereka. Oleh karena itu, perlu adanya upaya

32
Yusuf, M. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pendidikan Di Indonesia.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (2016). 22(4), 499-508.
28
untuk mengatasi faktor-faktor penghambat ini agar mutu
pendidikan dapat meningkat dan siswa dapat meraih hasil yang
lebih baik dalam proses belajar mengajar.
B. Keteladanan Guru
1. Pengertian Keteladanan
Keteladanan (Uswah dalam istilah Bahasa arab) merupakan
semua gerak-gerik tingkah laku baik seseorang, yang akan selalu
dijadikan contoh oleh orang lain. Bahkan orang lain itu berlaku
hampir persis atau berusaha untuk menyeru tingkah laku yang jadi
panutannya.33
Membicarakan mengenai figur pendidik yang ideal dalam
Islam, segera muncul dalam benak umat Islam sosok manusia dan
pendidik teladan. Nabi Muhammad Saw adalah teladan bagi semua
orang, baik untuk si kaya maupun si miskin, berkedudukan maupun
orang biasa, tua maupun muda, dan laki-laki maupun perempuan.
Keagungan pribadi Nabi Muhammad SAW diabadikan dalam Alquran
berupa pujian Allah dalam firmanya:

ٍ ُ‫ك لَ َع ٰلى ُخل‬


٤ ‫ق َع ِظي ٍْم‬ َ َّ‫َواِن‬
Terjemahannya : Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi
pekerti yang agung (Al-Qalam/68:4).34
Dalam ayat lain Allah berfirman dalam bentuk kalimat yang
berisi perintah untuk meneladani Rasulullah saw yaitu yang
berbunyi:

ْ =َ‫ان يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْالي‬


‫=و َم‬ َ ‫ان لَ ُك ْم فِ ْي َرس ُْو ِل هّٰللا ِ اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َك‬
َ ‫لَقَ ْد َك‬
٢١ ‫ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا‬
Terjemahannya : Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada
suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap

33
Halid Hanafi, Ilmu Pendidikan ………. 44
34
Departemen Agama RI, Syaamil Al-Qur’an Terjemah Perkata (Bandung :Sygma, 2019)
68: 4
29
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak
mengingat Allah. (Al-Ahzab/33:21)35
Kebutuhan manusia terhadap teladan lahiriyah sebagaimana
berikut:
a) Keinginan untuk meniru dan mencontoh dalam bertingkah laku
dan bergaya serta berbicara terhadap orang lain menjadikan
kebanggaan dan kesenangan oleh karena itu panutan nilai yang
akan di tiru hendaknya mempunyai unsur kebaikan sehingga
yang meniru dan ditiru keduanya mendapat pahala.
b) Kesiapan meniru merupakan potensi yang ada pada manusia.
Oleh karena itu pendidikan ibadah dipandang efektif dengan
memberikan kesempatan kepada anak agar meniru gerakan dan
aktifitas ibadah tersebut.
c) Peniruan merupakan rangakaian dari pencapaian suatu tujuan
dengan kehidupannya mendekati sebagai mana orang yang
ditirunya. Berdasarkan alasan–alasan tersebut maka pemberian
keteladanan merupakan unsur pendidikan yang penting.
Keteladanan guru merujuk pada perilaku dan tindakan
positif yang ditunjukkan oleh seorang guru yang dapat
mempengaruhi dan menginspirasi siswa untuk mencapai tujuan
mereka. Keteladanan guru dapat dilihat dari banyak aspek,
termasuk etika, moralitas, integritas, kemampuan komunikasi,
keterampilan sosial, kepemimpinan, dan prestasi akademik.
Seorang guru yang memiliki keteladanan yang baik dapat
memberikan dampak yang sangat positif bagi siswa. Guru yang
menjadi contoh dalam hal moralitas dan etika dapat membantu
siswa untuk memahami pentingnya nilai-nilai seperti kejujuran,
keberanian, dan tanggung jawab. Guru yang terampil dalam
berkomunikasi dan bergaul dengan siswa dapat membantu siswa

35
Departemen Agama RI, Syaamil Al-Qur’an Terjemah Perkata (Bandung :Sygma, 2019)
33: 21.
30
untuk merasa nyaman dalam memperoleh bimbingan dan
memahami materi pelajaran dengan lebih baik. Guru yang
memperlihatkan kepemimpinan yang baik dapat membantu siswa
untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan mereka
sendiri dan menjadi lebih percaya diri.
Dalam praktiknya, keteladanan guru juga dapat
mempengaruhi motivasi dan minat siswa dalam belajar.
Keteladanan guru yang positif dapat membantu siswa untuk lebih
antusias dan termotivasi dalam belajar, serta merasa terinspirasi
untuk mencapai tujuan mereka. Sebaliknya, guru yang tidak
memiliki keteladanan yang baik dapat merusak motivasi siswa dan
bahkan dapat mempengaruhi perilaku buruk mereka.36
Dalam hal ini, menjadi seorang guru yang memiliki
keteladanan yang baik sangat penting. Seorang guru yang memiliki
keteladanan yang baik dapat membantu siswa untuk tumbuh dan
berkembang dengan cara yang positif, serta menjadi panutan bagi
siswa dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan mereka.
Mendidik dengan keteladanan merupakan bentuk metode
pembelajaran yang dianggap mempunyai pengaruh besar, semua
yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupannya
merupakan gambaran kandungan dalam Al-Qur’an secara utuh dan
terperinci. Al-Baidhawi menyebutkan makna uswatun hasanah
merupakan perbuatan baik yang dapat ditiru. Oleh sebab itu,
keteladanan menjadi sangat penting dalam Pendidikan, keteladanan
dapat menjadi metode yang ampuh untuk membina perkembangan
siswa. Keteladanan baik dan sempurna, adalah keteladanan
Rasulullah SAW yang dapat menjadi landasan bagi guru sebagai
teladan, sehingga siswa mempunyai figure yang dapat dijadikan

36
Surya, M., & Sukadi, A. Keteladanan guru dalam pembelajaran di sekolah dasar.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar, (2018). 5(1), 114-122.
31
panutan.37
Selain mengajarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran,
nabi Muhammad SAW juga sangat taat dan pasrah pada kehendak
Allah SWT, beliau yakin bahwa apa yang dikehendaki oleh Allah
merupakan jalan yang terbaik untuknya, beliau selalu berbaik
sangka kepada Allah SWT atas kehendaknnya dan mengambil
setiap hikmah atas kejadian yang beliau alami.
Keteladanan yaitu making something as and example,
providing a model berarti menjadikan sesuatu sebagai teladan,
menyediakan suatu model. Keteladanan berkaiatan dengan
perkataan, perbuatan, sikap, prilaku seorang yang dapat ditiru atau
diteladani oleh orang lain. Guru atau pendidik merupakan
pemimpin sejati, pembimbing dan pengarah yang bijaksana,
pencetak para tokoh dan pemimpin umat, jadi keteladanan ialah
contoh bagi orang lain.38
Dapat ditarik kesimpulan bahwa keteladanan ialah perilaku
dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang sebagai contoh bagi
orang lain. Keteladanan dapat memengaruhi sikap, nilai, dan
perilaku orang lain, terutama dalam konteks pendidikan. Sebagai
guru atau pendidik, penting untuk memberikan keteladanan yang
baik dan positif kepada siswa, sehingga mereka dapat mencontoh
dan mengadopsi perilaku dan nilai-nilai yang baik. Selain itu, orang
tua dan pemimpin juga harus memberikan keteladanan yang baik
untuk menciptakan lingkungan yang positif dan membangun
masyarakat yang lebih baik.
2. Urgensi Keteladanan
Keberhasilan dari suatu pelaksanaan pendidikan itu akan
sangat ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut
37
Najamudin, Konsep Pendidikan Uswatun Hasanah dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahzab
Ayat 21-22 (Kajian Tafsir Tahlili), Jurnal Aksioma Ad-Diniyah, 2.2 (2016).43
38
K.Yin, Robert,Studi Kasus Desain dan Metode-(Raja Grafindo
Persada,Jakarta:2002)Hal.38

32
adalah keteladanaan dari seseorang yang dianggap lebih tua.
Seseorang tersebut terutama yang diklaim sebagai orang tua,
pimpinan, dan guru. Apabila kita perhatikan dalam proses
perkembangan pendidikan agama islam di Indonesia, bahwa salah
satu gejala negatif yang menjadi penghalang dalam pelaksanaan
pendidikan agama.
Perilaku yang di teladani dalam pendidikan dapat
dipelajarai dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (subjek
pendidikan) . Studi ini melihat dan mengidentifikasi perilaku yang
khas dalam kegiatan pembelajaran untuk mempengaruhi siswa agar
memiliki karakter positif. Perilaku teladan ini dapat berorientasi
pada tugas keguruan ataupun pada hubungan dengan peserta didik,
prilaku kedekatan guru dengan siswa dapat membangun suasana
pembelajaran yang kondusif.
Keteladanan guru memiliki urgensi yang sangat penting
dalam dunia pendidikan. Seorang guru yang menjadi contoh
teladan bagi siswa dapat memberikan pengaruh yang besar
terhadap perkembangan siswa, baik dari segi akademik maupun
non-akademik.
Berikut adalah beberapa urgensi keteladanan guru dalam
dunia pendidikan:
a) Membentuk karakter siswa Seorang guru yang menjadi contoh
teladan bagi siswa dapat membantu dalam membentuk
karakter siswa yang baik. Keteladanan dari seorang guru dapat
menginspirasi siswa untuk melakukan hal-hal yang positif dan
memberikan contoh untuk perilaku yang baik.
b) Meningkatkan motivasi belajar siswa Seorang guru yang
memberikan keteladanan yang baik dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Siswa akan merasa terinspirasi untuk
belajar lebih keras dan berusaha mencapai hasil yang baik
ketika melihat keteladanan dari guru mereka.
33
c) Memperkuat hubungan antara guru dan siswa Keteladanan
guru dapat memperkuat hubungan antara guru dan siswa.
Ketika siswa melihat bahwa guru mereka memberikan contoh
teladan yang baik, mereka akan merasa lebih dekat dan
nyaman dengan guru mereka.
d) Meningkatkan kualitas pembelajaran Seorang guru yang
menjadi contoh teladan bagi siswa dapat membantu
meningkatkan kualitas pembelajaran. Siswa akan lebih terlibat
dalam proses pembelajaran ketika melihat keteladanan dari
guru mereka, sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pembelajaran.
e) Memberikan dampak jangka panjang bagi siswa Keteladanan
guru dapat memberikan dampak jangka panjang bagi siswa.
Siswa akan membawa pengalaman belajar dari guru mereka
selama bertahun-tahun, dan pengalaman itu akan membentuk
karakter dan sikap mereka di masa depan.39
Keteladanan guru sangatlah penting dalam pembentukan
karakter dan pengembangan potensi siswa. Seorang guru yang
menjadi contoh yang baik dalam hal integritas, kerja keras,
kejujuran, kedisiplinan, dan sikap positif lainnya, akan memberikan
pengaruh yang positif bagi siswa.
Melalui keteladanan guru, siswa dapat memperoleh
motivasi dan inspirasi yang kuat untuk mengikuti jejak guru
tersebut, memperbaiki perilaku, dan meraih prestasi yang lebih
baik. Keteladanan guru juga membantu siswa untuk
mengembangkan sikap positif, seperti empati, rasa peduli, dan rasa
tanggung jawab.
Selain itu, keteladanan guru juga menjadi faktor penting
dalam membangun hubungan yang baik antara guru dan siswa.
39
Widianto, E. Keteladanan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Inovatif, (2021). 7(1), 1-9.

34
Seorang guru yang menjadi contoh yang baik akan membangun
rasa percaya diri dan keterbukaan siswa dalam berkomunikasi
dengan guru. Hal ini akan berdampak positif pada kualitas
pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.
Secara keseluruhan, urgensi keteladanan guru sangatlah
penting dalam membentuk karakter siswa, memotivasi siswa, dan
membangun hubungan yang baik antara guru dan siswa. Seorang
guru yang memiliki keteladanan yang baik akan memberikan
dampak positif yang besar pada masa depan siswa.40
Keteladanan guru sangatlah penting dalam dunia
pendidikan karena guru memiliki peran yang sangat besar dalam
membentuk karakter dan kepribadian siswa. Keteladanan guru
menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk membentuk nilai
dan sikap positif pada siswa.
Guru yang menjadi teladan bagi siswa, dengan perilaku
yang baik, disiplin, memiliki etika yang tinggi, dan berdedikasi
tinggi dalam mengajar, akan membuat siswa terinspirasi dan
merasa termotivasi untuk meniru dan mengikuti contoh tersebut.
Dengan begitu, nilai-nilai positif yang ditanamkan oleh guru dapat
terinternalisasi dengan baik pada diri siswa dan berdampak positif
pada kehidupan siswa di masa depan.
Selain itu, keteladanan guru juga mempengaruhi hubungan
antara guru dan siswa. Guru yang menjadi teladan bagi siswa akan
membuat siswa lebih terbuka dan menghormati guru, sehingga
hubungan yang terjalin antara guru dan siswa lebih harmonis dan
berlangsung dengan baik.41
Oleh karena itu, penting bagi setiap guru untuk menjadi

40
Setiawan, A. Urgensi Keteladanan Guru dalam Membentuk Karakter Siswa di Sekolah.
Jurnal Pendidikan Karakter, (2021). 11(1), 28-34.
41
Musthofa, S. B. Urgensi Keteladanan Guru dalam Membangun Karakter Siswa.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Batanghari Jambi,(2020)., 1-7.

35
teladan bagi siswanya, baik dalam hal sikap, perilaku, maupun
dedikasi dalam mengajar. Dengan menjadi teladan yang baik, guru
dapat membantu membentuk generasi yang lebih baik dan
berkarakter yang positif.
Tipologi keteladanan mengacu kepada sosok guru sebagai
pemimpin dapat dikategorikan sebagai yang berorientasi pada tugas
(task-oriented) dan gaya yang berorientasi pada hubungan dengan
bawahannya (employee-oriented). Dengan istilah gaya (style)
dimaksudkan suatu cara berperilaku yang khas dari seorang
pemimpin.
Keteladanan merupakan salah satu pendekatan dalam
Pendidikan yang dicontohkan rasulallah, secara tegas Allah
menyatakan bahwa di utusnya Nabi Muhammad SAW, agar
menjadi dalam keteladan bagi seluruh manusia. Dengan demikian
realisasi pendidikan islam terletak pada kekuatan guru dalam
memberikan keteladanan.
Aspek-aspek keteladanan yang dimiliki guru dalam konteks
pendidikan untuk penambahan nilai meliputi:
a) Adanya hubungan yang akrab dengan siswa dan sejawat
b) Adanya ketundukan atas dasar rasa hormat terhadap yang lebih
tua dan pimpinan
c) Adanya kebiasaan hiduphemat dan sederhana
d) Adanya semangat mandiri dan menolong diri sendiri
e) Kebiasaan berjama’ah
f) Adanya disiplin waktu dalam peribadatan
g) Kebiasaan berpuasa Sunnah
h) Kehidupan religius dalam jam keseharian di sekolah
Kesimpulannya, keteladanan guru sangat penting dalam
dunia pendidikan. Seorang guru yang menjadi contoh teladan bagi
siswa dapat membentuk karakter siswa, meningkatkan motivasi
belajar siswa, memperkuat hubungan antara guru dan siswa,
36
meningkatkan kualitas pembelajaran, dan memberikan dampak
jangka panjang bagi siswa.
3. Proses Keteladanan Guru
Proses keteladanan guru adalah proses dimana guru menjadi
contoh atau panutan bagi siswa dalam berbagai hal seperti sikap,
perilaku, moral, dan nilai. Dalam proses ini, guru tidak hanya
memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa, tetapi
juga membimbing mereka dalam pengembangan kepribadian dan
karakter yang baik.
Guru yang memiliki keteladanan yang baik akan mampu
mempengaruhi siswa dengan cara yang positif. Misalnya, guru
yang memiliki sikap yang jujur dan disiplin akan mendorong siswa
untuk meniru perilaku tersebut dan menjadi lebih jujur dan disiplin
dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, guru yang memiliki keteladanan yang baik juga
dapat memberikan inspirasi bagi siswa dalam menghadapi berbagai
masalah dan tantangan dalam kehidupan. Ketika siswa melihat
guru sebagai contoh yang baik dalam mengatasi masalah, mereka
akan lebih termotivasi untuk mengembangkan kemampuan diri
mereka sendiri dan mencapai tujuan hidup mereka.
Dalam hal ini, penting bagi guru untuk selalu menjaga
integritas dan memberikan contoh yang baik bagi siswa. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara memperhatikan tindakan dan ucapan,
serta selalu memberikan teladan yang positif bagi siswa.42
Kesimpulan dari proses keteladanan guru dimulai dari
perilaku dan tindakan guru yang dapat mempengaruhi siswa dalam
pembentukan nilai dan sikap. Guru harus memberikan contoh
perilaku positif dan memotivasi siswa untuk mencontoh perilaku
yang baik tersebut.

42
Sudarsono, A., & Hasyim, N.. Keteladanan guru dalam pendidikan karakter. Jurnal
Ilmu Pendidikan, (2019). 1(2), 129-141.
37
Melalui keteladanan, guru dapat membantu siswa untuk
mengembangkan kemampuan sosial dan emosional, meningkatkan
motivasi dan minat belajar, serta membentuk karakter yang baik.
Selain itu, keteladanan juga dapat memperkuat hubungan antara
guru dan siswa, membangun kepercayaan, dan meningkatkan
efektivitas pembelajaran.
4. Langkah-langkah dalam memberikan Keteladanan pada Siswa
Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat diambil
untuk memberikan keteladanan pada siswa:
a) Jadilah teladan yang baik: Anda harus memperhatikan perilaku
Anda sendiri di lingkungan siswa dan memastikan bahwa
Anda selalu berperilaku positif dan memperlihatkan sikap yang
diinginkan kepada siswa.
b) Berkomunikasi secara positif: Selalu berbicara dengan bahasa
yang baik dan sopan ketika berbicara dengan siswa dan orang
lain di sekitar mereka. Hindari berbicara dengan nada atau
gaya yang tidak menyenangkan.
c) Menunjukkan kejujuran dan integritas: Penting untuk
menunjukkan kejujuran dan integritas dalam semua tindakan
Anda. Siswa akan mencontoh perilaku ini jika melihat bahwa
Anda selalu memegang prinsip-prinsip etika dan moral yang
baik.
d) Bersikap responsif: Tunjukkan sikap yang responsif dan
memperhatikan siswa ketika mereka memiliki pertanyaan atau
masalah yang perlu diatasi. Hal ini dapat menunjukkan bahwa
Anda peduli dan memperhatikan siswa.
e) Berbagi pengalaman positif: Jangan ragu untuk berbagi
pengalaman positif Anda dengan siswa, terutama jika Anda
dapat mengaitkannya dengan pelajaran yang diajarkan. Ini
dapat membantu siswa merasa lebih terhubung dan termotivasi
untuk belajar lebih lanjut.
38
f) Mengambil tanggung jawab: Selalu mengambil tanggung
jawab untuk tindakan Anda dan memperlihatkan bagaimana
tindakan tersebut dapat memengaruhi orang lain di sekitar
Anda. Hal ini dapat memberikan contoh pada siswa bahwa
setiap tindakan memiliki konsekuensi dan penting untuk
bertanggung jawab atas tindakan tersebut.
g) Membuat lingkungan yang positif: Membuat lingkungan yang
positif dengan cara yang menghargai perbedaan dan
menumbuhkan kerja sama antara siswa. Hal ini dapat
membantu siswa merasa nyaman untuk menunjukkan
keteladanan mereka sendiri dan merasa termotivasi untuk
mencontoh perilaku yang positif.43
Peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah untuk
memberikan keteladanan meliputi menunjukkan perilaku yang
positif dan konsisten, memberikan motivasi dan dorongan kepada
siswa, memberikan dukungan dan bantuan pada siswa, serta
melibatkan siswa dalam kegiatan yang bermanfaat dan positif.
Selain itu, guru juga harus memiliki integritas dan konsistensi
dalam perilaku dan tindakan, serta menjaga komunikasi yang baik
dengan siswa dan orang tua. Dengan memberikan keteladanan yang
baik, guru dapat menjadi panutan dan inspirasi bagi siswa untuk
mengembangkan nilai dan sikap yang baik dalam kehidupan
mereka.
5. Keteladanan dalam Pendidikan
Proses pendidikan didesain sedemikian rupa untuk
memudahkan peserta didik memahami pelajaran. Hampir semua
dari faktor Pendidikan operasiolanya dilaksanakan oleh guru.
Sebagai elemen penting dalam lingkup pendidikan, keberhasilan
pendidikan tergantung ditangan guru. Di tangan pendidik
43
Dimyati, M., & Mujiono, M.. Pendidikan karakter melalui keteladanan guru. Jurnal
Cakrawala Pendidikan, (2017). 1(1), 39-50.

39
kurikulum akan hidup dan bermakna sehingga menjadi “makanan”
yang mendatangkan selera untuk disantap menjadi peserta didik.
Maka dari itu peran guru harus lebih dimantapkan dalam rangka
meningkatkan pendidikan, khususnya pada pembentukan pribadi
peserta didik berakhlakul karimah.
Kepribadian guru yang dapat menjadi suri teladanlah yang
menjamin keberhasilanya mendidik anak. Utamanya dalam
pendidikan islam seorang guru yang memiliki kepribadian baik,
patut untuk ditiru didik khususnya dalam menanamkan nilai-nilai
agamis, Haidar putra Daulay mengemukakan salah satu komponen
kopetensi keguruan adalah kopetensi moral akademik, seorang guru
bukan hanya orang yang bertugas untuk mentrasfer ilmu (trasfer
knowledge) tetapi juga orang yang bertugas untuk mentrasfer nilai
(trasfer of value). Guru tidak hanya mengisi otak peserta didik
(kognitif) tetapi juga bertugas untuk mengisi mental mereka dengan
nilai-nilai baik dan luhur mengisi Afektifnya.44
Peneliti menyimpulkan keteladanan dalam pendidikan ialah
perilaku positif yang ditunjukkan oleh guru, orang tua, dan
pemimpin sebagai contoh bagi siswa dalam pembentukan nilai dan
sikap. Melalui keteladanan, siswa dapat belajar untuk mencontoh
perilaku yang baik dan membangun karakter yang positif.
Selain itu, keteladanan juga dapat memperkuat hubungan
antara guru dan siswa, meningkatkan motivasi dan minat belajar
siswa, serta membentuk lingkungan pendidikan yang positif. Oleh
karena itu, penting bagi guru, orang tua, dan pemimpin untuk
memberikan keteladanan yang baik dan positif dalam pendidikan.
Keteladanan dalam pendidikan sangat penting karena dapat
memengaruhi sikap, nilai, dan perilaku siswa. Guru dan pendidik
harus memberikan keteladanan yang baik dengan menunjukkan
44
Elis Susilawati, Hubungan Antara Keteladanan Guru Dan Kompetensi Kepala Sekolah
Dengan Prestasi Kerja Guru Pai Di Smpn 3 Jatiwangi Kabupaten Majalengka, (Program Pasca
Sarjana Institut Agama Islam Negeri (Iain) Syekh Nurjati Cirebon 2011).38
40
perilaku positif dan memotivasi siswa untuk mencontohnya. Selain
itu, keteladanan juga dapat memperkuat hubungan antara guru dan
siswa, meningkatkan efektivitas pembelajaran, dan membantu siswa
untuk mengembangkan kemampuan sosial dan emosional serta
karakter yang baik. Dengan memberikan keteladanan yang baik,
diharapkan siswa dapat menjadi individu yang lebih baik dan
memiliki kontribusi yang positif pada masyarakat.

C. Proses Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

‫اخفِضْ لَهُ َما َجنَا َح ال= ُّ=ذ ِّل ِمنَ الرَّحْ َم= ِة َوقُ==لْ رَّبِّ ارْ َح ْمهُ َم==ا َك َم=ا َربَّ ٰينِ ْي‬ ْ ‫َو‬
٢٤ ‫ص ِغ ْير ًۗا‬
َ
Terjemahannya: dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “wahai Tuhanku,
kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil”. (Qs. Al-Isra’ : 24)
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani ajaran islam, dibarengi dengan
tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.45
Adapun pengertian pendidikan agama Islam dalam buku
zakiyah derajat yang dikutip Abdul majid dan Dian Andayani
mendefinisikan pendidikan agama Islam adalah, suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh. Lalu
45
Baharuddin, Pendidikan & Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2009), 195.
41
menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.46
Dari beberapa pengertian tentang pendidikan agama Islam
dapat disimpulkan bahwa, pendidikan agama Islam merupakan
bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama, sehingga pendidikan dipandang sebagai salah satu
aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi
muda agar memiiki kepribadian yang utama, pandangan hidup,
sikap hidup, dan keterampilan hidup yang bernafaskan atau dijiwai
oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan
as-Sunnah.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan agama Islam pada hakikatnya sama dan
sesuai dengan tujuan diturunkan agama Islam, yaitu untuk
membentuk manusia muttaqin yang rentangnya berdimensi
infinitum (tidak terbatas menurut jangkauan manusia), baik secara
lincar atau secara algoritmik (berurutan secara logis) berada dalam
garis mukmin-muslim-muhsin dengan perangkat komponen,
variable dan parameternya masing-masing yang secara kualitatif
bersifat kompetetif.
Tujuan pendidikan Islam dapat dipecah menjadi tujuan-
tujuan berikut ini:
a) Membentuk manusia Muslim yang dapat melaksanakan ibadah
mahdah.
b) Membentuk manusia muslim yang disamping dapat
melaksanakan ibadah mahdah, juga dapat melaksanakan
ibadah muamalah dalam kedudukanya sebagai anggota
masyarakat dalam lingkungan tertentu.
c) Membentuk warga Negara yang bertanggung jawab kepada
46
Abdul majid dan Dian Andiyani, Pendidikan Agama Islam…, 130
42
masyarakat dan bangsanya dan tanggung jawab kepada Allah,
penciptanya.
d) Membentuk dan mengembangkan tenaga professional yang
siap dan terampil atau tenaga setengah terampil untuk
memungkinkan memasuki teknostruktur masyarakat.
e) Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu (agama dan ilmu
lainnya)
Dari tujuan-tujuan pendidikan tersebut, terlihat bahwa
tujuan agama lebih merupakan suatu upaya untuk membangkitkan
intuisi agama dan kesiapan ruhani dalam mencapai pengalaman
transcendental. 47
Artinya, tujuan utama pendidikan agama bukan sekedar
mengalihkan pengetahuan dan keterampilan(sebagai isi
pendidikannya), melainkan lebih merupakan suatu ikhtiar untuk
menggugah fitrah insaniyah (to stir up certain innate powers)
sehingga peserta didik bisa menjadi penganut atau pemeluk
agama yang taat dan baik (insan kamil)
Oleh karena itu, pendidikan Islam sangat penting
keberadaanya karena pedidikan agama Islam merupakan suatu
upaya atau proses, pencarian, pembentukan, dan pengembangan
sikap dan prilaku untuk mencari, mengembangkan, memelihara,
serta menggunakan ilmu dan perangkat teknologi atau
keterampilan demi kepentingan manusia sesuai ajaran Islam.48
Oleh Karena itu, pada hakikatnya proses pendidikan Islam
merupakan proses pelestarian dan penyempurnaan kultur Islam
yang selalu berkembang dalam suatu proses transformasi budaya
yang berkesinambungan di atas konstanta wahyu yang merupakan

47
Munandar, A. S., & Dafik, Y. Hubungan antara Lingkungan Belajar dengan Prestasi
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Sleman. Jurnal
Bimbingan dan Konseling Islam, (2019).1(1), 19-31.
48
Nuryanto, M., & Rosidin, U. Pengaruh Lingkungan Belajar dan Kecerdasan Spiritual
Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan Islam, (2019). 8(1), 1-13.
43
nilai universal.49
Proses belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama
Islam dapat berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor seperti
kurikulum yang diterapkan, gaya mengajar guru, motivasi siswa,
dan lingkungan belajar. Namun, secara umum, proses belajar siswa
pada mata pelajaran pendidikan agama Islam meliputi:
a) Pemahaman tentang dasar-dasar aqidah Islam Siswa akan
belajar tentang dasar-dasar aqidah Islam, seperti keberadaan
Allah, malaikat, kitab suci, nabi dan rasul, hari akhir, serta
takdir. Pemahaman ini akan membantu siswa memahami
prinsip-prinsip dasar agama Islam.
b) Memahami prinsip-prinsip etika Islam Siswa akan belajar
tentang prinsip-prinsip etika Islam, seperti akhlak, adab, dan
sopan santun. Hal ini akan membantu siswa dalam
membangun karakter yang baik dan menginternalisasikan
nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
c) Memahami hukum-hukum Islam Siswa akan belajar tentang
hukum-hukum Islam, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji.
Pemahaman ini akan membantu siswa memahami tata cara
pelaksanaan ibadah dan mempraktekkannya di kehidupan
sehari-hari.
d) Membaca dan memahami ayat-ayat Al-Qur'an Siswa akan
belajar membaca dan memahami ayat-ayat Al-Qur'an.
Pembelajaran ini akan membantu siswa dalam memahami isi
Al-Qur'an serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
e) Membaca dan memahami hadits Siswa akan belajar membaca
dan memahami hadits, yaitu ajaran-ajaran Nabi Muhammad
SAW. Pembelajaran ini akan membantu siswa dalam
memahami tuntunan-tuntunan Islam dan mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
49
Baharuddin, Pendidikan & Psikologi …, 196-197.
44
f) Meningkatkan spiritualitas Melalui mata pelajaran pendidikan
agama Islam, siswa juga akan diajarkan tentang pentingnya
meningkatkan spiritualitas dan mendekatkan diri kepada Allah
SWT.

Selain itu, guru juga akan menggunakan metode pengajaran


yang bervariasi seperti ceramah, diskusi, pembacaan kitab suci, dan
latihan soal untuk membantu siswa dalam memahami materi yang
diajarkan.50
Proses belajar siswa dalam mata pelajaran pendidikan
agama Islam dapat berbeda-beda tergantung pada metode
pengajaran dan kondisi pembelajaran yang ada di setiap sekolah.
Namun, secara umum, terdapat beberapa hal yang dapat menjadi
dasar dalam proses belajar siswa dalam mata pelajaran pendidikan
agama Islam, antara lain:
a) Pengenalan konsep dasar agama Islam: Proses belajar dimulai
dengan pengenalan konsep-konsep dasar agama Islam, seperti
keimanan, ibadah, akhlak, dan sebagainya.
b) Pembelajaran tentang Al-Quran: Al-Quran sebagai sumber
ajaran utama dalam Islam menjadi fokus pembelajaran dalam
mata pelajaran pendidikan agama Islam. Siswa akan
mempelajari tafsir dan pengertian ayat-ayat Al-Quran, serta
memahami makna yang terkandung di dalamnya.
c) Pendidikan tentang Hadis: Selain Al-Quran, Hadis juga
menjadi sumber ajaran penting dalam Islam. Siswa akan
mempelajari hadis-hadis yang relevan dengan kehidupan
sehari-hari dan bagaimana mengaplikasikannya dalam
50
Syamsudin, A. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan
Islam, 10(2), (2021). 261-277.

45
kehidupan.
d) Pengenalan kepada sejarah Islam: Sejarah Islam juga menjadi
bagian penting dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam.
Siswa akan mempelajari tentang sejarah Nabi Muhammad
SAW dan para sahabat, serta perkembangan Islam dari masa
ke masa.
e) Pendidikan tentang akhlak dan moral: Selain itu, siswa juga
akan diberikan pendidikan tentang akhlak dan moral dalam
Islam, seperti kesabaran, kejujuran, dan keikhlasan.
f) Praktik Ibadah: Pembelajaran dalam mata pelajaran pendidikan
agama Islam juga akan melibatkan praktik ibadah, seperti
shalat dan puasa.
Proses belajar siswa dalam mata pelajaran pendidikan
agama Islam harus memperhatikan pengalaman dan latar belakang
siswa, sehingga siswa dapat memahami dan mengaplikasikan
pelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penting
juga bagi pengajar untuk mengintegrasikan teknologi dan metode
pengajaran yang inovatif untuk meningkatkan efektivitas proses
belajar siswa.51
Proses belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama
Islam meliputi beberapa komponen, antara lain:
a) Tujuan pembelajaran: Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
oleh siswa harus jelas dan terdefinisi dengan baik. Tujuan
tersebut harus sesuai dengan standar kurikulum dan kelas yang
diikuti oleh siswa.
b) Motivasi: Motivasi siswa untuk belajar sangat penting untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dapat berasal dari
berbagai sumber, seperti minat pribadi, dorongan orang tua
atau guru, dan kebutuhan akademik.

51
Baidowi, A. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Lentera Pendidikan:
Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, (2021). 24(1), 1-15
46
c) Materi pelajaran: Materi pelajaran harus relevan dan terkait
dengan kurikulum yang berlaku. Materi harus disajikan dengan
cara yang menarik dan mudah dipahami agar siswa tertarik
untuk mempelajari dan menguasai materi.
d) Metode pengajaran: Metode pengajaran dapat bervariasi, mulai
dari ceramah, diskusi, tanya jawab, hingga presentasi. Metode
yang dipilih harus sesuai dengan materi dan tujuan
pembelajaran, serta dapat menarik minat dan memotivasi siswa
untuk belajar.
e) Penilaian: Penilaian harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
dan materi yang telah disampaikan. Penilaian dapat berupa tes,
tugas, atau proyek, yang harus disajikan dengan cara yang jelas
dan dapat dipahami oleh siswa.
f) Umpan balik: Umpan balik yang diberikan oleh guru dapat
membantu siswa untuk memahami kekuatan dan kelemahan
mereka dalam belajar. Umpan balik juga dapat membantu
siswa untuk meningkatkan kinerja mereka dan mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.52
Proses belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama
Islam dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti metode
pengajaran, kurikulum, lingkungan belajar, dan karakteristik siswa.
Namun, umumnya terdapat beberapa tahapan yang biasanya terjadi
dalam proses belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama
Islam, yaitu:
a) Tahap pemahaman konsep dasar: Pada tahap ini, siswa
mempelajari konsep dasar dan prinsip-prinsip dasar agama
Islam, seperti keyakinan, ibadah, akhlak, dan syariah. Siswa
perlu memahami konsep-konsep tersebut agar dapat
memahami materi yang lebih kompleks di tahap selanjutnya.
52
Sutisna, E. Strategi Pembelajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. (2016).
24

47
b) Tahap pengembangan pengetahuan: Pada tahap ini, siswa
mempelajari lebih dalam tentang konsep-konsep dan praktik
agama Islam. Siswa perlu belajar tentang sejarah, pemikiran,
dan ajaran Islam serta mempelajari praktik-praktik ibadah dan
akhlak yang baik.
c) Tahap penerapan pengetahuan: Pada tahap ini, siswa belajar
untuk menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari pada
kehidupan sehari-hari. Hal ini meliputi penerapan nilai-nilai
akhlak dan syariah dalam kehidupan sehari-hari, serta
pengembangan pemahaman tentang Islam dan konteks
kehidupan modern.
d) Tahap evaluasi: Pada tahap ini, siswa mengevaluasi
pemahaman dan kemampuan mereka dalam memahami dan
menerapkan konsep-konsep agama Islam. Hal ini dapat
dilakukan melalui ujian atau penugasan untuk mengukur
pemahaman dan kemampuan siswa dalam mata pelajaran ini.
Proses belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama
Islam membutuhkan pengajar yang terampil dan berpengetahuan
luas, serta lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung.
Selain itu, siswa juga perlu memiliki motivasi dan minat yang
tinggi dalam mempelajari agama Islam agar dapat mencapai hasil
belajar yang optimal.53
Proses belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) dapat berbeda-beda tergantung pada berbagai
faktor seperti latar belakang siswa, pengalaman sebelumnya,
kualitas pengajaran, serta metode dan strategi pembelajaran yang
digunakan. Namun, secara umum, berikut adalah beberapa tahapan
umum dalam proses belajar siswa pada mata pelajaran PAI:
a) Mempelajari konsep-konsep dasar: Siswa akan mempelajari
53
Al-Muhajirin, M. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Pendidikan Agama
Islam. Jurnal Pendidikan Islam, . (2020)9(1), 68-84.

48
konsep-konsep dasar dalam agama Islam seperti keyakinan,
ibadah, moral, etika, dan sejarah Islam. Hal ini biasanya
dimulai dengan pembelajaran tentang rukun iman dan rukun
Islam sebagai dasar-dasar iman dan ibadah.
b) Memahami ayat-ayat Al-Quran dan hadis: Siswa juga akan
mempelajari ayat-ayat Al-Quran dan hadis yang berkaitan
dengan konsep-konsep agama Islam yang dipelajari. Mereka
akan mempelajari makna dan konteks ayat-ayat tersebut, serta
bagaimana mengaplikasikan ajaran-ajaran tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
c) Mengembangkan nilai-nilai moral dan etika: Pendidikan
Agama Islam juga berfokus pada pengembangan nilai-nilai
moral dan etika dalam diri siswa. Siswa akan diajarkan tentang
nilai-nilai seperti kejujuran, kerja keras, rasa hormat, toleransi,
keadilan, dan lain sebagainya.
d) Berpartisipasi dalam diskusi dan refleksi: Salah satu cara yang
efektif untuk memahami konsep-konsep dalam agama Islam
adalah dengan berpartisipasi dalam diskusi dan refleksi.
e) Mengaplikasikan konsep-konsep dalam kehidupan sehari-hari:
Akhirnya, siswa akan diminta untuk mengaplikasikan konsep-
konsep agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Ini bisa
dilakukan dengan berpartisipasi dalam kegiatan sosial,
membantu orang lain, dan menjalankan ibadah dengan benar.
Proses belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam sangat tergantung pada pendekatan yang digunakan
oleh guru, metode pembelajaran yang diterapkan, dan lingkungan
pembelajaran di kelas. Namun, dengan menggunakan strategi-
strategi yang efektif dan menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif, siswa dapat belajar dan memahami konsep-konsep agama
Islam dengan baik.
Proses belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama
49
Islam dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti metode
pengajaran yang digunakan oleh guru, lingkungan belajar siswa,
serta kemampuan dan minat siswa dalam mempelajari agama
Islam.54
Beberapa metode pengajaran yang umum digunakan oleh
guru pada mata pelajaran pendidikan agama Islam antara lain:
a) Ceramah atau pemaparan materi oleh guru.
b) Diskusi kelompok, di mana siswa berpartisipasi aktif untuk
saling bertukar pikiran dan pendapat.
c) Pembelajaran berbasis proyek, di mana siswa diberikan tugas
untuk membuat produk berbasis pengetahuan agama Islam
seperti poster, video, atau tulisan.
d) Penggunaan media pembelajaran seperti slide presentasi,
video, dan gambar.
Selain itu, lingkungan belajar juga dapat mempengaruhi
proses belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.
Lingkungan yang kondusif dan nyaman dapat membantu siswa
untuk lebih fokus dalam mempelajari materi, seperti ruang kelas
yang bersih dan rapi, pencahayaan yang cukup, serta fasilitas
belajar yang memadai.
Kemampuan dan minat siswa juga dapat mempengaruhi
proses belajar mereka pada mata pelajaran pendidikan agama
Islam. Siswa yang memiliki kemampuan memahami materi dan
minat dalam mempelajari agama Islam biasanya akan lebih aktif
dan mudah dalam mengikuti proses belajar.
Dalam memaksimalkan proses belajar siswa pada mata
pelajaran pendidikan agama Islam, penting bagi guru untuk
memahami karakteristik siswa serta menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi siswa.
54
Arifin, M. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah
Pertama. Jurnal Ilmu Pendidikan, (2018). 18(1), 41-54.

50
Selain itu, guru juga perlu menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif dan memotivasi siswa untuk aktif dalam proses belajar.55

Proses belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan


Agama Islam dapat berbeda-beda tergantung pada faktor-faktor
seperti kurikulum, metode pengajaran yang digunakan, dan
karakteristik siswa itu sendiri. Namun, secara umum, terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, antara lain:56
a) Faktor kurikulum: Kurikulum Pendidikan Agama Islam dapat
berbeda-beda di setiap sekolah. Beberapa sekolah mungkin
mengajarkan aspek-aspek teori Islam, sementara yang lain
mungkin lebih fokus pada praktik-praktik Islam sehari-hari.
Oleh karena itu, siswa akan belajar sesuai dengan kurikulum
yang diikuti oleh sekolah mereka.
b) Metode pengajaran: Metode pengajaran yang digunakan oleh
guru Pendidikan Agama Islam juga dapat mempengaruhi
proses belajar siswa. Beberapa metode yang sering digunakan
adalah ceramah, diskusi kelompok, presentasi, dan latihan
membaca dan menulis.
c) Keaktifan siswa: Siswa yang aktif dalam proses belajar akan
cenderung lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
Siswa yang aktif bisa menanyakan pertanyaan, mengikuti
diskusi, dan berpartisipasi dalam kegiatan kelas.
d) Lingkungan belajar: Lingkungan belajar juga bisa
mempengaruhi proses belajar siswa. Sebuah kelas yang

55
Mahmudah, N., & Kurniasih, E. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah. Jurnal Edukasi, (2017). 2(2), 121-132.
56
Rohmah, U., & Sunaryono, S.. Pengaruh Minat Belajar terhadap Hasil Belajar
Pendidikan Agama Islam pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Banjarnegara. Jurnal Pendidikan
Agama Islam, (2020). 8(1), 72-85.

51
nyaman dan bebas dari gangguan bisa membantu siswa untuk
lebih fokus dan konsentrasi dalam belajar.
e) Bakat dan minat siswa: Siswa yang memiliki minat dan bakat
dalam Pendidikan Agama Islam cenderung lebih mudah untuk
belajar. Siswa yang menyukai topik tertentu akan lebih
termotivasi untuk mempelajari topik tersebut.
Dalam proses belajar Pendidikan Agama Islam, guru juga
memainkan peran yang penting. Guru harus memahami
karakteristik siswa dan menggunakan metode pengajaran yang
efektif untuk memfasilitasi pembelajaran. Selain itu, guru juga
harus memberikan umpan balik yang konstruktif dan membantu
siswa dalam memahami materi yang diajarkan.
Kesimpulannya bahwa proses belajar mengajar Pendidikan
Agama Islam (PAI) meliputi pengenalan konsep-konsep dasar
Islam, pemahaman tentang Al-Quran dan Hadis, serta pengenalan
tentang nilai-nilai dan etika Islam. Guru PAI harus memilih metode
dan strategi pengajaran yang sesuai untuk memotivasi dan
memfasilitasi siswa dalam belajar. Selain itu, guru harus
menciptakan lingkungan belajar yang positif dan menginspirasi
siswa untuk mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan begitu, siswa dapat memahami dan
mengaplikasikan nilai-nilai Islam dengan benar dan menjadi
individu yang lebih baik.
D. Kerangka Pikir
Kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini ialah
mengidentifikasi Hubungan Mutu Pendidikan dan Keteladanan Guru
Terhadap Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam Di SMA Plus Melati Samarinda. Berikut kerangka pikir
penelitian:

MUTU PENDIDIKAN X1

52
PROSES PEMBELAJARAN PAI
Y

KETELADANAN GURU X2

E. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan atau prediksi sementara peneliti
terhadap hasil penelitian sebelum dilakukan pengujian di lapangan
setelah menyusun kerangka berpikir. Berdasarkan kerangka berpikir
diatas maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1) Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan mutu pendidikan terhadap
Proses Belajar Pendidikan Agama Islam di SMA Plus Melati
Samarinda
2) Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan keteladanan guru terhadap
Proses Belajar Pendidikan Agama Islam di SMA Plus Melati
Samarinda
3) Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan mutu pendidikan dan
keteladanan guru terhadap proses belajar Pendidikan Agama Islam
di SMA Plus Melati Samarinda

53
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif dapat dijelaskan sebagai metode penelitian yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara medeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi.57 Dalam penelitian ini, penelitian mengarah pada realita
yang berkaitan dengan hubungan mutu pendidikan dan keteladanan
guru yang mempengaruhi proses belajar mata pelajaran PAI di SMA
Plus Melati Samarinda.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah penelitian
asosiatif. Hal semacam ini untuk memutuskan hubungan sebab akibat
setidaknya antara dua faktor, khususnya sebagai faktor bebas (X) dengan
variabel faktor terkait (Y). Menurut Sugiono penelitian asosiatif
merupakan penelitian yang bermaksud agar memperoleh pengaruh atau

57
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta ,
2014),147
54
keterkaitan atau hubungan antara dua variabel atau lebih.58 Jenis
hubungan tersebut adalah sebagai ketentuan , khususnya hubungan
sebab akibat yang berasal dari faktor bebas sebagai berikut: mutu
pendidikan (X1), keteladanan guru (X2), pada variabel Proses Belajar
Mengajar PAI (Y).

B. Tempat dan Lokasi Penelitian


Lokasi yang telah ditentukan pada penelitian ini adalah SMA Plus
Melati Samarinda di Yayasan Melati Jalan. H.A.A.M Rifaddin,
Kelurahan harapan Baru, Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda
Seberang RT 33.
C. Populasi Sampel Sampling
Adapun populasi, sampel dan sampling serta teknik pengambilan
sampling dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Populasi
Definisi populasi ialah suatu himpunan bersifat menyeluruh
yang berasal dari beberapa obyek/subyek berkualitas dan
berkarakteristik tertentu yang dipilih oleh peneliti agar dipelajari
lalu ditarik kesimpulannya.59 Maka populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa-siswa SMA Plus Melati Samarinda. Populasi
yang diambil hanya 2 kelas yang yang terdiri dari masing kelas X
dan XI dengan jurusan IPA dan IPS.
Karena di SMA Plus Melati Samarinda memiliki 2 kelas
disetiap jenjang dan jurusanya, maka setiap jurusan diambil 1 kelas
sebagai pengujian kesukaran angket sebelum dilakukanya
pengambilan hasil penelitian.
2. Sampel
58
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung:
ALFABETA, 2013), 8
59
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Dan R&D,..,.80
55
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populai, misalnya
karena adanya keterbatasan dana, waktu dan tenaga, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa
yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan
untuk populasi. Untuk yang diambil dari populasi harus betul-betul
representative (mewakili).60 Sampel yang diambil yaitu 2 kelas yang
terdiri dari jenjang kelas X dan kelas XI dengan jurusan IPA dan
IPS yang ada di SMA Plus Melati Samarinda
Sampel yang digunakan pada penelitian adalah siswa-siswi
SMA Plus Melati Samarinda. Dalam Penelitian ini untuk
pengambilan dan penentuan jumlah sampel penulis menggunakan
teori Solvin, pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan
metode sampel acak (random sampling) dengan menggunakan
rumus Solvin sebagai berikut:

Keterangan:
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = Perkiraan tingkat kesalahan (10% atau 0,1). 61
D. Analisis Data
Analisis data yang digunkan dengan menggunakan analisis
kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah metode analisis data yang
menggunakan angka dan statistik untuk menggambarkan dan
menganalisis data. Metode ini biasanya digunakan dalam penelitian

60
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung:Alfabeta ,
2014), 81
61
Esti Yuandari dan R. Topan Aditya Rahman, Metodelogi Penelitian dan Statistika,
(Bogor: In Media, 2017). 10
56
ilmiah atau bisnis untuk mengambil keputusan berdasarkan fakta dan
bukti numerik yang diperoleh dari data.

Analisis yang dilakukan terhadap data yaitu sebagai berikut:


1. Instrumen Data
a) Uji Validitas
Validitas ialah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan suatu instrument penelitian. Apabila instrument yang
digunakan memiliki tingkat validitas yang rendah maka alat ukut
tersebut kurang valid.

Keterangan:
Rxy = Koefisien subyek atau responden
N = Jumlah subyek atau responden
x = Skor butir
y = Skor total
Dasar pengambilan keputusan dalam uji validitas adalah
sebagai berikut:
1) Jika rhitung >rtabel, maka dinyatakan valid.

2) Jika rhitung < rtabel maka dinyatakan tidak valid.

Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa tepat


intrumen atau kuisioner yang disusun mampu menggambarkan yang
sebenarnya dari variable penelitan. Biasanya syarat minimun 0,3
sebuah intrumen dikatakan valid apabila nilai koofisien rhitung ≥

57
rtabel.62
b) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui kekonsistenan alat
ukur yang akan digunakan, artinya suatu alat ukur digunakan untuk
pengukuran dua kali atau lebih akan mendapatkandata yang sama
seperti saat digunakan pada penelitian pertama. 63 Uji reliabilitas
dilakukan terhadap item pertanyaan yang dianggap valid. Uji
reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode Cronbacgh’s
Alpha dengan Skala Cronbacgh’s Alpha sampai.64

Keterangan:
Rn = Realibilitas instrument
K = Banyaknya pertanyaan
Σ ∂20 = Jumlah varian butir
∂21= Varian total
2. Uji Asumsi Klasik
a) Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data

terdistribusikan secara normal atau tidak. Apabila data terdistribusi

secara normal maka digunakan uji statistik parametrik sedangkan

apabila data tidak terdistribusi secara normal maka digunakan uji

statistic non parametrik.65 Uji yang dapat digunakan adalah uji

Kolmograv-Smirnov dimana uji ini dapat digunakan untuk sampel


62
Igbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistika Edisi ke-2 cet ke 3,(Jakarta: Bumi Aksara,
2005). 235
63
Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan
Manual dan Aplikasi SPSS 17, (Jakarta: Rajawali Press. 2014). 55
64
Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistika dengan SPSS 16.0, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2009). 97
65
Sofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan Manual
dan Aplikasi SPSS Versi 17. (Jakarta: Rajawali Press, 2014). 173
58
besar (<50).66 Apabila nilai signifikasi lebih dari 0,05 maka data

terdistribusi normal sedangkan apabila nilai signifikasi kurang dari

0,05 maka data tidak terdistribusi normal.67

b) Uji Linearitas
Uji linieritas menggunakan Deviation from Linearity. Uji
linearitas dilakukan untuk menyatakan bahwa setiap persamaan regresi
linier. Hubungan antar variabel indipenden dan dependen yang harus
linear.
c) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara variabel bebas. Apabila terdapat hubungan yang
tinggi antara variabel-variabel bebas tersebut maka hubungan antara
variabel bebas terhadap varaiabel terikat akan terganggu.68 Dasar
pengambilan keputusan pada uji multikolinearitas dapat dilakukan
dengan melihat nilai tolerance dan nilai VIF (Variance Inflation
Factor) dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10,00 maka
artinya tidak terjadi multikolinearitas.
2) Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10,00 maka
artinya terjadi multikolinearitas.
d) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t
dengan kesalahan penganggu periode t-1 (Sebelumnya). Jika terjadi
korelasi maka dapat dikatakan terdapat masalah Autokorelasi. Uji
autokorelasi hanya dipakai untuk data time series (data yang
66
Hardisman, Mudah Praktis Gratis dan Legal Analisis Data dan Statistik Kesehatan
dengan Program JASP, (t.tp.:Guepedia, 2020). 87
67
V.Wirantna Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi, (Yogyakarta: Pustaka
Baru, 2015). 225
68
Nikolaus Duli, Metodelogi Penelitian Kuantitatif: Beberapa Konsep Dasar Untuk
Penulisan Skripsi & Analisis Data dengan SPSS, (Sleman: Deepublish, 2019). 120
59
diperoleh dalam kurun waktu tertentu) seperti data laporan
keuangan dan lain-lain. Sementara untuk data cross section (data
yang diperoleh secara bersamaan atau sekaligus seperti penyebaran
kuisioner), maka data tersebut tidak perlu dilakukan uji auto
korelasi.69
a) Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah
terdapat ketidak samaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Untuk memperkirakan dan tidaknya
heteroskedastisitas dapat diamati menggunakan pola gambar
Scatterplot, regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas apabila:
1) Titik data tersebar diatas dan dibawah atau disekitar
angka 0.
2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau
bawah saja.
3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola
bergelombang melebar kemudian menyempit dan
melebar kembali.
4) Penyebaran titik-titik data tidak berpola.70

3. Uji Analisis Regresi Linier Berganda


Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terkait.71 Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan analisis regresi berganda di
karenakan jumlah variabel bebas yang digunakan lebih dari satu
yang mempengaruhi satu variabel terikat. Berikut Rumus yang
digunakan sebagai berikut:

69
Firdaus, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Riau: DOTPLUS Publisher,2021). 34
70
Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0 (Jakarta: PT Pustaka Raya,
2009). 80
71
A. Lind Douglas, G. Marcal William, A. Wathen Samuel, Teknik-teknik statistika
dalam Bisnis dan Ekonomi, Edisi 13, (Jakarta: Salemba Empat, 2008) 76
60
Y =a+b 1 X1 +b 2 X2 +ei
Keterangan:
Y : Variabel Proses Mengajar Belajar PAI
X1 : Variabel Mutu Pendidikan
X2 : Variabel Keteladanan Guru
a : Konstata
b : Koefisien Regresi
e : Kesalahan Penganggu

4. Uji Hipotesis
a) Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial ini memiliki tujuan untuk menguji pengaruh setiap
variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun perhitungannya
dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ttabel atau nilai
probabilitas sebesar 5% atau 0,05. Adapun uji t mempunyai kriteria
penerimaan atau penolakan. H0 ditolak jika thitung> ttabel atau
nilai probabilitas < 0,05 dan H0 diterima jika thitung< ttabel atau
nilai probabilitas >0,05.72
b) Uji Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas secara
keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap variabel terkaitnya.
Uji ini dilakukan secara serentak.73
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data pada penelitian ini maka peneliti
menggunakan beberapa motode pengumpulan data. Metode teknik
pengumpulan data adalah sebuah cara yang digunakan oleh peneliti
untuk memperoleh informasi dari responden sebagai instrument
72
Sofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2013).303-304
73
Robert Kurniawan dan Budi Yuniarto, Analisis Regresi Dasar Dan Penerapannnya
Dengan R, (Jakarta, Kencana, 2016). 96-97
61
pengumpulan data yang memastikan tercapai tidaknya suatu penelitian.74
Berikut ini metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini
yaitu:
a) Observasi ialah Metode observasi, digunakan apabila seorang
peneliti ingin mengetahui secara empiric data yang diamati.
Metode ini diartikan sebagai metode pengumpulan data yang
dilaksanakan dengan pengamatan yang disertai dengan
pencatatan, secara teratur terhadap objek yang diteliti/diamati.
Sebagai suatu metode ilmiah observasi juga dapat diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang diteliti.
Metode observasi yang dilakukan dengan jalan terjun secara
langsung ke dalam lingkungan di mana penelitian itu
dilaksanakan. Pengamatan yang dilakukan disertai dengan
pencatatan terhadap hal-hal yang muncul terkait dengan
informasi atau data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu
mengenai kondisi umum madrasah, kegiatan belajar mengajar,
keadaan sarana dan fasilitas pendidikannya.
b) Metode Angket adalah kumpulan pertanyaan yang dipakai untuk
mendapatkan dari responden yang berhubungan dengan individu
maupun hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. 75 Angket
ini akan diberikan kepada responden yaitu siswa-siswi SMA
Plus Melati Samarinda.
c) Metode Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data
berupa informasi tertulis yang berisi penjelasan dan juga
argument tentang fenomena yang actual dan sesuai dengan
masalah penelitian. Teknik dokumentasi dari mengumpulkan
dokumen, memilih dokumen yang serasi dengan sasaran

74
Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2005). 133
75
Eko Nugroho, Prinsip-prinsip Menyusun Kuesioner, (Malang: UB Press, 2018). 19
62
peneliti.76 Metode ini dipakai untuk mendapatkan informasi
mengenai siswa-siswi SMA Plus Melati Samarinda.
F. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Untuk mengukur mutu pendidikan menggunakan angket dengan indikator


sebagai berikut:

Tabel 3.1
Kisi-kisi Angket Mutu Pendidikan
No. Aspek/ Indikator No. Soal Jumlah
Komponen Mutu Soal
Pendidikan
1. Menyediakan Memberikan 1,2,3,4 4
kualitas Fasilitas fasilitas, gedung,
sumber daya fisik ruang kelas, lab,
belajar dan tempat belajar
yang nyaman
2. Menyediakan dan Output tingkat 6,7,10,11, 8
menyiapkan lulusan 13,18,19,20
lulusan yang baik
3. Kualitas pendidik In put yang 5,15,16, 6
pada masa didapatkan oleh 17,26,27
mengajar peserta didik
tentang materi yang
diberikan oleh guru
4. Profesionalitas Pemanfaatan bahan 8,9,12, 6
seorang guru ajar/teknologi 14,21,25
dalam bekerja penunjang
pembelajaran
5. Kualitas Memberikan 22,23,24 3
76
Muhammad, Metodelogi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, (Depok:
PT RajaGrafindo, 2008).152
63
pelayanan pelayanan yang
didalam dan baik
diluar sekolah
Jumlah Soal 27 Soal

Untuk mengukur Keteladanan Guru menggunakan angket dengan


indikator sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Angket Keteladanan Guru
No. Aspek/Komponen Indikator No. Soal Jumlah
Keteladanan Guru Soal
1. Merupakan contoh Etika dan 1,2,3,4,5,6,7 7
baik perilaku, integritas guru
perkataan
sertapenampilah
2. Kualitas seorang Komunikasi efekti 8,9,11,20 4
pendidik baik saat dan tutur kata
disekolah/diluar yang baik
3. Kebijakan guru Menyelesaikan 10,15,24,25 4
dalam masalah/konflik
pengambilan didalam kelas
keputusan
4. Pengembangan Memberikan 12,13,14,16,17 13
diri dalam bentuk contoh atau ,
praktek praktek langsung 18,19,21,22,
sebagai guru yang 23,26,27,28
baik
Jumlah Soal 28 Soal

64
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Profile Sekolah SMA Plus Melati Samarinda
Sekolah ini Bernama SMA Plus Melati Samarinda, dengan
Nomor Pokok Sekolah Nasional 69774826, SMA Plus Melati ini
terletak di Jl. H.A.M.M Rifaddin, Kelurahan Harapan Baru,
Kecamatan Loa Janan Ilir Kota Samarinda Provinsi Kalimantan
Timur dengan Kepala Sekolah Bapak Rudin Lapandewa, M.Pd.
Sekolah ini berstatus swasta dengan nilai akreditasi A, luas lahan
yang dimiliki di SMA Plus Melati Samarinda seluas,
Telepon/HP/Fax 082311107119/ 05414114616.
Letak geografis SMA Plus Melati Samarinda sangat
strategis, karena berada di badan jalan poros yang dimana dilalui
oleh orang setiap harinya, selain itu juga SMA Plus Melati
berdekatan dengan kampus UINSI Samarinda, Rumah Sakit Moeis,
selain itu di Yayasan Melati yang menaungi SMA Plus Melati di
lengkapi oleh fasilitas seperti tempat ibadah (masjid), jogging
track, kolam renang, auditorium, asrama, serta lapangan yang
menunjang setiap aktifitas peserta didik yang tingga dan bersekolah
disana.
2. Visi, Misi dan Motto Sekolah
Visi:
“ Menyiapkan Lulusan yang Unggul, BerwawasanGlobal,
Menguasai IPTEK dan Berakhlak Mulia ”.

65
Misi:
a. Meningkatkan pengembangan diri siswa menjadi insan yang
berakhlak mulia;
b. Membina dan mendidik siswa agar memiliki disiplin tinggi;
c. Menyelenggarakan pembelajaran efektif berbasiskan
Teknologi informasi dan komunikasi untuk mengoptimalkan
potensi dan prestasi siswa;
d. Menyiapkan siswa memasuki jenjang Pendidikan yang
lebih tinggi bermutu di dalam maupun luar negeri;
e. Meningkatkan kecakapan dan keterampilan
berkomunikasi dengan Bahasa asing;
f. Menyelenggarakan Pendidikan dengan lingkungan
kondusif.
Motto :

“Beradab-Berilmu”

Tabel 4.1

Profil Sekolah

1. Identitas Sekolah

1 Nama Sekolah : SMAS Plus Melati

2 NPSN : 69774826

3 Jenjang Pendidikan : SMA

4 Status Sekolah : Swasta

5 Alamat Sekolah : Jl. HAMM. Rifaddin

RT / RW : 0 / 0

Kode Pos : 75132

Kelurahan : Harapan Baru

66
Kecamatan : Kec. Loa Janan Ilir

Kabupaten/Kota : Kota Samarinda

Provinsi : Prov. Kalimantan Timur

Negara : Indonesia
6 Posisi Geografis : -0,5526 Lintang
117,1212 Bujur
3. Data Pelengkap          

7 SK Pendirian Sekolah : 421/071/DP.IIIA/03/2013

8 Tanggal SK Pendirian : 2013-03-18

9 Status Kepemilikan : Yayasan

10 SK Izin Operasional : 421/071/DP.IIIA/03/2013

11 Tgl SK Izin Operasional : 2013-03-18

12 Kebutuhan Khusus Dilayani :  

13 Nomor Rekening : 320538636

14 Nama Bank : BANK NEGARA INDON...


BANK NEGARA INDONESIA
15 Cabang KCP/Unit :
CABANG SAMARINDA...
16 Rekening Atas Nama : SMAPLUSMELATISEKOLAH...

17 MBS : Tidak

18 Memungut Iuran : Ya (Tahunan)

19 Nominal/siswa : 600,000

20 Nama Wajib Pajak : SMA PLUS MELATI

21 NPWP : 819835042722000

3. Kontak Sekolah

20 Nomor Telepon : 05414114616

21 Nomor Fax :  

67
22 Email : info@smaplusmelatismd.sch.id

23 Website : http://www.smaplusmelatismd.sch.id

3. Pendidik dan Peserta Didik


Berikut ini adalah data pendidik dan jabatan di SMA Plus
Melati Samarinda.
Tabel 4.2
Data Pendidik SMA Plus Melati Samarinda
Nama Jabatan
Rudin Lapandewa, M. Pd Kepala Sekolah
Yasinta Karolina Ene Gili, S.Pd Guru Fisika
Dra. Lestari Handayani, M.Si, PSI Guru Bimbingan Konseling
Khusnul Khotimah, S.Pd Guru Matematika
Sumardiati, S.Kom, M.Pd Guru TIK
Dicky Feryanto, S.Pd Guru PJOK
Irma Damayanti, S.Pd Guru Matematika
Kasmah Suprianti, S.Pd Guru Bahasa Inggris
Febriawan Fitriyanto, M.Pd Guru PAI
M. Suwandi, S.Pd Guru Kimia
Masita Novianty, S.Pd Guru Biologi
Anita Apristiyani, S.Pd Guru Ekonomi
Muhammad Prayogi, S.Pd Guru Geografi
Sudirman, S.Pd Guru Sejarah
Rizqi Purnama Putri, S.S Guru Seni Budaya
Alfin Gaffar Subhana, S.Pd Guru Sosiologi
Sadam Aditya Nugeraha, S.Pd Guru PPKN
Herman Nurhadi, S.Sos.I Kepala TU
Marantika, S.Pd Staff TU
Arsani Staff TU
Sumber : Data TU
68
4. Sarana dan Prasarana
SMA Plus Melati Samarinda adalah sebuah sekolah menengah
atas di Samarinda. Sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah ini
berperan penting dalam mendukung kegiatan belajar mengajar dan
kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa. Berikut ini adalah penjelasan
singkat mengenai sarana dan prasarana di SMA Plus Melati Samarinda:
a) Ruang Kelas: Sekolah ini dilengkapi dengan ruang kelas yang
nyaman dan dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti meja,
kursi, papan tulis, dan perangkat audio-visual.
b) Perpustakaan: SMA Plus Melati Samarinda memiliki
perpustakaan yang lengkap dengan berbagai koleksi buku dan
referensi. Perpustakaan ini menjadi tempat bagi siswa untuk
memperluas pengetahuan mereka di luar ruang kelas.
c) Laboratorium: Sekolah ini memiliki laboratorium sains yang
dilengkapi dengan peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan
untuk eksperimen dan praktikum dalam mata pelajaran seperti
kimia, fisika, dan biologi.
d) Aula: Aula sering digunakan untuk kegiatan sekolah seperti
upacara bendera, presentasi, seminar, dan pertunjukan seni.
Aula ini memiliki kapasitas yang cukup besar dan dilengkapi
dengan peralatan audio-visual.
e) Lapangan Olahraga: SMA Plus Melati Samarinda memiliki
lapangan olahraga yang luas untuk kegiatan fisik dan olahraga
siswa, seperti sepak bola, bola basket, bulu tangkis, dan atletik.
f) Ruang Seni: Terdapat ruang seni yang digunakan untuk kegiatan
seperti seni lukis, seni musik, dan teater. Ruang ini dilengkapi
dengan peralatan dan alat musik yang diperlukan.
g) Ruang Komputer: SMA Plus Melati Samarinda memiliki ruang
komputer yang dilengkapi dengan perangkat keras dan
perangkat lunak yang memadai untuk mendukung pembelajaran
69
komputer dan teknologi informasi.
h) Kafetaria: Terdapat kafetaria di sekolah yang menyediakan
makanan dan minuman bagi siswa dan staf sekolah selama jam
istirahat.
Selain sarana dan prasarana tersebut, SMA Plus Melati
Samarinda juga memiliki fasilitas lain seperti ruang guru, ruang kepala
sekolah, ruang BK (Bimbingan dan Konseling), toilet, dan area parkir.
Semua sarana dan prasarana ini bertujuan untuk menciptakan
lingkungan belajar yang optimal bagi siswa serta mendukung kegiatan
akademik dan non-akademik di sekolah. (lihat table pada lampiran)

B. Penyajian Data
1. Pengaruh Mutu Pendidikan Terhadap Proses Belajar Siswa
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus Melati
Samarinda.
a. Rekapitulasi skor angket Mutu Pendidikan Variabel X1
dibawah ini:

70
Tabel 4.5
abel Kuesioner Angket untuk Variabel Mutu Pendidikan
Sumber : Data Diolah, 18 Mei 2023
x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 4 3 3 5 4 4 4 3 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 3 5 4 5 4 5 3 4 5
2 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 3 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 2 3 3 4 5 5 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 4 3 5 5 3 5 3 5 5 4 5 4 5 4 5 5 3 4 3 4 4 3 5 5 5 5
6 3 3 3 4 5 3 5 2 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 5 3 4 5 5 5 4 3
7 3 3 3 5 5 2 5 3 4 1 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 4 5
8 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
9 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 3 5 2 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4
10 5 4 3 5 5 3 5 3 3 5 4 5 4 5 4 5 5 3 4 3 4 4 3 5 5 5 5
11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
12 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
13 4 5 3 5 4 5 5 3 4 4 3 3 4 4 5 3 4 3 3 4 4 3 3 5 4 5 3
14 4 4 3 4 4 3 5 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4
15 3 4 3 2 4 4 4 3 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 2 4 4 5 3
16 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3
17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
18 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
19 3 5 3 5 5 3 3 2 3 3 5 4 5 5 5 5 5 3 3 4 3 5 3 5 3 3 5
20 5 5 2 4 3 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
21 3 5 3 2 5 5 5 3 3 5 5 5 3 3 5 5 5 3 5 2 3 5 4 5 5 5 3
22 3 2 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 4 4
23 4 4 3 1 5 4 5 3 5 5 5 5 4 3 5 5 3 5 4 5 5 3 4 4 5 3 4
24 3 2 2 3 4 4 2 3 4 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 4 4 3 3
25 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
26 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4 3
27 2 3 2 4 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 2 3 4 3 1 3
28 3 3 3 5 5 3 5 4 3 5 4 5 5 4 5 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3
29 2 3 2 4 3 3 2 2 3 4 3 3 4 4 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 4
30 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 4 3 5 5 4 5 5 2 4 5 4
31 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
32 3 2 2 3 4 4 2 3 4 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 4 4 3 3
72
b. Deskripsi Mutu Pendidikan
peneliti akan menganalisa pernyataan dari angket di atas:

Tabel 4.6
Jumlah Hasil Angket

1 2 3 4 5 Jumlah
4 67 344 242 234 891
Sumber : Angket, Mei 2022

Gambar

Mutu Pendidikan 1 2
0% 8%
5
26%

3
39%
4
27%
Berdasarkan table di atas, diperoleh hasil sebesar 26% atau
sebanyak 234 orang memilih Sangat Baik, 27% atau 242 orang
memilih Baik, sebesar 39% atau 344 orang memilih Cukup Baik, 8%
atau 67 orang memilih Sangat Tidak Baik, dan 0% atau 4 orang
memilih Sangat Tidak Baik.

2. Pengaruh Keteladanan Guru Terhadap Proses Belajar Siswa


Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus Melati
Samarinda.
a. Rekapitulasi skor angket Keteladanan Guru Variabel X2
dibawah ini:

74
Tabel 4.7
Tabel Kuesioner Angket untuk Variabel Keteladanan Guru

X X X X X
No. X2 x2 X2 X2 X2 X2 2 X2 X2 X2 X2 2 X2 X2 X2 2 X2 X2 X2 2 X2 X2 X2 X2 2 X2 X2 X2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 4 4 4 5 5 5 5 3 5 5 5 5 4 5 3 5 4 3 5 4 5 5 3 3 4 5 4 3
2 4 4 4 3 4 4 4 4 2 5 5 2 5 5 4 2 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4
3 4 5 5 5 3 4 2 3 1 3 3 3 4 4 3 5 5 5 2 3 3 3 5 5 3 4 3 5
4 3 4 3 2 3 4 4 2 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 1 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4
6 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3
7 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5
9 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4
10 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4
11 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 3 4 4 5 4 3 4 3 5 4 3 5 4 3 5 4 4 4
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 3 3 3 4 5 3 4
13 5 3 3 4 4 3 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
14 5 3 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5
15 4 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 5 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 2
16 3 4 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 2 4 5 4 5
17 3 3 4 2 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 5
18 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4
19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4
20 3 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4
21 4 2 4 4 2 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 3 4 2 2 3 4 4 2
22 4 5 3 3 5 5 5 4 3 4 3 1 4 5 5 5 5 5 5 2 4 2 4 4 5 4 3 3
23 4 4 4 4 2 3 5 5 4 4 3 5 4 3 5 5 5 5 5 4 3 5 4 4 4 3 5 4
24 4 4 4 4 2 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 3 5 4 4 4 4 5 4
25 4 4 3 2 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 3 5 5 2 5
26 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4
27 4 5 4 2 5 5 5 4 3 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 3
28 5 5 5 4 5 4 5 4 5 2 3 4 4 5 4 4 4 3 2 4 3 5 4 3 2 4 4 4
29 4 5 5 3 5 5 5 1 5 5 5 5 4 1 5 5 5 3 2 5 5 2 5 5 3 5 3 4
30 4 3 4 5 2 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 3 5 4 4 4 4 5 4
31 4 4 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 1 5 5 3 5 5 5 1 5 3 3 5
32 5 5 5 4 5 4 3 4 5 5 2 3 4 4 4 3 2 3 5 4 3 5 4 3 5 4 3 3
33 5 3 2 4 4 2 1 1 5 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 1 4 3 4 4 4 4 2 4

76
b. Deskripsi
Peneliti akan menganalisa pernyataan dari table skor
angket di atas.
Tabel 4.8
Jumlah Hasil Angket

1 2 3 4 5 Jumlah
11 45 194 386 288 924
Sumber: Angket, Mei 2023

Gambar

Keteladanan Guru
1 2 3 4 5

1%
5%
31% 21%

42%

Berdasarkan table di atas, diperoleh hasil sebesar 31% atau


sebanyak 288 orang memilih Sangat Baik, 42% atau 386 orang
memilih Baik, sebesar 21% atau 194 orang memilih Cukup Baik, 5%
atau 45 orang memilih Sangat Tidak Baik, dan 1% atau 11 orang
memilih Sangat Tidak Baik.

3. Pengaruh Mutu Pendidikan dan Keteladanan Guru Terhadap Proses


Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendididkan Agama Islam di SMA Plus
Melati Samarinda.
Untuk menemukan pengaruh Mutu Pendidikan dan
Keteladanan Guru Terhadap Proses Belajar Siswa Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA Plus Melati Samarinda ini
menggunakan rumus Uji F untuk mengetahui pengaruhnya secara
simultan. Hasil rekapitulasi angket keseluruhan masing-masing
variable dan proses belajar mata pelajaran PAI akan diolah dengan
78

rumus uji F menggunakan aplikasi SPSS versi 26. Angket Mutu


Pendidikan dan Keteladanan Guru akan diolah dengan variable Y
proses belajar mata pelajaran PAI dengan rincian sebagai berikut:;
a. Rekapitulasi Skor Angket Variabel Y (Proses Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran PAI)
Tabel 4.9
Tabel Kuesioner Angket untuk Variabel Proses Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran PAI
Skor Skor
No. X1 X2
1 114 120
2 104 117
3 99 103
4 108 101
5 116 94
6 106 107
7 115 104
8 80 137
9 123 100
10 114 100
11 134 118
12 80 107
13 105 110
14 109 113
15 97 94
16 79 115
17 81 92
18 80 137
19 106 109
20 126 103
21 110 93
22 86 110
23 111 115
24 77 121
25 133 126
26 98 133
27 78 121
28 106 110
29 76 115
30 121 121
31 79 118
32 77 109
94
BAB V
79

ANASLISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data
1. Uji Asumsi Dasar
a. Uji Validitas
Pengujian validasi digunakan untuk mengukur tingkat valid
atau sah nya pertanyaan suatu kuesioner. Angket atau kuesioner
dianggap valid apabila pertanyaan tersebut dapat mengungkapkan
sesuatu yang diukur dari kuesioner. Ghauri dan Gronhaug yang
dikutip oleh Hamed Taherdoost menuliskan bahwa validitas
diperlukan untuk menjelaskan seberapa baik data yang
dikumpulkan yang mencakup area penelitian atau investigasi yang
sebenarnya.77 Uji validitas pada penelitian ini diolah
menggunakan SPSS versi 26.
Uji validitas pada penelitian digunakan untuk mengukur
sah atau tidak suatu kuesioner dengan skor total pada tingkat
signifikansi 5% dan jumlah sampel sebanyak 35 responden. Untuk
pengujian validitasnya, maka peneliti membandingkan pearson
correlation setiap butir soal dengan tabel r product moment. Jika
rhitung > rtabel maka item pernyataan tersebut dinyatakan valid.
Hasil uji validitas dapat disajikan pada tabel dibawah ini dengan
n=35, maka didapatkan df sebesar 35-2 = 33 dan α = 5 % maka
nilai rtabel sebesar 0.3338.

Tabel 5.1
Uji Validitas Mutu Pendidikan

77
Hameed Taherdoost, “Validity and Reliability of the Research Instrument; How to test the
Validation of Quoestionnaire/Survey in Research” dalam International Journal of Academic Research in
Management, Vol. 5, No. 3,Switzerland: Helvetic Edition LTD,28.
80

Mutu Pendidikan X1
81

No. R hitung R tabel Keputusan


1 0,59 0,34 Valid
2 0,53 0,34 Valid
3 0,27 0,34 Tidak Valid
4 0,46 0,34 Valid
5 0,47 0,34 Valid
6 0,51 0,34 Valid
7 0,47 0,34 Valid
8 0,58 0,34 Valid
9 0,50 0,34 Valid
10 0,71 0,34 Valid
11 0,43 0,34 Valid
12 0,57 0,34 Valid
13 0,72 0,34 Valid
14 0,78 0,34 Valid
15 0,73 0,34 Valid
16 0,45 0,34 Valid
17 0,52 0,34 Valid
18 0,69 0,34 Valid
19 0,77 0,34 Valid
20 0,62 0,34 Valid
21 0,53 0,34 Valid
22 0,31 0,34 Tidak Valid
23 0,72 0,34 Valid
24 0,30 0,34 Tidak Valid
25 0,39 0,34 Valid
26 0,40 0,34 Valid
27 0,43 0,34 Valid
28 0,54 0,34 Valid
29 0,36 0,34 Valid
82

30 0,71 0,34 Valid

Sumber: Output SPSS

Sugiyono menuliskan bahwa indikator dalam


angket/kuesioner dapat tergolong valid apabila nilai r hitung lebih
besar dari r tabel.78 Berdasarkan table di atas diketahui bahwa r table
adalah 0,3338, dan diketahui bahwa terdapat 30 soal angket untuk
variable mutu Pendidikan (x1), dan terdapat 3 soal yang tidak valid
atau nilai r hitung lebih rendah dari r table. Sehingga dapat disimpulkan
ada sebanyak 27 soal yang dianggap valid dan dapat digunakan
dalam penelitian.
Tabel 5.1
Keteladanan Guru
No r hitung r tabel Keputusan
1 0,54 0,32 V
2 0,69 0,32 V
3 0,59 0,32 V
4 0,60 0,32 V
5 0,50 0,32 V
6 0,65 0,32 V
7 0,51 0,32 V
8 0,50 0,32 V
9 0,69 0,32 V
10 0,70 0,32 V
11 0,59 0,32 V
12 0,63 0,32 V
13 0,71 0,32 V
14 0,58 0,32 V
15 0,57 0,32 V
16 0,60 0,32 V
17 0,69 0,32 V
18 0,58 0,32 V
19 0,59 0,32 V

78
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT
Alfabeta, 2016, 36.
83

20 0,43 0,32 V
21 0,64 0,32 V
22 0,67 0,32 V
23 0,57 0,32 V
24 0,52 0,32 V
25 0,61 0,32 V
26 0,51 0,32 V
27 0,46 0,32 V
28 0,30 0,32 T
29 0,25 0,32 T
30 0,50 0,32 V
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan table di atas diketahui bahwa r table adalah
0,3338, dan diketahui bahwa terdapat 30 soal angket untuk variable
keteladanan guru (x2), dan terdapat 2 soal yang tidak valid.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada sebanyak 28 soal
yang dianggap valid dan dilanjutkan untuk digunakan dalam
penelitian berikutnya.

b. Uji Realibilitas
Uji Reliabilitas pada suatu instrumen penelitian adalah sebuah
uji yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu kuisioner yang
digunakan dalam pengumpulan data penelitian sudah dapat dikatakan
reliabel. Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen
penelitian yang digunakan, dalam hal ini kuesioner dapat digunakan
lebih dari satu kali atau paling tidak oleh responden yang sama Dalam
penelitian ini, untuk mengukur reliabilitas instrumen menggunakan
rumus Alpha Cronbach dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS
Versi 26. Nilai correlated item-total correlation dalam suatu indikator
agar dinyatakan handal adalah minimal 0.70. Berikut merupakan hasil
dari masing – masing uji reliabilitas.
Tabel 5.3
Uji Reliabilitas
No. Variabel Cronbach’s Alpha Keputusan
84

1. Mutu Pendidikan (x1) 0,911686802 Reliabel


2. Kotelawala Guru (x2) 0,928681052 Reliabel
Sumber: Output SPPS

Berdasarkan hasil uji realibilitas pada tabel diatas, didapatkan


informasi sebagai berikut.

1. Pada variabel Pendampingan Orang tua diperoleh nilai Cronbach’s


Alpha sebesar 0.926, nila i tersebut > 0.70. Berdasarkan hal tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut reliabel.
2. Pada variabel Kemandirian Belajar diperoleh nilai Cronbach’s Alpha
sebesar 0.863 nilai tersebut > 0.70. Berdasarkan hal tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut reliabel.
3. Pada variabel Motivasi Belajar diperoleh nilai Cronbach’s Alpha
sebesar 0.939 nilai tersebut > 0.70. Berdasarkan hal tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut reliabel.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji ini dilakukan pada tahap awal setelah data diperoleh yang
tujuannya untuk memperoleh perkiraan serta syarat awal agar uji regresi
linier dapat dilakukan. Tahapan yang dilaksankan pada uji ini yakni:.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi nilai
residual memiliki distribusi normal atau tidak.Ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dalam uji
normalitas, yaitu dengan cara analisis grafik dan analisis statistik. Pada
penelitian ini, uji normalitas secara analisis statistik menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov karena data > 30, untuk melakukan pengambilan
keputusan dalam uji normalitas Kolmogorov smirnov dapat dilakukan
dengan membandingkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed), dengan
signifikansi yang digunakan 𝛼=0,05. Dasar pengambilan keputusan
adalah dengan melihat angka probabilitas 𝑝, dengan ketentuan:
85

1) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0.05 maka asumsi normalitas
terpenuhi.
2) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0.05 maka asumsi normalitas
tidak terpenuhi.
Berikut adalah hasil uji normalitas dengan menggunakan aplikasi SPSS
versi 26.
Tabel 5.4
Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 33
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. 13,23754812
Deviation
Most Extreme Absolute ,096
Differences Positive ,095
Negative -,096
Kolmogorov-Smirnov Z ,551
Asymp. Sig. (2-tailed) ,922
a. Test distribution is Normal.

Sumber: Output SPSS

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov


pada tabel diatas, diketahui nilai probabilitas p atau Asymp. Sig. (2-
tailed) sebesar 0,922. Karena nilai probabilitas p, yakni 0.922 lebih
besar dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti
asumsi normalitas dipenuhi. Selain menggunakan analisis statistik, uji
normalitas juga dapat dilihat dengan menggunakan analisis grafik
berupa histogram dan normal P-Plot. Berikut merupakan hasil dari
analisis grafik.
86

Gambar I
Hasil Uji Grafik Normalitas,

Gambar II
Uji Normalitas P-Plot

Berdasarkan grafik histogram diatas, dapat dilihat bahwa sebaran


data berbentuk lonceng. Sedangkan pada grafik normal p-plot
dapat dilihat bahwa titik-titik sampel mengikuti garis diagonal dari
kiri bawah ke kanan atas. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal dan asumsi normalitas
terpenuhi.
b. Uji Linieritas
87

Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi


model yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang
digunakan dalam suatu studi empiris sebaiknya berbentuk linear,
kuadrat atau kubik. Dengan uji linearitas akan diperoleh informasi
apakah model empiris sebaiknya linear, kuadrat atau kubik, dasar
pengambilan keputusan uji linearitas adalah jika nilai Sig. Deviation
from Linearity. > 0.05 maka asumsi linearitas terpenuhi, jika nilai Sig.
Deviation from Linearity. < 0.05 maka asumsi linearitas tidak
terpenuhi
Berikut merupakan hasil dari Uji Linieritas yang tersaji pada
Tabel dibawah ini.

Tabel 5.

Uji Linieritas

Pengaruh Sig. Deviation from Linearity

Mutu Pendidikan dengan Proses 0,134


Belajar Siswa

Keteladanan Guru dengan Proses 0,791


Belajar Siswa

Sumber: Output SPSS

Nilai probabilitas (Sig. Deviation from Linearity) > 0.05.


Karena nilai probabilitas (Sig. Deviation from Linearity) dari semua
variabel lebih besar dari signifikansi 0.05 atau 5% maka dapat
disimpulkan asumsi linearitas terpenuhi.
88

c. Uji Multikolinieritas
Uji multikoliniearitas digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel
independen.79 Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat masalah
multikoliniearitas. Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas
atau tidak dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF) dan
nilai Tolerance. Model regresi yang baik jika nilai Tolerance > 0,10
dan VIF < 10. Berikut merupakan hasil uji multikoloniearitas tersaji
pada tabel dibawah.
Tabel 5.5
Hasil Uji Multikolinieritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Mutu Pendidikan ,975 1,025
Keteladanan Guru ,975 1,025

Sumber: Output SPSS


Dalam penelitian ini data yang digunakan dalam uji
multikolinearitas ini adalah data dari variabel independen.
Berdasarkan tabel diatas diketahui masing-masing nilai VIF sebagai
berikut:

1) Nilai VIF untuk variabel Independent Mutu Pendidikan adalah


1.025 < 10 dengan nilai Tolerance adalah 0.975 > 0.10
maka variable Independen Mutu Pendidikan dapat dinyatakan
tidak terjadi gejala multikoloniearitas.
2) Nilai VIF untuk variabel Independen Keteladanan Guru adalah
1.025 < 10 dengan nilai Tolerance adalah 0.975 > 0.10 maka variabel
Independen Keteladanan Guru dapat dinyatakan tidak terjadi gejala

79
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis …. ,78.
89

multikoloniearitas.

d. Uji heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak adanya
heterokedastisitas. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat
dilakukan dengan menggunakan scatter plot dan uji glesjer. Berikut
merupakan hasil dari analisis scatter plot yang tertera pada gambar
dibawah ini.
Gambar III
Scatter Plot

Terlihat pada tampilan grafik scatterplot diatas, bahwa titik-


titik menyebar diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, dan
data tersebut menyebar secara acak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi, analisis
dengan menggunakan scatter plot memiliki kelemahan yang cukup
signifikan karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil plotting.
Semakin sedikit jumlah sampel pengamaan, maka semakin sulit pula
menginterpretasikan hasil scatter plot. Oleh karena itu diperlukan uji
90

statistik yang lebih akurat untuk menjamin keakuratan hasil yang


didapatkan yaitu menggunakan uji glesjer. Uji glesjer dilakukan
dengan meregresikan nilai absolute residual (AbsRes) terhadap
variabel independen, Dasar pengambilan keputusan uji
heteroskedastisitas melalui uji Glejser adalah jika nilai Sig. > 0.05
maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas, jika nilai Sig. < 0.05
terjadi gejala heteroskedastisitas
Berikut merupakan hasil dari Uji Heteroskedastisitas yang

tersaji pada tabel dibawah ini:

Table 5.6

Hasil Uji heteroskedastisitas

Model t Sig.

1 (Constant) 1,539 ,134


Mutu Pendidikan ,267 ,791
Keteladanan Guru 2,346 ,026
Sumber: Output SPSS

Nilai probabilitas (Sig) dari variabel Mutu Pendidikan sebesar

0.791, dari variabel Keteladanan Guru sebesar 0.26, Karena nilai

probabilitas (Sig) dari semua variabel lebih dari signifikansi 0.05 atau

5% maka dapat disimpulkan asumsi homoskedastisitas terpenuhi yang

artinya tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

3. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh model


dalam rangka menerangkan variansi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi antara nol dan satu. Jika angka koefisien
determinasi semakin mendekati 1, maka pengaruh variabel independen
91

terhadap variabel dependen semakin tinggi. Berikut merupakan hasil


dari koefisien determinasi (R2) yang tersaji pada Tabel dibawah ini.

Tabel 5

Hasil Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa


jauh model dalam rangka menerangkan variansi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu. Jika angka koefisien
determinasi semakin mendekati 1, maka pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen semakin tinggi. Berikut
merupakan hasil dari koefisien determinasi (R2) yang tersaji pada
Tabel dibawah ini.

Tabel

Hasil Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
1 ,394a ,155 ,099 13,67168
Sumber : Output SPPS

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi diatas, nilai R2 (R

Square) dari model regresi digunakan untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan variabel bebas (independen) dalam menerangkan

variabel terikat (dependen). Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa

nilai R2 sebesar 0,155, hal ini berarti bahwa 15.5% variasi dari

variabel dependent Proses Belajar Siswa dapat dijelaskan oleh variasi

dari ke dua variabelindependen yaitu Mutu Pendidikan dan

Keteladanan Guru. Sedangkan sisanya sebesar (100%-15.5% = 84.5%)


92

dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.

Hasil ini kemudian diinterpretasikan dengan ketentuan sebagai

berikut:

Tabel

Interpretasi Nilai R

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,000 – 0,199 Sangat Rendah
0,200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Cukup Kuat
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat Kuat

Nilai r variabel mutu Pendidikan dan keteladanan guru

terhadap proses belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan

agama islam di SMA Plus Melati Samarinda sebesar 0.155

berdasarkan ketentuan yang ada, tingkat hubungan yang dimiliki

berada pada taraf “Sangat Rendah”

4. Uji Analisis Regresi Linier Berganda


Analisis regresi linear berganda merupakan suatu analisis yang
digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel
atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen Berikut merupakan hasil
analisis regresi linear berganda yang tersaji pada Tabel di bawah ini:
93

Tabel 5.7 Model Unstandardized


Coefficients
Hasil Regresi
B Std. Error
Linear 1 (Constant) 43,107 28,007 Berganda

Mutu Pendidikan ,036 ,135


Keteladanan ,472 ,201
Guru

Sumber: Output SPSS

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda pada Tabel

diatas, diperoleh model regresi sebagai berikut:

𝑌 = 43.107 + 0.036𝑋1 + 0.472𝑋2

Dimana : Y = Proses Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI

X1 = Mutu Pendidikan

X2 = Keteladanan Guru

Berdasarkan model regresi linear berganda diatas, didapatkan

informasi sebagai berikut.

1. Konstanta sebesar 43.107 yang berarti apabila tidak terdapat

perubahan pada nilai variabel independen (Mutu Pendidikan &

Keteladanan Guru) maka variabel dependent (Proses Belajar Mata


94

Pelajaran PAI) nilainya adalah 43.107

2. Koefisien regresi pada variabel Mutu Pendidikan (X1) sebesar

0.036 dan positif artinya jika variabel Mutu Pendidikan


mengalami kenaikan sebesar 1 poin secara signifikan, dan variabel

independen lainnya bernilai tetap. Maka Mutu Pendidikan

meningkatkan nilai dari variabel Proses Belajar Siswa Mata

Pelajaran PAI sebesar 0.036.

3. Koefisien regresi pada variabel Keteladanan Guru (X2) sebesar

0.472 dan positif artinya jika variabel Kemandirian Belajar

mengalami kenaikan sebesar 1 poin secara signifikan, dan variabel

independen lainnya bernilai tetap. Maka variabel Keteladanan Guru

akan meningkatkan nilai dari variabel Hasil Belajar Siswa sebesar

0.472.

5. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen
baik secara parsial maupun simultan, serta seberapa besar pengaruh
variabel independen tersebut dalam model regresi. Dalam penelitian ini
menggunakan uji analisis regresi linear berganda untuk memprediksi
seberapa besar pengaruh antara Pendampingan Orang tua,
Kemandirian Belajar, dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar
Siswa. Perhitungan uji ini dilakukan dengan bantuan SPSS 26, adapun
hasil dari uji hipotesis terbagi menjadi dua yaitu uji simultan dengan
menggunakan f dan uji parsial dengan menggunakan uji t. Berikut
merupakan hasil dari pengujian hipotes
a. Uji F
Uji simultan dilakukan untuk mengetahui pengaruh beberapa
variabel independen secara bersama-sama terhadap satu variabel
dependen, dasar untuk pengambilan keputusan Uji F ini adalah jika
nilai Sig. < 0.05 atau Fhitung > Ftabel maka variabel independen
96

berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen, namun jika


nilai Sig. > 0.05 atau Fhitung < Ftabel maka variabel independen tidak
berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.
Dengan menggunakan sampel sebanyak 33, variabel independen 2 dan
taraf nyata 5%, maka didapatkan Ftabel sebesar (k; n-k) = (2, 30) = 3,32
Tabel 5.
Hasil Uji Simultan

Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
Regression 1030,797 2 515,398 2,757 ,080b
1 Residual 5607,446 30 186,915
Total 6638,242 32
sumber: Output SPSS

Berdasarkan Tabel diatas didapatkan informasi nilai


signifikansi seesar 0.000 < 0.05 dan nilai Fhitung sebesar 2.757 > Ftabel
sebesar 3.32 yang artinya variabel independen berupa Mutu
Pendidikan dan Keteladanan Guru, Tidak Berpengaruh atau tidak
Signifikan terhadap variabel dependent berupa Proses Belajar Siswa
Mata Pelajaran PAI . Dengan demikian dapat diambil kesimpulan
bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari
variabel independen yang berupa Mutu Pendidikan dan Keteladanan
Guru terhadap variabel dependent Proses Belajar Siswa.
b. Uji T
Uji parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen secara
parsial. Uji parsial dapat dilakukan melalui statistik uji t dengan cara
membandingkan nilai Sig. t dengan nilai alpha 0.05 dan juga thitung
dengan ttabel, dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
97

1) Jika Sig. < 0.05, atau thitung > ttabel, maka variabel independent
berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.
2) Jika Sig. > 0.05, atau t hitung < ttabel maka variabel independent tidak
berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.
Dengan menggunakan sampel sebanyak 33, variabel independen 2 dan
taraf nyata 5%, maka didapatkan ttabel sebesar (α/2; n-k-1) = (0.025; 30)
= 2.042.

Tabel 5

Hasil Uji Parsial

Model tt Sig.
Sig.

1 (Constant) 6,898 ,000


Mutu Pendidikan -,096 ,924
Model
2 (Constant) 2,181 ,037
Keteladanan 2,369 ,024
Guru
Sumber : Output SPSS

Berdasarkan hasil uji t, yang tersaji pada Tabel diatas diperoleh


informasi sebagai berikut:

1) Variabel Mutu Pendidikan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.924,


nilai tersebut besar dari 0.05. Sedangkan untuk t hitung didapatkan
nilai sebesar -0.096 < t tabel (2.042). Berdasarkan hal tersebut dapat
dikatakan bahwa variabel Mutu Pendidikan (x1) tidak berpengaruh
terhadap variabel Proses Belajar Siswa. Sehingga hipotesis pertama,
H1 : variabel Mutu Pendidikan tidak berpengaruh signifikan Negatif
secara parsial terhadap variabel Proses Belajar Siswa “ditolak”.
2) Variabel Keteladanan Guru memiliki nilai signifikansi sebesar 0.037,
nilai tersebut lebih kecil dari 0.05. Sedangkan untuk t hitung
didapatkan nilai sebesar 2.369 > t tabel (2.042). Berdasarkan hal
98

tersebut dapat dikatakan bahwa variabel Keteladanan Guru


berpengaruh terhadap variabel Proses Belajar Siswa. Sehingga
hipotesis kedua, H2 : variabel Keteladanan Guru berpengaruh
signifikan positif secara parsial terhadap variabel Proses Belajar Siswa
“diterima”
B. Pembahasan
1. Pengaruh Mutu Pendidikan terhadap Proses Belajar Siswa Mata
pelajaran PAI di SMA Plus Melati Samarinda.
Berdasarkan analisis data dan penguji hipotesis yang telah
dilakukan, maka dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat pengaruh antara
Mutu Pendidikan terhadap Proses Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI di
SMA Plus Melati Samarinda. Hal ini diketahui dari perhitungan
menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 26 bahwa didapatkan koefisien
regresi pada variable Mutu Pendidikan sebesar 0,3 6. Perhitungan nilai t
parsial yang didapatkan dari uji regresi ganda dalam menguji variabel
Mutu Pendidikan (x1) terhadap Proses Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI
di SMA Plus Melati Samarinda didapatkan hasil t hitung sebesar -0,096 .
jika dibandingkan dengan nilai t table sebesar 2.042 > -0.096 t hitung dan
nilai signifikansi 0.094 > 0.05. dari perbandingan nilai tersebut, dapat
ditarik kesimpulan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya tidak
terdapat pengaruh Mutu Pendidikan terhadap Proses Belajar Siswa Mata
Pelajaran PAI di SMA Plus Melati Samarinda.

Adanya ketidak signifikannya suatu variabel tentunya memiliki


berbagai factor yang terjadi didalamnya, suatu mutu yang dimana
merupakan taraf tolak ukur suatu instansi tentunya memiliki peran yang
urgensi demi sebuah hasil atau capaian yang memuaskan serta lebih
efesiensinya terjaga.
99

Seperti yang telah dikutip pada bab II pembahasan peneliti terkait


factor penghambat suatu mutu Pendidikan dikutip dari Prayitno, antara
lain:

1. Kurang relevannya kurikulum dengan kebutuhan instansi


2. Kurangnya fasilitas penunjang Pendidikan yang diberikan oleh
sekolah
3. Terdapat pengajar yang kurang berkualitas atau tidak memahami
materi yang diajarkan
4. Terdapat kebijakan-kebijakan yang tidak menyesuaikan dengan
keadaan atau kondisi lapangan
5. Dan masih banyak lagi factor yang tentunya mempengaruhi
terjadinya kegagalan mutu Pendidikan yang ada di sebauh instansi.
Dari pemaparan diatas tentunya menjadi bahan evaluasi serta
pertimbangan kedepan untuk dapat mengambil serta melakukan segala
bentuk pertimbangan dalam hal pengambilan keputusan serta kebijakan,
dan memahami penuh kebutuhan-kebutuhan penunjang sekolah untuk
menjadikan sekolah unggul.

2. Pengaruh Keteladanan Guru terhadap Proses Belajar Siswa Pada Mata


Pelajaran PAI di SMA Plus Melati Samarinda
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah
dilakukan, maka dapat dijelaskan bahwa terdapat pengaruh antara
Keteladanan Guru terhadap Proses Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI di
SMA Plus Melati Samarinda. Hal ini dapat diketahui dari perhitungan
menggunakan bantuan aplikasi SPSS Versi 26 bahwa didapatkan koefisien
regresi pada variabel Keteladanan Guru sebesar 0.472. perhitungan nilai t
parsial yang didapatkan dari uji regresi ganda dalam menguji variabel
Keteladanan Guru (x2) terhadap variabel Proses Belajar Siswa Mata
Pelajaran PAI di SMA Plus Melati Samarinda (y) didapatkan hasil t
hitung sebesar 2.369. jika dibandingkan dengan nilai t table sebesar 2.042
< 2.369 t hitung dan nilai signifikansi 0,037 < 0,05. Dari perbandingan
100

nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang


artinya terdapat pengaruh signifikan Keteladanan Guru terhadap Proses
Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI di SMA Plus Melati Samarinda.

3. Pengaruh Mutu Pendidikan dan Keteladanan Guru terhadap Proses


Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus
Melati Samarinda
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah
dilakukan, maka dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat pengaruh antara
Mutu Pendidikan dan Keteladanan Guru terhadap Proses Belajar Siswa
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus Melati Samarinda.
Hal ini diketahui dari perhitungan menggunakan bantuan aplikasi SPSS
versi 26 bahwa didaptkan perhitungan nilai uji simultan dalam menguji
variabel Mutu Pendidikan (x1) dan Keteladanan Guru (x2) terhadap Proses
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI (y) di SMA Plus Melati Samarinda
didapatkan hasil F hitung sebesar 2.757 jika dibandingkan dengan nilai F
table 3,32 > 2.757 F hitung dan nilai signifikansi 0.80 > 0.05. dari
perbandingan nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha
ditolak yang artinya tidak terdapat pengaruh Mutu Pendidikan dan
Keteladanan Guru terhadap Proses Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI di
SMA Plus Melati Samarinda.

Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan, dapat diketahui bahwa


factor Keteladanan Guru menyumbang pengaruh terbesar terhadap Proses
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMA Plus Melati Samarinda.
Dalam penelitian ini mutu Pendidikan yang dimaksud adalah berbagai
aspek fasilitas, sarana dan prasarana. Selanjutnya yang dimaksud dengan
keteladanan guru ialah suatu Tindakan atau perilaku yang memberikan
contoh kepada peserta didik. Dari hasil uji hipotesis yang sudah dilakukan
mendapatkan hasil yang tidak signifikan sehingga perlunya perbaikan.
101

Anda mungkin juga menyukai