Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI PENINGKATAN MUTU MADRASAH

A. Pendahuluan

Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang sudah cukup tua

usianya. Sekitar 1909 M madrasah sudah mulai berkembang di bumi Nusantara

Indonesia. Dalam rangka memperkukuh eksistensi madrasah menjadi komponen

pendidikan nasional sebagai penyelenggara kewajiban belajar, pemerintah

menerbitkan Undang-Undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran Nomor 4 tahun

1950, pada Pasal 10 ayat (2) dinyatakan bahwa belajar disekolah-sekolah agama yang

telah mendapat pengakuan dari menteri agama dianggap telah memenuhi kewajiban

belajar.

Kebijakan pemerintah meningkatkan mutu madrasah ternyata belum final.

Puluhan bahkan ratusan, mungkin juga ribuan kebijakan telah dikeluarkan oleh

pemerintah untuk mendongkrak mutu madrasah. Pengelola madrasah-pun tidak

ketinggalan melakukan inovasi untuk meningkatkan mutu input dan output madrasah.

Meskipun demikian, peningkatan mutu madrasah masih kurang memuaskan.

Walaupun ada juga beberapa madrasah yang mutunya setigkat dengan sekolah-

sekolah dilingkungan diknas. Namun madrasah yang seperti itu, jumlahnya masih

sedikit dan belum representatif.

Dalam perkembangan pendidikan dewasa ini, madrasah harus berhadapan

dengan tuntutan baru, terutama menyangkut pemberlakukan PP No. 19 Tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan, sehingga madrasah pun dalam pelaksanaannya

sebagai salah satu lembaga pendidikan di Indonesia harus memenuhi kriteria minimal

dalam sistem pendidikannya, baik itu standar isi, standar proses, standar kompetensi

lulusan, standar pendidik, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaam, standar

pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.

Agar madrasah mampu menyesuaikan dengan tuntutan standar nasional

pendidikan tersebut, maka hendaknya menyusun suatu strategi yang dapat

mengembangkan madrasah menjadi lembaga pendidikan Islam yang bermutu.

Menurut Mujamil Qomar, madrasah yang dikatakan bermutu adalah madrasah yang

mampu menjadikan anak yang asalnya lambat menjadi anak yang pandai melalui

berbagai upaya terobosan strategis. Manajer pendidikan Islam harus berkonsentrasi

pada upaya menjadikan input yang baik melalui proses yang sangat baik untuk

menghasilkan output yang unggul/istimewa; input yang sedang melalui proses yang

istimewa menghasilkan output yang baik sekali; dan input yang rendah melalui

proses yang sangat istimewa menghasilkan ouput yang baik.1

Berdasarkan pendapat di atas dipahami bahwa mutu madrasah dapat dilihat

dari kemampuan dari proses pendidikan di madrasah tersebut menghasilkan lulusan

yang unggul dan berprestasi. Menurut Oemar Hamalik pengertian mutu dapat dilihat

dari segi normatif dan deskriptif. Dari segi normatif mutu belajar dalam pendidikan

1
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam; Strategi Baru Pengelolaan Lembaga
Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 208
dilihat dari produk pendidikan yakni manusia terdidik, sedangkan dari segi deskriptif

mutu dapat dilihat dari hasil tes prestasi belajar peserta didik.2

Berdasarkan beberapa pendapat di atas jelaslah bahwa, peningkatan mutu

madrasah sangat penting dilakukan karena akan mempengaruhi kualitas dari proses

pendidikan dan lulusan dari pendidikan madrasah tersebut baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang implementasi

peningkatan mutu madrasah. Adapun rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana upaya peningkatan mutu madrasah?

2. Bagaimana contoh implementasi peningkatan mutu madrasah tersebut?

B. Pembahasan

1. Peningkatan Mutu Madrasah

a. Pengertian Mutu Madrasah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mutu didefinisikan ”kadar, taraf atau

derajat, kualitas.”3 Menurut Umaedi, secara umum mutu mengandung makna ”derajat

(tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun

jasa.”4 Menurut Elliot, mutu adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda

dan tergantung pada waktu dan tempat atau dikatakan sesuai dengan tujuan.5

2
Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), h. 33
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1997), h. 677
4
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 554
5
Ibid., h. 555
Sedangkan pendapat lain mendefinisikan mutu berkenaan dengan penilaian

bagaimana suatu produk memenuhi kriteria, standar atau rujukan tertentu.6 Menurut

Husaini Usman mutu adalah produk atau jasa yang sesuai dengan standar mutu yang

telah ditetapkan.7

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa yang

dimaksud dengan mutu madrasah adalah suatu gambaran kualitas proses dan hasil

pendidikan madrasah yang sesuai dengan tujuan atau kriteria yang ditentukan.

Dengan demikian mutu madrasah dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.

b. Upaya Peningkatan Mutu Madrarasah

Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan mutu madrasah adalah

lembaga pengelola kurang fungsional, organisasi kelembagaan kurang lengkap,

sarana dan prasarana pendidikan belum memenuhi standar, kebanyakan kepemilikan

oleh swasta dengan implikasinya sistem akreditasi yang belum mapan, penyebaran

madrasah belum merata pada setiap komunitas umat Islam, jumlah guru kurang

memadai, penempatan guru tidak merata, kualitas mengajar guru masih rendah,

keahlian guru tidak sesuai, tenaga administrasi jumlahnya terbatas.8

Mengingat banyaknya jumlah persoalan yang dihadapi dalam peningkatan

mutu madrasah secara nasional yang jelas dan memiliki komitmen tinggi terhadap

6
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2007), h. 169
7
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), h. 410.
8
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: PT Gemawindu
Pancaperkasa, 2000), h. 127.
aspirasi yang terus berkembang dan berubah secara sangat cepat. Karena itu

disamping kejelasan rancangan, rencana pengembangan juga harus lentur terhadap

kemungkinan perubahan situasi dan kondisi. Dalam kaitan ini, kearifan rekayasa bagi

kegiatan yang tepat sasaran, merupakan persyaratan personil yang terlibat dalam

menejemen baik pada tingkat nasional maupun regional.

Untuk maksud tersebut dikemukakan beberapa hal yang menjadi dasar upaya

peningkatan mutu madrasah:

1) Menjadikan ajaran agama Islam sebagai basic references seluruh kegiatan

pengembangan pendidikan di madrasah. Ajaran Islam merupakan fondasi dari

seluruh aktivitas kehidupan manusia muslim, karena itu proporsional manakala

setiap kegiatan pendidikan di madrasah memakai rujukan utama Al-Qur’an, baik

pada tingkat literal maupun konseptual. Hal ini penting lantaran hasil

pengembangan kehidupan masyarakat yang Islami. Dalam tataran yang lebih

makro, pendidikan di madrasah harus menghasilkan lulusan yang memiliki

kedudukan sentral dalam memberi warna kehidupan masyarakat sekitarnya.

Bertolak dari cara pandang ini maka pembangunan madrasah di Indonesia harus

mengacu kepada ajaran Islam dalam berbagai segi dan kegiatannya. Pada dataran

manajemen madrasah tingkat nasional hal ini bermula dari perencanaan

pengembangan sejalan sejalan penyusunan falsafah dasar sampai terakhir dalam

bentuk rencana detail pengembangan tiap komponen pembangunan madrasah.

Sementara pada dataran tingkat lokal, warna seluruh implementasinya terletak

sejakperencanaan pembuatan kurikulum, rekrutmen murid dan guru, proses


belajar mengajar kepada pelepasan anak didik dan penarikan sumber daya

pendidik dari aktivitas pendidikan.9

Hal tersebut dijelaskan Allah SWT dalam firman-Nya di surat An-Nahl ayat

64:

             

 
Artinya: “dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan

agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan

menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman” (An-Nahl: 64)10

Selanjutnya Allah SWT juga menjelaskan dalam firman-Nya di surat Shaad

ayat 29:

         
Artinya: “ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan

berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran

orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Shaad:29).11

2) Madrasah sebagai lembaga pendidikan umum yang beciri khas agama Islam,

berfungsi sebagai pengembang dasar-dasar keterampilan multidimensi. Hal ini

lantaran pendidikan pada madrasah pada dasarnya merupakan subsistem dari

9
Ibid., h. 128-129
10
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 2001), h. 411
11
Ibid., h. 736
pendidikan umum yang sederajat. Pendidikan pada madrasah memiliki fungsi

yang sama dengan pendidikan umum lainnya yakni untuk mengembangkan

kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia

dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Demikian juga halnya dengan

tujuan pada pendidikan madrasah. Ia terikat pada tujuan pendidikan nasional

yakni “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan

jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.” Sejalan dengan semakin terdiversifikasi jenis-

jenis keterampilan pembangunan yang diperlukan, maka pengembangan dasar-

dasar keilmuan dan penguasaan keterampilan profesional tingkat menengah pun

(dalam hal ini pendidikan di madrasah) perlu pengembangan ke segala sektor

kehidupan. Sudah barang tentu hal ini dengan memperhitungkan kondisi daerah,

kecenderungan penyediaan sumber daya alam, keterbukaan peluang sektor-sektor

profesi kehidupan serta ketersediaan sumber daya manusianya.12 Dalam

pendidikan Islam, maka seluruh kegiatan pendidikan harus ditujukan untuk

menciptakan manusia yang memiliki akhlak yang mulia.

3) Pengembangan secara bertahap. Pengembangan madrasah baik negeri maupun

swasta ke arah yang menjadi visi rencana pengembangan harus dilakukan secara

bertahap. Pentahapan dalam pengembangan dimaksudkan supaya dalam kegiatan-


12
Ibid., h.129
kegiatan yang sifatnya ad-hock terhindari, sebab kegiatan demikian akan

mengakibatkan program antar periode jabatan pejabat jadi tidak dalam satu

kesatuan yang menyeluruh. Sehingga pengembangan tidak pernah selesai dan

diketahui hasilnya secara jelas. Diharapkan melalui pengembangan secara

bertahap, kompleksitas permasalahan dapat dikurangi serta berbagai intervensi

atas kegiatan pembinaan, lantaran aspirasi yang berubah terlalu cepat dan

meloncat-loncat. Dengan melihat permasalahan tersebut di atas dapat diketahui

bahwa dalam pengembangan madrasah secara nasional sangat diperlukan antara

lain adanya peningkatan keterampilan manajemen dan kesadaran fungsi masing-

masing bagian pengelola madrasah secara keseluruhan, diperlukan pengadaan dan

penyempurnaan sarana dan prasarana pendidikan baik fasilitas fisik maupun

fasilitas non fisik (seperti perangkat supervisi guru), pengadaan dan peningkatan

mutu staf pengajar, pengadaan dan peningkatan mutu staf tata usaha, rangsangan

kegiatan siswa serta pembinaan lulusan-lulusan.13

Dengan melihat permasalahan di atas maka tahapan-tahapan peningkatan

mutu madrasah setidaknya memerlukan empat tahapan yaitu:

1) Pemerataan kesadaran dan keterampilan manajemen pada tingkat


pengelola dan pelaksanaan madrasah.
2) Pengembangan sarana dan prasarana pendidikan madrasah
3) Pengadaan dan peningkatan mutu staf pengajar
4) Pengadaan dan peningkatan mutu staf tata usaha14

13
Ibid., hal.129
14
Ibid., hal.130
Menurut Mujamil Qomar ada beberapa strategi yang ditawarkan dalam

peningkatan mutu madrasah, yaitu sebagai berikut:

1) Merumuskan visi, misi dan tujuan lembaga secara jelas dan berusaha keras
mewujudkannya melalui kegiatan riil sehari-hari.
2) Membangun kepemimpinan yang profesional
3) Menyiapkan tenaga pendidik yang profesional
4) Menyempurnakan strategi rekrutmen siswa
5) Memberikan kesadaran kepada siswa tentang pentingnya belajar
6) Merumuskan kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa
7) Menggali strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa
8) Menggali sumber keuangan yang produktif
9) Membangun sarana pembelajaran yang memadai
10) Mengkondisikan lingkungan belajar yang kondusif
11) Meningkatkan kesejahteraan pegawai
12) Mewujudkan etos kerja yang tingggi
13) Memberikan pelayanan yang prima
14) Mempublikasikan kualitas proses dan hasil pembelajaran
15) Membangun jaringan kerjasama dengan pihak-pihak lain
16) Menjalin hubungan erat dengan masyarakat
17) Beradaptasi dengan budaya lokal
18) Menyinkronkan kebijakan-kebijakan lembaga dengan kebijakan
pendidikan nasional.15

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa upaya yang

dapat dilakukan dalam meningkatkan mutu madrasah adalah dengan memberdayakan

madrasah melalui penerapan kebijakan School-based Management (Manajemen

berbasis Madrasah). Inti dari kebijakan ini adalah membiarkan (memberikan

wewenang dan tanggung jawab kepada) madrasah untuk menentukan apa yang

terbaik bagi madrasahnya dalam upaya menghasilkan lulusan yang berkualitas.

15
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam; Strategi Baru Pengelolaan Lembaga
Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 55
2. Contoh Implementasi Peningkatan Mutu Madrasah

Manajemen Berbasis Madrasah (selanjutnya disingkat dengan MBM)

merupakan salah satu contoh strategi yang dapat digunakan dalam meningkatkan

mutu madrasah. Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) merupakan salah satu

wujud dari reformasi pendidikan, yang menawarkan kepada madrasah untuk

menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi peserta didik.

Eman Suparman mengatakan bahwa Manajemen Berbasis Madrasah dapat

didefinisikan sebagai penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh

madrasah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan

madrasah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi

kebutuhan mutu madrasah atau untuk mencapai tujuan mutu madrasah dalam

pendidikan nasional.16 Pendapat lain mendefinisikan Manajemen Berbasis Madrasah

merupakan gagasan yang menempatkan kewenangan pengelolaan madrasah dalam

satu keutuhan entitas sistem. Di dalamnya terkandung adanya desentralisasi

kewenangan yang diberikan kepada madrasah untuk membuat keputusan.17

Pendapat lain memberikan pengertian Manajemen Berbasis Madrasah adalah

suatu konsep yang menawarkan kerjasama yang erat antara madrasah, masyarakat

dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing-masing, berkembang didasarkan

kepada keinginan pemberian kemandirian kepada madrasah untuk ikut terlibat secara

16
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2008), h. 239
17
Ibid.
aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas pendidikan melalui

pengelolaan sumber daya madrasah yang ada.18

Pendapat yang sama mengemukakan bahwa Manajemen Berbasis Madrasah

adalah model manajemen yang memberi otonomi lebih besar pada madrasah dan

mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung

semua warga madrasah untuk meningkatkan mutu madrasah berdasarkan kebijakan

pendidikan nasional.19

Manajemen Berbasis Madrasah adalah bentuk alternatif pengelolaan madrasah

dalam program desentralisasi bidang pendidikan, yang ditandai adanya otonomi luas

di tingkat madrasah, partisipasi masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka

kebijakan pendidikan nasional.20 Dan Manajemen Berbasis Madrasah adalah suatu

ide tentang pengambilan keputusan pendidikan yang diletakkan pada posisi paling

dekat dengan pembelajaran, yakni madrasah.21

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat diambil suatu pengertian

bahwa Manajemen Berbasis Madrasah merupakan salah satu perwujudan dari

desentralisasi pendidikan. Dimana dengan Manajemen Berbasis Madrasah ini adanya

pengalihan wewenang pengambilan keputusan level madrasah, sehingga madrasah

diharapkan lebih mandiri dan mampu menentukan arah pengembangan yang sesuai

dengan kondisi dan tuntutan lingkungan masyarakatnya. Atau dengan perkataan lain,
18
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 195
19
Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Buku I Konsep dan
Pelaksanaan, (Jakarta: Direktorat SLP Dirjen Dikdasmen Sepdiknas, 2001), h. 3
20
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 196
21
Departemen Agama RI, Manajemen Berbasis Madrasah, (Jakarta: Ditjen Kelembagaan
Agama Islam, 2004), h. 3
madrasah harus mampu mengembangkan program yang relevan dengan kebutuhan

masyarakat. Dengan adanya program madrasah yang relevan, maka diharapkan

madrasah akan mampu menggali partisipasi masyarakat untuk berperanserta dalam

pengembangan madrasah, sehingga masyarakat mempunyai rasa memiliki terhadap

madrasah.

Dengan memperhatikan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada

dasarnya Manajemen Berbasis Madrasah merupakan suatu strategi meningkatkan

mutu madrasah yang menekankan pada pengerahan dan pendayagunaan sumber

internal madrasah dan lingkungannya secara efektif dan efisien sehingga

menghasilkan lulusan yang berkualitas atau bermutu.

Menurut Husaini Usman, prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam

melaksanakan Manajemen Berbasis Madrasah dalam upayanya meningkatkan mutu

madrasah antara lain sebagai berikut :

a. Komitmen, kepala madrasah dan warga madrasah harus mempunyai


komitmen yang kuat dalam upaya menggerakkan semua warga madrasah
untuk ber-MBM.
b. Kesiapan, semua warga madrasah harus siap fisik dan mental untuk ber-
MBM.
c. Keterlibatan, pendidikan yang efektif melibatkan semua pihak dalam
mendidik anak.
d. Kelembagaan, madrasah sebagai lembaga adalah unit terpenting bagi
pendidikan yang efektif.
e. Keputusan, segala keputusan madrasah dibuat oleh pihak yang benar-benar
mengerti tentang pendidikan.
f. Kesadaran, guru-guru harus memiliki kesadaran untuk membantu dalam
pembuatan keputusan program pendidikan dan kurikulum.
g. Kemandirian, madrasah harus diberi otonomi sehingga memiliki kemandirian
dalam membuat keputusan pengalokasian dana.
h. Ketahanan, perubahan akan bertahan lebih lama apabila melibatkan
stakeholders madrasah.22

Apabila suatu madrasah dalam upayanya meningkatkan mutu madrasah

dengan menerapkan Manajemen Berbasis Madrasah ini maka delapan prinsip tersebut

harus diperhatikan dan menjadi bahan pertimbangan serta dipersiapkan terlebih

dahulu, sehingga pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah berjalan dengan baik,

efektif dan efisien.

Tujuan utama Manajemen Berbasis Madrasah adalah untuk meningkatkan

kinerja madrasah terutama untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Namun

dalam pelaksanaannya sering terjadi penyimpangan sehingga hasilnya melenceng dari

tujuan utama. Berbagai literatur menunjukkan adanya beberapa strategi untuk

mencapai keberhasilan implementasi Manajemen Berbasis Madrasah.

Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah dalam upayanya meningkatkan

mutu madrasah akan berhasil melalui strategi-strategi berikut ini:

1) Madrasah harus memiliki otonomi terhadap empat hal yaitu dimilikinya


kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan yang
berkesinambungan, akses informasi ke segala bagian dan pemberian
penghargaan kepada setiap orang yang berhasil.
2) Adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan,
proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan instruksional
serta non-instruksional.
3) Adanya kepemimpinan kepala madrasah yang mampu menggerakkan
dan mendayagunakan setiap sumber daya madrasah secara efektif.
4) Adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam
kehidupan dewan madrasah yang aktif.
5) Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara
sungguh-sungguh.

22
Husaini Usman, Op. Cit., h. 498
6) Adanya guidelines dari departemen terkait sehingga mampu mendorong
proses pendidikan di madrasah secara efisien dan efektif. Guidelines
jangan sampai berupa peraturan-peraturan yang mengekang dan
membelenggu madrasah.
7) Madrasah harus memiliki transparansi dan akuntabilitas yang minimal
diwujudkan dalam laporan pertanggungjawaban setiap tahunnya.
8) Penerapan Manajemen Berbasis Madrasah harus diarahkan untuk
pencapaian kinerja madrasah dan lebih khusus lagi adalah peningkatan
pencapaia belajar siswa.
9) Implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsep-konsep
Manajemen Berbasis Madrasah, identifikasi peran masing-masing,
mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap peran barunya, implementasi
proses pembelajaran, evaluasi atas pelaksanaan di lapangan dan
dilakukan perbaikan-perbaikan.23

Penerapan Manajemen Berbasis Madrasah yang efektif secara spesifik dapat

mengidentifikasi beberapa manfaat sebagai berikut:

a. Memungkinkan orang-orang yang kompeten di madrasah untuk


mengambil keputusan yang akan meningkatkan pembelajaran.
b. Memberi peluang bagi seluruh anggota madrasah untuk terlibat dalam
pengambilan keputusan penting.
c. Mendorong munculnya kreativitas dalam merancang-bangun program
pembelajaran.
d. Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung
tujuan yang dikembangkan di setiap madrasah.
e. Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistik ketika orangtua
dan guru makin menyadari keadaan keuangan madrasah, batasan
pengeluaran, dan biaya-biaya program madrasah.
f. Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan kepemimpinan
baru di semua level.24

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dilihat betapa Manajemen

Berbasis Madrasah merupakan faktor utama dalam penyelenggaraan dan peningkatan

mutu madrasah. Karena Manajemen Berbasis Madrasah merupakan suatu usaha

23
Nurkolis, Strategi Sukses Implementasi MBS, dalam http://www.artikel.us/nurkolis/ 2 Mei
2009
24
Mulyono, Op. Cit., h. 253,
bersama yang dilakukan untuk mendayagunakan semua sumber daya baik manusia,

uang, bahan dan peralatan serta metode untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif

dan efisien, sehingga akan meningkatkan mutu madrasahnya.

Sebagaimana yang dikemukakan Rohiat bahwa salah satu faktor yang dapat

meningkatkan mutu madrasah adalah dengan mengimplementasikan konsep

Manajemen Berbasis Madrasah.25

Pendapat senada dikemukakan Nurkholis, bahwa dengan

mengimplementasikan Manajemen Berbasis Madrasah akan tercipta iklim madrasah

yang mendukung peningkatan pendidikan peserta didik.26 E. Mulyasa juga

mengemukakan bahwa, bahwa dengan mengimplementasikan Manajemen Berbasis

Madrasah akan meningkatkan mutu pengelolaan pendidikan di madrasah.27

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut jelaslah bahwa salah satu upaya yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu madrasah adalah dengan

mengimplementasikan Manajemen Berbasis Madrasah.

25
Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik, (Bandung: Refika Aditama, 2010),
h. 49
26
Nurkholis, Op. Cit., h. 23
27
E. Mulyasa, E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 25
C. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam pembahasan tersebut maka dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Mutu madrasah adalah suatu gambaran kualitas proses dan hasil pendidikan

madrasah yang sesuai dengan tujuan atau kriteria yang ditentukan. Dengan

demikian mutu madrasah dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.

2. Upaya meningkatan mutu madrasah antara lain:

a. Madrasah harus memiliki otonomi dalam mengelola dan menyelenggarakan

kegiatan pendidikannya.

b. Masyarakat harus berperan aktif.

c. Kepemimpinan yang mampu menggerakkan seluruh timnya dengan efektif

dan efisien.

d. Suasana madrasah yang demokratis.

e. Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara sungguh-

sungguh.

f. Transparansi dan akuntabilitas

g. Penerapan Manajemen Berbasis Madrasah

3. Contoh implementasi peningkatan mutu madrasah adalah dengan

mengimplementasikan konsep Manajemen Berbasis Madrasah.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: PT


Gemawindu Pancaperkasa, 2000)

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 2001)

Departemen Agama RI, Manajemen Berbasis Madrasah, (Jakarta: Ditjen


Kelembagaan Agama Islam, 2004)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:


Balai Pustaka, 1997)

Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Buku I Konsep dan


Pelaksanaan, (Jakarta: Direktorat SLP Dirjen Dikdasmen Sepdiknas, 2001)

E. Mulyasa, E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2005)

Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006)

Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam; Strategi Baru Pengelolaan Lembaga


Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007)

Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-


Ruzz Media, 2008)

Nurkolis, Strategi Sukses Implementasi MBS, dalam http://www.artikel.us/nurkolis/ 2


Mei 2009
Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990)

Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik, (Bandung: Refika Aditama,
2010)

Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Grasindo, 2010)

Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004)

Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,


(Bandung: Alfabeta, 2007)

Anda mungkin juga menyukai