Anda di halaman 1dari 23

“Isu-isu pendidikan islam di Indonesia”

Makalah ini diajukan sebagai untuk

Memmenuhi Tugas Mata Kuliyah Kapita Selekta Pendidikan Islam

Dosen pengampu : Elvia Maharani, S.Pd.I

Disusun Oleh :

Indani 1813.2.005

FAKULTAS TARBIYAH

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STIT YAPIMA BUNGO

2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam hasanah pendidikan nasional, madrasah telah mengalami perkembangan
yang Cukup pesat sejak awal abad ke dua puluh sampai sekarang. Secara historis
madrasah    adalah lembaga      pendidikan modern yang dikembangkan untuk
membantu keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pendidikan.
Madrasah diharapkan dapat menyediakan layanan pendidkan yang belum dapat
dilakkan oleh keluarga dan masyarakat. Keluarga dan masyarakat sangat menaruh
harapan kepada madrasah agar generasi mudanya mempunyai keterampilan untuk
menghadapi kehidupan masa depan yang tidak menentu.
Generasi muda diharapkan dapat menggapai keberhasilan baik dalam
kehidupan di dunia maupun kelak di alam akhirat. Sesuai dengan sabda nabi
Muhammad SAW yang artinya “Barang siapa yang ingin sukses di dunia maka
hanya dapat dicapai dengan ilmu, barang siapa yang ingin berhasil diakhirat maka
hanya dapat dicapai dengan ilmu, dan barang siapa yang berhasil di dunia dan
akhirat maka hanya dapat dicapai dengan ilmu.” Oleh karena itu kurikulum yang
diajarkan pada madrasah adalah meliputi seluruh kurikulum yang diajarkan pada
sekolah (istilah sekolah adalah untuk memberikan sebutan kelembagaan
pendidikan dasar dan menengah dibawah naungan Kementerian Pendidikan
Nasional sedangkan madrasah adalah untuk lembaga pendidikan tingat dasar dan
menengah dibawah naungan Kementerian Agama) ditambah dengan materi
pendidikan agama islam yaitu Aqidah Akhlak, Qur’an Hadits, Fiqih, Bahasa Arab
dan Kedayaan Islam.
Dengan demikian, tamatan madrasah diharapkan memiliki
kemampuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi dengan
iman dan taqwa (Iptek dan Imtak).

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas penulis akan merumuskan
permasalah yang akan dibahasa dalam makalah ini sebagai indikator
tercapainya materi yang akan disampaikan. Rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Apa definisi dari mutu pendidikan?
2. Bagaimana mutu pendidikan agama islam ?
3. Apa definisi peningkatan mutu pendidikan ?
4. Bagaimanakan upaya peningkatan mutu pendidikan agama islam?
C. Tujuan Penulisan makalah
Penulisan makalah ini memiliki 2 tujuan, yakni, tujuan khusus dan tujuan
umum, adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen Isu- Isu pendidikan Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Palembang konsentrasi Manajemen pendidikan islam semester 2 tahun
2016.
2. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran
umum, penjelasan dan telaah tentang mutu pendidikan agama islam dan
peningkatan mutu pendidikannya pada mahasiswa Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang konsentrasi Manajemen pendidikan
islam semester 2 tahun 2016.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Mutu pendidikan agama islam


a. Defiisi Mutu Pendidikan
Orang sering mengatakan tentang mutu pendidikan, tetapi kurang jelasnya
pengertian dari pada mutu pendidikan itu sendiri. Sehingga umumnya banyak
orang yang mengatakan atau mengidentifikasikan mutu pendidikan dengan
banyaknya lulusan dari pendidkan itu, atau kadang-kadang menonjolkan
seseorang atau beberapa orang lulusanya.
Dari keracuhan tentang mutu pendidikan tersebut, dan untuk lebih
mempermudah dalam kajian masalah ini perlu penulis kemukakan tentang
pengertian dari mutu pendidikan. Pius A. Partanto dan M. Dahlan dalam kamus
Ilmiah Populer menjelaskan Mutu merupakan baik buruknya sesuatu, kualitas,
taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan). Pendidikan perbuatan mendidik.1
Jadi yang dimaksud dengan mutu pendidikan adalah kualitas seorang guru baik
pemahamanya atau kemampuanya terhadap interaksi belajar mengajar yang
indikatornya dapat dilihat dari hasil prestasi belajar siswa, baik itu prestasi dalam
menempuh ujian semester ataupun prestasi dalam menempuh ujian akhir.
Pengertian mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu
produk baik beruapa barang maupun jasa, baik yang dapat dipegang (tangible)
maupun yang tidak dapat dipegang (intangible). Dalam konteks pendidikan,
pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil
pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input,
seperti bahan ajar (kognitif, efektif dan psikomotorik), metodologi (bervariasi
sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sumber daya
lainnya serta penciptaan suasana belajar yang kondusif. Sedangkan mutu dalam
konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada
setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan dapat

1
Pius A. Partanto dan M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), hlm.
505

4
berupa hasil tes kemampuan akademis dan dapat pula prestasi di bidang lain
seperti prestasi disuatu cabang oleh raga, seni dan sebagainya.
Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Akan
tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam artian hasil
(output) harus dirumuskan dan harus jelas target yang akan dicapai dalam tiap
tahun ataupun dalam kurun waktu tertentu.
Adapun kriteria mutu pendidikan yang baik sekolahan diharapkan memiliki
beberapa indikator yang menunjukkan bahwa sekolahan tersebut sudah bisa
dibilang bermutu. Indikatornya adalah lingkungan sekolah yang aman dan tertib,
sekolah memiliki tujuan dan target mutu yang ingin dicapai, sekolah memiliki
kepemimpinan yang kuat, adanya pengembangan staff sekolah yang terus
menerus sesuai dengan tuntutan iptek dan adanya pelaksanaan evaluasi yang terus
menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif serta pemanfaatan
hasilnya untuk penyempurnaan atau perbaikan mutu pendidikan.2
Begitu pula arti mutu dalam pendidikan agama Islam, hanya saja ada
sedikit tambahan yaitu bagaimana sekolah atau madrasah bisa menyeimbangkan
antara proses dan hasil pendidikan yang pada akhirnya peserta didik (lulusannya)
menjadi manusia muslim yang berkualitas. Dalam arti, peserta didik mampu
mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan ketrampilan hidup yang
berperspektif Islam. Pehaman manusia berkualitas dalam khasanah pemikiran
Islam sering disebut sebagai insan kamil yang mempunyai sifat-sifat antara lain
manusia yang selaras (jasmani dan rohani, duniawi dan ukhrawi), manusia moralis
(sebagai individu dan sosial), manusia nazhar dan i’tibar (kritis, berijtihad,
dinamis, bersikap ilmiah dan berwawasan ke depan), serta menjadi manusia yang
memakmurkan bumi.3

b. Upaya Sekolah dalam Meningatkan Mutu Pendidikan


2
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah yang Professional (Bandung : PT. Rosda Karya,
2005), hlm. 85
3
Prof. Dr. Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 201

5
Kepala sekolah sebagai seorang yang telah diberi wewenag untuk memimpin
suatu lembaga pendidikan dan harus bertangungjawab secara penuh terhadap
penyelenggaraan pendidikan pada sekolah yang berada dibawah pimpinanya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Semua kamu adalah
pemimpin dan setiap kamu bertanggungjawab atas yang dipimpinnya”. (HR.
Bukhori)4
Maju mundurnya suatu lembaga pendidikan itu banyak dipengaruhi oleh
kepala sekolah, termasuk juga masalah peningkatan mutu pendidikan.
Adapun dalam peningkatan mutu pendidikan, kepala sekolah dapat
melaksanakannya dengan melalui beberapa komponen antara lain:
1) Guru
Guru merupakan salah satu komponen yang memegang peranan yang sangat
penting di dalam pelaksanaan pendidikan, karena itu kualitas seorang guru
tersebut harus ditingkatkan. Usaha peningkatan kualitas guru ini dapat
dilaksanakan dengan berbagai cara, di antaranya adalah:
a) Meningkatkan kedisiplinan guru
Untuk meningkatkan mutu pendidikan faktor kedisiplinan guru sangat
diperlukan, karena program sekolah akan dapat berjalan dengan baik jika
guru-guru disipl in. Demikian sebaliknya jika guru-gurunya malas, maka
program sekolah akan terbengkalai.
b) Meningkatkan pengetahuan guru
Untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju
seperti sekarang ini, seorang guru dituntut untuk selalu meningkatkan
pengetahuanya baik melalui kursus, membaca buku bacaan, majalah, surat
kabar, dan sebagainya, atau melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.

c) Inservice dan Upgrading

4
Fachruddin HS, Pilihan Sabda Rasul, Hadis-Hadis Pilihan (Jakarta: Bumi Aksara,
1996),hlm. 340

6
Pembinaan dan usaha perbaikan pendidikan tidak mungkin berhasil tanpa
disertai dengan pembinaan dan perbaikan mutu pengetahuan serta cara kerja
para pelaksana yaitu guru-guru.
Diantara usaha pembinaan dan perbaikan mutu pengetahuan guru tersebut
dilakukan dengan inservice training dan upgrading. Seperti apa yang
diungkapkan oleh Ngalim Purwanto sebagai berikut:
Inservice training ialah “segala kegiatan yang diberikan dan diterima oleh
para petugas pendidikan (kepala sekolah, guru, dsb.) yang bertujuan untuk
menambah dan mempertinggi mutu pengetahuan, kecakapan dan pengalaman
guru-guru dalam menjalankan tugas dan kewajibanya”.5 Program Inservice
training dapat mencakup barbagai kegiatan seperti mengadakan aplikasi kursus,
ceramah-ceramah, workshop, seminar-seminar, kunjungan ke sekolah-sekolah di
luar daerah dan persiapan-persiapan khusus untuk tugas-tugas baru.6
Sedangkan up grading (penataran) sebenarnya tidak berbeda jauh dengan
inservice training. Upgrading merupakan suatu usaha atau kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf ilmu pengetahuan dan kecakapan para
pegawai, guru atau petugas pendidikan lainnya, sehingga dengan demikian
keahlian bertambah dan mendalam.
d) Rapat Guru
Rapat guru adalah suatu cara dalam rangka meningkatkan kualitas guru di
dalam mengemban tugas dan tanggungjawab sebagai pendidik. Salah satu
bentuk rapat guru yang dilaksanakan oleh kepala sekolah ialah konferensi atau
musyawarah yang bertujuan untuk membimbing guru-guru agar lebih efektif
dalam perbaikan pengajaran di sekolah. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam
yang disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syuro ayat 38, Artinya: (Bagi)
orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhanya dan mendirikan
sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antar mereka
dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada
mereka.7
5
Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Mutiara, 1984), hlm.68
6
Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Mutiara, 1984), hlm.68
7
Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta: Depag, 1989), hlm.789

7
2) Siswa
Dalam meningkatkan mutu pendidikan siswa juga harus mendapatkan
perhatian, peningkatan mutu atau kualitas siswa ini dapat dilakukan dengan
cara antara lain:
a) Mengaktifkan Siswa
Mengaktifkan siswa ini dilakukan dengan cara misalnya dengan mengabsen
siswa setiap kali akan memulai dan akhir pelajaran berlangsung untuk
menghindari hal hal yang tidak diinginkan, seperti siswa meninggalkan
sekolah (bolos) sebelum jam pelajaran selesai dan lain-lain.
b) Memberikan Bimbingan
Untuk memperoleh hasil yang memuaskan di dalam belajar, siswa
membutuhkan bimbingan. Banyak siswa yang tidak mendapatkan nilai yang
baik dalam pelajaranya (di sekolah) karena tidak mengetahui cara-cara
belajar yang efektif dan efisien. Maka dalam mengusahakan agar siswa
mempunyai ketrampilan belajar yang baik perlu kiranya seorang guru
memberi bimbingan yang berupa petunjuk tentang cara belajar yang baik.
Kemudian untuk memberi kebiasaan belajar yang baik bimbingan itu
hendaknya diberikan sewaktu-waktu anak mempelajari pelajaran yang
disajikan. “Hasilnya lebih baik bila bimbingan itu diberikan sewaktu anak
mempelajari pelajaran yang disajikan” menurut uraian di atas bimbingan
guru yang berupa tentang cara belajar yang baik perlu diberikan kepada
siswa dengan demikian maka prestasi siswa dapat meningkat.8
c) Pemberian Tugas pada Siswa
Untuk meningkatkan kualitas siswa pemberian tugas perlu diberikan.
Karena hal ini akan dapat merangsang belajar siswa.
d) Mengadakan Kegiatan Ekstra KurikulerDalam menunjang keberhasilan
siswa dalam belajar, maka kegiatan kurikuler perlu diadakan, baik bidang
olah raga, pramuka, kesenian, keagamaan maupun kegiatan lain yang
berguna bagi siswa.
3) Sarana

8
Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar (Bandung: Jemmars, 1982), hlm. 53

8
Sarana mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dibutuhkan sarana
yang memadai dengan sarana yang cukup maka akan memudahkan pencapaian
tujuan pendidikan. Demikian akan terjadi sebaliknya, bila tanpa adanya sarana
yang memadai atau yang mendukungnya.
4) Kerjasama Dengan Wali Murid
Penyelenggaraan pendidikan akan lebih berhasil jika adanya kerja sama antara
sekolah dengan orang tua murid, di mana sekolah akan memberi informasi
tentang keadaan anaknya dirumah sehingga hubungan mereka itu adalah saling
menunjang di dalam keberhasilan belajar siswa.

c. Faktor Pendukung dan Penghambat Mutu Pendidikan

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan disuatu lembaga pendidikan. Maka


pasti ada problem-problem yang dihadapi, sehingga dapat menghambat upaya
peningkatan mutu pendidikan. Adapun problem-problem yang biasanya dihadapi
dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah:

1) Sumber Daya Manusia


Rendahnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia merupakan salah satu
penyebab terjadinya krisis yang terjadi. Kondisi inipun merupakan hal yang
sangat tidak menguntungkan dengan sudah dimulainya perdagangan AFTA
(Asean Free Trade Area) tahun 2003 yang menuntut kemampuan berkompetisi
dalam segala bidang terutama dalam bidang sumberdaya manusia. Adapun
yang dapat menjadi problem rendahnya sumberdaya manusia kita adalah:
a) Pendidik
Banyak guru-guru di sekolah yang masih belum memenuhi syarat. Hal ini
mengakibatkan terhambatnya proses belajar mengajar, apalagi guru yang
mengajar bukan pada bidangnya.
Para guru juga harus mengintegrasikan IMTAQ dan IPTEK, hal ini berlaku untuk
semua guru baik itu guru bidang agama maupun umum.

9
Selain dihadapkan dengan berbagai persoalan internal, misalnya persoalan
kurangnya tingkat kesejahteraan guru, rendahnya etos kerja dan komitmen guru,
dan lain-lain. Guru juga mendapat dua tantangan eksternal, yaitu pertama, krisis
etika dan moral anak bangsa, dan kedua, tantangan masyarakat global.
Berdasarkan hasil penyelidikan dari seseorang ahli, bahwa guru dalam
menunaikan tugasnya, pada umumnya akan menghadapi bermacam-macam
kesulitan, lebih-lebih bagi guru yang baru menunaikan tugasnya. Kesulitan
kesulitan tersebut adalah:
(1). Kesulitan dalam menghadapi adanya perbedaan individual, baik itu
perbedaan IQ, watak, dan juga perbedaan background.
(2). Kesulitan dalam memilih metode yang tepat.
(3). Kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan kesulitan dalam melaksanakan
rencana yang telah ditentukan, karena kadangkadang kelebihan waktu
atau kekurangan waktu.9
(4). Banyak sekali guru yang mempunyai penghasilan tambahan, misalnya
berdagang, bahkan “ngojek”. Akibat dari kegiatan tambahan ini, sukar
diharapkan dari seorang guru untuk sepenuhnya memusatkan perhatian
pada terlaksanaya tanggung jawab sebagai pendidik.
(5). Sekolah sering berganti-ganti guru disebabkan mereka mengajar sebagai
pekerjaan sambilan/sekedar waktu penantian untuk pengangkatan sebagai
pegawai negeri, menanti nikah, dan ada juga yang memang pegawai
negeri.
(6). Ketidaksesuaian antara keahlian dan mata pelajaran yang diajarkan, oleh
karena itu, sering terjadi mata pelajaran agama ditugasi untuk mengajar
mata pelajaran umum.

b) Peserta Didik

9
Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
(Malang:Universitas Malang, 2004), hlm.104.

10
Pendidikan kita selama ini dirasa membelenggu, akibatnya kedudukan siswa
sebagai objek. Mereka ditempatkan sebagai tong kosong yang dapat diisi apa
saja dalam diri siswa melalui pendidikan. Kebutuhan siswa tidak pernah
menjadi faktor pertimbangan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan
dirasakan sebagi kewajiban dan bukan kebutuhan. Pendidikan yang
membebaskan dapat diwujudkan dengan aktualisasi para siswa dalam proses
belajarnya. Mereka dapat melakukan berbagai kegiatan, tetapi tetap ada kontrol
dari para guru/pendidik. Banyak dari para peserta didik yang merasakan bosan
dan jenuh mengikuti pelajaran di kelas dikarenakan metode pengajaranya
hanya memberlakukan mereka sebagai pendengar setia. Kita lihat betapa
mereka gembiranya ketika mendengar bel istirahat/bel pulang telah berdering,
mereka seakan-akan terbebas dari sebuah penjara. Hal ini hendaklah disadari
oleh semua pendidik. Kita juga tidak bisa menyalahkan mereka jika hasil studi
mereka tidak memuaskan.
Dengan demikian perbedaan yang ada pada setiap peserta didik, seperti
perbedaan IQ, back ground, maupun watak dapat menjadi problem jika
gurunya juga tidak memperhatikan hal tersebut. Maka dari itu seorang pendidik
haruslah benar-benar faham akan kebutuhan dan keinginan peserta didik.
c) Kepala Sekolah
Banyak sekali kekurangan-kekurangan yang ada di sekolah, seperti kurang
lengkapnya sarana prasarana, tenaga pengajar yang tidak professional,
kesejahteraan guru yang masih rendah, dan lain-lain. Kita mungkin dihadapkan
pada suatu pertanyaan bahwa siapakah yang paling bertanggungjawab terhadap
kondisi sekolah tersebut? Semua faktor tersebut lebih merupakan akibat semata
atau disebut dengan dependent variable (variabel bergantung). Sedangkan yang
menjadi faktor penyebab atau independent variable (varibel bebas) justru para
pengelola madarasah. Jika para pengelola tersebut memiliki kemampuan dan
keahlian dalam mengatur, maka semua persoalan di atas dapat di atasi dengan
baik. Dengan demikian bagus tidaknya atau maju mundurnya suatu sekolah
atau sekolah akan sangat bergantung pada bagus tidaknya kualitas kepalanya.

11
Maka dari itu, jika manajer dalam sekolah dijabat oleh orang-orang yang tidak
memiliki keahlian mengatur dan tidak memiliki visi yang jelas tentu akan
menghambat upaya pengembangan dan peningkatan mutu pendidikanya.
Banyak bukti yang bisa ditunjukan dengan keberadaan kepala sekolah
yang tidak memiliki persyaratan menyebabkan sekolah berjalan di tempat, bahkan
berjalan mundur.
d) Partisipasi Masyarakat
Di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia, banyak warganya yang
belum paham akan pentingnya partisipasi mereka dalam dunia pendidikan
(lembaga pendidikan), lebih-lebih bila kondisi ekonomi mereka yang rendah.
Pusat perhatian mereka adalah pada kebutuhan dasar sehari-hari mereka.
Berbeda dengan apa yang terjadi di negara-negara maju, partisipasi warga
masyarakat sudah besar, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun dalam
melakukan kontrol. Mengapa mereka bertindak seperti itu? Sebab mereka
yakin sekali bahwa pendidikan adalah modal utama bagi peningkatan
kehidupan keluarga, masyarakat dan bangsa mereka.10
Perlu kita ketahui juga bahwa kecenderungan yang terjadi di
negara maju sekarang ini adalah kriteria sekolah yang baik ialah sekolah yang
memiliki hubungan baik dengan orang tua siswa, tidak terbatas pada hubungan
penyandang dana saja akan tetapi kebersamaannya terhadap keberhasilan
pendidikan anaknya. Kecenderungan ini dapat dikatakan sebagai tanda-tanda
bahwa sekolah sebagai institusi pendidikan semakin tidak terisolasi dari
masyarakat.
e) Sarana prasarana
Sarana prasarana pendidikan adalah merupakan hal yang sangat penting,
sebagai penunjang proses pendidikan. Kelengkapan sarana prasarana akan
dapat menciptakan suasana yang dapat memudahkan tercapainya tujuan
pendidikan. Tetapi kenyataan yang sering dihadapi oleh lembaga pendidikan,
apalagi sekolah swasta adalah mengenai kurang lengkapnya sarana prasarana

10
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 198

12
pendidikan. Padahal hal tersebut sangat penting sekali dalam proses belajar
mengajar.
Banyak sekali sarana prasarana yang dimiliki oleh sekolah sudah tidak
layak pakai lagi sehingga hal tersebut secara tidak langsung dapat menghambat
proses belajar mengajar.

2. Pengertian Peningkatan Mutu


Secara bahasa, peningkatan mutu terdiri dari dua kata yaitu peningkatan dan
mutu. Kata peningkatan memiliki arti proses, cara, atau perbuatan meningkatkan
(usaha, kegiatan, dan lain-lain).11 Sedangkan kata mutu artinya kualitas atau
(ukuran) baik buruk suatu benda, kadar, taraf/derajat (kepandaian, kecerdasan, dan
sebagainya).12
Depnaker13mengistilahkan peningkatan mutu sebagai salah satu prasyarat
bagi suatu lembaga pendidikan agar dapat memasuki era globalisasi yang penuh
dengan persaingan. Keberadaan madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam
tidak terkecuali. Menurutnya, yang lebih penting dalam upaya peningkatan mutu
adalah ilmu perilaku manusia (Make People Before Make Product), karena pada
intinya, meningkatkan mutu sama artinya dengan membangun manusia seutuhnya.
Konsep peningkatan mutu dalam pendidikan dikelola melalui proses
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) yang merupakan
embrio dari manajemen berbasis sekolah (MBS). Dalam MPMBS, konsep
peningkatan mutu sekolah selayaknya diprogram dan direncanakan serta
dilakukan sendiri secara mandiri oleh sekolah berdasarkan kebutuhan sekolah itu
sendiri untuk mencapai keberhasilan.
Peningkatan mutu pada semua jenis dan jenjang pendidikan (dasar,
menengah, dan tinggi), pada dasarnya dipusatkan pada tiga faktor utama, yaitu: 14

11
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia; cet. ke-2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 951
12
Ibid., hlm. 604.
13
Depnaker, Peningkatan Mutu Terpadu, 1986, hlm. 2.
14
Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan untuk Tahun 2020 Tuntutan Terhadap
Kualitas Depdikbud, 1996; Ceramah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Konvensi
Nasional Pendidikan Indonesia III Ujung Pandang, 4-7 Maret 1996

13
a.   Kecukupan sumber-sumber pendidikan untuk menunjang proses pendidikan
dalam arti kecukupan adalah penyediaan jumlah dan mutu guru serta tenaga
kependidikan lainnya; buku teks bagi murid dan perpustakaan; dan sarana serta
prasarana belajar.
b.  Mutu proses pendidikan itu sendiri, maksudnya adalah kurikulum dan
pelaksanaan pengajaran untuk mendorong para siswa belajar lebih efektif.
c.   Mutu output dari proses pendidikan, dalam arti keterampilan dan pengetahuan
yang telah diperoleh para siswa.

3. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan pada Madrasah.      


  
a) Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional.  Menurut Undang-undang
Nomor 20 Tahun   2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berakhalak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.    Guna merealisasikan
tujuan tersebut maka telah ditetapkan strategi pokok pembangunan
pendidikan nasional yang mengacu pada tiga pilar kebijakan pokok
pembangunan bidang pendidikan yaitu :
1) Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan dalam bidang pendidikan
dimaksudkan agar semua  warga   Negara Indonesia memiliki
kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
berkualitas.  Warga Negara yang tinggal di pedalaman dan atau daerah
terpencil harus memperoleh pendidikan yang berkualitas sebagaimana
yang diperoleh oleh saudaranya yang berada di kota. Warga Negara
yang miskin harus memperoleh pendidikan yang sama kulitasnya
dengan warga Negara yang kaya.  Pendidikan yang berkualitas harus
menjadi milik bersama seluruh warga Negara Indonesia tanpa kecuali.

14
Berkenaan dengan hal tersebut telah dilakukan berbagai upaya seperti halnya
gerakan wajib belajar 6 tahun yang telah dimulai pada tahun 1984. Selanjutnya
pada tahun 1994 gerakan wajib belajar diperluas menjadi wajib belajar 9 tahun
yang berarti bahwa seluruh warga Negara Indonesia diharuskan menempuh
pendidikan minimal setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
Pemerataan guru merupakan suatu upaya untuk memberikan pendidikan
yang berkualitas bagi seluruh warga Negara Indonesia. Program Bantuan Khusus
Guru (BKG), Bantuan Guru Kontrak (BGK) dan pemberian insentif khusus
kepada para guru yang bertugas di daerah-daerah terpencil merupakan wujud
upaya peningatan kualitas pendidikan madrasah.
2) Peningkatan mutu, relevan dan daya saing keluaran pendidikan.
Penigkatan kualitas merupakan kebijakan prioritas dalam pembangunan
bidang pendidikan disamping pemerataan dan relevansi. Upaya peningkatan
kualitas pendidikan dimulai pada jenjang pendidikan sekolah dasar atau
Madrasah Ibtidaiyah. Upaya ini diwujudkan dengan mengembangkan suatu
system Pembinaan Profesional (SPP). Sistem ini dilaksanakan dengan
pendekatan gugus.
Pengembangan mutu pendidikan pada tingkat dasar tersebut
dilaksanakan dengan prinsip bahwa pendidikan dasar merupakan suatu
keutuhan (whole school development). Sehubungan dengan hal tersebut,
pembinaan dan pengembangan difokuskan pada semua aspek dan komponen
yang menentukan kulitas pendidikan pada pendidikan dasar. Komponen
dimaksud adalah kegiatan pembelajaran, manajemen, buku, sarana belajar,
fisik  dan penampilan sekolah serta partisipasi masyarakat.
Beberapa macam pelatihan atau training telah dilakukan guna
meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Pelatihan tersebut diantaranya adalah pelaihan model pembelajaran, pelatihan
pembutan alat peraga sederhana, pelaihan pembuatan bahan ajar dan lain
sebagainya. Kegiatan pengembangan lainya adalah berupa pelatihan
manjemen kelas, manajemen sekolah, manajemen gugus dan pelatihan
manajemen lainya.

15
Berkenaan dengan kebijakan pemerintah tentang relevansi pendidikan maka titik
beratnya adalah pada “link and match” yaitu keterkaitan dan kesepadanan antara
apa yang diberikan di sekolah dengan apa yang ada di lapangan. Umpamanya
pada jenjang pendidikan dasar diberikan kurikulum muatan lokal yang merupakan
ciri khas masing-masing daerah sesuai dengan kebutuhannya.
Keunggulan local menjadi fokus agar setelah siswa yang menyelesaikan
suatu jenjang pendidikan dapat terjun ke tengah-tengah masyarakat sehingga tidak
harus mengandalkan untuk menjadi pegawai negeri sipil. Pengembangan
kurikulum mutan lokal dimaksudkan terutama untuk mengimbangi kelemahan
pengembangan kurikulum yang sentralistik. Hal ini juga dimaksudkan agar
peserta didik mencintai dan mengenal lingkunganya serta mau dan mapu
melestarikan dan mengembangakan sumber daya alam, kualitas sosial dan
kebudayaan serta pada giliranya akan mendukung pembangunan nasional dan
pembangunan lokal. Dengan demikian pada giliranya setiap keluaran pendidikan
pada madrasah akan mapu bersaing baik pada tingkat nasinal maupun global.
3) Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan public pengelolaan
pendidikan,  diselenggarakan dengan sebenar-benarnya. Maksudnya adalah
bahwa setiap lembaga pendidikan dalam meyelenggarakan      pendidikan
harus mengacu kepada tata aturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Lembaga pendidikan yang tidak memenuhi standar nasioanl pendidikan maka
akan didiskulifikasi atau dicabut izin operasionalnya.
Standar nasional yang sudah harus dipenuhi oleh setiap lembaga
pendidikan meliputi : Standar isi dan standar kompetensi lulusan, standar
proses, standar pendidik dan kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, dan standar penilaian pendidikan. Sedangkan standar
biaya belum dikeluarkan peraturanya oleh Menteri Pendidikan Nasional.
Akuntabilitas publik dimaksudkan agar seluruh pengelolaan
pendidikan dapat dipertanggug jawabkan kepada masyarakat maupun
pemerintah. Termasuk keluaran hasil pendidikan harus dapat
dipertanggungjawabkan apabila digugat oleh masyarakat dan pemerintah dan
pencitraan publik.

16
Efisiensi dalam pelaksanaan pendidikan juga merupakan prioritas kebijakan pada
pembangunan bidang pendidikan. Sistem pendidikan yang berlangsung pada
setiap jalur dan jenjang pendidikan di Indonesia harus memperhatikan unsur
efisiensi sehingga tidak terjadi pemborosan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Oleh karena itu, untuk daerah-daerah  terpencil yang jumlah peserta didiknya
amat kecil, pembangunan sekolah regular termasuk kurang efisien maka
alternatifnya adalah sekolah kecil atau sekolah satu guru.
Demikian halnya dengan bantuan langsung atau block grant. Hal ini
merupakan upaya efisiensi pelaksanaan bantuan agar langsung ke pengguna yaitu
tepat sasaran, tepat waktu, tepat jumlah dan tepat penggunaannya.
b) Paradigma Baru Manajemen Pendidikan
Berbagai krisis yang kita kenal dengan krisis multi dimensional yang
berasal dari krisis  ekonomi telah menyadarkan kita bahwa ada sesuatu
yang perlu dilakukan suatu perbaikan atau perubahan. Para ahli dan pakar
pendidikan berupaya untuk mendiagnosa dan mencarikan solusi dengan
pernyataan “Apa yang salah dengan pendidikan kita”. Soedijarto (1999)
mengemukakan beberapa rekomendasi setelah melakukan diagnosis
terhadap berbagai factor yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia yaitu :
1. Pelaksanaan pendidikan belum terencana dan sistematik diberdayakan
untuk melaksanakan fungsi dan mencapai tujuan pendidikan nasional
secara optimal.
2. Pendidikan nasional sebagai wahana sosialisasi dan pemberdayaan
berbagai warisan buaya bangsa, nilai-nilai kebudayaan nasional dn
nilai-nilai yang dituntut oelh masyarakat global yang dikuasai oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi serta persaingan global belum sepenuhnya
telaksana.
3. Pendidikan nasional yang sudah dilaksanakan secara merata belum
berhasil mengembagkan insan pembangunan yang mampu mengelolah
sumber daya alam, mengelola modal, mengembangkan teknologi,

17
menghasilkan komonditi yang mutunya mampu bersaing dan mapu
mengembangkan system perdangangan.
4. Pendidikan nasional belum sepenuhnya mampu mengembangkan manusia
Indonesia yang religious, berakhlak, berwatak ksatria dan patriotik.
5. Agar pendidikan nasional benar-benar mampu melaksanakan fungsinya dan
mencapai tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya perlu dikembangkan dan dilaksanakan program
pendidikan pada semua jenis dan jenjang yang dapat berfungsi sebagai
lembaga sosialisasi dan pembudayaan berbagai kemampuan, nilai, sikap, dan
akhlak yang dituntut oleh msyarakat Indonesia yang maju, adil dan makmur
serta demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Memperhatikan kenyataan di atas maka pemerintah, para pemerhati, para
ahli dan para pemikir pendidikan menyatakan perlunya paradigma baru
manajemen pendiidikan sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Manajemen Pendidikan baru tersebut dinamakan
school based managemen atau “manajemen berbasis sekolah”. Oleh karena
manajemen berbasis sekolah adalah suatu paradigma baru maka hal tersebut perlu
dipertimbangkan sebagai langka inovatif dan strategis kearah mutu pendidikan
melalui pembenahan dan peningkatan manajemen berdasarkan pendekatan akar
rumput (grass root). Disamping dari sisi manajemen maka upaya peningkatan
mutu pendidikan pada madrasah dilakukan dengan menetapkan program-program
yang strategis seperti halnya menyekolakan guru-guru madrasah ke S-2 pada
perguruan tinggi ternama di Indonesia seperti Universitas Indonesia, Universitas
Negeri Jakarta, Institut teknologi Bandung dan lain-lain sebagainya. Dengan
meyekolahkan para guru madrasah ke jenjang S-2 diharapkan agar mereka lebih
menguasai isi materi pelajaran atau content sesuai dengan disiplin mata pelajaran
masing-masing. Dengan demikian, guru madrasah mempunyai kompetensi
mengajar sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan di madrasah.

c) Program Peningkatan Mutu pendidikan Madrasah.


1.  Program Strategis

18
1.1 Keberpihakan kepada rakyat kecil atau ekonomi kurang mampu.
Setiap program pendidikan harus berpihak kepada seluruh masyarakat
terutama masyarakat yang kurang mampu. Progran ini dimaksudkan agar
orang-orang yang krang mampu dibidang ekonomi dapat mengeyam atau
memperoleh pendidikan yang bermutu sebagaimana halnya yang diperoleh
orang-orang yang mampu. Selama ini hanya orang-orang mampu dibidang
dibidang ekonomi yang dapat menikmati pendidikan yang bermutu karena
biaya pendidikan cukup mahal.  Berkenaan hal tersbut, dengan telah
digulirkan Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) untuk pendidikan dasar maka
setiap warga Negara Indonesia pada usia sekolah baik yang berada di
perktaan maupun di daerah terpencil harus dapat menyelesaikan pendidikan
dasar 9 tahun atau setingkat Sekolah Tingkat Lanjutan Pertama.
1.2 Pemberdayaan pelaku utama pendidikan.
Setiap anggaran pendidikan yang dikelurkan harus diarahkan dan diutamakan
untuk pelaku utama pendidikan. Maksudnya adalah bahwa setiap dana yang
dikeluarkan untuk peningkatan mutu pendidikan hendaknya sampai kepada
sasaran yakni: siswa yang belajar dan guru yang mengajar serta kegiatan
proses belajar mengajar bukan pada berokrasi pendidikan yang hanya
merupakan figuran. Dengan demikian, untuk birokrasi dalam pelaksanaan
pendidikan hanya sebagai koordinator dan pemantau serta evaluator dalam
pelaksanaan.
1.3 Pemberian Bantuan atau Subsidi,
Bantuan atau subsidi yang berjumlah kecil berskala nasional ditiadakan lalu
diganti dengan program bantuan yang jumlahnya besar meskipun hanya baru
beberapa madrasah yang mendapatkanya. Dengan demikian diharapkan ada
perubahan yang signifikan pada madrasah yang mendapatkan bantuan.
Dengan cara ini pula diharapkan dapat memacu madrasah untuk membuat
program dan melaksanakan kegiatan yang mengacu pada peningkatan mutu
hasil lulusan suatu madrasah. Setelah suatu madrasah tertentu telah maju
dengan segala fasilitas dan sarana pendidikannya maka bantuan akan
diarahkan kepada madrasah yang lain.

19
1.4 Mengejar ketertinggalan.
Program ini dimaksudkan untuk memacu seluruh madrasah di Indonesia agar
melakukan suatu upaya agar mampu mengajar ketinggalan dengan sekolah
yang dibawah naungan Kementerian Pendidikan Nasional. Dengan upaya ini
madrasah tidak lagi dipandang sebelah mata atau dianggap sekolah kelas dua.
Kedepan para orang tua siswa diharapkan dengan bangga menyekolahkan
anaknya pada madrasah.

2.  Program Unggulan.
a).  Peningkatan kualitas tenaga pendidik.
Upaya peningkatan kualitas tenaga pendidikan dilakukan secara terus
menerus melalui :
1). Menyekolakan guru ke jenjang pendidikan S-2 atau pascasarjana.
Untuk tahun anggaran 2006 s/d 2007 telah dilakukan rekrutmen 1350
orang calon penerima beasiswa S-2. Disamping program meyekolahkan
guru ke jenajang pascasarjana, pelatihan guru juga tetap dilaksanakan
sesuai dengan bdang studi masing-masing. Pelatihan guru bidang studi
atau mata pelajaran diselenggarakan oleh Badan Litbang Kementerian
Agama RI di Palembang. Upgrading guru dimaksudkan sebagai upaya
agar para guru madrasah memiliki wawasan tentang adanya perubahan dan
perbaikan system pendidikan di Indonesia baik menyangkut msalah
kurikulum maupun manajeman madrasah.
Bagi guru mismatch diprogramkan untuk mengikuti pendidikan
selam tiga semester. Program tersebut dinamakan dual copetences atau
kemampuan ganda. Dengan program ini dimaksudkan agar guru yang
berlatar belakang Pendidikan Agama Islam namun sudah lama mengajar
mata pelajaran sosiologi umpamanya, akan mempunyai keabsahan atau
legalitas untuk mengajarkan mata pelajaran tersebut.
b). Pemberian bantuan atau subsidi kepada madrasah meliputi bantuan kontrak
prestasi madrasah, bantuan sekolah standar internasionl, bantuan
laboratorium IPA, laboratorium computer, perpustakaan dan lain.

20
Bantuan juga berupa untuk tingkat Madrasah Aliyah Bantuan Khusus Murid
(BKM) Banuan Khusus Guru (BKG) Dan Bantuan Guru Kontrak (BGK). Untuk
tigkat dasar maka ada bantuan BOS atau Operasional Sekolah.
c). Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan merupakan factor yang ikut
penetuan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Berkenaan dengan hal
tersebut pembangunan ruang beljar, ruang laboratorium, ruang perpustakaan,
terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan madrasah. Disamping itu
pengadaan buku ajar dan multimedia sebagai alat pembelajaran dari tahun
ketahun senantiasa diupayakan untuk merespon diberlakukannya Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Namun demikian belum seluruh
madrasah terpenuhi dengan buku ajar dan multimedia dimaksud.
d). Penguatan kelembagaan. Sejalan dengan peningkatan kualitas pendidikan pada
madrasah maka peningkatan penguatan kelembagaan adalah merupakan salah
satu upaya yang tidak dapat ditinggalkan. Dengan diberlakukanya Undang-
Undang RI Nomor 20 Tahun 2003tentang system pendidikan Nasional  maka
kedudukan madrasah adalah sama dengan sekolah-sekolah di bawah naungan
Kementerian Pendidikan Nasional.. Lebih dari itu pelaksanaan akreditasi
madrasah yang selama ini dilaksanakan sendiri oleh Dewan Akreditasi
Madrasah (DAM) maka mulai tahun 2007 ini akan dilakukan ajreditasi
madrasah satu atap oleh Badan Akreditasi Provinsi Sekolah Madrasah (BAS-
S/M). Dengan demikian kualitas madrasah dan sekolah diharapkan tidak akan
jauh berbeda dikarenakan diakreditasi oleh Badan yang sama.
e).  Pengembangan Kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan
inovasi kurikulum paling baru setelah kurikulum Berbasis Kompetensi. Oleh
karena itu telah dilakukan sosialisasi dan pembinaan KTSP pada tiap
kabupaten dan kota bahkan pada setiap madrasah terutama dalam satu
Kelompok Kerja Madrasah oleh Tim pengembagan Kurikulum. Pada tahun
2008/2009 seluruh madrasah harus sudah menerapkan KTSP.

21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari Uraian materi diatas dapat dibuat sebuah kesimpulan bahwa mutu
pendidikan adalah adalah kualitas seorang guru baik pemahamanya atau
kemampuanya terhadap interaksi belajar mengajar yang indikatornya dapat dilihat
dari hasil prestasi belajar siswa, baik itu prestasi dalam menempuh ujian semester
ataupun prestasi dalam menempuh ujian akhir. Begitu pula arti mutu dalam
pendidikan agama Islam, hanya saja ada sedikit tambahan yaitu bagaimana
sekolah atau madrasah bisa menyeimbangkan antara proses dan hasil pendidikan
yang pada akhirnya peserta didik (lulusannya) menjadi manusia muslim yang
berkualitas. Dalam arti, peserta didik mampu mengembangkan pandangan hidup,
sikap hidup dan ketrampilan hidup yang berperspektif Islam. Pehaman manusia
berkualitas dalam khasanah pemikiran Islam sering disebut sebagai insan kamil.
Sedangkan Upaya peningkatan mutu pendidikaan bisa berasal dari faktor internal
perlembaga pendidikan tersebut dengan kontrol atau kepemimpinan kepala
madrasah dan faktor eksternal yakni kebijakan pemerintah dalam peningkatan
mutu pendidikan agama islam.

22
DAFTAR PUSTAKA

Abu-Duhou, Ibtisam, (2002). School Based Managemen (Manajemen berbasis


Sekolah) (terjemahan), Jakarta, PT, Logos Wacaca Ilmu

Atmodiwiro, Soebagio, (2002). Manajeman Pendidikan Indonesia, Jakarta,


Ardadidzya Jaya

Departemen Agama RI (2003). Pedoman Manajemen Berbasisi Madrasah.


Jakarta, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Nata, Abudin, (2003). Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan


Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta, Penada Media

Sumarno (2000). Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta. PT. Rineka


Cipta

Tilaar, H.A.R, (2003). Manajemen Pendidikan Nasional, Bandung, PT, Remaja


Rosdakarya

Mulyasa (2005), Menjadi Kepala Sekolah yang Professional Bandung : PT. Rosda
Karya

Prof. Dr. Muhaimin,(2005). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.


Jakarta PT. Raja Grafindo Persada
HS , Fachruddin, (1996) Pilihan Sabda Rasul, Hadis-Hadis Pilihan Ja.karta:
Bumi Aksara
Purwanto , Ngalim, (1984) Administrasi Pendidikan Jakarta: Mutiara,
Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta: Depag, 1989)

Nasution, (1982) Didaktik Asas-Asas Mengajar Bandung: Jemmars,


Zuhairini , dkk (2004), Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Malang:Universitas Malang
Made Pidarta,(1988) Manajemen Pendidikan Indonesia Jakarta: Bina Aksara

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, (1989)


Kamus Besar Bahasa Indonesia; cet. ke-2 Jakarta: Balai Pustaka,

Depnaker, Peningkatan Mutu Terpadu, 1986

23

Anda mungkin juga menyukai