Anda di halaman 1dari 22

PENGERTIAN KOMPETENSI DAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN;

PENDIDIK FORMAL DAN NONFORMAL


MAKALAH

Dipresentasikan di Mata Kuliah Etika Profesi Keguruan

Disusun Oleh:
Halit. Kalbahan
NIM: 050118.00039
Maila Nur Azizah
NIM: 050118.00054
Puja Aqila
NIM: 050118.00060

Dosen:
Abdul Aziz, S.Ag, M.Pd.I

Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)


Sekolah Ilmu Tarbiyah (STIT) AL-AMIN
BANTEN
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan
judul: “Pengertian Kompetensi dan Kualifikasi seorang Pendidik, Pendidik Formal dan
Nornformal’”. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari
penghabisan.
Atas bimbingan rekan-rekan dan saran dari teman-teman maka disusunlah Makalah
ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam
memenuhi tugas dari mata kuliah Etika Profesi Keguruan dan semoga segala yang tertuang
dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka
membangun Khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi
arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.
Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada:
1. Dosen Pembimbing mata kuliah Etika Profesi Keguruan Bapak Abdul Aziz, S.Ag,
M.Pd.I.
2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat
membangun kepada para pembaca.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan
hanya milik Allah SWT semata.

Tangerang, 23 Juli 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI---------------------------------------------------------------------------------------------II
BAB I PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------------1
A. Latar Belakang-------------------------------------------------------------------------------------1
B. Problematika----------------------------------------------------------------------------------------3
C. Tujuan Makalah-----------------------------------------------------------------------------------3
BAB II KAJIAN TEORITIK-------------------------------------------------------------------------4
A. Pengertian Kompetensi---------------------------------------------------------------------------4
B. Pengertian Kualifikasi----------------------------------------------------------------------------4
C. Pengertian Pendidik-------------------------------------------------------------------------------6
D. Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik---------------------------------------------------------7
1. Kualifiksi Pendidik-------------------------------------------------------------------------------7
2. Kompetensi Pendidik---------------------------------------------------------------------------10
E. Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik Pada Lembaga Pendidik Formal dan
Nonformal-----------------------------------------------------------------------------------------------12
1. Standar Kualifikasi Pendidikan Formal------------------------------------------------------13
BAB III KESIMPULAN------------------------------------------------------------------------------15
A. Kesimpulan----------------------------------------------------------------------------------------15
DAFTAR PUSTAKA----------------------------------------------------------------------------------17

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan menjadi salah satu ranah yang selalu menjadi perbincangan


hangat, dan tidak ada henti- hentinya dibahas. Pendidikan menjadi suatu substansi
atas berdirinya suatu bangsa dan negara. Kualitas suatu bangsa/negara tergantung
dengan kualitas pendidikan yang dimiliki, oleh karenanya dengan pendidikan yang
baik, maka kemajuan suatu bang/negara akan berkembang secara baik dan progresif
pula adanya. Pendidikan sebagai suatu usaha sadar dan terencana demi
mengembangkan dan menghasil sumber daya manusia, dimana salah satu peningkatan
kualitas SDM menjadi garapan khusus yang dihandle oleh pendidikan.
Pendidikan merupakan cerminan suatu bangsa. Jika pendidikannya baik maka
negara tersebut baik dan sebaliknya jika pendidikannya belum baik maka
kemungkinan besar negara tersebut belum baik, karena pendidikan merupakan tolak
ukur kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber
daya yang berkualitas, produktif, dan berdaya saing.1
Undang-undang Republik Indonesia Tahun 2003 pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Berdasarkan
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan berorientasi dan
berprioritaskan terhadap pengembangan sumber daya yang memiliki daya saing dan
mampu menjawab tantangan zaman.
Lembaga pendidikan menjadi sebuah organisasi, dimana peranan sumber daya
manusia sangat urgen lagi krusial. Peran sumber daya manusia ini akan maksimal jika
dikelola baik, termasuk lembaga pendidikan.3 Oleh karena itu setiap lembaga
pendidikan, atau organisasi yang ingin berkembang harus memerhatikan sumber daya
manusia yang mengelolanya dengan baik agar tercipta pendidikan yang berkualitas.
1
Umi, Salamah. "Peningkatan kualitas Pendidikan melalui kualifikasi dan kompetensi
akademik." Evaluasi: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 3.1 (2019): hal. 61.
2
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1, Tentang Tujuan Sistem Pendidikan Nasional.
3
Leny Marlina, Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) dalam Pendidikan. Jurnal Istinbath, 2015.
Didalam, Made Saihu, Managemen Berbasis Madrasah, Sekolah, dan Pesantren, (Jakarta: An-Namiyah, 2020),
hal. 13.

1
Tentu setiap segi pengelolaan dan pendayagunaan personalia sekolah/madrasah
(SDM), ditentukan oleh cara memimpin seorang pemimpin yang disebut kepala
sekolah dalam ranah lembaga sekolah sebagai top leader, sehingga dalam
penerpaannya akan mengelola setiap personalia sekolah yang baik dan benar.4
Pengembangan Sumber daya manusia dalam ranah pendidikan berorientasi
terhadap guru. Karena guru menjadi titik sentral dalam usahanya bertanggung jawab
mengembangkan potensi peserta didik. Guru haruslah memiliki potensi, kualitas, dan
kemampuan yang luas dalam perannya mendidik peserta didik sebagai sumber daya
masyarakat, bangsa dan negara, tentunya akan mengarah kepada daya kompetensi dan
kualifikasi guru tersebut. Kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki seorang guru
(pendidik) diharapkan dapat mampu memahami secara holistik tentang karakteristik
peserta didiknya (siswa) sehingga dapat ditemukan suatu cara yang dianggap efektif
dan efisien, lagi aktif, kreatif, inovatif, interaktif dan menyenangkan dalam
membimbing, membina, dan mengarahkan peserta didik sehingga tujuan dan target
suatu lembaga pendidikan dapat terealisasikan secara optimal.
Berdasarkan pengertian di atas pendidik/guru dapat diartikan tenaga
profesional yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, tutor, fasilitator yang bertugas
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi secara profesional sesuai dengan
jenjang pendidikan, kualifikasi akademik, dan kompetensi akademik. Kemampuan
mengajar berkualitas dan sesuai dengan jenjang pendidikannya tidak serta merta
dimiliki begitu saja, diperlukan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan memahami
perkembangan peserta didik. Hal ini dapat dimiliki melalui pendidikan, pelatihan, dan
berlatih secara terus-menerus. Dengan kemampuan yang mumpuni, maka
pembelajaran akan berjalan dengan baik dan tercapai tujuan pembelajaran.5
Kenyataannya banyak dijumpai guru yang mengajar belum sesuai kualifikasi
akademiknya. Meskipun tidak dapat dijamin bahwa yang kualifikasi akademiknya
sesuai akan menghasilkan luaran yang lebih baik dari pada yang kualifikasi
akademiknya tidak sesuai. Akan tetapi pembelajaran akan berjalan tidak maksimal
jika gurunya tidak memahami bidang yang diajarkan. Guru yang tidak menguasai
bahan ajar, strategi pembelajaran, dan perkembangan peserta didiknya, tidak akan
memperoleh hasil yang maksimal dan bahkan bisa terjadi miskonsepsi. Guru pada
4
Muhammad Faizul Husnanain, Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Mutu
Sumber Daya Guru Pada Lembaga Pendidikan Islam, Tessis, 2005.
5
Umi, Salamah. "Peningkatan kualitas Pendidikan melalui kualifikasi dan kompetensi akademik.", hal.
63.

2
pendidikan pada setiap jenjang harus memiliki empat kompetensi, yaitu pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Kemampuan tersebut tidak akan berkembang
dengan baik jika hanya mengandalkan pengalaman, harus terus diupgrade,
dirangsang, didorong pengetahuan baru agar dapat menumbuhkan sikap profesi yang
matang dan berdaya saing. Dan tentu harus mendistingsikan pula kompetensi dan
kualifikasi yang seharusnya dimiliki pendidik pada setiap klasifikasinya, seperti
pendidik pada lembaga pendidikan formal, dan pendidik dalam lembaga pendidikan
nonformal.
Demikian adanya, maka pada penulisan akan menjelaskan bagaimana hakikat
kompetensi dan kualifikasi yang harus dimiliki guru pada setiap klasifikasi sebagai
power dan kapabilitas dalam rangka mengembangkan kan sumber daya manusia
(Peserta didik) demi terealisasinya tujuan dan target yang diharapkan.

B. Problematika

1. Apa pengertian dari kompetensi dan kualifikasi guru ?


2. Apa hakikat sejatinya seorang pendidikan dari berbagai perspektif ?
3. Apa saja syarat dan ketentuan kompetensi dan Kualifikasi seorang pendidik
dalam lembaga pendidikan formal dan nonformal ?

C. Tujuan Makalah

1. Menjelaskan hakikat dan pengertian Kompentensi dan kualifikasi pendidik.


2. Menelisik makna akan seorang pendidik seharusnya pada satuan pendidikan.
3. Menjabarkan dan memperluas akan pemahaman tentang kompetensi dan
kualifikasi yang seharusnya di miliki seorang pendidik.
4. Mengetahui, dan mendiferensiasikan akan kompetensi dan kualifikasi yang
harus dimiliki seorang pendidik pada lembaga pendidikan formal dan
nonformal.
5. Pembaca diharapkan dapat menemukan solusi atas pemecahan masalah akan
kualitas seorang pendidik sebagai sentral pendidikan.

3
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Pengertian Kompetensi
Kata kompetensi dalam bahasa Inggris berarti Competency yang artinya:
wewenang, kemampuan, kapabilitas, dan kesanggupan. Selanjutnya, menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, bahwa kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) dalam
melakukan, menentukan atau memutuskan segala sesuatu.6 Terdapat beberapa Aspek
dalam setiap kompetensi sebagai tujuan yang ingin dicapai, yaitu:7

1. Pengetahuan (Knowledge), yaitu kemampuan dalam bidang kognitif.


2. Pemahaman (Understanding), yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki
individu.
3. Kemahiran (Skill), yaitu kemampuan individu untuk melaksanakan secara
praktik tentang tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
4. Nilai (Value), yaitu norma-norma yang di anggap baik oleh setiap individu.
5. Sikap (Attitude), yaitu pandangan individu terhadap sesuatu.
6. Minat (Interest), yaitu kecenderungan individu untuk melakukan suatu
perbuatan.

Dari definisi diatas dapat diambil benang merah, bahwa kompetensi diartikan
sebagai kemampuan. Kemampuan pada hakikatnya adalah seluruh kesanggupan
yang dimiliki seseorang sebagai alat untuk melakukan sesuatu. Kompetensi atau
kemamouan berorientasi pada setiap hal, baik dalam ranah pendidikan atau diluar hal
itu. Pada prinsipnya, setiap pekerjaan tentunya seseorang perlu memerlukan
kemampuan. Bila suatu pekerjaan dilakukan tanpa dilandaskan dengan kemampuan
maka pekerjaan itu tidak akan berjalan secara maksimal.

B. Pengertian Kualifikasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kualifikasi berarti keahlian, dan jika
diawali dengan awalan ber- menjadi berkualifikasi yaitu: memiliki keahlian
(kecakapan) dalam mengemban sesuatu, lalu mengualifikasikan yang berarti
menempatkan pada suatu tingkatan. Dari definisi ini ditemukan 3 pengertian:8
1. Kualifikasi adalah pendidikan khusus untuk memperoleh suatu keahlian.

6
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
7
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 131.
8
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

4
2. Kualifikasi adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu
(menduduki jabatan dan sebagainya).
3. Kualifikasi juga berarti, pembatasan dan penyisihan (ranah olahraga).

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualifikasi


adalah keahlian atau kecakapam yang harus dimiliki seseorang dalam melaksanakan,
atau mengemban suatu tingkatan, jabatan, dan tugas tertentu.

Selanjutnya, dalam dunia pendidikan terkenal dalam sebutan kualifikasi


akademisi. Kualifikasi akademisi berarti ijazah jenjang pendidikan akademi
yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang dan satuan
pendidikan formal di tempat penugasan. Kualifikasi akademik yang sesuai menjadi
modal utama seorang guru dalam melaksanakan tugasnya. Tidak akan berjalan
maksimal misalnya seorang pendidik yang kualifikasi akademiknya bahasa, kemudian
mengajar matematika. Begitu juga guru yang kualifikasinya non pendidikan kemudian
mengajar bidang pendidikan. Selain guru mengalami kesulitan dalam proses
pembelajaran, siswa juga tidak memperoleh pengetahuan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Karena kualifikasi akademik yang tidak sesuai, kompetensi akademik
juga tidak sesuai.9

Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 9
menggunakan istilah kualifikasi akademik, yang didefinisikan sebagai ijazah jenjang
pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis,
jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. Adapun menurut Masnur
Muslich, kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah
dicapai guru baik pendidikan gelar seperti S1, S2 atau S3 maupun nongelar
seperti D4 atau Post Graduate diploma. 10 Kualifikasi guru yang dimiliki menjadi
tolok ukur maksimalnya proses pembelajaran yang dikelola oleh guru. Kualifikasi
menjadi petunjuk atau pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugasnya karena
dengan keahlian yang guru miliki maka tujuan-tujuan yang diharapkan untuk
perkembangan peserta didik, akan terealisasi secara efektif dan efisien.

9
Umi, Salamah. "Peningkatan kualitas Pendidikan melalui kualifikasi dan kompetensi akademik.", hal.
68.
10
Syaikhul Alim, Muhamad. Pengaruh kualifikasi pendidikan, keikutsertaan diklat dan sikap pada
profesi terhadap kompetensi guru PAI SD di Kabupaten Pekalongan. Diss. IAIN Walisongo, 2010. Didalam,
Umi Salamah. "Peningkatan kualitas Pendidikan melalui kualifikasi dan kompetensi akademik.", hal. 68.

5
C. Pengertian Pendidik
Secara umum pendidik di Indonesia lebih dikenal dengan pengajar, adalah
tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan
tugas khusus sebagai profesi pendidik. Pendidik mempunyai sebutan lain sesuai
kekhususannya yaitu: Guru, Dosen, Konselor, Pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator. Sedangkan dalam UU No. 20 tahun 2003 BAB XI Pendidik dan
tenaga kependidikan pasal 39 mengatakan bahwa pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan mimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi.11
Menurut Uno (2007) di dalam Febryana mengemukakan, “Guru adalah
orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar
dan membimbing peserta didik”. 12 Guru yang profesional adalah guru yang
memiliki seperangkat kompetensi (pengetahuan, ketrampilan, perilaku) yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya (Saud, 2011). Selanjutnya guru profesional menurut
Kunandar (2007) adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus
dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai guru dengan kemampuan maksimal.13
Pendidik juga disebut guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru
adalah figur manusia yang di harapkan kehadiran dan perannya dalam pendidikan. Ketika
dihadapkan kepada masalah pendidikan, figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan,
terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal disekolah. Hal itu tidak dapat
disangkal karena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan para guru. 14 Menurut
Filsafat pendidikan Islam, bahwa guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab
dalam membimbing dan membantu anak didik dalam mengembangkan jasmani dan
rohaninya agar mencapai kedewasaan, mampu melaksanakan tugasnya sebagai

11
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6
12
KOMALASARI, FEBYANA PUTRI. Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Pendidikan Dan Latihan
(Diklat) Serta Pengalaman Mengajar Di SMP Negeri Se-Kecamatan Delanggu Tahun 2014. Diss. Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2015.
13
Umi, Salamah. "Peningkatan kualitas Pendidikan melalui kualifikasi dan kompetensi
akademik." Evaluasi: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 3.1 (2019): hal. 73.
14
Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Intraksi Edukatif, (Jakarta: Rinneka Cipta, 2005), Hal. 1.

6
makhluk Allah, khalifah dimuka bumi, sebagai makhluk sosial, dan sebagai makhluk
individu yang berdiri sendiri.15

D. Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik

1. Kualifiksi Pendidik
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.16Pendidik dalam ranah pendidikan haruslah memiki
kualifikasi akademik. Kualifikasi akademisi berarti ijazah jenjang pendidikan
akademi yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang dan
satuan pendidikan formal di tempat penugasan. Kualifikasi akademik yang sesuai
menjadi modal utama seorang guru dalam melaksanakan tugasnya.17
Kualifikasi adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau
menduduki jabatan. Dimensi kualifikasi antara lain Kualifikasi, latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang atau mata pelajaran yang diajarkan, sertifikat profesi guru, rencana
pengajaran (teaching plans and materials), prosedur mengajar (classroom procedurs), dan
hubungan antar pribadi (interpersonal skill). Kualifikasi guru menedukung tercapainya
kemampuan guru sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Kompetensi yang harus
yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial.18
Kualifikasi diartikan sebagai hal-hal yang di persyaratkan baik secara akademis dan
teknis untuk mengisi jenjang kerja tertentu. Kualifikasi mendorong seseorang untuk
memiliki suatu “keahlian atau kecakapan khusus”. Dalam dunia pendidikan, kualifikasi
dimengerti sebagai keahlian atau kecakapan khusus dalam bidang pendidikan, baik sebagai
pengajar mata pelajaran, administrasi pendidikan dan seterusnya. Bahkan, kualifikasi
terkadang dapat dilihat dari segi derajat lulusannya. Kualifikasi guru dalam kegiatan
belajar mengajar menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Ketrampilan dalam
pekerjaan profesi sebagai guru didukung oleh teori yang telah dipelajari, seorang guru
yang kompeten diharuskan untuk belajar terus menerus dan mendalami fungsinya sebagai
guru yang memiliki kualifikasi. Karena guru yang profesional, mereka harus memiliki

15
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), Hal. 60.
16
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 6
17
Umi, Salamah. "Peningkatan kualitas Pendidikan melalui kualifikasi dan kompetensi akademik.",
hal. 68.
18
Jahidi, Jaja. "Kualifikasi dan Kompetensi Guru." Administrasi Pendidikan: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pascasarjana 2.1 (2017): 23-30.

7
ketrampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, dan menjaga kode etik guru.
Guru yang profesional, memiliki Skill dalam pekerjaan sebagai pendidik. Sebagai pendidik
tidak bosan dengan profesinya sebagai guru, menganggap pekerjaan itu sebagai hobi dan
tidak merasa puas dengan apa yang dimiliki tentang seluk beluk pendidikan secara khusus
dalam kegiatan belajar mengajar, dan menjaga sikap sebagai pendidik 19.
Indonesia pada tahun 2005 telah memiliki Undang-Undang Guru dan Dosen, yang
merupakan kebijakan untuk intervensi langsung meningkatkan kualitas kompetensi guru
lewat kebijakan keharusan guru memiliki kualifikasi Strata 1 atau D4, dan memiliki
sertifikat profesi. Dengan sertifikat profesi ini pula guru berhak mendapatkan tunjangan
profesi sebesar 1 bulan gaji pokok guru. Di samping UUGD (Undang-Undang Guru dan
Dosen) juga menetapkan berbagai tunjangan yang berhak diterima guru sebagai upaya
peningkatan kesejahteraan finansial guru. Kebijakan dalam UUGD ini pada intinya adalah
meningkatkan kualitas kualifikasi dan kompetensi guru seiring dengan meningkatkan
kesejahteraan mereka.20 Maka dari itu, pendidik secara inklusif harus memerhatikan hal
berikut.
a. Akademik
Berdasarkan Standar Pendidik dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005,
disebutkan bahwa “Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional” yang meliputi:
1) Kualifikasi akademik pendidikan minimal diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1);
2) Latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang atau mata pelajaran yang diajarkan;
3) Sertifikat profesi guru (minimal 36 SKS di Atas D-IV/S1).

Undang-undang guru dan dosen merupakan suatu ketetapan politik bahwa


pendidik adalah pekerja profesional, yang berhak mendapatkan hak-hak sekaligus
mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi secara profesional. Dengan itu diharapkan,
pendidik dapat mengabdikan secara total seluruh kemampuan, perhatian dan kepedulian
pada profesinya dan dapat hidup layak dari profesi yang dilakoninya tersebut. Dalam
UUGD diatur ketentuan bahwa seorang:21
1) Pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik sebagai
agen pembelajaran.

19
Jahidi, Jaja. "Kualifikasi dan Kompetensi Guru." Administrasi Pendidikan: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pascasarjana 2.1 (2017): 23-30.
20
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentsang Guru dan Dosen. Didalam, Jahidi, Jaja. "Kualifikasi
dan Kompetensi Guru." Administrasi Pendidikan: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pascasarjana 2.1 (2017): 23-30.
21
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentsang Guru dan Dosen. Didalam, Jahidi, Jaja. "Kualifikasi
dan Kompetensi Guru." Administrasi Pendidikan: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pascasarjana 2.1 (2017): 23-30.

8
2) Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau
program diploma empat (D-IV) yang sesuai dengan tugasnya sebagai guru untuk
guru dan S-2 untuk dosen.

b. Kegiatan Belajar Mengajar


Kuantitas dan kualitas guru dalam melangsungkan kegiatan belajar mengajar
(KBM) adalah kompetensi guru yang merupakan kualifikasi yang harus dipenuhi guru
dalam mengajar. Kualifikasi guru menjadi tiga dimensi yakni kompetensi yang
menyangkut: 1) rencana pengajaran (teaching Plan and materials), 2) prosedur
mengajar (classroom procedurs), dan 3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill).
Ketiga dimensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 22
1) Rencana Pengajaran
Rencana pengajaran tercermin dalam kalender pendidikan, program kerja
tahunan, program kerja semester, program kerja bulanan, program kerja mingguan,
dan Jadwal pelajaran. 1) perencanaan dan Pengorganisasian bahan pelajaran, 2)
Pengelolaan kegiatan belajar mengajar, 3) pengelolaan kelas, 4) penggunaan media
dan sumber pengajaran, serta 5) penilaian prestasi. Satuan pengajaran sebagai
rencana pengajaran merupakan kerangka acuan bagi terlaksananya proses belajar.
Kemampuan merencanakan program belajar-mengajar merupakan muara dari segala
pengetahuan teori, kemampuan dasar dan pemahaman yang mendalam tentang
objek belajar dan situasi pengajaran. Perencanaan program belajar-mengajar
merupakan perkiraan/proyeksi guru mengenai kegiatan yang akan dilakukan oleh
guru maupun murid. Dalam kegiatan tersebut harus jelas ke mana anak didik mau
dibawa (tujuan), apa yang harus dipelajari (isi/bahan pelajaran), bagaimana anak
didik mempelajarinya (metode dan teknik), dan bagaimana guru mengetahui bahwa
anak didik telah mencapai tujuan tersebut (penilaian). Tujuan, isi, metode, teknik,
serta penilaian merupakan unsur utama yang harus ada dalam setiap program
belajar-mengajar yang merupakan pedoman bagi guru dalam melakukan kegiatan
belajar mengajar.
2) Prosedur Mengajar
Prosedur mengajar berkaitan dengan kegiatan mengajar guru. Kegiatan
mengajar diartikan sebagai segenap aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam
mengorganisasi atau mengatur lingkungan mengajar dengan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Proses dan

22
Jahidi, Jaja. "Kualifikasi dan Kompetensi Guru." Administrasi Pendidikan: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pascasarjana 2.1 (2017): 23-30.

9
keberhasilan belajar siswa turut ditentukan oleh peran yang dibawakan guru selama
interaksi kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Guru menentukan apakah kegiatan
belajar-mengajar berpusat kepada guru dengan mengutamakan metode penemuan,
atau sebaliknya. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa keberhasilan siswa sebagai
salah satu indikator efektivitas mengajar dipengaruhi oleh perilaku mengajar guru
dalam mewujudkan peranan Itu secara nyata.
3) Hubungan Antar Pribadi
Ditinjau dari prosesnya, kegiatan belajar-mengajar merupakan proses
komunikasi antara guru dengan siswa. Guru sebagai aktor utama dalam proses
komunikasi berfungsi sebagai komunikator. Komunikasi yang dibina oleh guru akan
tercermin dalam: a) mengembangkan sikap positif siswa, b) bersifat luwes dan
terbuka pada siswa dan orang lain, c) menampilkan kegairahan dan kesungguhan
dalam kegiatan belajar-mengajar, dan d) mengelola interaksi pribadi dalam kelas.
Proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berkaitan erat dengan
komunikasi instruksional yang merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar.
Dengan demikian komunikasi instruksional pada dasarnya adalah kegiatan yang
dilakukan guru dalam memberikan pengetahuan atau informasi dengan
menggunakan strategi, teknologi, melalui kegiatan belajar-mengajar sehingga
diperoleh hasil belajar siswa yang optimal.

Dalam menunjang hal ini, maka ada beberapa langkah-langkah yang dapat
dilakukan oleh lembaga satuan pendidikan untuk memenuhi standar kualifikasi seorang
pendidik, adalah (a) mengikuti program studi lanjut yaitu tugas belajar, ijin belajar,
akreditasi, belajar jarak jauh, pendidikan jarak jauh berbasis ICT, (b) peningkatan
kualifikasi akademik (PKA) guru berbasis KKG. (c) Mengoptimalkan fungsi dan peran
kegiatan dalam bentuk PKG (Pusat Kegiatan Guru), KKG (Kelompok Kerja Guru),
MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang memungkinkan para guru untuk berbagi
pengalaman, (c) program studi lanjut bagi guru, (d) memberikan kesempatan kepada guru
untuk mengikuti penataran-penataran pendidikan, (e) mengikuti seminar - seminr
pendidikan yang sesuai dengan minat dan bidang studi yang dipegang oleh guru, (f)
mengadakan diskusi-diskusi ilmiah secara berkala. 23

2. Kompetensi Pendidik
Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh seorang guru dalam melaksanakan

23
Awe, Ermelinda Yosefa, Nyoman Dantes, and M. Pd Prof I. Wayan Lasmawan. Hubungan Antara
kualifikasi akademik, kompetensi, motivasi kerja dengan kinerja guru sekolah dasar (SD) di Kecamatan
Bajawa, Kabupaten Ngada. Diss. Ganesha University of Education, 2019.

10
tugas keprofesionalannya.24 Di dalam PP No. 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat (3)
dinyatakan bahwa kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
kompetensi pedagogic, kepribadian, professional, dan social.
Dalam hal professional, seorang guru harus menguasai keterampilan
mengajar dalam hal: membuka dan menutup pelajaran, bertanya, memberi
penguatan, dan mengadakan variasi mengajar. Wijaya menyatakan bahwa
kemampuan professional yang harus dimiliki guru dalam proses belajar mengajar
adalah: 25
1) Menguasai bahan
2) Mengelola program belajar mengajar.
3) Mengelola kelas
4) Menggunakan media sumber
5) Menguasai landasan-landasan kependidikan
6) Mengelola interaksi belajar-mengajar
7) Menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran
8) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan
9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan
guru keperluan pengajaran.

Seorang Pendidik setidaknya memiliki 4 kompetensi, yaitu kompetensk


pedagogik, Kompetensi Profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi
kepribadian. Kompetensi ini dijelaskan pada UU No. 14 Tahun 2005 yaitu
dijelaskan sebagai berikut.
1) Kompetensi pedagogic adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik.
2) Kompetensi kepribadian adalah kemampuan pribadi yang mantap, berakhlak
mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
3) Kompetensi social adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efesien dengan peserta didik, sesama guru, orang
tua/ wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
24
Saragih, A. Hasan. "Kompetensi minimal seorang guru dalam mengajar." Jurnal Tabularasa 5.1
(2008): 23-34.
25
Cece Wijaya, dkk, 1992. Kemampuan Dasar Guru dalam proses Belajar-mengajar, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung. Hal. 25-30.

11
4) Kompetensi professional yang diperoleh dari pendidikan profesi adalah
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.

Dalam pengembangannya, ada upaya-upaya yang dapat dilakukan demi


meningkatkat kadar kualitas seorang pendidik, mulai dari: a) Penyelenggaran
pelatihan (b) pembinaan perilaku kerja, (c) Penciptan waktu luang bagi guru, (d)
peningkatan kesejahteraan, (e) mengikuti training, seminar, (f) membangun
kesejawatan yang baik dan luas, (g) Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja
yang mengutamakan mutu pelayanan, (h) Mengadopsi inovasi atau
mengembangkan kreativitas dlam pemanfaatan teknologi, komunikasi dan
informasi sehingga tidak ketinggalan dalam mengelola pembelajaran, (i)
Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.26

E. Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik Pada Lembaga Pendidik Formal dan


Nonformal
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang,
dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf
dengannya; termasuk dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan
umum, program spesialisasi, dan latihan profesional, yang dilaksanakan dalam waktu
yang terus menerus.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pendidikan formal
didefinisikan pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi’.
Sedangkan Pengertian Lembaga Pendidikan Nonformal bahwa pendidikan
nonformal menurut Pasal 1 ayat 12 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yang diperkuat dengan terbitnya Peraturan Pemerintah
Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan,
khususnya Pasal 1 ayat 31 menyebutkan bahwa Pendidikan Non-formal adalah jalur

26
Awe, Ermelinda Yosefa, Nyoman Dantes, and M. Pd Prof I. Wayan Lasmawan. Hubungan Antara
kualifikasi akademik, kompetensi, motivasi kerja dengan kinerja guru sekolah dasar (SD) di Kecamatan
Bajawa, Kabupaten Ngada. Diss. Ganesha University of Education, 2019.

12
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang.27
Pendidikan nonformal berfungsi sebagai penambah pada pendidikan formal
apabila pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh peserta didik pada
satuan pendidikan formal dirasa belum memadai. Pendidikan nonformal berfungsi
sebagai pelengkap apabila peserta didik pada satuan pendidikan formal merasa perlu
untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan sikap melalui jalur pendidikan
nonformal.28

1. Standar Kualifikasi Pendidikan Formal


Dalam Manajemen pendidik dalam satuan lembaga pendidikan, Kualifikasi
dan kompetensi guru telah di jelaskan pada UU No. 16 Tahun 2007 adalah sebagai
berikut.
Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup
kualifikasi akademik guru pendidikan Anak Usia Dini/Taman
Kanak-kanak/Raudatul Atfal (PAUD/TK/RA), guru sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah (SD/MI), guru sekolah menengah pertama/madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), guru sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru
sekolah dasar luar biasa/sekolah menengah luar biasa/sekolah menengah atas luar
biasa (SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru sekolah menengahkejuruan/madrasah
aliyah kejuruan (SMK/MAK*), sebagai berikut.29
a. Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA
Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan
minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan
anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang
terakreditasi.

b. Kualifikasi Akademik Guru SD/MI


Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana
(S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi
yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
27
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 12 Tentang Lembaga Pendidikan Nonformal,
Dipertajam dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelengaraan
Pendidikan
28
Raushan Fikr Vol. 6 No. 1 Januari 2017, hlm. 113
29
UU No. 16 Tahun 2007, Didalam Heldy Vanni Alam, Kompetensi Tenaga Pendidik dan
Hubungannya Dengan Kompetensi Pendidik Formal dan Nonformal, Jurnal Ilmu Pendidikam Nonformal,
(Jakarta: Aksara, 2016), Vol. 02, No. 03: Hal. 253.

13
c. Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs
Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana
(S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu,
dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
d. Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA
Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana
(S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu,
dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

e. Kualifikasi Akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB


Guru pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat, harus
memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) program pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang
terakreditasi.

f. Kualifikasi Akademik Guru SMK/MAK*


Guru pada SMK/MAK* atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana
(S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu,
dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

2. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Kelayakan dan Kesetaraan (Non-formal)


Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru
dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan di
perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji
kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah
dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk melaksanakannya.

Dari ketentuan yang telah dipaparkan diatas, khusus kaitannya dengan


kualifikasi dan kompetensi pendidik nonformal, masih diperbincangkan dan menjadi
kesenjangan pendidikan di NKRI. Dimana kualifikasi dan kompetensi pendidik
nonformal masih belum bisa di perincikan secara spesifik sesuai dengan UU. No 16
tahun 2007 ayat 7 tentang “uji kelayakan dan kesetaraan guru”.
Secara singkat, bahwa kualifikasi dan kompetensi pendidik, baik formal
maupun nonformal, tetap berlandaskan pada kualifikasi akademis sesuai dengan PP.
No 19 tahun 2005 menjelaskan bahwa kualifikasi akademik adalah ijazah pendidikan
akademis pada setiap bidangnya pada suatu satuan pendidikan, dan kompetensi yang

14
terdiri dari, kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial, dan
kompetensi pribadi sesuai dengan UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen.

BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan

Pendidik (guru) adalah bagian sentral pendidikan karena pendidik secara


langsung bertanggung jawab dalam melaksanakan proses pendidikan. Baiknya kualitas
guru maka akan baik pula proses pembelajaran yang dibuat, dan baiknya proses
pembelajaran maka tujuan yang telah ditetapkan dalam pendidikan dapat terwujud
secara maksimal dengan menghasilkan sumber daya yang aktif, produktif, bertalenta, dan
memilki daya saing.
Hakikat pendidik telah dibahas melalui berbagai macam persoektif dalam kajian
para pakar pendidikan. Hakikat seorang guru dari pemaparan yang telah dibahas, kurang
lebih memiliki substansi meliputi:
1. Pendidik (guru) adalah orang dewasa yang melaksanakan proses pembelajaran.
2. Pendidik Tenaga profesional yang memiliki kapabilitas dalam mewujudkan suasana
dan proses belajar.
3. Pendidik (guru) adalah seorang yang dewasa bertanggung jawab dalam mendidik
peserta didik dari segi jasmani dan rohani.
Dari semua pemaparan yang telah di bahas dapat di interpretasikan bahwa
kualifikasi dan kompetensi pendidik adalah satu kesatuan yang terintegrasi secara
kompleks, dan sesuatu yang inheren pada seorang pendidik. Kualifikasi dan kompetensi
adalah unsur-unsur yang mutlak harus dimiliki seorang pendidik, karena akan
berpengaruh pads kualitas proses pembelajaran, dan kualitas out put, dan out come
siswa dalam proses pembelajaran tersebut.
Kualifikasi diartikan sebagai suatu keahlian, atau mengkualifikasikan adalah
wewenang/jabatan/power dalam mengemban jenjang tertentu, sedangkan kompetensi
diartikan sebagai kemampuan, atau kesanggupan seseorang untuk menghandle suatu
tugas atau tuntuan yang di pertsnggung jawabkan. Ketentuan akan standarisasi

15
kompetensi dan kualifikasi telah dibahas secara legislasi dalam Undang-undang negara,
yang menjelaskan bahwa:
1. Kualifikasi guru terdiri atas dua segi, yaitu: Segi akademisi dan segi kegiatan belajar.
Dalam perspektif segi belajar terdiri dari,
 Rencana Pengajaran
 Prosedur Pengajaran
 Hubungan Antar Pribadi.
2. Kompetensi guru menurut UU No. 14 Tahun 2015 menjelaskan bahwa kompetensi
guru terdiri dari 4 hal:
 Kompetensi Pedagogic
 Kompetensi Kepribadian
 Kompetensi Sosialm
 Kompetensi Professional
Setidaknya, guru professional dalam menjalankan proses pembelajarannya
haruslah memerhatikan beberapa hal sebagai berikut.
 Menguasai bahan
 Mengelola program belajar mengajar
 Mengelola kelas
 Menggunakan media sumber
 Menguasai landasan-landasan kependidikan
 Mengelola interaksi belajar-mengajar
 Menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran
 Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan
 Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
 Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan
guru keperluan pengajaran.

16
DAFTAR PUSTAKA

Awe, Ermelinda Yosefa, Nyoman Dantes, and M. Pd Prof I. Wayan Lasmawan,


2019. Hubungan Antara kualifikasi akademik, kompetensi, motivasi kerja dengan
kinerja guru sekolah dasar (SD) di Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada. Diss.
Ganesha University of Education.
Bahri, Syaiful. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Intraksi Edukatif. Jakarta: Rinneka Cipta.
Basri, Hasan, 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Cece Wijaya, dkk, 1992. Kemampuan Dasar Guru dalam proses Belajar-mengajar, PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Faizul, Muhammad Husnanain, 2005. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
Mengembangkan Mutu Sumber Daya Guru Pada Lembaga Pendidikan Islam, Tessis.
Jahidi, Jaja. "Kualifikasi dan Kompetensi Guru." Administrasi Pendidikan: Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pascasarjana 2.1 (2017): 23-30.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
KOMALASARI, FEBYANA PUTRI. Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Pendidikan Dan
Latihan (Diklat) Serta Pengalaman Mengajar Di SMP Negeri Se-Kecamatan Delanggu
Tahun 2014. Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015.
Marlina, Leny. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) dalam Pendidikan. Jurnal
Istinbath, Didalam, Made Saihu, Managemen Berbasis Madrasah, Sekolah, dan
Pesantren, (Jakarta: An-Namiyah, 2020).
Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional.

17
Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelengaraan
Pendidikan
Salamah, Umi. "Peningkatan kualitas Pendidikan melalui kualifikasi dan kompetensi
akademik." Evaluasi: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 3.1 (2019): hal. 61.
Saihu, Made, 2020. Managemen Berbasis Madrasah, Sekolah, dan Pesantren. Jakarta: An-
Namiyah.
Sanjaya,Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Syaikhul Alim, Muhamad. Pengaruh kualifikasi pendidikan, keikutsertaan diklat dan sikap
pada profesi terhadap kompetensi guru PAI SD di Kabupaten Pekalongan. Diss. IAIN
Walisongo, 2010.
Saragih, A. Hasan. "Kompetensi minimal seorang guru dalam mengajar." Jurnal
Tabularasa 5.1 (2008): 23-34.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 12 Tentang Lembaga Pendidikan
Nonformal
Undang-Undang No. 16 Tahun 2007 Tentang Standarisasi Kualifikasi dan Kompetensi
Pendidik.
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentsang Guru dan Dosen. Didalam, Jahidi, Jaja.
"Kualifikasi dan Kompetensi Guru." Administrasi Pendidikan: Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pascasarjana 2.1 (2017): 23-30.
Vanni, Heldy Alam, 2016. Kompetensi Tenaga Pendidik dan Hubungannya Dengan
Kompetensi Pendidik Formal dan Nonformal. Jurnal Ilmu Pendidikam Nonformal.
Jakarta: Aksara. Vol. 02, No. 03

18

Anda mungkin juga menyukai