Anda di halaman 1dari 25

MEDIA PEMBELAJARAN MASYARAKAT

MAKALAH

Dipresentasikan di Mata Kuliah Pengembangan Media

Disusun Oleh:
Halit. Kalbahan
NIM: 050118.00039
Ilham Fauziyatna
NIM: 050118.000
Abdul Hamid
NIM: 050118.00021

Dosen:
Ahmad Masruri, S.Pd.I, M.Pd.

Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)


Sekolah Ilmu Tarbiyah (STIT) AL-AMIN
BANTEN
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat
dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul: “Media Pembelajaran
Masyarakat”. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.
Atas bimbingan rekan-rekan dan saran dari teman-teman maka disusunlah Makalah ini, semoga
dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi tugas dari mata
kuliah Pengembangan Media, dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun Khasanah keilmuan. Makalah ini
disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa
menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.

Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada:


1. Dosen Pembimbing mata kuliah Pengembangan Media Bapak Ahmad Masruri, S.Pd.
M.Pd.I
2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada
para pembaca.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya milik
Allah SWT semata.

Tangerang, 1 Juli 2021

Halit. Kalbahan
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat adalah bentuk dari sistem kehidupan sosial yang bersifat kolektif,
dimana masyarakat terjalin erat karena diikat oleh suatu sistem tertentu, tradisi
tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang telah dibuat. Dimana, masyarakat adalah
kesatuan yang kolektif, disatukan dengan kesamaan, keyakinan, pikiran, ambisi dalam
memenuhi segala kebutuhan hidup.1 Sistem dalam masyarakat adalah sebuah kesatuan
yang utuh, dimana hubungan mereka adalah hasil dari aktualisasi aksi-reaksi budaya
mereka.2 Dari pengertian masyarakat inilah budaya dari masa ke masa akan terus
berkembang yang mana pada akhirnya akan menciptakan suatu peradaban.
Peradaban manusia adalah hasil dari budaya yang diyakini, disepakati, lalu
diimplementasikan sehingga membentuk suatu sistem kehidupan yang disebut dengan
peradaban. Peradaban adalah sebuah padanan kata civilization yang berarti nilai hidup
suatu kelompok atau bangsa dalam merespons tantangan zaman yang dihadapinya. 3
Dalam definisi peradaban juga mengandung perkembangan pengetahuan dan
kecakapan, sehingga seseorang dikatakan “beradab”. Karena itu manusia dikatakan
beradab salah satunya memiliki ciri pengendalian dalam dirinya, yang mana memiliki
sikap, sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan. Peradaban juga sering merujuk
pada perkembangan teknologi, ekonomi dan politik.
Sekurangnya terdapat tiga inti peradaban, yaitu 1) nilai, 2) kelompok tertentu,
dan 3) tantangan zaman. Dengan demikian, penegakkan suatu peradaban tergantung
pada kelompok dengan nilai yang di anutnya, serta tantangan zamannya. Respons
dengan cara berbeda itu bahkan yang tidak beradab sekalian dimungkinkan bisa
terjadi. Dalam dimensi peradaban itu terdiri dari beberapa sebutan, yaitu masa lalu,
kini dan masa depan yang kerap mendatangkan kebimbangan. Padahal masa lalu
adalah sesuatu yang sudah lewat, dan masa kini dan masa depan menyediakan
kreativitas yang baru. Ibarat buku sama kini dan masa yang akan datang, terdiri dari

1
Sulfan dan Mahmud, Konsep masyarakat menurut Murthada Muthahari (sebuah kajian filsafat sosial),
Ilmu Aqidah,2018 (4). 2, hal. 269-284.
2
Sudibyo, dan Agus, Warga masyarakat dan problem keberadaban, Ilmu sosial dan Ilmu politim
(2010), 14 (31), hal, 23-46, di dalam
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Masyarakat#CITEREFSulfan_dan_Mahmud2018, pada tanggal 30/06/2021,
pukul 12.45.
3
Rusmin Tumanggor, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 61.
beberapa lembar yang saling terikat dan berkembang, akan tetapi hal itu tetap menjadi
satu kesatuan.4
Dari definisi diatas, dapat dikatakan bahwa, peradaban tentu menimbulkan
banyak sekali tantangan yang akan datang, oleh karenanya dalam hal pendidikan yang
berorientasi terhadap pengembangan mutu masyarakat, haruslah bisa beradaptasi
dengan perkembangan zaman yang ada. Terlebih di zaman era globalisasi ini yang
begitu luas perbedaan yang signifikan, mulai dari cara berpikir, proses, pandangan,
pemahaman, dan gaya hidup dari zaman lalu. Maka, dibutuhkan penyalur, penyampai,
dan mentransfer ilmu pengetahuan yang sesuai dengan zamannya, yaitu media
pendidikan yang berorientasi terhadap pengembangan lingkungan masyarakat.
Jika dapat terwujud masyarakat yang beradab, maka akan terjalin dan tercipta suatu
lingkungan sosial yang positif sebagai tempat seorang individu mendapat pendidikan.
Lingkungan sosial masyarakat, tercantum sebagai tri sentra pendidikan yang telah digagaskan
oleh Ki. Hajar Dewantara, beliau mendefinisikan bahwa Tripusat pendidikan adalah konsep
pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara pendiri Taman Siswa yang diakui sebagai
Bapak Pendidikan Nasional. Tripusat pendidikan yang dimaksudkan disini adalah lingkungan
pendidikan ini meliputi “pendidikan di lingkungan keluarga, pendidikan di lingkungan
perguruan/sekolah, dan pendidikan di lingkungan masyarakat/pemuda”. 5 Setiap pribadi manusia
yang akan selalu berada dan mengalami perkembangan dalam tiga lingkungan pendidikan
tersebut. Pada garis besarnya kita mengenal tiga lingkungan pendidikan. Tiga lingkungan ini
disebut dengan Tripusat Pendidikan. Tripusat pendidikan adalah tiga pusat yang bertanggung
jawab atas terselenggaranya pendidikan yaitu dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Di dalam
UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pada pasal 13 ayat 1 disebutkan
bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat
saling melengkapi dan memperkaya.6 Oleh karenanya, sukses pendidikan suatu individu
bergantung dari, orang tua, sekolah, dan masyarakat. Dengan menciptakan lingkungan
masyarakat yang positif , kondusif, dan baik, akan ini sebagai pendorong suksesnya pendidikan
pada setiap Individu.

B. Problematika
1. Apa hakikat dari Media, Pembelajaran, dan Masyarakat ?
2. Bagaimana keterkaitan antara media, pembelajaran, dan masyarakat ?
3. Apa saja jalur media pembelajaran bagi masyarakat yang bisa dikembangkan demi
mewujudkan masyarakat yang berpengetahuan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memberikan pengetahuan akan hakikat media sebagai pembelajaran masyarakat
guna meningkatkan kualitas pendidikan.
2. Menjelaskan akan keterkaitan dalam upaya mendayagunakan masyarakat dalam
urusan pendidikan.
4
Rusmin Tumanggor, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, hal. 61-62.
5
Nasution S, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 41
6
UU. No. 20 Tahun 2003, Tentang Jalur Pendidikan.
3. Menjelaskan, apa dan bagaimana jenis media pembelajaran yang dapat digunakan
dalam mendidik masyarakat.

BAB I
KAJIAN TEORITIK
A. Media
1. Pengertian Media Pendidikan

Kata media berasal dari bahasa latin yakni medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’,
‘pengantar’, atau perantara dan merupakan bentuk jamak atau pengantar. Media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim sampai ke penerima pesan. 7 Dalam
bahasa Arab yaitu ‘wasail’, bentuk jamak dari ‘wasilah’ yang artinya ‘tengah’.8 Media
merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau
pendidik dalam rangka menjalani komunikasi antar siswa dan peserta didik.9
Namun demikian, media bukan hanya alat bantu atau pelengkap saja, tetapi hal-hal lain
memungkinkan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan. Gerlach dan Aly
mengungkapkan bahwa, “ A medium, conceive og any person, material or event that
establish condition which enable learner to requaire of knowledge, skill and attitude”.
Menurut Gerlach secara umum bahwa, media meliputi orang, bahan, peralatan, atau
kegiatan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan pelajar mendapatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.10
Banyak batasan yang diberikan orang tentang media Asosiasi Teknologi dan
Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Tecnology/
AECT) di Amerika misalnya, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran
yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/Informasi. Gagne (1970) menyatakan
bahwa, media adalah segala jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa agar belajar. Sementara itu, Briggs (1970) berpendapat bahwa,
media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta dapat merangsang
siswa untuk belajar.11
Apa pun batasan yang diberikan, ada persamaan-persamaan diantara-nya yaitu bahwa
media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim

7
Arif S. Sadiman, dkk, MEDIA Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), Cet. 4, hal. 3.
8
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008),
hal. 6.
9
Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), hal. 7.
10
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2008), hal. 163.
11
Arif S. Sadiman, dkk, MEDIA Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1986), Cet. 1, hal. 3.
kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat
siswa sedemikian rupa sehingga proses pelajaran dapat terjadi.

2. Ciri-Ciri Umum Pendidikan

Berikut adalah ciri-ciri umum media pendidikan.


a. Media pendidikan identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal
dari kata “Raga”, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dab
yang dapat diamati melalui pancaindra.
b. Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat dan
didengar.
c. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam
pengajaran antara guru dan siswa.
d. Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar dan mengajar.
e. Berdasarkan © dan (d), maka pada dasarnya media pendidikan merupakan
suatu “perantara” (medium dan media) dan digunakan dalam rangka
pendidikan.
f. Media pendidikan mengandung aspek ; sebagai alat, dan sebagai teknik yang
memiliki jalinan erat dengan metode pembelajaran.
Jadi, yang dimaksud dengan media pendidikan adalah alat metode, dan teknik yang
digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru
dan dalam proses pendidikan dan pengajaran disekolah. 12

3. Fungsi Media Pembelajaran

Menurut Edgar Dale pengetahuan akan semakin abstrak apabila hanya disampaikan
melalui bahasa verbal. Hal ini memungkinkan akan terjadinya verbalisme, artinya
siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang
terkandung dalam kata tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kesalah Pemahaman
terhadap siswa. Katakanlah ketika guru ingin memberikan informasi tentang
kehidupan didasar laut, maka tidak mungkin pengalaman tersebut diperoleh secara
langsung oleh siswa. Oleh karena itu, peranan media pembelajaran sangat diperlukan
dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Guru dapat menggunakan film televisi, atau

12
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), hal. 11-12.
gambar yang untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada siswa. Melalui
media pembelajaran hal yang bersifat abstrak bisa lebih menjadi konkret.13
Analisis terhadap fungsi media pembelajaran ini lebih difokuskan pada dua hal,
yakni analisis fungsi yang didasarkan pada mediannya dan didasarkan pada
penggunaannya. Pertama, analisis fungsi yang didasarkan pada media terdapat tiga
fungsi media pembelajaran, yakni (1) media pembelajaran berfungsi sebagai sumber
pelajaran ; (2) fungsi semantik, dan (3) fungsi manipulatif. Kedua, analisis fungsi
didasarkan pada penggunanya (anak didik) terdapat dua fungsi, (4) fungsi psikologis
dan (5) fungsi sosial-kultural.14

4. Klarifikasi dan Macam-Macam Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi bergantung


dari sudut mana melihatnya .
a. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi menjadi:
1) Media Auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang
hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara
2) Media Visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung
unsur suara. Yang termasuk dalam media ini adalah film slide, foto,
transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti
media grafis
3) Media Audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara,
juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti televisi, film, slide
suara, video , dll. Kemampuan media ini dianggap lebih menarik, sebab
mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.
b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam:
1) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan
televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-
kejadian yang aktual secara serentak
2) Media yang memiliki daya liput terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film,
slide, video, dll.
c. Dilihat dari cara atau teknik pemakaian media dapat dibagi ke dalam:

13
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), hal. 207.
14
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru, hal. 36.
1) Media yang diproyeksikan, jenis media ini memerlukan alat proyeksi khusus,
seperti film projector untuk memproyeksikan film, slide projector, Over Head
Projector (OHP) untuk memproyeksikan transparansi.
2) Medianyang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, dll.
Menurut Rudy Brets, ada 7 (tujuh) klasifikasi media, yaitu:
a) Media audiovisual gerak, seperti: film suara, pita video, film tv.
b) Media qudiovisual diam, seperti: film rangkaian suara.
c) Audio semigerak , seperti: tulisan jauh bersuara.
d) Media visual bergerak, seperti: film bisu.
e) Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu.
f) Media audio, seperti: radio, telepon.
g) Media cetak, seperti: buku, majalah, modul.15

Pengelompokan media juga dikemukakan oleh Anderson, adalah sebagai berikut:

KELOMPOK MEDIA MEDIA INTRUKSIONAL


1 Audio  Pita Audio (rol atau kaset)
 Piringan auidio
 Radio (rekaman siaran)
2 Cetak  Buku teks programan
 Buku pengangan/manual
 Buku tugas
3 Audio-Cetak  Buku latihan dilengkapi kaset
 Gambar atau poster dilengkapi audio
4 Proyek Visual Diam  Film bingkai (slide)
 Film rangkai (berisi pesan verbal)
5 Proyek Visual Diam dengan  Film bingkai slide suara
Audio  Film rangkaian suara
6 Visual gerak  Film bisu dengan judul (caption)
7 Visual gerak dengan audio  Film suara
 Video vcd/dvd
8 Benda  Benda nyata
 Model tiruan (mock-up)

15
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, hal. 211-213.
9 Komputer  CAI (Computer Assisted Intructional) &
CMI (Computer Manage Intrictional)

B. Pembelajaran
1. Hakikat pembelajaran
Secara terminologi, pembelajaran memiliki Istilah “pembelajaran” sama
dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar
atau mengajarkan. Pembelajaran secara leksikal, terdiri dari beberapa padanan
kata, yaitu:
a. Belajar
Para psikolog pendidikan memunculkan istilah teori belajar setelah mereka
mengalami kesulitan ketika akan menjelaskan proses belajar secara menyeluruh.
Berawal dari kesulitan tersebut munculah beberapa persepsi berbeda dari para
psikolog, sehingga menghasilkan dalil-dalil yang memiliki inti kalau teori
belajar adalah alat bantu yang sistematis dalam proses belajar.
Belajar adalah “Key Term” yang paling vital dalam usaha pendidikan,
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan16. Belajar
didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan linkungan nya 17.
Belajar juga dapat diartikan usaha untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi-
kondisi atau situasi disekitar kita, dalam menyesuaikan diri itu termasuk
mendapatkan kecekatan pengertian-pengertian yang baru atau sikap sikap yang
baru.18
Belajar merupakan akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang telah dianggap belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Dalam belajar yang terpenting adalah adanya input yang berupa
stimulus dan out put yang berupa respons. Sejalan dengan hal ini M. Ngalim P
dalam bukunya menjelaskan bahwa Belajar adalah perubahan dalam tingkah
laku yaitu proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap
16
Slameto, Belajar dan factor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta :Rineka Cipta, 2010) h.2
17
Mahmud, Psikolog Pendidikan ( Bandung: Pustaka Setia, 2010) h.72
18
Mustaqim, Psikolog Pendidikan ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h.60
semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu
tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat,
mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.19
b. Mengajar
Secara bahasa , mengajar berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang
diberikan agar tercapai sebuah pemahaman. Lalu ditambah dengan awalan “pe”
dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara
mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.20

Pembelajaran adalah proses belajar yang dialami setiap manusia sepanjang hayat hidupnya.
Dalam konteks pendidikan menjelaskan bahwa usaha pendidik dalam melakukan proses
pembelajaran ialah agar peserta didik mendapatkan suatu pemahaman objektif (kognitif), lalu
terjadi perubahan sikap (afektif), dan nemiliki keterampilan baru yang dapat menunjang
kehidupannya kelak (psikomotorik). Pembelajaran adalah proses dalam membantu siswa belajar,
Dari pemaparan diatas ,dapat diambil benang merah bahwa, yang berisi serangkaian peristiwa
yang dirancang, dan disusun dengan sedemikian rupa, demi mendukung dan mempengaruhi
proses belajar siswa yang bersifat internal. 21

C. Masyarakat
1. Hakikat Masyarakat
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, masyarakat diartikan sebagai suatu
kesatuan yang luas, dan diikat oleh kebudayaan yang di anggap sama. 22 Secara
etimologi kata masyarakat berasal berasal dari bahasa Arab“ Syarikat” kata ini
terpakai dalam bahsa Indonesia bahkan juga Malaysia. Dalam bahasa Malaysia
tetap dalam bahasa aslinya yaitu syarikat sedangkan dalam bahasa Indonesia,
serikat. Kata ini mengandung unsur- unsur pengertian berhubungan dan

19
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), di
dalam Aspari. "Media Sosial Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Pada Masyarakat Modern." Simnasiptek
2016 1.1 (2016): 10-17.
20
Aspari. "Media Sosial Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Pada Masyarakat Modern.", hal. 14.
21
Gagne. R. M. And Briggs, L. J, Principle of Instructional Design, (New york: Holt, Rene hart and
Winston), hal. 3. Dalam Aspari. "Media Sosial Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Pada Masyarakat
Modern." Simnasiptek 2016 1.1 (2016): hal. 15.
22
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Badan Pengembangan Bahasa, dan Pembukuan:
Kemendikbud, 2016).
pembentukan suatu kelompok, golongan atau kumpulan. Kata masyarakat hanya
terpakai dalam kedua bahsa tersebut untuk menanamkan pergaulan hidup.
Pergaulan hidup itu dalam bahasa Belanda dan Inggris disebut Social. Sedangkan
bahasa Arab menyebutkan “al-Mujtama” yang mengandung arti mempertahankan
hubungan-hubungan teratur antara seorang dengan orang lain. Salah satu cabang
ilmu tentang masyarakat di sebut sosiologi,23 yang dapat diterjemahkan dengan
ilmu masyarakat. Dalam bahasa Arab diistilahkan dengan „ilm al-ijtima‟.
Dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan banyak
orang dengan berbagai ragam kualitas mulai dari yang tidak berpendidikan sampai
kepada yang berpendidikan tinggi.24
Dalam kajian sosiologi, kajian utama yang dikaji adalah masyarakat sebagai
elemen utama dalam terciptanya kehidupan sosial. Banyak definis tentang
masyarkat yang telah di buat oleh sosiolog. Dari sekian banyak pendapat oleh
sosiolog yang ada, secara komprehensif-nya dapat di ambil definisi dari Horton
dan Hunt, lalu Peter L. Berger..
Menurut Horton dan Hunt mendefiniskan bahwa masyarakt adalah
sekumpulan manusia yang menempati suatu wilayah tertentu, relatif berubah,
memiliki kebudayaan yang sama, telah menempat dalam rentang waktu lama, dan
melakukan sebagian besar kegiatan secara bersama.25
Berberbeda dengan Horton dan Hunt, Menurut P.L Berger, masyarakat
merupakan keseluruhan kompleks hubungan yang luas sifatnya. Maksud
keseluruhan hubungan yaitu terdapat bagian-bagian yang membentuk suatu
kesatuan. Misalnya tubuh manusia terdiri berbagai macam organ, seperti jamtung,
paru-paru, otak, dsb. Keseluruhan bagian yang ada membentuk suatu sistem yang
dikenal dengan manusia. Analogi terhadap bagian-bagian masyarakat adalah
hubungan sosial, seperti hubungan antarjenis kelamin, antar-usia, antar dan
interkeluarga, dan hubungan perkawinan. Keseluruhan hubungan sosial dikenal
dengan masyarakat.26

23
Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi dan Sosiografi (Jakarta: Bulan Bintang,
1996), h. 11-12.
24
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 84

25
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2011), hal. 5.
26
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, hal. 6.
Dari Definisi yang telah diungkapkan Horton and Hunt, lalu, P.L Berger,
dapat digagaskan bahwa masyarakt membentuk suatu sistem interaksi. Sistem
adalah sekumpulan bagian atau komponen yang saling berhubungan dan
berkegantugan satu sama lain secara teratur dan merupakam suatu keseluruhan.
Dari pengertian ini, sistem memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Terdiri dari berbagai/banyak komponen
b) Setiap komponen saling berinteraksi, dan berkegantungan.
c) Suatu keseluruhan atau totalitas, dan dipahami secara holistik.

Dari definisi tersebut, Hortom and Hunt menggambarkan bahwa masyarakat dilihat dari segi
aspek ruang dan Kuantitas, sedankan P.L Berger lebih menekankan pada nilai kualitas dan
konstruktif. Interaksi sosial menjadi suatu bukti adanya masyarakat, dalam kaitannya interaksi
sosial di dalam masyarakat setidaknya memiliki beberapa kriteria, yaitu:

a) Terjalin dengan sistem yang teratur dan konsisten.


b) Adanya komunikasi, baik dari segi bahasa ataulun simbol.
c) Adanya dimensi waktu (masa lalu, kini, dan akan datang), hal ini menentukan
aksi yang sedang berlangsung.
d) Adanya tujuan dalam hidup, atas kesamaan keyakinan, pemikiran, dan
kebudayaan.

Penulis dapat menyimpulkan, bahwa masyarakat adalah satu kesatuan ysng kompleks yang
terdiri akan berbagai kesamaan yang berkonteks terhadap:

1) Adanya Kebudayaan
2) Bertempat pada dimensi yang sama
3) Keyakinan yang sama
4) Permikiran yang sama
5) Terikat dengan jalinan interaksi.

D. Media Pembelajaran Masyarakat


Terkait media pembelajaran yang digunakan, guna meningkatkan kualitas dan
mutu pendidikan pada masyarakat. Dari pemaparan sebelum, tentang berbagai macam
media yang digunakan, ternyata tidak selamanya kita dapat menggunakan media
tersebut. Dalam pembelajaran masyarakat terdapat perbedaan yang mendistingsi
dalam aspek implementasinya, maka penulis menjabarkannya lewat berbagai
pendekatan yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut.
1. Pendekatan Organisasi
Pada masyarakat sosial, pengertian organisasi bila disandingkan dengan
masyarakat umum disebut ORMAS (organisasi masyarakat). ORMAS memiliki
pengertian yang sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM), yaitu sebuah
lembaga Non-Goverment organization (NGO) berposisi ada dan tanpa dicampuri
oleh pemerintah, dan dianggap legal. Dibuat oleh perseorangan atau kelompok
yang bertujuan sebagai pilar demokrasi yang menjunjung hak-hak masyarakat sipil,
juga mendukung dan menopang segala kebutuhan yang secara sukarela tanpa
maksud kepentingan materil. Ada beberapa jenis ormas, atau LSM seperti: yayasan
seperti, organisasi pendidikan, organisasi pemuda, organisasi agama, dan
organisasi atas dasar profesi.27
Keberadaan ormas dan LSM telah diatur oleh Instruksi Menteri Dalam Negeri
(Inmedagri) No. 8 tahun 1990, pengertian LSM dalam Instruksi ini adalah
organisasi/lembaga yang dibentuk oleh warga negara Indonesia secara sukarela atas
kehendak sendiri yang berminat serta bergerak di bidang kegiatan tertentu sebagai
wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat.28 Sementara Ormas, menurut Undang-Undang No.17
tahun 2013 pasal 1 ayat 1, adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh
masyarakat secara sukarela atas dasar kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan,
kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi
tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan
Pancasila. Secara ideal, Ormas atau LSM adalah organisasi yang muncul dari
masyarakat yang tentunya memperjuangkan hak-hak masyarakat sebagai alternatif
pembangunan.29 Pembentukan ormas maupun LSM merupakan wujud partisipasi
masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
yang menitik beratkan kepada pengabdian secara swadaya. Kemunculan
Ormas/LSM tidak terlepas dari kepentingan masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan dan melakukan perubahan sosial bagi masyarakat itu sendiri, dimana
aspek kesejahteraan tersebut tidak dapat dipenuhi hanya dari unsur pemerintah.
Dengan demikian, di era demokrasi baru ini, Ormas dan LSM mempunyai fungsi
strategis sebagai pelopor yang melayani perubahan sosial dalam penguatan ranah sipil
(Assa’di et al. 2009). Menurut Undang-Undang No.17 tahun 2013 pasal 6,
27
Ari Ganjar. "Peran organisasi masyarakat (Ormas) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam
menopang pembangunan di Indonesia." Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi 1.1 (2016): hal.
55.
28
Intruksi Mentri Dalam Negri (Inmendagri) No. 8 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Pembinaan
Lembaga Swadaya Masyarakat.
29
Fakih, M. 2000. Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial: Pergolakan Ideologi LSM
Indonesia. Di dalam, Ari Ganjar. "Peran organisasi masyarakat (Ormas) dan lembaga swadaya masyarakat
(LSM) dalam menopang pembangunan di Indonesia." Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian
Sosiologi 1.1 (2016): hal. 56.
dikatakan bahwa ormas berfungsi sebagai sarana:30 Penyalur kegiatan sesuai dengan
kepentingan anggota dan/atau tujuan organisasi

a. Pembinaan dan pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan organisasi


b. Penyalur aspirasi masyarakat
c. Pemberdayaan masyarakat
d. Pemenuhan pelayanan sosial
e. Partisipasi masyarakat untuk memelihara, menjaga, dan memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa
f. Pemelihara dan pelestari norma, nilai, dan etika dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Contoh ormas atau LSM yang umum diketahui masyarakat, seperti Organisasi Islam
yang bergerak di bidang keagamaan yaitu Nadhlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah.
Lalu, organisasi yang bersifat kepemudaan (Remaja) seperti, organisasi karang taruna,
koperasi, PKK, RT/RW, panti asuhan, panti jompo, dsb.
2. Pendekatan Agama
Pendekatan Agama sebagai media pembelajaran masyarakat ialah,
penyaluran pendidikan masyarakat, atau pengadaan program pembelajaran
masyarakat dilakukan melalui pendidikan keagamaan/kerohanian, dimana tujuan
dalam pendidikan ini, adalah menanamkan jiwa kerohanian yang luas akan
ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, agar masyarakat dapat menjalankan
hidup ini sesuai dengan ajaran Agama yang mereka yakini, dan tidak keluar dari
batas-batas kehidupan. Terlebih lagi, dalam kajian Filsafat Ilmu Pengetahuan
Islam, menjelaskan bahwa pendidikan Agama adalah pembinaan akhlak guna
memiliki kecerdasan membangun kebudayaan masyarakat yang lebih baik dan
dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.31
Indonesia memiliki keragaman yang sangat banyak, termasuk kemajemukan
dalam menganut Agama. Jika dalam konteks Islam, maka media yang dapat
digunakan dalam pembelajaran masyarakat dapat diwujudkan melalui : Pengajian,
Majlis Ta’lim, ceramah agama, dan les membaca, dsb.
3. Pendekatan keterampilan
Ormas dan LSM juga harus ikut menggali dan mengembangkan segala potensi yang dimiliki
oleh masyarakat dan anggotanya, sehingga dapat mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Dalam hal ini sangatlah penting karena jika anggota dalam Ormas dan LSM tidak memiliki potensi
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan akan menjadikan Ormas dan LSM menjalankan fungsi
30
UU. No. 17 Tahun 2016 Pasal 6, Tentang Organisasi Masyarakat.
31
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), hal. 54.
yang sesungguhnya, tidak sekedar hanya ada organisasinya saja. Ormas dan LSM juga dapat
meningkatkan keahlian masyarakat, misalnya ketika pemerintah BNP2TKI menggandeng LSM
dalam upaya meningkatkan kompetensi dan kualitas tenaga kerja Indonesia. LSM yang bergerak
dibidang pemberian dukungan menyediakan beragam fungsi dukungan kepada LSM-LSM yang
bergerak di akar rumput. Mereka memberikan pelatihan kepada anggota LSM misalnya dalam
aspek manajerial, kemampuan teknis, ataupun pengetahuan tentang isu-isu yang mereka geluti.
Mereka memperkuat kapasitas LSM-LSM yang baru berdiri (Bhose 2003).32

Salah satu contoh LSM yang turut ikut mengembangkan keahlian masyarakat adalah Bandung
Creative City Forum (BCCF), yang terbentuk pada tanggal 21 Desember 2008. BCCF dalam
keberadaannya di masyarakat Kota Bandung berbasis kepada kreativitas, perencanaan dan
perbaikan infrastruktur kota sebagai mendukung pengembangan perekonomian kreatif dan
menciptakan wirausaha kreatif baik perorangan maupun komunitas. Dalam pembangunan dan
peningkatan ekonomi kreatif BCCF sudah banyak bekerja sama dengan komunitas lain
diantaranya Heler Festival tahun 2008 dan 2009, Creative Entrepreneur Network (CEN) tanggal
24 Mei 2009 di Kota Bandung, kemudian tahun 2011 BBCF bekerjasama dengan United Nations
Environment Programme (UNEP) dan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) Indonesia, dan
menyukseskan program TUNZA International Children and Youth Conference on Environment
yang digelar di Gedung Sasana Budaya Ganesha Bandung dan menghasilkan Babakan Siliwangi
World City Forest (bandungcreativecityforum.wordpress.com). Peran BCCF dalam pembangunan
lingkungan dibuktikan dengan dukungan terhadap kawasan Babakan Siliwangi Bandung sebagai Hutan
Kota Dunia yang harus di jaga. Bersama LSM-LSM lainnya Kota Bandung, mereka berjuang supaya
Bandung dinobatkan sebagai kota kreatif yang bersanding dengan kota-kota kreatif di belahan dunia
lainnya. Selebihnya, dalam Pengembangan keahlian dan keterampilan masyarakat dapat
dilakukan program-program pelatihan, seperti:

 Workshop
 Seminar
 Bimbingan kerja
 Tenaga-tenaga sukarelawan (Volunteer)

4. Pendekatan Teknologi
Masyarakat Indonesia tidak lepas dari smartphone khususnya kalangan remaja. Apa yang
menyibukkan mereka? Tidak lain adalah dunia online, dari media sosial seperti Facebook,
Twitter, Youtube, hingga pesan instan seperti Line, Whatsapp, WeChat, dan BBM. Remaja
Indonesia bisa dibilang sangat mendominasi jumlah pengguna layanan internet. Hasil riset yang
dilakukan Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) Indonesia bersama Yahoo menunjukkan,
kalangan remaja usia 15-19 tahun mendominasi pengguna internet di Indonesia (64%). Pesatnya
perkembangan dunia online ini mulai dilirik sebagai peluang emas oleh berbagai kalangan
diantaranya kalangan penggiat pendidikan.
Banyak sekali Manfaat sosial media. Hampir segala sesuatu selalu berhubungan dengan
Sosial media. Belajar, bekerja, rekreasi, bisnis, istirahat, marketing, semua selalu berhubungan
dengan Sosial media. Namun ada satu hal yang akan kita bahas lebih dalam lagi. Yaitu
pentingnya Sosial media bagi sebagai media belajar untuk para pelajar bahasa. Sosial media
adalah salah satu penentu kesuksesan sebuah website atau blog. Sosial media dapat
32
Bhose, J. 2003. NGOs and Rural Develovment: Theory and Practice - Joel S. G. R Bhose-Google
Books. New Delhi: Concept Publishing Company. Di dalam, Herdiansah, Ari Ganjar. "Peran organisasi
masyarakat (Ormas) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam menopang pembangunan di
Indonesia." Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi 1.1 (2016): hal. 63.
menghubungkan antara informasi dengan pembaca. Sosial media memegang peranan penting bagi
upaya pembelajar para pelajar saat ini khususnya pemelajar bahasa.
Terlebih di United States, hampir semua sektor selalu berhubungan dengan Sosial media.
Media Sosial dapat membantu kita dalam belajar. Kita dapat berkumpul dengan sebuah
komunitas tanpa harus keluar dari rumah. Kita dapat bertanya kepada orang lain tanpa kita harus
tahu siapa orang tersebut. Melalui media sosial, kita bisa mendapatkan ilmu baru. Lebih banyak
lagi informasi yang kita dapatkan secara uptodate dari waktu ke waktu. Penulis sendiri sudah
bertahun-tahun lamanya memanfaatkan media sosial sebagai alat komunikasi dengan para
pembelajar bahasa yang belajar bersama penulis.
Sosial media memegang peranan penting dalam dunia bisnis. Sosial media terbukti mampu
menggantikan peranan televisi. Kita bisa memasarkan produk kita secara cuma- cuma melalui
Sosial media. Kita bisa menjaring lebih banyak lagi customer melalui Sosial media. Facebook,
Twitter, Google +, telah membuktikan betapa pentingnya Sosial media dalam dunia bisnis.
Bahkan pelajar pun bisa memanfaatkan hal ini sebagai media untuk menambah keilmuannya
dalam dunia bisnis, khususnya bahasa yang berhubungan dengan dunia bisnis melalu ikutan
dalam komunitas bisnis yang ada di media sosial saat ini.33

5. Pendekatan Tradisi Dalam Menciptakan Budaya Yang Bermutu


Kata Budaya secara singkat ialah, Perilaku yang tertib ini akan menciptakan budaya sekolah,
karena budaya mempengaruhi tingkat pengetahuan. Budaya meliputi sebuah ide yang dihasilkan
oleh pemikiran manusia yang bersifat abstrak. Lalu, diwujudkan dan menghasilkan sebuah tradisi
berupa alat, perilaku, organisasi sosial, religi dan seni untuk memenuhi segala kebutuhan
masyarakat demi melawan segala tantangan kehidupan. 34 Ensiklopedia bahasa Indonesia, Secara
Etimologi kata budaya berasal dari kata buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddi
(budi atau akal) yang kemudian diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal
manusia. Sumardjan dan Soemardi mengartikan budaya sebagai sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.35 Kebudayaan merupakan sesuatu yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, adat istiadat serta kemampuan lain dan kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. 36 Seiring dengan itu, Koentjaraningrat
membagi kebudayaan ke dalam tujuh unsur kebudayaan yaitu: (1) Sistem religi dan upacara
keagamaan (2) Sistem dan organisasi kemasyarakatan (3) Sistem pengetahuan (4) Bahasa (5)
Kesenian (6) Sistem mata pencaharian dan (7) Sistem teknologi dan peralatan. 37Dari definisi yang
telah dibuat, Koentjaraningrat berusaha merangkum pengertian budaya menjadi 3 wujud, yaitu
kebudayaan sebagai wujud cultural system, sosial system, dan already. Artinya, kebudayaan
tersusun atas beberapa komponen utama yaitu, yang bersifat kognitif, normatif dan materiil. 38
Hakikatnya, Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat signifikan,
karena manusia tidak lain telah menjadi bagian dari kebudayaan itu sendiri. Segala tindakan
manusia didasarkan atas komunikasi yang terjalin erat, lalu mengkristal dalam jiwa manusia
sehingga dijadikan sebuah pedoman sebagai dasar dalam melakukan sesuatu. Hal ini lah yang
membedakan manusia dengan makhluk lain, yang melakukan sesuatu atas dasar insting (Animal
33
Aspari. "Media Sosial Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Pada Masyarakat
Modern." Simnasiptek 2016 1.1 (2016): 10-17.
34
Made Saihu, Managemen Berbasis Sekolah, Madrasah, dan Pesantren, (Jakarta; An-namiyah, 2020),
hal. 19.
35
Asnita Farida Sabayang, Model Budaya dalam Tradisi Perencanaan, (Jurnal Perencanaan Wilayah
Kota. Vol. 19/No.3 Desember 2008), h. 3.
36
Koenjaraningrat dkk., Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2004), h. 239.
37
Rusmin, dkk, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 19.
38
Rusmin, dkk, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, h. 16.
instinct). Kebudayaan menjadi produk yang manusia gunakan atas hasil dari kegiatan
internalisasi, sosialisasi dan akulturasi sehingga pada akhirnya, segala kegiatan manusia adalah
manifestasi dari kebudayaan.
Selanjutnya, Tradisi menurut kamus bahasa Indonesia adalah adat yang atau kebiasaan turun-
temurun (nenek moyang) yang masih dijalankan oleh masyarakat. 39 Tradisi adalah warisan atau
norma adat, aturan, dan kaidah. Tetapi tradisi tidak bisa diubah. Tradisi sebenarnya merupakan
perpaduan dengan sikap perilaku manusia yang berbeda dan dibahas secara keseluruhan. Menurut
Muhammad Abed Al-Jabiri dalam tulisannya “Al Turats Wal Hadatsah” menjelaskan bahwa,
Tradisi adalah sesuatu yang hadir dan menyertai kekinian kita yang berasal dari masa lalu kita
atau orang lain baik masa lalu jauh maupun dekat. 40

Lalu, dengan kaitannya dengan budaya, Kebudayaan itu sendiri merupakan kesatuan dari
gagasan, simbol-simbol dan nilai yang mendasari hasil karya dan perilaku manusia. Perilaku
manusia yang berkembang pada suatu masyarakat yang dilakukan oleh manusia secara terus
menerus pada akhirnya menjadi sebuah tradisi.
Selain itu, budaya lahir terlebih dahulu sebelum tradisi itu tercipta, setelah terbentuk budaya,
budaya tersebut dianut oleh sekelompok orang tertentu dan diwariskan ke keturunannya.  Budaya
yang diwariskan secara turun-temurun itu tadi akan menjadi sebuah tradisi.  Tradisi juga dapat
diartikan dalam budaya secara khusus atau pelambangan dari budaya itu sendiri, contohnya :
budaya lebaran pada saat idul fitri, lalu pada hari itu terdapat tradisi sungkeman dan silaturahhmi
ke sanak saudara.  Jadi, disini tradisi menjadi identitas dari suatu budaya. 41
Pada Akhirnya penulis menginterpretasikan bahwa, yang mendistingsi antara Budaya dan
Tradisi adalah, bahwa budaya merupakan sesuatu yang mengatur orang untuk memahami
bagaimana mereka harus bertindak, bertindak dan menentukan sikap mereka terhadap orang lain.
Tindakan manusia merupakan bentuk konkret dari nilai-nilai budaya yang bersifat abstrak. Dari
nilai-nilai yang diperoleh dari budaya, akan menghasilkan sebuah ide kebudayaan, selanjutnya,
akan mewujudkan sesuatu produk (artefak) kebudayaan sebagai sarana untuk memudahkan atau
sebagai alat dalam berkehidupan. Dari kebudayaan yang digenggam masyarakat akan
menghasilkan suatu identitas dan sarana sebagai perwujudan secara fisik atas nilai-nilai budaya
dan tata cara hidup yang dilakukan manusia guna mempermudah atau menjembatani tercapainya
berbagai kebutuhan manusia, dan inilah yang disebut dengan Tradisi sebagai identitas, sarana dan
simbol/produk suatu Kebudayaan.
Oleh karenanya, dalam budaya yang diciptakan, dan tradisi yang dibuat oleh masyarakat bisa
menjadi media pembelajaran yang baik, dan tepat dalam menanamkan kebudayaan sebagai
kearifan lokal, dan ciri khas masyarakat setempat. Dari pemaparan yang telah dijelaskan, contoh
yang dapat diambil dari konteks ini ialah tradisi sebagai identitas budaya. Tentunya, masyarakat
Indonesia dengan berbagai kemajemukannya, tentu memiliki berbagai macam tradisi yang
beraneka ragam bentuk dan implementasinya. Implementasi dari tradisi mereka adalah produk
dari hasil budaya yang mereka ciptakan dan diyakini, lalu digunakan sebagai alat kebutuhan hidup
dan mengatasi segala tantangan kehidupan yang ada. Implementasi tradisi sebagai media
pembelajaran masyarakat, penulis mengambil beberapa tradisi lokal yang berada di masyarakat
Betawi dan Jawa, yaitu:

39
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Lokal Karya, 2016).
40
Ubay, Tradisi Adalah, https://adalah.co.id/tradisi/, diakses pada Hari Kamis 06/05/2021.
41
Skripsi Jaenab, Tradisi Perang Ketupat, Sejarah Kebudayaan Islam, (Fakultas Adab, Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2008), h. 1.
a. Tradisi Lebaran pada masyarakat Betawi hasil perpaduan tradisi lebaran Arab,
Jawa, dan Tionghoa.
b. Tradisi Nyorog, yaitu tradisi membagi-bagikan kepada keluarga dan tetangga
menjelang lebaran tiba.
c. Tradisi halal-bi-halal pasca lebaran, setelah menunaikan sholat Idul Fitri.
d. Tradisi lebaran ketupat pada masyarakat Jawa pada 8 syawal
e. Tradisi Malem negor pada masyarakat Betawi sebagai adat perkawinan.
f. Tradisi Palang Pintu pada pernikahan masyarakat betawi.
g. Tradisi membuat roti buaya sebagai wujud kesetiaan pada pernikahan
masyarakat Betawi.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Pembelajaran adalah usaha sadar dalam melakukan proses belajar, dimana
menjadi aspek tepenting dalam dunia pendidikan sebaga usaha dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa dan negara. Disamping itu, media pembelajaran adalah sebuah
komponen dalam pembelajaran dimana menempatkan posisi sebagai penyalur,
penyampai, pentransfer, atau kendaraan dalam mencapai tujuan. Dengan adanya
bantuan dari media pembelajaran maka, segala proses pembelajaran bakal berjalan
efektif, dan efesien.

Selanjutnya, masyarakat adalah satu kesatuan yang komplek lagi menyeluruh,


yang mana adalah sekelompok individu yang bersifat kolektif diikat dengan dimensi
kebudayaan, keyakinan, pemikiran, dan tujuan. Masyarakat dianggap sebaga suatu
elemen besar dalam lingkungan sosial, yang saling berintraksi, menempati suatu
wilayah, dan memiliki nila-naila dan norma sebaga pedoman hidup.

Media pembelajaran masyarakat diartikan sebagai implementator dalam usaha


penyampaikan, atau menyalurkan segala aspek pembelajaran terhadap masyarakat,
demi mewujudkan tatanan kemasyarakatan yang berpengetahuan bak secara kognitif,
afektif dan psikomotik, sehingga kelak dapat tercipta kehidupan masyarakat sosial
yang lebih baik, serta mempeluas kesejahteraan bersama. Sebagai pelaksanaan
pembelajaran masyarakat, media pembelajaran tersedia dari beberapa pendekatan:
1. Pendekatan Organisasi
Organisasi adlaah suatu perkumpulan yang independen, tanpa campur
tangan pemerintah dimana berisikan sekelompok masyarakat yang memiliki visi-
misi yang sama demi menyongkong, mendukung, dan meningkatkan kesejahteraan
sosial tanpa maksud materil,

2. Pendekatan Agama (Religi)


Pendekatan ini menjelaskan bahwa, media pembelajaran masyarakat bisa
dilaksanakan melalui berbaga kegiatan keagamaan, dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan menjadikan individu menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, sesuai dengan SISDIKNAS No. 20 tahun 2003,
tentang tujuan pendidikan nasional.

3. Pendekatan Keterampilan

4. Pendekatan Teknologi
Pada zaman yang canggih akan penemuan-penemuan baru, memaksa
masyarakat turut aktif dan adaptif dalam menyikapinya. Media pembelajaran
masyarakat berbasis ini, menjelaskan bahwa masyarakat dapat mengembangkan
pengetahuannya melalui new media, atau zaman sekarang disebut sosial media
(WA, IG, YT, Twitter, Facebook, dst).

5. Pendekatan Tradisi
Media Pembelajaran masyarakat terakhir ini berusaha memperkenalkan
tradisi masyarkat setempat, dimana di dalam setiap tradisi memiliki substansi/nila-
nila pokok yang dapat diambil untuk kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Arif S. Sadiman, dkk, MEDIA Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), Cet. 4, hal. 3.
Aspari. "Media Sosial Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Pada Masyarakat
Modern." Simnasiptek 2016 1.1 (2016): 10-17.
Ari Ganjar. "Peran organisasi masyarakat (Ormas) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
dalam menopang pembangunan di Indonesia." Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan
Penelitian Sosiologi 1.1 (2016): hal. 55.
Asnita Farida Sabayang, Model Budaya dalam Tradisi Perencanaan, (Jurnal Perencanaan
Wilayah Kota. Vol. 19/No.3 Desember 2008), h. 3.
Bhose, J. 2003. NGOs and Rural Develovment: Theory and Practice - Joel S. G. R Bhose-
Google Books. New Delhi: Concept Publishing Company. Di dalam, Herdiansah, Ari
Ganjar. "Peran organisasi masyarakat (Ormas) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
dalam menopang pembangunan di Indonesia." Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan
Penelitian Sosiologi 1.1 (2016): hal. 63.
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2011),
hal. 5.
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 84Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), (Badan Pengembangan Bahasa, dan Pembukuan:
Kemendikbud, 2016).
Fakih, M. 2000. Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial: Pergolakan Ideologi LSM Indonesia. Di
dalam, Ari Ganjar. "Peran organisasi masyarakat (Ormas) dan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dalam menopang pembangunan di Indonesia." Sosioglobal: Jurnal
Pemikiran dan Penelitian Sosiologi 1.1 (2016): hal. 56.
Gagne. R. M. And Briggs, L. J, Principle of Instructional Design, (New york: Holt, Rene hart
and Winston), hal. 3. Dalam Aspari. "Media Sosial Sebagai Media Pembelajaran Bahasa
Pada Masyarakat Modern." Simnasiptek 2016 1.1 (2016): hal. 15.
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), hal. 54Intruksi
Mentri Dalam Negri (Inmendagri) No. 8 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Pembinaan
Lembaga Swadaya Masyarakat
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Lokal Karya, 2016).
Koenjaraningrat dkk., Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2004), h.
239.
Made Saihu, Managemen Berbasis Sekolah, Madrasah, dan Pesantren, (Jakarta; An-
namiyah, 2020), hal. 19.
Mahmud, Psikolog Pendidikan ( Bandung: Pustaka Setia, 2010) h.72

Mustaqim, Psikolog Pendidikan ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h.60


Nasution S, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 41
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1992), di dalam Aspari. "Media Sosial Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Pada
Masyarakat Modern." Simnasiptek 2016 1.1 (2016): 10-17.
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), hal. 11-12.
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008), hal. 207.
Rusmin, dkk, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 19.
Rusmin Tumanggor, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 61.
Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi dan Sosiografi (Jakarta: Bulan
Bintang, 1996), h. 11-12.
Sulfan dan Mahmud, Konsep masyarakat menurut Murthada Muthahari (sebuah kajian
filsafat sosial), Ilmu Aqidah,2018 (4). 2, hal. 269-284.
Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), hal. 7.
Slameto, Belajar dan factor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta :Rineka Cipta, 2010)
h.2

Sudibyo, dan Agus, Warga masyarakat dan problem keberadaban, Ilmu sosial dan Ilmu
politim (2010), 14 (31), hal, 23-46, di dalam
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Masyarakat#CITEREFSulfan_dan_Mahmud2018, pada
tanggal 30/06/2021, pukul 12.45.
Skripsi Jaenab, Tradisi Perang Ketupat, Sejarah Kebudayaan Islam, (Fakultas Adab,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2008), h. 1.
UU. No. 20 Tahun 2003, Tentang Jalur Pendidikan.
Ubay, Tradisi Adalah, https://adalah.co.id/tradisi/, diakses pada Hari Kamis 06/05/2021.
UU. No. 17 Tahun 2016 Pasal 6, Tentang Organisasi Masyarakat.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008), hal. 163.
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008), hal. 6.

Anda mungkin juga menyukai