Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Di Susun Oleh:
Desi Armada Sari
22.C001.009

Pendidikan Islam Anak Usia Dini


Sekolah Tinggi Agama Islam Sumbawa
Kata Pengantar

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "Lingkungan Pendidikan".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca

Penulis

Desi Armada Sari


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lingkungan Pendidikan


Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik
hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling
ketergantungan antara lingkungan biotic dan abiotik tidak dapat dihindari. Orang sering
mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah alam sekitar di luar diri
manusia / individu. Secara harfiah lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
mengitari kehidupan, baik berupa fisik seperti alam jagat raya dengan segala isinya, maupun
berupa nonfisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai, dan adat istiadat yang berlaku
di masyarakat, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan yang berkembang, kedua lingkungan tersebut
hadir secara kebetulan, yakni tanpa diminta dan direncanakan oleh manusia.
Menurut Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) dalam buku M. Ngalim Purwanto
menjelaskan bahwa lingkungan ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang
dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life
processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan
lingkungan bagi gen yang lain. Menurut Mohammad Surya, lingkungan adalah segala hal yang
merangsang individu, sehingga individu turut terlibat dan mempengaruhi perkembangannya.
Menurut Zakiah Daradjat, dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis,
tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain, lingkungan
adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa
berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau hal-
hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang. Sejauh manakah seseorang berhubungan
dengan lingkungannya, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan
kepadanya. Selanjutnya, dia juga menjelaskan bahwa pengetahuan tentang lingkungan, bagi
para pendidik merupakan alat untuk dapat mengerti, memberikan penjelasan dan mempengaruhi
anak secara lebih baik. Misalnya, anak manja biasanya berasal dari lingkungan keluarga yang
anaknya tunggal atau anak yang yang nakal di sekolah umumnya di rumah mendapat didikan
yang keras atau kurang kasih sayang dan mungkin juga karena kurang mendapat perhatian
gurunya.
Sedangkan Pendidikan atau dalam bahasa arab tarbiyah dari sudut pandang etimologi
berasal dari tiga kelompok kata yaitu 1). Rabaa yarbuu yang berarti bertambah dan bertumbuh,
2). Rabiya yarba yang berarti menjadi besar, 3). Rabba yarubbu yang berarti memperbaki,
menguasai urusan, menuntut, menjaga, dan memelihara. Pendidikan harus dipahami sebagai
suatu proses. Proses yang sedang mengalami pembaruan atau perubahan ke arah yang lebih
baik. Menurut Ahmad Tafsir adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik)
terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. Usaha itu
banyak macamnya. Satu diantaranya dengan cara mengajarnya yaitu mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya. Selain itu ditempuh juga usaha lain, yakni memberikan
contoh (teladan) agar ditiru, membiasakan, memberikan pujian dan hadiah, dan lain-lain.
Pendidikan juga merupakan seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh
pendidik/guru kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian baik
jasmani maupun rohani, secara formal, informal maupun non-formal yang berjalan terus-
menerus untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi, baik nilai insaniyah atau ilahiyah. 8
Jadi, dari beberaa penjelasan tentang pengertian lingkungan dan pendidikan, penulis dapat
simpulkan bahwa Lingkungan Pendidikan adalah segala sesuatu yang mencakup iklim,
geografis, adat istiadat, tempat tinggal atau istiadat dan lainnya yang dapat memberikan
penjelasan serta mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan anak untuk menjadi
manusia yang lebih baik yang mempunyai nilai tinggi, baik nilai insaniyah dan ilahiyah. Sejauh
manakah seseorang berhubungan dengan lingkungan, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya
pengaruh pendidikan kepadanya.Tetapi keadaan itu tidak selamanya bernilai pendidikan, artinya
mempunyai nilai positif bagi perkembangan seseorang karena bisa saja merusak
perkembangannya.

2.2 Fungsi Lingkungan Pendidikan

Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang
tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Perlu pula dikemukakan bahwa
pelaksanaan pendidikan dilakukan melaui tiga kegiatan yakni membimbing, mengajar, dan atau
melatih ( ayat 1 pasal 1 UU RI No. 1/1989). Tiga aspek tersebut dibedakan sebagai berikut : 1.
Membimbing, terutama berkaitan dengan pemantapan jati diri dan pribadi dari segi – segi
prilaku umum ( aspek pembudayaan ). 2. Mengajar, terutama berkaitan dengan penguasaan ilmu
pengetahuan dan 3. Melatih, terutama berkenaan dengan ketrampilan dan kemahiran aspek
teknologi.

2.3 Tripusat Pendidikan


Tripusat pendidikan manusia sepanjang hidupnya sesalu akan menerima pengaruh dari
tiga lingkungan pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan
ketiganya disebut tripusat pendidikan. Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik
secara tetap hidup di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami
pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan.
1. Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang
karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti
( ayah, ibu dan anak ). Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga
merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang
(pendidikan individual) maupun pendidikan sosial.
2. Sekolah
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan
pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam
mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat.
Oleh karena itu, sekolah seharusnya menjadi pusat pendidikan untuk menyiapkan
manusia indonesia sebagai individu warga masyarakat, warga negara dan warga dunia di
masa depan, yang mana secara bertahap sekolah dikembangkan menjadi suatu tempat
pusat latihan (training centre) manusia Indonesia di masa depan. Suatu alternatif yang
mungkin dilakukan sesuai situasi dan kondisi sekolah antara lain :
a. Pengajaran yang mendidik
b. Peningkatan dan pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan (BP)
di sekolah
c. Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat/sumber belajar (PSB)
d. Peningkatan dan pemantapan program pengeloalaan sekolah.
3. Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan keluarga dan
sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak
untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari
pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya
lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat
banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan,
pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun
pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat
ditinjau dari tiga segi, yaitu :
a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan
b. Lembaga – lembaga kemasyrakatan dan/atau kelompok sosial dimasyarakat
c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang ( by design ),
maupun yang dimanfaatkan ( utility ). Paling sedikit dapat dibedakan menjadi enam tipe
sosial – budaya sebagai berikut :
 Tipe masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang amat sederhana
 Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau sawah
dengan tanaman pokok padi.
 Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di ladang atau
sawah.
 Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di sawah dengan
tanaman pokok padi.
 Tipe masyarakat perkotaan.

Selain tipe masyarakat di atas yang dapat mempengaruhi karakteristik seseorang, terdapat
juga lembaga kemasyarakatan kelompok sebaya dan atau kelompok sosial seperti remaja masjid,
pramuka karang taruna dan sebagainya, yang mempunyai fungsi kelompok sebaya terhadap
anggotanya antara lain :

 Mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain


 Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas
 Menguatkan sebagian dari nilai – nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat orang
dewasa
 Memberikan kepada anggota – anggotanya cara – cara untuk membebaskan diri dari
pengaruh kekuatan otoritas
 Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan pada prinsip
persamaan hak
 Memberikan pengetahuan yang tidak bisa diberikan oleh keluarga secara memuaskan
(pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, jenis tingkah laku tertentu, dan lain
– lain
 Memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga ia menjadi orang yang lebih
kompleks. Dengan demikian organisasi tersebut menyediakan program pendidikan bagi
anak – anaknya, yakni :
a. mengajarkan keyakinan serta praktik-praktik keagamaan dengan cara memberikan
pengalaman – pengalaman yang menyenangkan bagi mereka.
b. Mengajarkan kepada mereka tingkah laku dan prinsip – prinsip moral yang sesuai
dengan keyakinan – keyakinan agamanya
c. Memberikan model – model bagi perkembangan watak .
2.4 Pengaruh Timbal Balik antara Tripusat Pendidikan Terhadap Perkembangan Peserta Didik

Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga
kegiatan pendidikan, yakni:

1. Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.

2. Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan.

Disamping peningkatan kontribusi setiap pusat pendidikan terhadap perkembangan


peserta didik, diprasyaratkanpula keserasian kontribusi itu, serta kerja sama yang erat dan
harmonis antar tripusat tersebut berbagai upaya dilakukan agar program-program pendidikan dan
setiap pusat pendidikan tersebut saling mendukung dan memperkuat antara satu dengan lainnya.
Di lingkungan keluarga telah diupayakan berbagai hal (perbaikan gizi, permainan edukatif, dan
sebagainya) yang dapat menjadi landasan pengembangan selanjutnya disekolah dan masyarakat.
Di lingkungan sekolah diupayakan berbagi hal yang lebih mendekatkan sekolah dengan orang
tua siswa (organisasi orang tua siswa, kunjungan rumah oleh personil sekolah, dan sebagainya).
Selanjutnya sekolah juga mengupayakan agar programnya berkaitan erat dengan masyarakat di
sekitarnya (siswa ke masyarakat, narasumber dari masyarakat ke sekolah, dan sebagainya).
Akhirnya lingkungan masyarakat mengusahakan berbagai kegiatan/program yang
menunjang/melengkapi program keluarga dan sekolah.

Dengan kontribusi tripusat pendidikan yang saling memperkuat dan saling melengkapi itu
akan memberi peluang mewujudkan sumber daya manusia terdidik yang bermutu. Titik
kulminasi dari pemikiran tersebut di atas akhirnya dituangkan dalam Kep. Men. Dikbud RI No.
0412/U/1987 tanggal 11Juli 1987 tentang penerapan muatan lokal kurikulum sekolah dasar.
Kemudian dikukuhkan oleh UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas (umpamanya pasal 37,
38 ayat 1 ) Jo. PP RI No. 28 Tahun 1990 tentang Dikdas (Pasal 14 ayat 3 dan 4). Muatan
nasional kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan Nasional, dan berlaku sama di seluruh Indonesia (UU RI
Tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 Pasal 26 ayat 1), beberapa tujuan yang lebih
rinci dari muatan lokal tersebut yang dapat dikategorikan dalam dua kelompok, sebagai berikut :

Tujuan-tujuan yang segera dapat dicapai, yakni:

a. Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.

b. Sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan.


c. Murid dapat menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah yang ditemukan di
sekitarnya.

d. Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya yang terdapat
di daerahnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses mencapai tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia yang unggul baik
secara pribadi maupun penguasaan ilmu pengetahuan tidak hanya tergantung tentang bagaimana
sistem pendidikan dijalankan oleh lingkungan pendidikan formal. Namun juga dipengaruhi oleh
lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Hubungan dari ketiganya disebut sebagai
tripusat pendidikan. Pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, namun ada hubungan saling
mempengaruhi diantara lingkungan pendidikan.

B. Saran

Melihat kenyataan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal diperlukan
sebuah hubungan timbal balik yang yang erat maka diperlukan sebuah koordinasi antar
lingkungan pendidikan. Dalam menentukan kurikulum lingkungan formal (sekolah) baiknya
untuk mepertimbangankan faktor lingkungan keluarga dan masyarakat. Bahkan kalau
memungkinkan melibatkan keluarga anak didik dan tokoh masyarakat dalam merumuskan
kurikulum pendidikan.

 
DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

La Sulo, Sulo Lipu. 1990. Penelaahan Kurikulum Sekolah. Ujung Pandang:  FIP IKIP    Ujung
Pandang.

Ardhana, Wayan. (Ed.). 1986. Dasar-Dasar Kependidikan. Malang: FIP IKIP Malang. Munib
Achmad, dkk. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang. UPT MKK UNNES

Anda mungkin juga menyukai