Anda di halaman 1dari 12

KULTUR SEKOLAH DAN MUTU PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK V

MULI ADIL ZENDRATO

IRWANTO ZAI

MASHATI ZILIWU

IMAN HENDRI P. ZEBUA

MATA KULIAH : ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

DOSENPENGAMPU : Dr. Anugerah Tatema Harefa, S.H., M.A.

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN(IKIP)GUNUNGSITOLI


FAKULTASPENDIDIKANILMUPENGETAHUANSOSIAL(FPIPS)
PENDIDIKANPANCASILADANKEWARGANEGARAAN(PPKN)

TAHUNAKADEMIK2021/2022
KATAPENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa yang telah memberikan
kami rahmat kesehatan dan kesempatan. Sehingga kami bisa menyusun atau menyelesaikan
makalah kami dengan judul penuntutan. Penulisan ini kami sajikan secara ringkas dan sederhana
sesuai dengan kemampuan yang kami miliki,dan tuga sini disusun dalam rangka memenuhi tugas
pada mata kuliah: ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik
yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas ini, dan
dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dan secara khusus kami berterima kasih kepada Dr. Anugerah Tatema Harefa, S.H.,M.A. selaku
Dosen pengampu mata kuliah ANTROPOLOGI PENDIDIKAN karena telah memberikan
bimbingan kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah ini hingga selesai

Gunungsitoli, 17 November 2021

Penyusun

Kelompok 10
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kultur
B. Pengertian Kultur Sekolah
C. Pengertian Mutu pendidikan serta faktor-faktornya

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang menjadi wadah dan berlangsungya
proses pendidikan, memiliki sistem yang komplek dan dinamis dalam perkembangan masyarakat
yang semakin maju. Sekolah sebagai pusat pendidikan formal lahir dan berkembang dari
pemikiran efisiensi dan efektifitas dalam pemberian pendidikan kepada warga masyarakat
(Gunawan, 2010: 113), selain itu sekolah haruslah bersikap antisipatif dalam proses
pertumbuhan dari masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi
serta program yang jelas (Maliki, 2010: 276).

Mengingat sekolah merupakan sebuah lembaga, maka tidak terlepas dari peran yang
melekat pada institusi pendidikan tersebut. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang
berperan sebagai pembentuk dan pendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Kemajuan suatu bangsa tidak lepas dari campur tangan kebudayaan yang terlibat untuk
memperkenalkan, menghargai, memanfaatkan dan terus meningkatkan kualitas pendidikan
masyarakat khususnya para peserta didik. Selain itu, tujuan dari Negara Republik Indonesia
adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, yang perlu dimaknai sebagi dasar perbaikan mutu
pendidikan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
 Pengertian Kultur
 Pengertian Kultur Sekolah
 Pengertian Mutu pendidikan serta faktor-faktornya
C. Tujuan
 Supaya mahasiswa Pengertian Kultur
 Agar mampu mengerti dan memahami Pengertian Kultur Sekolah
 Supaya mampu mengetahui Pengertian Mutu pendidikan serta faktor-faktornya

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kultur
Secara etimologis, budaya berasal dari bahasa Inggris yakni culture. Culture atau
diterjemahkan budaya adalah serangkaian aturan yang dibuat oleh masyarakat sehingga
menjadi milik bersama dan dapat diterima oleh masyarakat. Namun secara terminologis
pengertian kultur/ budaya menurut Montago dan Dawson (1993) merupakan way of life,
yaitu cara hidup tertentu yang memancarkan identitas tertentu pula dari suatu bangsa.
Menurut Marzali (2009: 52) Dalam ilmu Antropologi masa kini terdapat dua
aliran besar yang mendefinisikan konsep kultur yaitu aliran Behavioral dan aliran
ideational. Aliran Behavioral melihat kultur sebagai a total of way life. Pandangan ini
disetujui oleh Koentjaraningrat yang selalu menganjurkan murid-muridnya untuk
memilah-milah total way of life ini kedalam tujuh unsur universal. Sementara aliran
Ideational melihat kultur sebagai sesuatu yang abstrak, sesuatu yang bersifat ideasional
(gagasan, pemikiran), yang berfungsi untuk membentuk pola prilaku yang khas suatu
kelompok masyarakat. Kultur yang abstrak tersebut dapat berbentuk: sistem pengetahuan,
the state of mind, spirit, belief, meaning, ethos, value, the capability of mind, dan
sebagainya. Kultur ini terlahir dari suatu masyarakat, direalisasikan oleh masyarakat dan
diakui sebagai aturan yang mengikat bagi masyarakat itu sendiri. Pengakuan tersebut
mereka jadikan sebagai patokan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari mereka
dengan beralaskan pada payung hukum nilai dan norma yang berlaku pada masyarakat itu
sendiri dalam mewujudkan tujuan bersama. Sebagaimana diungkapkan oleh
Efianiningrum (2007: 52) bahwa kultur merupakan pandangan hidup yang diakui
bersama oleh suatu kelompok masyarakat, yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap,
nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak. Oleh karena itu, suatu
kultur secara alami akan diwariskan oleh suatu generasi kepada generasi berikutnya.
Sekolah merupakan lembaga utama yang didesain untuk memeperlancar proses transmisi
kultural antar generasi tersebut. Kultur juga dapat dijadikan sebagai pedoman hidup
bersama bagi kelompok masyarakat, yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, nilai
yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun non-fisik. Wujud fisik ditampakan dalam
bentuk artifak, sedangkan yang non-fisik dimanifestasikan dalam bentuk kegiatan sosial
dan seni. Secara alamiah suatu kultur akan diwariskan dari suatu generasi kepada
generasi berikutnya. Kultur atau budaya adalah sesuatu kebiasaan atau pola perilaku
normatif yang merupakan hasil olah pikir, olah rasa, dan cara bertindak. Salah satu
ilmuwan yang banyak memberikan sumbangan penting dalam hal ini adalah antropolog
dari Amerika Serikat yakni Clifford Geertz. Antropolog ini mendefinisikan kultur sebagai
suatu pola pemahaman terhadap fenomena sosial, yang terekspresikan secara eksplisit
maupun implisit.

B. Pengertian Kultur Sekolah

Sekolah merupakan salah satu tempat berkembangnya pewarisan kultur dari generasi
ke generasi berikutnya. Pengertian kultur sekolah sangat beragam. Salah satunya yang
dinyatakan Stolp dan Smith bahwa kultur sekolah adalah suatu pola asumsi dasar hasil
invensi atau penemuan oleh suatu kelompok tertentu saat ia belajar mengatasi
masalahmasalah yang berhasil baik serta dianggap valid dan akhirnya diajarkan ke warga
baru sebagai cara-cara yang dianggap benar dalam memandang, memikirkan, dan merasakan
masalah-masalah tersebut .

Jadi dapat dikatakan kultur sekolah merupakan kreasi bersama, seluruh masyarakat
sekolah yang dapat dipelajari dan teruji dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang
dihadaqpi sekolah dalam mencetak lulusan yang cerdas, terampil, mandiri dan bernurani
sesuai visi misi yang harapkan sekolah. Dalam menunjang keberhasilan tujuan yang
diharapkan tersebut, kultur sekolah merupakan bentuk komitmen bersama yang dipakai
untuk melakukan hidup bersama serta diterapkan memecahkan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi sekolah dalam mencetak lulusan yang cerdas dan berakhlak mulia (Widarto,
2004:3). Para ahli lain mendefinisikan budaya sekolah sebagai sebuah sistem orientasi
bersama (norma-norma, nilai-nilai, dan asumsi-asumsi dasar) yang dipegang oleh warga
sekolah yang akan menjaga kebersamaan unit dan memberikan identitas yang berbeda dari
sekolah lain. Jadi, kultur sekolah sebagai keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang
menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai suatu warga masyarakat sekolah.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa budaya sekolah adalah suatu pola asumsi-
asumsi dasar, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang dipegang
bersama oleh seluruh warga sekolah, yang diyakini dan telah terbukti dapat dipergunakan
untuk menghadapi berbagai problem dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan
melakukan integrasi internal, sehingga pola nilai dan asumsi tersebut dapat diajarkan kepada
anggota dan generasi baru agar mereka memiliki pandangan yang tepat bagaimana
seharusnya mereka memahami, berpikir, merasakan dan bertindak menghadapi berbagai
situasi dan lingkungan yang ada.

Menurut Schein (Depdiknas Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003 : 3-4)


bahwa: Kultur sekolah adalah suatu pola asumsi dasar hasil invensi, penemuan atau
pengembangan oleh suatu kelompok tertentu saat ia belajar mengatasi masalah-masalah yang
telah berhasil baik serta dianggap valid, dan akhirnya diajarkan ke warga baru sebagai
caracara yang benar dalam memandang, memikirkan, dan merasakan masalah masalah
tersebut.

Zamroni (2005: 15) berpendapat bahwa “kultur atau budaya dapat diartikan sebagai
kualitas kehidupan sebuah sekolah yang tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai
tertentu yang dianut sekolah”. Misalnya, sekolah memiliki spirit dan nilai disiplin diri,
tanggung jawab, kebersamaan, keterbukaan, kejujuran, dan semangat hidup. Spirit dan nilai
tersebut mewarnai pembuatan struktur organisasi sekolah, penyusunan deskripsi tugas,
sistem dan prosedur kerja sekolah, dan tata tertib sekolah, hubungan vertikal dan horizontal
antar warga sekolah, acara-acara ritual, seremonial sekolah, yang secara keseluruhan dan
cepat atau lambat akan membentuk realitas kehidupan psikologis sekolah, yang selanjutnya
akan membentuk perilaku perorangan maupun kelompok warga sekolah.

Jadi kultur sekolah dapat diartikan sebagai kualitas internallatar, lingkungan, suasana,
rasa, sifat dan iklim yang dirasakan oleh seluruh orang Kultur sekolah merupakan kultur
organisasi dalam konteks persekolahan, sehingga kultur sekolah kurang lebih sama dengan
kultur organisasi pendidikan. Kultur sekolah dapat diartikan sebagai kualitas kehidupan
sebuah sekolah yang tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai-nilai sebuah
sekolah. Biasanya kultur sekolah ditampilkan dalam bentuk bagaimana kepala sekolah, guru
dan tenaga kependidikan lainnya bekerja, belajar dan berhubungan satu sama lainnya
sehingga menjadi tradisi sekolah.

.C. Pengertian Mutu Pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “mutu” berarti ukuran baik buruknya sesuatu,
kualitas, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan). Mutu adalah gambaran dan karakteristik
menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang diharapkan. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input,
proses dan output pendidikan.

Menurut Rusman, antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling
berhubungan. Akan tetapi, agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam
dalam artian hasil (out put) harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah, dan harus jelas
target yang akan dicapai setiap tahun atau kurun waktu lainnya.

Menurut Hari Sudradjad pendidikan yang bermutu adalah Pendidikan yang mampu
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompotensi, baik kompetensi
akademik maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial,
serta nilai-nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya merupakan pendidikan yang mampu
menghasilkan manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia dengan pribadi yang
integral (integrated personality) mereka yang mampu mengintegralkan iman, ilmu, dan amal.

Dari uraian pendapat di atas jelas bahwa mutu pendidikan adalah suatu pilar untuk
mengembangkan sumber daya manusia (SDM). Yang mana suatu masa depan bangsa itu
terletak pada keberadaan kualitas pendidikan yang berada pada masa kini. Suatu pendidikan
yang berkualitas akan muncul apabila terdapat manajemen sekolah yang bagus. Mutu juga
merupakan suatu ajang berkompetisi yang sangat penting, karena itu merupakan suatu
wahana untuk meningkatkan mutu produk layanan jasa. Dengan demikian, mewujudkan
suatu pendidikan yang bermutu adalah penting, sebagai upaya peningkatan masa depan
bangsa sekaligus sebagian dari produk layanan jasa.

 Faktor-Faktor Utama Peningkatan Mutu Pendidikan


Untuk mningkatkan mutu pendidikan di sekolah, Sudarwan Danim meengatakan
bahwa jika sebuah institusi hendak meningkatkan mutu pendidikannya maka minimal
harus melibatkan lima faktor yang dominan, yaitu:

a. Kepemimpinan kepala sekolah Yang mana kepala sekolah harus memiliki dan
memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai
dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikan layanan
yang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.

b. Guru Perlibatan guru secara maksimal, dengan meningktakan kompetensi dan profesi
kerja guru dalam kegiatan seminar, lokakarya serta pelatihan sehingga hasil dari
kegiatan tersebut diterapkan di sekolah.

c. Siswa Pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat” sehingga
kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah dapat
mengiventarisir kekuatan yang ada pada siswa.

d. Kurikulum Adanya kurikulum yang konsisten, dinamis, dan terpadu dapat


memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals
(tujuan) dapat dicapai secara maksimal.

e. Jaringan kerjasama Jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah
dan masyarakat semata (orang tua dan masyarakat ) tetapi dengan organisasi lain,
seperti perusahaan atau instansi pemerintah sehingga output dari sekolah dapat
terserap didalam dunia kerja.
 Indikator Standar Mutu Pendidikan
Secara nasional standar mutu pendidikan merujuk kepada Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
meliputi:
a. Standar kompetensi lulusan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.
b. Standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
c. Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu
satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria mengenai pendidikan
penjabatan dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
e. Standar sarana dan prasarana adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustkaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat
bermain, tempat berkreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.
f. Standar pengelolaan adalah kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota,
provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan.
g. Standar pembiayaan adalah kriteria mengenai komponen dan besarnya biaya
operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
h. Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologis, budaya berasal dari bahasa Inggris yakni culture. Culture atau
diterjemahkan budaya adalah serangkaian aturan yang dibuat oleh masyarakat sehingga
menjadi milik bersama dan dapat diterima oleh masyarakat. Namun secara terminologis
pengertian kultur/ budaya menurut Montago dan Dawson (1993) merupakan way of life,
yaitu cara hidup tertentu yang memancarkan identitas tertentu pula dari suatu bangsa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “mutu” berarti ukuran baik buruknya
sesuatu, kualitas, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan). Mutu adalah gambaran dan
karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu
mencakup input, proses dan output pendidikan.

B. Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik, harus
selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali potensi dapat dilakukan
salah satunya dengan cara mempelajari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita ke depannya. Amin
DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Rahmani, “Pengembangan Budaya Sekolah di SMAN 3 Tanjung Kabupaten


Tabalong Kalimantan Selatan,” Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Nomor 2, Tahun X,
2007.
Al-Jauziyah, Syamsuddin ibnu Qayyim, ‘Aunil Ma’bud Syarah Sunan Abi Daud, Beirut:
Darul Kutb al-Ilmiyah, 1990. Al-Qurthubi, Syaikh Imam; penerjemah, Susi Rosadi, dkk., Tafsir
Al Qurthubi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008. Arief Furhan,
Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2007. Arief, Armai,
Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Arikunto,
Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006,
Cet. 13. Aunillah, Nurla Isna, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di

Anda mungkin juga menyukai