Anda di halaman 1dari 24

KONSEP DASAR PENGELOLAAN

MADRASAH YANG EFEKTIF

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok


Pada Mata Kuliah” Pengembangan Madrasah Efektif”
Dosen Pengampu :
Dr. H Rumbang Sirojudin, M.A.

Disusun Oleh:
Ida Rahmawati : 161210080
Lailatul Qodriyah : 161210082
Hifni : 161210085
Umrotul Hayati : 161210096

KELAS PAI 6 /C

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 1440 H/2019 M
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang
“Konsep Dasar Pengelolaan Madrasah Yang Efektif” tepat pada waktunya.
Sholawat berseta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman Jahiliyah menuju zaman
ilmu pengetahuan yang menjadikan manusia cerdas dan berwawasan luas.
Adapun maksud dan tujuan dalam membuat makalah merupakan salah satu
tugas mata kuliah dalam penyusunan makalah. Penyusun telah banyak mendapat
sumbangsi fikiran dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penyusun
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H, Rumbang Sirojudin, M.A. Selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengembangan Madrasah Efektif di Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN SMH
Banten.
2. Anggota kelompok yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membuat
makalah bersama. Serta pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Penyusun sadar bahwa dalam makalah ini tidaklah sempurna, baik dari penulisan
maupun dari segi tata bahasa. Oleh sebab itu, Penyusun mengharapkan kritik dan
saran dalam perbaikan penulisan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Serang, 18 Februari 2019


Kelompok 1

i
A. Pendahuluan
Masyarakat secara cepat atau lambat pasti mengalami perubahan baik masyarakat
kota maupun desa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhammad Tolhah Hasan:
Ibnu Khaldun Mengatakan bahwa tiada masyarakat yang tidak berubah. Perubahan
itu ada yang membawa dampak dan pengaruh yang positif, yang berarti membawa
kemajuan perkembangan. Tetapi ada juga yang berdampak negatif yang berarti
membawa kemunduran. Perubahan sosial berkaitan erat dengan pendidikan karena
masyarakat modern akan bersikap kritis dan selektif serta mempunyai orientasi
kemasa depan.
Dari sekian puluh ribu madrasah yang ada diseluruh pelosok tanah air masih
menampakkan berbagai permasalahan yang berat dan serius antara lain meliputi:
lemahnya bidang manajemen, kurangnya kualitas guru, kurangnya dana, sarana
prasarana serta persoalan staff keadministrasian, dan keuangan yang menimbulkan
madrasah selalu dikonotasikan sebagai lembaga pendidikan yang tertinggal dimana
terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Menyadari kompleksitas masalah yang dihadapi mengharuskan madrasah untuk
berbenah diri, mencari pemecahannya, mengadakan pembaharuan serta
pengembangan dalam semua aspek pendidikan, sebab jika tidak demikian
eksistensinya akan terisolasi dari dunia pendidikan. Jadi, sangat diperlukannya usaha
pimpinan, para gurupenyelenggara madrasah untuk mengkomunikasikan komponen-
komponen pendidikan dituntut untuk memiliki visi, tanggungjawab, dan wawasan
keterampilan mengelola dengan sebaik-baiknya agar secara dinamis dapat digunakan
untuk pengembangan madrasah dalam mencapai tujuan madrasah yang telah
ditetapkan.
Namun demikian, performan madrasah sampai saat ini masih sangat rendah.
Beberapa permasalahan telah berhasil diidentifikasi menjadi penyebabnya, baik pada
tingkat pengelolaan maupun kebijakan. Pengelolaan madrasah yang kurang bisa
bertahan diantara perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat pada tiap

1
waktunya. Setiap lembaga pendidikan akan berlomba-lomba untuk meningkatkan
mutu lembaganya. Dibutuhkan pengelolaan yang cepat, tepat dan matang. Mulai dari
perencanaan suatu program, pelaksanaannya dan evaluasi secara berkesinambungan
sehingga manajemen pengelolaan sangat berpengaruh dalam usaha peningkatan mutu
pendidikan di madrasah.
B. Konsep Dasar Pengelolaan Madrasah Yang Efektif

1. Pengertian konsep
Istilah konsep merupakan kata yang diserap dari bahasa asing yaitu concept
(B.inggris), Kulli (Bahasa Arab), kemudian di-enkulturasikan atau diasimilasikan
kedalam bahasa Indonesia menjadi konsep, secara umum, kata konsep mempunyai
banyak arti seperti: bagan, rencana, gagasan, pandangan, cita-cita (yang telah ada
dalam fikiran)sejumlah gagasan, ide-ide pemikiran,pandangan, atau teori-teori.1
Konsep secara umum dapat dirumuskan pengertiannya sebagai suatu
representasi abstrak dan umum tentang sesuatu. Sebagi suatu representasi abstrak
dan umum tentu saja konsep merupakan suatu hal yang bersifat mental. Konsep
dapat dimengerti dari sisi subjek maupun dari sisi objek. Dari sisi subjek, suatu
konsep adalah kegiatan merumuskan dalam fikiran atau menggolong-golongkan.
Dari sisi objek, suatu konsep adalah isi kegiatan tersebut;2
2. Pengertian Pengelolaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengelolaan adalah: proses, cara,
perbuatan pengelolaan. Pengelolaan adalah suatu proses yang dimulai dari proses
perencanaan, pengaturan, pengawasan, penggerak sampai dengan proses
terwujudnya tujuan. Pengertian pengelolaan ialah pengendalian dan pemanfaatan
semua faktor sumberdaya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk
penyelesaian suatutujuan kerja tertentu.

1
Darwis, Hikmawati Maksud, Kesehatan Masyarakat Dalam Perspektif Sosioantropologi
(Makassar: CV Sah Media, 2017)49
2
J. Sudarminta, Epistimologi dasar pengantar filsafat pengetahua, (Yogyakarta:kanisius,
2002)hlm., 87

2
Dari pengertian pengelolaan diatas, dapat disimpukan bahwa pengertian
pengelolaan yaitu melaksanakan suatu kegiatan, yang meliputi fungsi-fungsi
manajamen yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan untuk
mencapaitujuan secara efektif dan efisien3
3. Pengertian Madrasah
Madrasah merupakan sebuah kata dalam Bahasa Arab yang artinya sekolah,
asal katanya yaitu darasa yang artinya belajar. Pengertian Madrasah Kata
“madrasah” dalam bahasa Arab berarti tempat atau wahana untuk mengenyam
proses pembelajaran.Dalam bahasa Indonesia madrasah disebut dengan sekolah
yang berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pengajaran.Dari
pengertian di atas maka jelaslah bahwa madrasah adalah wadah atau tempat
belajar ilmu-imu keislaman dan ilmu pengetahuan keahlian lainnya yang
berkembang pada zamannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa istilah
madrasah bersumber dari Islam itu sendiri.
4. Pengertian Efektif
Aam Komariyah Cepi Triatna mendefinisikan efektivitas adalah ukuran yang
menyatakan sejauh mana sasaran/tujuan (kuantitas, kualitas dan waktu) telah
tercapai. Lebih lanjut dinyatakan bahwa: madrasah efektif menunjukan
kesesuaian antara hasil yang di capai dengan hasil yang di harapkan. Abin
menegaskan bahwa efektivitas madrasah pada dasarnya menunjukan tingkat
kesesuain antara hasil yang di capai berupa achievements atau observed outputs
dengan hasil yang di harapkan berupa objektivitas, targets, intended outputs
sebagaimana telah ditetapkan.
Efektivitas madrasah merujuk pada pemberdayaan semua komponen
madrasah sebagai organisasi tempat belajar berdasarkan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing dalam struktur program dengan tujuan agar siswa
belajar dan mencapai hasil yang telah di tetapkan, yaitu memiliki kompetensi.

3
Tim Dosen Pai, Bunga Rampai Penelitian Dalam Pendidikan Agama Islam, (yogyakarta
Deepublish Publisher)103-104

3
Sekolah atau madrasah efektif adalah sekolah yang memiliki kemampuan
memberdayakan setiap komponen penting sekolah, baik secara internal maupun
eksternal, serta memiliki sistem pengelolaan yang baik, transparan dan akuntebel
dalam rangka pencapaian visi-misi-tujuan madrasah atau sekolah secara efektif
dan efisien.
Madrasah efektif mengandung dua dimensi yaitu kualitas dan ekuitas.
Kualitas di maksudkan madrasah dapat meningkatkan pencapaian akademik
peserta didik manakala ekuitas di maksudkan madrasah dapat menampung peserta
didik dari kalangan keluarga miskin. Seterusnya beliau mengatakan madrasah
efektif adalah yang dapat meningkatkan pencapaian akademik peserta didik yang
tinggi berbanding dengan madrasah-madrasah yang lain. Manakala madrasah tidak
efektif ialah madrasah yang pencapaian akademik peserta didiknya di bawah rata-
rata pencapaian kebanyakan sekolah.
Sekolah efektif merupakan sekolah yang dapat menghasilkan prestasi
akademik peserta didik yang tinggi, menggunakan sumber daya secara cermat,
adanya iklim sekolah yang mendukung kegiatan pembelajaran, proses
pembelajaran yang berkualitas, adanya kepuasan setiap unsur yang ada si sekolah,
serta output sekolah bermanfaat bagi lingkungannya.4

5. Pengelolaan Madrasah Efektif


MADRASAH mempunyai karakter yang sangat spesifik, bukan hanya
melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran agama, tetapi juga mempunyai
tugas untuk memberikan bimbingan hidup di dalam masyarakat. Madrasah yang
membawa fungsi teologis seperti itu, akan paralel dengan kesadaran teologis
masyarakat yang dilandasi oleh kebutuhan memperdalam dan mengamalkan ilmu-
ilmu agamanya. Oleh karena itu madrasah adalah milik masyarakat dan menyatu
dengan nilai-nilai yang telah hidup dan dikembangkan di dalam kebudayaan
4
Supardi, Sekolah Efektif: Konsep Dasar dan Praktknya, (Jakarta: PT RAJA GRAFINDO
PERSADA, 2013), hlm. 1-3.

4
sebagai milik masyarakat. Madrasah yang efektif adalah suatu lembaga
pendidikan Islam yang mempunyai kurikulum, strategi, belajar mengajar yang
efektif dan ada interaksi dengan pihak yang berkepentingan (siswa, guru, orang
tua, lingkungan dan pejabat yang terkait) dan menghasilkan keluaran yang dapat
diandalkan. Oleh karena itu, madrasah dapat dikatakan efektif jika lembaga
pendidikan agama Islam tersebut mempunyai tujuan, misi dan sasaran, sehingga
menghasilkan out put yang dapat diandalkan.
Efektifitas tidaklah bisa dimaknai pasti. Terdapat perbedaan tergantung dari
mana sudut pandang yang digunakan dan kepentingan masing-masing. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1990: 219) dikemukakan bahwa, efektifitas
berarti ada efek (akibatnya, pengaruhnya, kesannya).5 Dengan kata lain efektifitas
adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran
yang dituju, atau bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan
memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional.

Kaitannya dengan pengelolaan madrasah, bahwa bagaimana madrasah mampu


melaksanakan semua tugas pokok sekolah, menjalin partisipasi masyarakat,
mendapatkan serta memanfaatkan sumber daya, sumber dana, dan sumber belajar
untuk mewujudkan tujuan sekolah.

Biasanya masalah efektifitas berkaitan erat dengan perbandingan antara


tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau
perbandingan hasil nyata dengan hasil yang telah direncanakan. Efektifitas
pengelolaan madrasah, sebagaimana efektifitas pendidikan pada umumnya dapat
dilihat berdasarkan teori sistem dan dimensi waktu. Maksudnya kriteria efektifitas
harus mencerminkan keseluruhan siklus input-proses-output, tidak hanya output

5
Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah, Semarang: al-Qalam Press,
2006.

5
atau hasil serta harus mencerminkan hubungan – timbal balik antara manajemen
dan lingkungan sekitarnya.

Selanjutnya Sistem pengelolaan pendidikan Madrasah yang digunakan pada


dasarnya berlaku secara umum, artinya ketentuan dalam pengelolaan lembaga
pendidikan mengacu pada ketentuan sebagaimana tertuang dalam Undang-
Undang Sisdiknas No. 20 Bab IX pasal 35 ayat 1 tahun 2003 yang berbunyi :
“Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses kompetensi lulusan
tenaga pendidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian
pendidikan yang harus ditingkatkan”.

Setiap organisasi termasuk organisasi sekolah atau madrasah menjalankan


kegiatannya pasti mengalami keterbatasan kemampuan menyediakan dan
memperoleh sumber-sumber yang diperlukan baik dalam arti dana, sarana,
prasarana, waktu, dan tenaga kerja. Menghadapi kenyataan tersebut, seorang
pengelolan dalam hal ini kepala sekolah perlu melakukan suatu analisis yang
objektif agar mengetahui kebutuhan madrasah tersebut dan kebutuhan masyarakat
yang sesuai dengan sosial budaya masyarakat. Hasil analisis ini akan
menggambarkan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan kedua belah pihak.
Kelemahan biasanya akan mendorong kebutuhan, misalnya kebutuhan
masyarakat yaitu apa yang diharapkan dari lembaga pendidikan tersebut.

Mengelola suatu lembaga pendidikan bukanlah pekerjaan mudah, apalagi


yang dimaksud mengelola tidak sekedar dalam pengertian mempetahankan yang
sudah ada, tetapi ideologis (visi, dan misi) kelembagaan dan langkah
operasionalnya serta menceritakan pertumbuhan (growth) perubahan (Change)
dan pembaruan (reform).

Sekedar mempertahankan, mungkin relatif mudah dilakukan tetapi


penyikapan terhadap pendidikan yang cenderung status quo akan segera
mendatangkan petaka bagi masa depan sebuah lembaga pendidikan. Secara

6
perlahan tapi pasti, pendidikan akan tertinggal dalam butiran sejarah, karena
ketidakmampuannya mengadakan hubungan yang dialektis dengan realitas yang
selalu menuntut sikap transpormatif.

Karena itu pengelolaan madrasah dituntut memiliki kedalaman normataif dan


ketajaman visi, pertama dibutuhkan agar pengelolaan pendidikan dapat
mendeskripsikan secara mendasar dan mendalam tentang manusia yang ingin
dihasilkan. Sedangkan ketajaman visi dibutuhkan agar pendidikan selalu dapat
berkesinambungan dengan perubahan-perubahan yang terjadi di masa depan
sehingga manusia yang mempunyai kesiapan dalam menghadapi tantangan masa
depan. Berkaitan dengan pentingnya visi ini.

Sistem pengelolaan madrasah merupakan komponen integral dan tidak dapat


dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasanya tanpa sistem
pengelolaan pendidikan dan manajemen sekolah yang baik, tidak mungkin tujaun
pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif dan efesien. Dalam kerangka
inilah tumbuh kesadaran akan pentingnya manajemen berbasis Madrasah, yang
memberikan kewenangan penuh kepada sekolah dan guru dalam mengatur
pendidikan, pengajaran, merencanakan, mengorganisasikan, mengawasi,
mempetanggung jawabkan, mengatur, serta memimpin sumber-sumber daya
insani serta barang-barang untuk membantu pelaksanaan pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan sekolah. Sistem pengelolaan pendidikan juga perlu
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Untuk itu, perlu dipahami
fungsi-fungsi pokok manajemen dan pengelolaan lembaga pendidikan diantaranya
meliputi; perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan. Dalam
prakteknya keempat fungsi tersebut merupakan suatu proses yang
berkesinambungan.

C. Dasar-dasar pengelolaan lembaga

7
Agar dapat menjawabtantangan perubahan yang terjadi dalam lembaga pendidikan
Islam, manajemen pengembanan, harus senantiasa dilakukan secara terus menerus.
Manajemen pengembangan lembaga pendidikan Islam dilaksanakan melalui kegiatan
POAC (planning, organizing, actuating and controlling). Penjelasan mengenai
masing-masing kegiatan manajemen tersebut akan diuraikan pada berikut ini:
1. Perencanaan (planning)
Pada hakikatnya perencanaan (planning) adalah aktivitas pengambilan
keputusan mengenaisasaran (objectives) apa yang akan dicapai, tindakan apa
yang akan dicapai, tindakan apa yang akan diambil dalam rangka pencapaian
tujuan atau sasaran dan siapa yang akan melaksanakan tugas-tugasnya.
Horald Koonzt dan Cyrill O’Donnel (dalam Sarwoto, 1987:67) mengatakan
“perencanaan sebagai persiapan yang teratur dari setiap usaha yang
mewujudkan/mencapai tujuan atau tujuan-tujuan yangtelah ditentukan.” Jadi
dalam sebuah perencanaan telah terancang langkah-langkah yang jelas
bagaimana mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Roger A Kauffaman (1972) (dalam Fatta, 2004:49) menjelaskan bahwa
“perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai
dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan
ituseefesien dan seefektifmungkin.
Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil sebuah pemahaman bahwa
perencanaan pada lembaga pendidikan islam merupakan kegiatan sistematis
merancang sumberdaya lembaga, meliput mengenai apa yang ingin dicapai,
(diidealkan), kegiatan yang perlu dilakukan untuk capai tujuan dan memilih
pelaksana kegiatan yang tepat bagi usaha pencapaian tujuan. Sarwoto (1987:70)
mengidentifikasi beberapa syarat perencanaan, yaitu: 1) tujuannya dirumuskan
secara jelas , 2) bersifat sederhana (simple) artinya dapat dilaksanakan
3)memuat analisisdanpenjelasan, serta penggolongan tindak usaha
yangdirencanakan untuk dilakukan, 4) memiliki fleksibilitas,dan 5) planning
didukung oleh keterediaan sumber daya yang dapat digunakan seefisien dan
seefektif mungkin.

8
Dalam kaitannya dengan perencanaan pengebangan lembaga pendidikan
Islam, dapat dilakukan beberapa langkah, antara lain:
a. Mengkaji kebijakanyang relevan. Pengembangan lembaga pendidikan Isam
tidak boleh bertentangan dengan kebijakan yang berlaku baik dari
pemerintah pusat maupun daerah. Misalnya tentang penggunaan
kurikulum, penetapan kelulusan peserta didik dengan standar minimal yang
telah ditetapkan dan sebagainya.
b. Menganalisis kondisi lembaga. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui
keadaan, kekuatan, kelemahan, kekurangan lembaga untuk kemudian
dicari jalan keluar yang tepat. Dalam konteks ini dapat digunakan teknik
analisis SWOT (Strenght, weakness, opportunity, threat). Dengan teknik ini
akan diketahui betul apa kekuatan, kelemahan, peluang/kesempatan dan
ancaman yang dihadapi lembaga pendidikan tersebut.
c. Merumuskan tujuan pengembangan. Berdasarkan kebijakan yang berlaku
dan analisis kondisi lembaga, maka selanjutnya harus dirumuskan tujuan
pengembangan, baik tujuan jangka pendek, tujuan jangka menengah
maupun tujuan jangka panjang.
d. Mengumpulkan data dan informasi. Data yang dikumpulkan adalah data
yang berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, yakni seluruh komponen
yang berkaitan dengan pencapaian tujuan misalnya SDM, sarana prasarana
dan daya dukung stakeholders.
e. Menganalisis data dan informasi. Data dan informasi yang terkumpul harus
dianalisis secara komprehensif. Dalam analisis ini dicoba ditafsirkan
hubungan antar komponen dalam usaha pencapaian tujuan.
f. Merumuskan dan memilih alternatif program. Berdasar hasl analisis
kemudian perlu dikembangkan beberapa alternatif program atau kegiatan
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Alternatif programitu jika
dipandang perlu, kemudian dikaji ulang dan dievaluasi untuk dipilh salah
satu yang paling baik untuk mencapai tujuan dengan pertimbangan paling
hemat tenaga, waktu dan dana.

9
g. Menetapkan langkah-langkah kegiatan pelaksanaan. Sebelum dilaksanakan
alternatif program yang dipilih, perlu dilakuakan penjabaran secara rinci,
sampai pada tahap-tahap pelaksanaanya. Setiap tahapan harus diperjelas
pula dengan (a) sasaran yang akan dicapai, (b) kegatanuntuk mencapai
tujuan tersebut, (c) pelaksana dan penanggung jawabnya, (d) waktu
pelaksanaannya, (e) sarana dan prasarana, dan (f) dana yang dibutuhkan
untukkegiatan atau program yang telah ditetapkan itu.
h. pengorganisasian (organizing)
sehubungan dengan pengertian istilah organizing ini, sarwoto mengatakan
bahwa:
pengorganisasian sebagai keseluruhan proses pengelompokan orang-orang,
alat-alat tugas, tanggungjawab atau wewenang sedemikian rupa, sehingga
tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai satu kesatuan dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan perumusan seperti diatas, dapat difahami bahwa pengorganisasian
merupakan langkah kearah pelaksanaan rencana yang telah disusun
sebelumnya. Jadi kegiatan pengorganisasian merupakan fungsi organik yang
kedua dalam manajemen.
Menurut tata urutannya, sarwoto menyebutkan bahwa proses organizing
meliput beberapa kegiatan, yaitu:
1) perumusan tujuan
sebagai dasar utama penyusunan organisasi, tujuan harus dirumuskan
secara jelas dan lengkap baik mengenai bidang, ruang lingkup sasaran dan
sarana yang diperlukan, serta jangka waktu pencapaian tujuan.
2) Penetapan tugas pokok
Tugas pokok adalah sasaran yang dibebankan kepada organisasi untuk
dicapai. Dalam penetapan tugas pokok itu perlu diperhatikan dua hal, yaitu:
tugas pokok harus merupakan bagia dari tujuan, dan tugas pokok harus
dalam batas kemampuan untuk dicapai dalam jangka waktu tertentu.
3) Perinsian kegiatan

10
Dalam kegiatan ini selain haus disusun secara lengkap dan terperinci,
perlujuga diidentifikasi kegiatan-kegiatanyang penting dan kegiatan-
kegiatanyang kurang penting.
4) Pengelompokan kegiatan-kegiatan dalam fungsi-fungsi
Kegiatan-kegiatan yang erat hubugannya satu sama lain, masing-masing
dikelompokan menjadi satu. Kelompok kegiatan sebagai hasil
pengelompokan ini disebut fungsi. Atau dapat dikatakan fungsi adalah
sekelompok kegiatan yang sama (homogen) atau satu sama lain terdapat
hubungan yang sangat erat.
5) Departenmentasi
Departementasi adalah “proses konservasi (converting) fungsi-fungsi
menjadi satuan-satuan organisasi dengan berpedoman pada prinsip-prinsip
organisasi.”
6) Pelimpahan Authirity
Dalam organisasi apapun, setiap pejabat dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya selalu di dasari oleh otoritas-organisasi yang melekatpada
jabatan yang dipangkunya. Artinya setiap posisi tertentu dalam organisasi
baru memliki arti setelah dilekati dengan otoritas organisasi. Otoritas
organisasi dapat diartkan sebagai kekuasaan atau hak untuk bertindak atau
memberikan perintah untuk menimbulkan tindakan –tindakan dari orang
lain.
7) Staffing
Stafing adalah “penempatan orang pada satuan-satuan organisasi yang
telah tercipta dalam proses departemensasi.” Prinsip utama dari staffing
adalah prinsip menempatkan orang yang tepat pada tempatnya, dan prinsip
menetapkan orang yang tepat pada jabatan atau pekerjaannya. Oleh karena
itu, dala melakukan kegiatan staffing harusmengandung unsur seleksi mutu
personel yang sehat, terbuka, mengedepankan profesionalisme dengan
kriteria yang jelas lebih tinggi untuk posisi-posisi pimpinan.
8) Facilitating
Facilitating merupakan proses terakhir dalam penyusunan organisasi.
Bentuknya berupa pemberian kelengkapan sepertiperalatan. Fasiitas yang

11
dapat diberikan baik berbentuk materil/keuangan. Jika ini sudah selesai,
maka organisasi sudah ready foraction untuk mencapai tujuannya.
2. Penggerakan (actuating)
George R. Terry mendefinisikan actuating sebagai “ tindakan
mengusahakan agar semua anggota kelompok suka berusaha untuk mencapai
sasaran-sasaran, agar sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha
organisasi.”sedangkan Koonzt dan Cyrill O’Donnell mengatakan: penggerakan
(actuating) adlah hubungan antara aspek-asek individual yang ditimbulkan oleh
adanya hubungan terhadap bawahan untuk dapat mengerti dan memahai
pembagian pekerjaaan yang efektif dan efesien. Actuating adalah bagian yang
sangat penting dalam proses manajemen. Berbeda dengan ( planning,
oganizing, controling), actuating dianggap sebagai intisari manajemen, karena
secara khusus berhubugan dengan orang-orang.
Dalam hal ini, seorang kepala sekolah/ madrasah harus memperhatikan
tiga hal, yaitu:
a. Memperhatikan elemen manusia dalam semua tindakan-tindkan
manajerial serta masalah-masalah.
b. Mencari keterangan tentangkebutuhan apa yang dirasakan oleh setiap
warga sekolah/madrasah dan berusaha memenuhi kebutuhanini.
c. Memperhatikan kepentingan kelompok yang ikut serta dan teribat.
3. Pengawasan (controlling)
Pengawasan adalah proses penentuan apa yang dicapai. Berkaitan dengan
standar apa yan sedang dihasilkan, penilaian pelaksanaaan (performansi) serta
bilamana diambil tindakan korektif. Ini yang memungkinkan pelaksanaan dapat
berjalan sesuai rencana, yakni sesuai denga standar yang diharapkan.
Tujuan pengawasan menurut konsep sistem adalah membantu
memepertahankan hasil atau out-put yang sesuai dengan syarat-syarat sistem.
Artinya dengan melakukan kerja pengawasan, diharapkan dapat mencapai
kualitas produk organisasi berdasar perencanaan yang telah ditetapkan,
sehingga konsumen atau stakeholder menjadi puas.

12
Agar kegiatan pengawasan dapat berjalan secara baik, maka kemendiknas
mengemukakan beberapa pon penting menegenai pelaksanaan
kegiatanpengawasan, yaitu:
a. Pengawasan bersifat membimbing dan membantu mengawasi kesulitan dan
bukan mencari kesalahan
b. Bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak langsung. Artinya diupayakan
agar yang bersangkutan merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya.
c. Balikan atau saran seharusnya segera diberikan dengan tujuan agar ang
bersangkutan segera memahami.
d. Pengawasan dilakukan secara priodik, artinya tidak menunggu sampai terjadi
hambatan.
e. Pengawasan dilaksanakan dalam suasana kemitraan.6
D. Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan
Madrasah sebagai lembaga pendidikan merupakan fenomena yang merata
diseluruh negara, baik pada negara-negara islam, maupun negara lainnya yang
didalamnya terdapat komunitas masyarakat islam. Sebagian ahli sejarah berpendapat,
bahwa madrasah sebagai lembaga pendidikan islam muncul dari penduduk nisapur,
tetapi tersiarnya melalui perdana mentri Bani Saljuk yang bernama Nidzam Al-Muluk
melalui madrasah nidzamiah yang didirikan pada tahun 1065 M.
Madrasah telah muncul sebagai lembaga pendidikan di dunia pendidikan sejak
abad kesebelas Masehi dan telah tumbuh berkembang pada masa kejayaan
pendidikan Islam. Diantaranya yang terkenal adalah madrasah yang dibangun oleh
perdana menteri nizamul mulk yang populer dengan namamadrasah
Nidzamiah,demikian juga madrasah yang dibangun oleh Zainuddin Zinki penguasa
syiria dan mesir. Khusus untuk indonesia perkataan madrasah baru populer setelah
masuknya ide-ide pembaruan pemikiran Islam ke Indonesia pada awal abad
keduapuluh, dan dikategorikanlah madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang
menyuarakan suara pembaharuan, berbeda dengan pesantren yang dianggap sebagai
lembaga pendidikan tradisyonal.7

6
Bahruddin, Moh Makin, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: UIN-Maliki Malang Press,
2016)148-171

13
Sebagai lembaga pendidikan yang lahir dari masyarakat, madrasah lebih mudah
mengintegrasikan lingkungan eksternal ke dalam organisasi pendidikan sehingga
dapat menciptakan suasana kebersamaan dan kepemilikan yang tinggi dalam
masyarakat. Keterlibatan masyarakat bukan lagi sebatas seperti peranan orang tua
siswa yang hanya melibatkan diri di tempat anaknya sekolah, melainkan juga
keterlibatan yang didasarkan kepada kepemilikan bersama.Sesuai dengan jiwa
desentralisasi yang menyerap aspirasi dan partisipasai masyarakat dalam
pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan, masyarakat dituntut untuk
memiliki kepedulian yang tinggi dalam memperhatikan lembaga pendidikan yang
berada di lingkungannya.
Hal ini dapat menumbuhkan sikap kepemilikan yang tinggi dengan memberikan
kontribusi baik dalam bidang material, kontrol manajemen, pembinaan, serta bentuk
partisipasi lain dalam rangka meningkatkan eksistensi madrasah yang selanjutnya
menjadi kebanggaan lingkungan setempat. Akhirnya, madrasah sebagai lembaga
pendidikan Islam yang hidup dari, oleh dan untuk masyarakat belum mendapatkan
sentuhan pikiran dan tangan kita semua. Peningkatan mutu tidak akan terealisir tanpa
andil semua pihak. Untuk itu, demi peningkatan mutunya maka madrasah perlu
dibantu, dibela dan diperjuangkan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya sistem pendidikan dan pengajaran di madrasah merupakan perpaduan antara
sistem yang berlaku di pondok pesantren dengan sistem yang berlaku di sekolah-
sekolah modern8
Menurut Abdul Mujib dan Jusuf mudzakir, bahwa kehadiran madrasah sebagai
lembaga pendidikan Islam setidak-tidaknya mempunyai 4 latar belakang, yaitu:
1. Sebagai manifestasi dan realisasi pembaruan sistem pendidikan Islam
2. Sebagai usaha menyempurnakan terhadap sistem pendidikan pesantren
kearah suatu sistem pendidikanyang lebih memunkinkan lulusnya untuk

7
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia ,
(Jakarta:Prenada Media,2004),hlm.,55
8
Moh. Arif, Manajemen Madrasah dalam meningkatkan Mutu Pendidikan Islam,Epistemé,
Vol. 8, No. 2, Desember 2013, hlm. 418-419.

14
memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah umum, misalnya
masalah kesamaan kesempatan kerja dan perolehan Izasah
3. Sebagai upaya untuk menjembatani antar sistem pendidikan tradisional yang
dilakukan oleh pesantren dan sistem pendidikan modern dari hasil akulturasi.

Pendapat Abdul Mujib dan Jusup Mudzakir tersebut ialah benar jika yang
dimaksud dengan pertumbuhan madrasah dalam konteksIndonesia. Namun jika
dikaitkan dengan pertumbuhan dan perkembangan madrasah yang ada di dunia arab,
khususnya di timur tengah, atau madrasah Nidzhamiah sebagaimana tersebut diatas,
tidaklah sama. Madrasah yang ada di timur tengah muncul sebagai upaya formalisasi
pendidikan agama yang lebih terorganisiasi dan sistematik, dengan tujuan
memelihara tradisi suni. Madrasah lebih menggambarkan tempat pengajaran ilmu
aama secara lebih tinggi, dan bukan merupakan resons terhada modernisasi terhadap
pendidikan barat.9

E. Dasar-dasar pengelolaan madrasah efektif

Upaya peningkatan kualitas pengelolaan pendidikan pada madrasah, baik


mengenai pengembangan kurikulum, peningkatan profesionalitas guru, pemenuhan
kebutuhan sarana prasarana maupun pemberdayaan pendidikan, sedang dilakukan dan
akan dilakukan secara terus menerus. Lebih lanjut dikatakan bahwa apabila setiap
lembaga penyelenggara pendidikan selalu berupaya untuk memberikan jaminan
kualitas dan upaya ini secara terus menerus dilakukan maka diharapkan kualitas
pendidikan pada madrasah secara keseluruhan di seluruh Indonesia akan terus
meningkat (Departemen Agama, 2006: 19). Upaya tersebut merupakan agenda
pemerintah melalui Kementerian Agama yang diarahkan agar setiap satuan
pendidikan madrasah selalu berupaya untuk memberikan jaminan kualitas kepada
pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu suatu jaminan agar setiap penyelenggara
pendidikan di madrasah sesuai dengan apa yang seharusnya dan sesuai pula dengan
harapan masyarakat. Madrasah mempunyai peran penting dalam peningkatan mutu
9
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Kencana Perdana Media Group, 2010), hlm.,174

15
pendidikan dan sumber daya manusia (SDM), sesuai dengan cirinya sebagai lembaga
pendidikan agama, secara ideal madrasah berfungsi dalam penyiapan sumber daya
manusia yang berkualitas tinggi, baik dalam penguasaan terhadap ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) maupun dalam hal karakter, sikap moral, iman dan taqwa
(IMTAQ), serta penghayatan dan pengamalan ajaran agama (Al Attas, 2009: 35-74).
Secara ideal menurut penulis lembaga pendidikan berfungsi membina dan
menyiapkan peserta didik yang berilmu, berteknologi, berketerampilan tinggi dan
sekaligus beriman dan beramal saleh. Pengaruh pendidikan yang berkualitas dapat
dilihat dan dirasakan secara langsung dalam perkembangan kehidupan masyarakat,
kehidupan kelompok, dan kehidupan setiap individu. Jika bidang lain seperti
ekonomi, pertanian, perindustrian berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi
kepentingan manusia, maka pendidikan berurusan langsung dengan pembentukan
manusianya, bahkan menentukan model manusia yang akan dihasilkannya.
Pendidikan yang berkualitas juga memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap
kemajuan suatu bangsa, terutama dalam membangun watak suatu bangsa (Nation
Character Building). Baik buruk atau berkualitas tidaknya pendidikan akan banyak
dipengaruhi oleh sistem tata kelola. Sistem tata kelola akan berkembang baik
manakala dilaksanakan melalui sistem yang baik oleh para pengeola yang bersih dan
profesional.
Sistem tersebut telah dirancang secacra terperinci oleh pemerintah yang ditetapkan
melalui permendiknas nomor 19 tahun 2007 tentang “Standar Pengelolaan
Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.” Permendiknas
tersebutdipersiapkan oleh pemerintah untuk mengatur sistem tata kelola yang baik,
berimbang, dan berkesinambungan.
Tata kelola pendidikan, sebagaimana tertuang dalam permendiknas tersebut,
meliputi: (1) Perencanaan Program (2) Pelaksanaan Rencana Kerja (3) Pengawasan
dan Evaluasi (4) kepemimpinana sekolah/madraah (5) Sistem Informasi Manajemen
(6) Penilaian Khusus. Secara terperinci, komponen-komponen tersebut dapat
digambarkan seperti di bawah ini.

16
1. Perencanaan Program
Perencanaan program yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga
pendidikan harus mencerminkan adanya Visi, Misi, tujuan, dan rencana kerja
paling tidak berisi hal-hal dibawah ini
1. Memiliki visi yang baik yang dijadikan sebagai:
a. Cita-cita bersama untuk kepentingan masa depan;
b. Pemberi inspirasi, motivasi,dankekuatan warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan;
c. Dirumuskan berdaarkan masukan dari berbagai warga sekolah/madrasah
dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi
diatasnya serta visi pendidikan Nasional;
d. Diputuskan leh raat dewan pendidik yang dipipin oleh kepala
sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan komite
sekolah/madrasah;
e. Disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang
berkepentingan;
f. Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan dan tantangan di masyarakat.
2. Memiliki Misi yang baik dan dijadikan sebagai
a. Arah dalam mewujudkanvisi;
b. Tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu
c. Dasar program pokok lembaga pendidikan;
d. Standar kualitas layanan peserta didik dalam rangka mencapai mutu
lulusan yang diharapkan;
e. Memuat kegiatan-kegiatan satuan-satuan unit pendidikanyang terlibat
f. Dirumuska berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan
dan diputuskan oleh rapat dewan pendidikyang dipipin oleh kepala
sekolah/madrasah/lembaga pendidikan;
g. Disosialisasikan kepada segenap pihak yang berkepentingan
h. Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan dan tantangan di masyarakat.
3. Merumuskan dan menetapkan tujuan serta menggembangkannya:
a. Menggambarkan tingat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka tertentu;
b. Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relavan
dengan kebutuhan masyarakat;

17
c. Mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh
pihak lembaga/sekoah/madrasah dan pemerintah;
d. Mengamodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan dan
diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimin oeh kepala
sekolah/madrasah;
e. Disosialisasikan kepada segenap pihak yang berkepentingan
4. Membuat Rencana Kerja yang ditetapkan sebagai:
a. Rencana kerja ajngka pendek, menengah, dan jangka panjang berkaitan
dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang
mendukung peningkatan mutu llusan;
b. Rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam rencana kegiatan dan
anggaran sekolah/madrasah (RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan renana
jangka menegnah;
c. Disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan perkembangan
dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari komite
sekolah/madrasah dandsahkan berlakunya oeh dinas pendidikan
kabupaten/kota. Pada sekolah/madraah swasta rencana kerja ini disahkan
berlakunya oleh penyelenggara sekolahmadrasah;
d. Dituangkan dalam dokumen yang mudahdibaca oleh pihak-pihak
yangterkait;
e. Rencana kerja tahunan memuat ketentuan yang jeas mengenai:
1) Kesiswaan
2) Kurikulum dan kegiatan pembelajaran
3) Pendidikn dan tenaga kependidikan serta penggembangnnya
4) Sarana dan prasarana
5) Keuangan dan pembiyaan
6) Budayadan lingkunan sekolah
7) Peran serta masyarakat dan kemitraan
8) Rencana-rencana kerja lain yang megarah kepada peningkatan dan
pengembangan mutu
5. Pelaksanaan Rencana Kerja
Sejalan dengan visi, misi, tujuan dan rencana kerja, maka dirumuskan pola
pelaksanaan kerja yang paling tidak dirumuskan kedalam
a. pedoman dasar,
b. struktur orgaisasi,
c. pelaksanaan kegiatan,
18
d. bidang kesiswaan,
e. bidang kurikulum, dan kegiatan pembelajaran,
f. bidang pendidik dan tenaga kependidikan,
g. bidang sarana dan prasarana pendidikan,
h. serta keuangan dan rencana anggaran,
i. budaya dan sekolah lingkungan madrasah,
j. peran serta masyarakat dan kemitraansekolah/madrasah.
6. Pengawasan dan Evaluasi
a. Program pengawasan
b. Evaluasi diri
c. Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan
d. Akreditasi sekolah/Madrasah

7. kepemimpinan sekolah/ madrasah


a. setiap sekolah/madrasah dipimpin oleh seorang kepala sekolah/
madrasah
b. kriteriauntuk menjadi kepala dan wakil kepala sekolah / madrasah
berdasarkan ketentuan dalam standar pendidik dan tenaga
kependidikan
c. Kepala dan wakil kepala sekolah/madrasah memiliki kemampuan
memimpin yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku
yang dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkannya dalam
melaksanakan tugas keprpfesionalan sesuai dengan standar
pengelolaan satuan pendidikan.
8. Sistem Informasi Manajemen
a. Mengelola sistem informasi manajemen yang memadai untuk
mendukung administrasi pendidikan ang efektif, efisien, dan
akuntabel.
b. Menyediakan fasilitas informasiyang efisien, efektif, dan mudah
diakses.
c. Menugaskan seorang guru atau tenaga kependidikan untuk melayani
permintaan Informasi maupun pemberian informasi atau pengaduan
dari masyarakat berkaitan dengan pengelolaan sekolah/ madrasah baik
secara lisanmaupun tertulis dan semuanya direka dan di
dokumentasikan.
19
d. Melaporkan data informasi sekolah/madrasah yang telah
terdokumentasikan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota.

9. Penilaian Khusus
Keberadaan sekolah/madrasah yang pengelolaannya tidak mengacu
kepada Standar Nasional Pendidikan dapat memperoleh pengakuan
pemerintah atas dasarrekomondasi BSNP.10

G. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dari hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai sistem
pengelolaan pendidikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Konsep pelaksanaan pendidikan pada prinsipnya mengacu pada ketentuan


sebagaimana tertuang dalam Undang-undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Bab
IX Pasal 35 Ayat 1 pada tataran pelaksanaannya, pengelolaan sekolah (Madrasah)
disesuaikan dengan kebutuhan dan minat peserta didik, tenaga pendidik, serta
kebutuhan masyarakat setempat sehingga dalam pencapaian tujuan pendidikan, pihak
pengelola dapat menentukan skala prioritas terhadap hal-hal yang menjadi
garapannya.

Pelaksanaan sistem pengelolaan pendidikan dilakukan oleh seluruh personil


sekolah tanpa kecuali. Sedangkan penanggungjawabnya diserahkan kepada kepala
sekolah selaku pimpinan untuk menetapkan berbagai kebijakan yang berkaitan
dengan pelaksanaan sistem pengelolaan pendidikan yang dilakukan : a) Personil
Sekolah, b) Kurikulum, c) Sarana dan Prasarana, d) Kesiswaan, e) Keuangan dan
Pembiayaan, f) Hubungan Masyarakat, g) Lingkungan Sekolah.

10
Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2011),98-118

20
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Moch, 2013, Manajemen Madrasah dalam meningkatkan Mutu Pendidikan


Islam,Epistemé, Vol. 8, No. 2, Desember 2013.
Bahruddin, Moh Makin, 2016, Manajemen Pendidikan Islam, Malang: UIN-Maliki
Malang Press

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1998, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta: Balai Pustaka, Cet. ke-10, h. 751
Hikmawati, Darwis, 2017, Maksud, Kesehatan Masyarakat Dalam Perspektif
Sosioantropologi Makassar: CV Sah Media
Mulyasana, Dedy, 2011, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya

Nata, Abuddin , 2010, Ilmu Pendidikan Islam, Kencana Perdana Media Group.
Permadi, Dadi, Daeng Arifin, 2007. Kepemimpinan Transformasional Kepala
Sekolah dan Komite sekolah, Bandung: PT. Sarana Panca Karya Nusa.

Putra Daulay, Haidar, 2004, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia ,Jakarta:Prenada Media.

Sudarminta, J, 2002, Epistimologi dasar pengantar filsafat pengetahuan,


Yogyakarta:kanisius.

Supardi, 2013, Sekolah Efektif: Konsep Dasar dan Praktknya, Jakarta: PT RAJA
GRAFINDO PERSADA.

Syukur, Fatah, 2006, Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah, Semarang:


al-Qalam Press.

21
Tim Dosen Pai, Bunga Rampai Penelitian Dalam Pendidikan Agama Islam,
(yogyakarta Deepublish Publisher)103-104

22

Anda mungkin juga menyukai