Achmad Fauzi
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. A. H. Nasution No. 105 Cibiru, Bandung, Jawa Barat,
Indonesia, 40614
Email: achmadfauzi160889@gmail.com
DIKDIK SUNANDAR
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. A. H. Nasution No. 105 Cibiru, Bandung, Jawa Barat,
Indonesia, 40614
Email:
PANDOE
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. A. H. Nasution No. 105 Cibiru, Bandung, Jawa Barat,
Indonesia, 40614
Email:
ABSTRAK
Inovasi kurikulum dan pembelajaran adalah suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam
bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan.
Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan dan dikelolah. Jadi kalau difusi
terjadi secara sepontan, maka diseminasi dengan perencanaan. Ini berbeda dengan difusi yang merupakan
alur komunikasi spontan. Diseminasi merupakan tindak inovasi yang disusun menurut perencanaan yang
matang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan inovasi kurikulum dalam pembelajaran; difusi,
diseminasi dan pengambilan keputusan dalam inovasi. Penelitian ini menggunakan jenis studi kepustakaan
(library research), metode deskriptif dan pendekatan kualtitatif. Pendekatan ini digunakan karena data-data
atau bahan-bahan yang diperlukan dalam menyelesaikan penelitian tersebut berasal dari perpustakaan baik
berupa buku, ensklopedi, kamus, jurnal, dokumen, majalah dan lain sebagainya. Masing-masing kurikulum
memiliki warna dan ciri khas tersendiri. Warna dan ciri khas tiap kurikulum menunjukkan kurikulum
berusaha menghadirkan sosok peserta didik yang paling pas dengan jamannya. Namun, ada beberapa
masalah yang dihadapi oleh bangsa ini di dalam bidang pendidikan, dimana masalah tersebut bisa menjadi
sumber atau penyebab adanya inovasi, masalah-masalah tersebut yaitu: masalah relevansi pendidikan,
masalah kualitas pendidikan, masalah efektifitas dan efesiensi, masalah daya tampung yang terbatas. Dengan
adanya inovasi pendidikan khususnya di bidang kurikulum dan pembelajaran, diharapkan nantinya bisa
memberikan solusi kongrit terhadap masalah yang ada.
Kata Kunci: Inovasi, Kurikulum, Difusi, Diseminasi,
PENDAHULUAN
UU No. 20 Tahun 2003 sisdiknas menyatakan bahwa pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi murid
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pentingnya
peranan pendidikan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa di Indonesia tercermin secara
jelas dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang antara lain menyebutkan bahwa salah
satu tujuan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa secara menyeluruh dan merata.1
Dengan kata lain tujuan pendidikan nasional salah satunya berupaya dalam pencapaian
manusia seutuhnya melalui pengetahuan keagamaan yang dapat menguatkan pondansi keyakinan
dirinya sendiri, sehingga mampu mengatasi gejolak emosi dengan menguasai berbagai keterampilan
emosional yang mencakup mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi
orang lain, dan mampu membina hubungan dengan orang lain.2
Kehidupan pendidikan semakin berkembang dengan lajunya zaman. Pendidikan tidak
mungkin terdampak proses globalisasi, antara lain merespon proses pendidikan dengan
menciptakan sistem pendidikan yang lebih akomodatif terhadap perkembangan zaman, sehingga
outputnya dapat berperan secara efektif dalam kehidupan masyarakat. Maka dari itu pendidikan
harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik mengembangkan potensi
yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana yang penuh kebebasan, kebersamaan dan
tanggungjawab.3
Pendidikan sangat urgen perannya di dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan
kehidupan suatu bangsa. Pendidikan juga menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsa dan menjadi
cerminan kemajuan masyarakatnya.4Sehingga sektor pendidikan harus mendapat porsi yang lebih
dari berbagai pihak yang berkompeten.
Salah satu prioritas pembangunan pendidikan nasional dalam kaitannya dengan
pengembangan kualitas sumber daya manusia ialah menyangkut peningkatan mutu setiap jenis dan
jenjang pendidikan. Dalam rangka peningkatan mutu tersebut ada tiga faktor utama yang menjadi
titik perhatian, yaitu: pertama, berkaitan dengan kecukupan sumber-sumber pendidikan untuk
menunjang proses pendidikan, dalam arti kecukupan penyediaan jumlah dan mutu guru serta
kependidikan lainnya, buku teks bagi murid dan perpustakaan, dan sarana prasarana belajar;
kemduian yang kedua, mutu proses pendidikan itu sendiri dalam arti kurikulum dan pelaksanaan
pengajaran untuk mendorong para siswa belajar lebih efektif; dan yang ketiga, mutu output dari
proses pendidikan, dalam arti ketrampilan dan pengetahuan yang telah diperoleh para siswa. 5
Pemerintah pusat dan daerah telah banyak berusaha untuk meningkatkan pemerataan
kesempatan memperoleh kesempatan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan. Upaya itu
antara lain membangun gedung sekolah, membangun ruang kelas baru, merehabilitasi gedung,
mengembangkan sekolah terbuka dan pendidikan luar sekolah, mengadakan laboratorium dan
perpustakaan sekolah, dan menatar pendidik dan tenaga kependidikan. Akan tetapi di samping
upaya pemerintah tersebut, diharapkan sekolah sendiri melakukan berbagai usaha dan terobosan
untuk meningkatkan daya tampung sekolahnya serta usaha-usaha untuk meningkatkan mutu
pendidikan di masing-masing sekolah. 6
Proses pembelajaran masyarakat juga dilakukan oleh pemerintah dan swasta melalui berbagai
penyuluhan atau penataran. Masyarakat sendiri terkadang tidak sepenuhnya menyadari bahwa
melalui kegiatan itu terjadi belajar-membelajarkan yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya
menjadi lebih sejahtera dan menyenangkan.
Sementara itu harus diakui bahwa salah satu faktor yang menghambat peningkatan kualitas
pendidikan di madrasah adalah manajemen (pengelolaan). Ini adalah tanggung jawab kepala
madrasah. Bersama dengan semua pihak yang terlibat dalam madrasah, baik itu guru, karyawan,
siswa maupun orang tua siswa, kepala madrasah hendaknya mampu mengompakkan dalam
1
Achmad Fauzi, “Pendidikan Karakter Melalui Reward and Punishment”, Tesis Pascasarjana, (Bandung:
Perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati, 2017),1. T.d.
2 Achmad Fauzi, “Pendidikan Karakter Melalui Reward and Punishment”, 2
3 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan. (Yogyakarta: Bigraf, 2000), 90
4 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 27
5 Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan Pengembangan Kurikulum hingga Redefinisi
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Objek yang diteliti adalah konsep inovasi
kurikulum; difusi, diseminasi dan pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan jenis studi kepustakaan atau Library Research dengan pendekatan kualitatif dan metode
deskriprif. Dalam hal persiapan, studi kepustakaan sama dengan penelitian lainnya akan tetapi
sumber dan metode pengumpulan data dengan mengambil data di pustaka, membaca, mencatat,
dan mengolah bahan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
INOVASI KURIKULUM; DIFUSI DAN DISEMINASI INOVASI SERTA PROSES
KEPUTUSAN INOVASI
Inovasi merupakan berasal dari “innovation” yang diterjemahkan dengan arti segala hal yang
baru atau pembaharuan.8 Kata ‘inovasi’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan
penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Sa’ud
menjelaskan inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai
suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil
7 Ibid, 51
8 Udin Syaefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan. (Bandung: Alfabeta, 2011), 2
invention maupun diskoveri. Dalam hal ini inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau
untuk memecahkan suatu masalah tertentu.9
Sementara itu Rusydi Ananda, dan Amiruddin mengakatakan bahwa inovasi adalah suatu ide,
benda, peristiwa, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat) sebagai hasil invensi maupun diskoveri yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah.10
Dapat disimpulkan inovasi ialah suatu perubahan yang baru dan bersifat kualitatif, berbeda
dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan dalam
rangka pencapaian tujuan tertentu dalam pendidikan. Istilah perubahan dan pembaruan ada
perbedaan dan persamaannya. Perbedaannya, kalau pada pembaruan ada unsur kesengajaan.
Persamaannya yakni memiliki unsur yang baru atau lain dari sebelumnya.
Hal tersebut menjadi penyebab lembaga pendidikan memerlukan inovasi yang menyangkut
pada masalah bagaimana mengembangkan kurikulum pembelajaran dengan melihat situasi dan
kondisi yang ada, dan juga bagaimana agar proses tersebut tidak terdapat hambatan serta ganguan
baik internal maupun eksternal yang menyangkut kelembagaan maupun lingkungan sekitarnya.11
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum adalah suatu hal yang esensial dalam suatu
penyelenggaraan pendidikan. Secara sederhana, kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu
kumpulan atau daftar pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara
pemberian nilai pencapaian belajar di kurun waktu tertentu.12
Dalam UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa,
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan tertentu. Dapat didefinisikan bahwa kurikulum adalah salah satu instrumen yang
menentukan proses belajar mengajar. Tanpa kurikulum yang baik, tujuan pendidikan sekolah tidak
akan tercpai. Pelaksanaan kurikulum idealnya mampu diselesaikan dengan situasi dan kondisi yang
ada pada suatu tempat
Faktor munculnya inovasi dalam kurikulum dan pembelajaran karena adanya beragam
masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan. Salah satunya adalah masalah relevansi pendidikan,
yaitu bagaimana menyesuaikan dan menyelaraskan pendidikan dengan tuntutan masyarakat
maupun dunia kerja. Selain itu ada juga masalah kualitas pendidikan, masalah tingkat efektivitas
dalam proses pembelajaran, masalah pemerataan pendidikan, masalah daya tampung sekolah yang
terbatas dan masih banyak lagi permasalah-permasalahan yang ada pada dunia pendidikan.
Prastyawan mengatakan bahwa “Inovasi kurikulum dan pembelajaran adalah suatu ide, gagasan atau
tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan”. Inovasi dalam pendidikan terkhususnya pada kurikulum dan
pembelajaran adalah hal yang penting bagi peningkatan mutu pendidikan itu sendiri. Inovasi dalam
kurikulum dan pembelajaran dilakukan dengan melibatkan pendidik dan peserta didik. 13
Inovasi kurikulum pada dasarnya merupakan hasil pemikiran yang bercirikan hal baru, baik
berupa praktik-praktik tertentu, atau berupa produk dari suatu hasil olah piker dan olah teknologi
yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan
persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan yang lebih baik. Dalam bidang pendidikan,
misalnya, untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi, telah banyak dilontarkan model-
model inovasi dalam berbagai bidang, antara lain: usaha pemerataan pendidikan, peningkatan mutu,
peningkatan efisensi dan efektifitas pendidikan, dan relevansi pendidikan. Beberapa contoh
inovasi, antara lain: program belajar jarak jauh yang saat ini sedang dijalakan oleh masyarakat
Indonesia berkaitan dengan covid-19, kemudian pembelajaran yang pada awalnya berpusat pada
guru (teacher centered) berubah menjadi berpusat pada siswa (student centered).
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum merupakan berbagai hal yang harus dijadikan
patokan dalam menentukan hal-hal yang berkenaan dengan pengembangan kurikulum, terlebih
9Udin Syaefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, 3
10Rusydi Ananda, dan Amiruddin, Inovasi Pendidikan: Melejitkan Potensi Teknologi dan Inovasi Pendidikan. (Medan:
Widya Puspita, 2017), 2
11 Muhammad Rasyidi, “Inovasi Kurikulum di Madrasah Aliyah.” Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan
14 Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum & Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Pers.,
2011), 265
15 Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia, 2014), 79
16 Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, 80
meningkatkan kemampuan profesionalnya guna menghadapi tantangan kemajuan zaman. Dampak
dari keterbatasan kesempatan meningkatkan kemampuan profesional serta keterbatasan
kewenangan mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugas bagi guru, dapat menyebabkan
timbulnya siklus otoritas yang negatif.17
Selain faktor pendukung dalam inovasi kurikulum, terdapat enam faktor utama penghambat
diantaranya; (1) estimasi tidak tepat terhadap inovasi, (2) konflik dan motivasi, (3) inovasi tidak
berkembang, (4) masalah keuangan, (5) penolakan inovasi, dan (6) kurangnya adanya hubungan
sosial.
Pertama, estimasi tidak tepat terhadap inovasi; hambatan yang disebabkan oleh tidak
tepatnya perencanaan atau estimasi dalam proses difusi inovasi antara lain, tidak tepat dalam
mempertimbangkan implementasi inovasi, kurang adanya kerja sama antarpelaksana inovasi, baik
itu antara guru dengan guru, guru dengan siswa, atau antara siswa dengan siswa, sehingga tidak
adanya persamaan pendapat tentang tujuan yang akan dicapai didalam pelaksanaan pembelajaran,
tidak jelasnya struktur pengambilan keputusan, komunikasi yang kurang lancar, adanya tekanan
dari pemerintah untuk mempercepat hasil inovasi dalam waktu yang sangat singkat. Oleh karena
itu para pelaksana inovasi harus benar-benar merencanakan dan mempertimbangkan segala
kemungkinan yang akan terjadi pada tempat yang menjadi sasaran inovasi.
Kedua, konflik dan motivasi; hambatan ini diakibatkan karena adanya masalah-masalah
pribadi, seperti adanya pertentangan antar pelaku inovasi, misalnya antar anggota tim, adanya rasa
iri antara anggota yang satu dengan yang lain, ada anggota tim yang tidak semangat kerja,
berpandangan sempit, kurang adanya penguatan atau hadiah terhadap anggota yang melaksanakan
tugas dengan baik.
Ketiga, inovasi tidak berkembang; inovasi tidak berkembang karena hal-hal seperti,
lambatnya material yang diterima, alokasi dana yang tidak tepat, dipengaruhi oleh anggota lain yang
malas berinovasi, pergantian pengurus dan manajemen kepala sehingga mengganggu kontinuitas
tugas.
Keempat, masalah keuangan; yang termasuk dalam hambatan keuangan yaitu tidak
memadainya dana subsidi dari pemerintah daerah atau pemerintah pusat lewat Bantuan
Operasional Sekolah (BOS), dan penundaan penyampaian dana yang dilakukan oleh Bendahara
sekolah. Oleh karena itu dituntut kemampuan untuk mencari sumber-sumber dana lain yang akan
digunakan untuk pembiayaan pelaksanaan inovasi.
Kelima, penolakan inovasi dari kelompok tertentu; penolakan inovasi yang dimaksud bukan
penolakan karena kurang dana atau masalah personalia, tetapi penolakan masuknya inovasi karena
beberapa faktor berikut, yaitu adanya pertentangan dalam memandang inovasi, adanya kecurigaan
masyarakat akan masuknya inovasi tersebut.
Keenam, kurang adanya hubungan sosial; faktor terakhir ini terdiri dari dua hal, yaitu
hubungan antar anggota kelompok pelaksana inovasi dan hubungan dengan masyarakat. Hal ini
disebabkan karena adanya ketidakharmonisan antar anggota proyek pelaksnaaan inovasi
pendidikan.18
Contoh Inovasi dalam Kurikulum
Sebagai usaha mengefektifkan pencapaian tujuan pendidikan, pemerintah terus-menerus
malakukan berbagai perbaikan dan pembaharuan pendidikan dan kurikulum. Beberapa pembaruan
(inovasi) yang telah dilakukan dikemukakan di bawah ini :
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan oleh
setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). Sebagai kurikulum operasional, KTSP
memiliki karakteristik sebagai berikut:19
Pertama, KTSP adalah kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Hal ini dapat kita lihat dari struktur kurikulum KTSP
yang memuat sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Setiap mata pelajara
yang harus dipelajari ituselain sesuai dengan nama-nama disiplin ilu juga ditentukan jumlah jam
17 Rusdiana, 83
18 Jangnoer Putra Galuh, “Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Pelaksanaan Inovasi Pendidikan, 14
Desember 2018.” KUPDF. https://kupdf.net/download/faktor-penghambat-dan-pendukung-dalam-pelaksanaan-
inovasi-pendidikan_5c1300a7e2b6f5bc3f5f940e_pdf. (diakses 31 Maret 2020)
19 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 18-29
pelajaran secara ketat, maka dapat dikatakan bahwa KTSP merupakan kurikulum yang berorientasi
pada sdisiplin ilmu.
Kedua, KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengemangan individu. Hal ini dapat
dilihat dari prinsip-prinsip pembelajaran dalam KTSP yang menekankan pada aktivitasa siswa
untuk mencari dan menemukan sendiri matei pelajaran melalui berbagai pendikatan dan strategi
pembelajaran yang disarankan misalnya, melalui CTL, inkuiri, pembelajaran fortopolio dan lain
sebagainya. Demikian juga, secara tegas dalam struktur kuikulum terdapat komponen
pengembangan diri.
Ketiga, KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah. Hal ini tampak pada
salah satu prinsip KTSP yakni berpusat pada potensi perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkunganya. Dengan demikian, maka KTSP adalahkurikulum yang
dikembangkan oleh daerah. Bahkan, dengan program muatan lokalnya KTSP didasarkan pada
keberagaman kondisi, social, budaya yang berbeda masing-basing daerahnya.
Keempat, KTSP merupakan kurikulum teknologis. Hal ini dapat dilihat dari adanya standar
kompetensi, kompetensi dasar yang kemudian di jabarkan pada indicator hasil belajar, yakni
sejumlah perilaku yang terukur sebagian bahan penilaian.
Pengajaran melalui modul
Pengajaran melalui modul merupakan salah satu bentuk inovasi pendidikan yang pernah ada
di Indonesia yang digunakan dalam berbagai penyelenggaraan pendidikan baik formal maupun non
formal.
Dalam konkeks pembelajaran, modul dapat diartikan sebagai suatu unit lengkap yang berdiri
sendiri yang terdiri dari rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu peserta didik
mencapai sejumlah tujuan yang durumuskan secra khusus dan jelas. Dalam sebuah modul
durumuskan suatu unit pengajaran secara jelas, mulai dari tujuan yang harus dicapai, petunjuk
pembelajaran atau rangkaian pembelajaran atau rangkaian kegiatan belajar yang harus dilakukan
siswa, materi pembelajaran sampai kepada evaluasi beserta pedoman menentukan keberhasilannya.
Dengan demikian, melalui modul siswa dapat belajar mandiri (self instructon), tanpa bantuan guru.20
Ibid.
23
24Sylva Alkornia. “Difusi Inovasi Teknologi Green House di Kalangan Petani Mangga.” Kanal (Jurnal Ilmu
Komunikasi), Vol. 5 No. 1(2016) 75-86
sejauh mana inovasi dapat diujicoba oleh orang lain. Dan (e) Observability (kemungkinan diamati)
adalah sejauh mana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain.25
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen
pokok, yaitu:26 (1) Inovasi; yaitu ide, praktek, atau benda yang dianggap baru oleh individu atau
kelompok .(2) Saluran komunikasi; yaitu bagaimana pesan itu didapat suatu individu dari individu
lainnya. Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu sama
lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah diungapkan sebelumnya bahwa
difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana informasi yang
dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian, esensi dari proses difusi adalah
pertukaran informasi dimana seorang individu mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang
atau beberapa orang lain. Rogers menyebutkan ada empat unsur dari proses komunikasi ini,
meliputi: pertama, inovasi itu sendiri; kedua, seorang individu atau satu unit adopsi lain yang
mempunyai pengetahuan atau pengalaman dalam menggunakan inovasi; ketiga, orang lain atau unit
adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi;
dan yang keempat, saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru
(inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman
dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum
memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran
komunikasi tertentu. (3) Jangka waktu; Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses
difusi. Dimensi waktu, dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal: (a) Innovation decision process,
yakni proses keputusan inovasi atau tahapan proses sejak seseorang menerima informasi pertama
sampai ia menerima atau menolak inovasi; (b) Relative time which an inovation is adopted by individual or
group, yaitu waktu yang diperlukan oleh individu maupun kelompok untuk mengadopsi sebuah
inovasi. Dalam hal ini berkaitan dengan keinovativan individu atau unit adopsi lain, yaitu kategori
relatif tipe adopter (adopter awal atau akhir); dan (c) Innovation’s rate of adoption, atau tingkat/laju
adopsi inovasi ataupun rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota
suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu. Dan (4) sistem sosial, yaitu
serangkaian bagian yang saling berhubungan dan bertujuan untuk mencapai tujuan umum. Sangat
penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem sosial. Sistem sosial adalah
satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung dalam suatu upaya pemecahan masalah
bersama untuk mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu sistem sosial dapat berupa individu,
kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem
sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe
keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi.27
Strategi Difusi Inovasi
Suparman menyatakan terdapat dua strategi yang dilakukan dalam difusi inovasi yaitu: 28
(1)strategi jalur terbuka, dan (2)strategi jalur organisasi.
Strategi jalur terbuka
Strategi jalur terbuka ditempuh dengan menjual ide baru atau inovasi agar individu yang
diharapkan dapat secara sukarela menerima dan menggunakan inovasi baru tersebut. Proses difusi
yang dilakukan pada jalur terbuka adalah: 29 (a) Agen pembaharuan dalam hal ini pendesain inovasi
ataupun pihak lain melakukan identifikasi individu atau kelompok individu yang dipandang sebagai
calon pengguna utama yaitu individu atau kelompok yang dipandang membutuhkan produk inovasi
baru dalam pekerjaannya. (b)Memperkenalkan inovasi baru melalui berbagai media massa, surat
selebaaran, leaflet dan lain-lain. Perkenalan tersebut menyangkut karakteristik dari produk inovasi
baru tersebut serta manfaatnya. (c) Melakukaan kontak individual dan tatap muka untuk membujuk
agar menerima produk inovasi baru tersebut, dalam hal ini manfaat produk inovasi baru dijelaskan
dan ditekankan. Bujukan tersebut harus dilakukan dengan baik, misalnya melalui kunjungan atau
pertemuan khusus sehingga pada akhirnya mau menerimanya. (d) Setiap ada individu atau
kelompok yang menyatakan menerima produk inovadi baru atau yang biasa disebut pengadopsi
25 Sylva Alkorniam, Difusi Inovasi Teknologi Green House di Kalangan Petani Mangga, 75-86
26 Sylva Alkorniam, 75-86
27 Suyantiningsih. “Inovasi Dan Difusi Pendidikan.” Hand-Out Matakuliah UNY Yogyakarta, (2019), 3-4
28 Suparman. Desain Instruksional Modern. Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan. (Jakarta: Erlangga, 2012),
331
29 Rusydi Ananda, dan Amiruddin, 70-71
memerlukan pendampingan oleh agen pembaharuan. Tujuannya adalah meyakinkan pengadopsi
bahwa produk inovasi baru tersebut telah dilaksanakan dengan baik sampai pengadopsi benar-
benar merasa sukses dan mendapat manfaatnya. (e)Proses pendampingan itu dapat dihentikan
apabila para pengadopsi dipandang tidak membutuhkan lagi. Namun demikian mereka masih perlu
diamati terus menerus untuk mengantisipasi adanya gejalan menghentikan penggunaan produk
inovasi baru. Dalam kasus seperti yang disebutkan terakhir, para pendamping dapat melakukan
upaya penguatan kembali. Dalam situasi di mana para pengadopsi tidak lagi memelrukan
pendamping, produk inovasi baru itu dapat dikatakan sudah menjadi bagian dari kehidupan
pengadopsinya. Statusnya sebagai inovasi sudah berubah yaitu bukan inovasi lagi sebab ia bukan
lagi sesuatu yang baru. Dan (f)membujuk para pengdopsi yang sudah mantap untuk menjadi agen
pembaruan, dengan mengajak individu lain menggunakan produk inovasi baru.
Strategi jalur organisasi
Proses strategi difusi inovasi melalui jalur organisasi dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut:
(a) Mengidentifikasi daftar pengambil keputusan puncak sampai lini pertama, misalnya
pejabat pada Kementerian Pendidikan Nasional, kepala dinas pendidikan propinsi, kepala dinas
pendidikan kabupaten/kota, atau organisasi yayasan pendidikan. (b) Memperkenalkan produk
inovasi baru kepada pengambil keputusan tersebut. (c) Membujuk untuk meyakinkan kehebatan
pengunaan inovasi baru dan pengaruhnya bila digunakan secara institusional oleh lembaga
pendidikan yang berada di bawahnya. Kehebatan tersebut terkait dengan kualitas, relevansi dengan
kebutuhan dan daya jangkaunya. Bujukan tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan komitmen
dari pengambil keputusan agar menggunakan produk inovasi baru. (d) Membantu penggunaan
produk inovasi baru pada organisasi tersebut sampai seluruh jajaran pimpinan lini pertama terlibat
dan memiliki komitmen yang sama. Dan (e) memberi pendampingan bagi jajaran pimpinan
tersebut sampai produk inovasi baru benar-benar digunakan oleh seluruh individu pada lembaga
atau organisasi yang bersangkutan.
33 Rusman, Manajemen Kurikulum: Seri Managemen Sekolah Bermutu. (Bandung: Raja Grafindo Persada, 2010), 12
34 Standar mutu tersebut terdapat dalam undang-undang sistem pendidikan nasional bab XIV diantaranya pasal
50 ayat 2 yang berbunyai “pemerintah menentukan kebjakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin
mutu pendidikan. Lihat Umaedi Dkk, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), 2
35 Bedji Sujanto, Pendidikan Berbasis Sekolah. (Jakarta: Sagung Seto, 2007), 13-29
implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya.36
Menurut Sa’ud ciri pokok keputusan inovasi merupakan perbedaannya dengan tipe
kepuutusan yang lain ialah dimulai dengan adanya ketidaktentuan (uncertainty) tentang sesuatu
(inovasi), misalnya ketika harus mengambil keputusan untuk menghadiri rapat atau melakukan
olahraga, maka kita sudah tahu apa yang akan dilakukan jika menghadiri rapat, begitu pula apa yang
akan dilakukan jika melakukan olaharga. Rapat dan olahraga bukanlah hal yang baru. Pertimbangan
dalam mengambil keputusan mana yang paling menguntungkan sesuai dengan kondisi saat itu.
Keputusan ini bukanlah keputusan inovasi.37
Tahapan Proses Keputusan Inovasi.
Ada beberapa tahapan proses keputusan inovasi, yaitu : (1) Tahap Pengetahuan (knowledge),
yaitu apabila individu/kelompok,membuka diri terhadap adanya suatu inovasi. (2) Tahap bujukan
(persuation), yaitu manakala individu atau kelompok, mulai Membentuk sikap menyenangi atau
bahkan tidak menyenangi inovasi. ($)Tahap pengambilan keputusan (decision making), yaitu tahap
dimana seseorang Atau kelompok melakukan aktifitas yang mengarah kepada keputusan untuk
menolak atau menerima inovasi. (4) Tahap implementasi (implementation), yaitu ketika seseorang
atau kelompok Menerapkan atau menggunakan inovasi itu (5) Tahap konfirmasi (confirmation), yaitu
tahap dimana seseorang atau kelompokmencari penguatan terhadap inovasi yang dilakukannya.
Rogers memaparkan tahapan proses keputusan inovasi sebagaimana terlihat pada gambar
berikut ini:
Achmad Fauzi, “Pendidikan Karakter Melalui Reward and Punishment”, Tesis Pascasarjana, (Bandung:
Perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati, 2017
Dini Putri Haryanto, “Inovasi Pembelajaran.” Jurnal Perspektif Ilmu Pendidikan Vol. 16, (2007): 102-
119
Ewintri Bengkulu, “Disfusi dan Diseminasi Inovasi dalam Pendidikan, November 2012.” Referensi
Pendidikan. http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/11/inovasi-pendidikan.html
(diakses 01 April 2020)
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 27
Jangnoer Putra Galuh, “Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Pelaksanaan Inovasi
Pendidikan, 14 Desember 2018.” KUPDF. https://kupdf.net/download/faktor-penghambat-
dan-pendukung-dalam-pelaksanaan-inovasi-pendidikan_5c1300a7e2b6f5bc3f5f940e_pdf.
(diakses 31 Maret 2020)
42 Ibid.
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan Pengembangan Kurikulum hingga
Redefinisi Islamisasi Pengetahuan. (Bandung: Nuansa, 2003)
Muhammad Rasyidi, “Inovasi Kurikulum di Madrasah Aliyah.” Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan
dan Kemasyarakatan, Vol. 13, No. 1, (2019): 33-50
Prastyawan, “Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran.” Jurnal Al Hikmah, Vol. 1, No. 2, (2011): 170-181
Rusman, Manajemen Kurikulum, Seri II. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009)
Rusman, Manajemen Kurikulum: Seri Managemen Sekolah Bermutu. (Bandung: Raja Grafindo Persada,
2010)
Rusydi Ananda, dan Amiruddin, Inovasi Pendidikan: Melejitkan Potensi Teknologi dan Inovasi Pendidikan.
(Medan: Widya Puspita, 2017)
Rusydi Ananda, dan Amiruddin, Inovasi Pendidikan: Melejitkan Potensi Teknologi dan Inovasi Pendidikan.
(Medan: Widya Puspita, 2017)
Suparman. Desain Instruksional Modern. Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan. (Jakarta:
Erlangga, 2012)
Suyantiningsih. “Inovasi Dan Difusi Pendidikan.” Hand-Out Matakuliah UNY Yogyakarta, (2019)
Sylva Alkornia. “Difusi Inovasi Teknologi Green House di Kalangan Petani Mangga.” Kanal (Jurnal Ilmu
Komunikasi), Vol. 5 No. 1(2016) 75-86
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum & Pembelajaran. (Jakarta:
Rajawali Pers., 2011)
Udin Syaefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, cet ke-VII. (Bandung: Alfabeta, 2014)