Anda di halaman 1dari 9

Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119

Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka


Vol. x, No. x, Bulan 20xx

MAKNA METAFORA SYAIR GUNUNG GAMBAR WONOSADI DAN


MBOYONG DEWI SRI DALAM KESENIAN RINDING GUMBENG:
KAJIAN EKOLINGUISTIK NATURALISTIK

Monica Putri Perdana Kusuma1


1
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
1
kusumamonica9@gmail.com
Abstrak

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui metafora tembang bahasa Jawa
dalam kesenian Rinding Gumbeng di Desa Beji, Ngawen, Gunungkidul.
Metode yang digunakan adalah metode penelitian etnografi menurut James P.
Spradley dan menggunakan delapan langkah penelitian dari dua belas
langkah penelitian Spradley. Hasil penelitian menemukan bahwa syair
Gunung Gambar Wonosadi dan Mboyong Dewi Sri mencakup makna
metafora orientasional, metafora ontologis, dan metafora struktural.

Kata kunci: Ekolinguistik, Rinding Gumbeng, Gunungkidul

Abstract

The purpose of this research is to find out the metaphor of Javanese song in
Rinding Gumbeng art in Duren Village, Ngawen, Gunungkidul. The method used
is an ethnographic research method according to James P. Spradley and uses
eight research steps from Spradley’s twelve research steps. The results of the
study found that the verses of Gunung Gambar Wonosadi and Mboyong Dewi
Sri include orientational metaphors, ontological metaphors, and structural
metaphors.
Keywords: Ecolinguistics, Rinding Gumbeng, Gunungkidul

[1]

Rasisme dalam Novel | Ridwan dan Sofianto


Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka
Vol. x, No. x, Bulan 20xx

A. PENDAHULUAN berkaitan dengan metafora dalam


Gunungkidul adalah salah satu tembang bahasa Jawa kesenian
kabupaten di Daerah Istimewa Rinding Gumbeng dalam kajian
Yogyakarta yang memiliki kekayaan ekolinguistik. Rumusan amsalah
dalam bidang kebudayaan. Salah satu tersebut adalah ‘Bagaimana metafora
budaya yang cukup terkenal adalah dalam tembang bahasa Jawa dalam
Rinding Gumbeng. Kesenian Rinding kesenian Rinding Gumbeng di Desa
Gumbeng merupakan kesenian yang Beji, Ngawen, Gunungkidul?’. Peneliti
berasal dari Dusun Duren dan memberi fokus kepada metafora
diciptakan oleh salah satu dalam tembang bahasa Jawa
masyarakat di dusun tersebut (Al kesenian Rinding Gumbeng di Desa
Hafidhoh, dkk., 2022). Kesenian Beji, Ngawen, Gunungkidul.
Rinding Gumbeng biasanya Manfaat dari peneltiian ini terdiri
digunakan saat merayakan tradisi dari manfaat teoretis dan manfaat
Mboyong Dewi Sri atau masa panen praktis. Manfaat teoretis penelitian
bagi para petani. Seiring dapat bermanfaat sebagai contoh
berkembanganya zaman, kesenian penerapan metafora dalam tembang
Rinding Gumbeng tidak hanya bahasa Jawa kesenian Rinding
digunakan saat tradisi Mboyong Gumbeng dari kajian ekolinguistik
Dewi Sri tetapi juga dapat digunakan naturalistik. Manfaat praktis
dalam tradisi lain, seperti Nyadran, penelitian dapat bermanfaat sebagai
Karawitan, pengiring band, dll. kontribusi dalam pembelajaran
Dalam kesenian Rinding Bahasa dan Sastra Indonesia dan
Gumbeng terdapat beberapa dapat mengkaji secara lebih dalam
tembang. Tembang merupakan mengenai metafora dalam tembang
bagian dari sastra Jawa yang berupa bahasa Jawa kesenian Rinding
puisi Jawa tradisional (Arum, 2020). Gumbeng di Desa Beji, Ngawen,
Tembang yang terdapat pada Gunungkidul.
kesenian Rinding Gumbeng Penelitian terdahulu mengenai
menceritakan tentang keadaan alam metafora terdapat pada penelitian
di Dusun Duren, Ngawen, yang dilakukan oleh Ranabumi
Gunungkidul. Dalam tembang (2018) dan Hariyanto (2020).
tersebut dapat ditemukan metafora Penelitian yang dilakukan oleh
yang digunakan untuk mewakili Hariyanto(2020) berjudul Metafora
sesuatu. Metafora adalah pengalihan dan Imaji dalam Kumpulan Lirik
makna yang didasarkan kesamaan Lagu di Album 11:11 Karya Fiersa
fungsi, bentuk, dan kegunaan untuk Besari (Kajian Stilistika). Penelitian
merujuk pada suatu konsep dengan tersebut bertujuan untuk
konsep lainnya dengan menganalisis metafora dan imaji
mengidentifikasi kesamaan dan pada lirik lagu album 11:11 karya
hubungan kedua konsep tersebut Fiersa Besari menggunakan teori
(Lewandoswki, 1985 (dalam Puspita metafora dari Ivan Amstrong
and Winingsih, 2018)). Richards. Metode yang digunakan
Berdasarkan uraian di atas, adalah metode deskriptif kualitatif
peneliti membatasi penelitian yang dengan pendekatan objektif. Sumber
[2]

Rasisme dalam Novel | Ridwan dan Sofianto


Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka
Vol. x, No. x, Bulan 20xx

data terdiri dari 11 lirik lagu yang metafora terdiri dari tiga elemen,
kalimat atau klausa memiliki makna yaitu topic, vehicle, dan ground. Topic
metafora Ivor Amstrong Richards. adalah objek yang dideskripsikan,
Teknik pengumpulan data dibicarakan, dikiaskan, dan
menggunakan teknik simak dan catat dilambangkan serta dibandingkan.
dan teknik analisis menggunakan Vehicle adalah kata-kata yang
analisis isi. Hasil penelitian digunakan untuk mengkiaskan topic.
ditemukan ada 44 data yang terbagi Terakhir, ground adalah relasi atau
atas 26 data metafora tenor dan hubungan persamaan antara topic
vehicle serta 18 data imaji dengan dan vehicle. Di sisi lain, metafora
rincian sebagai berikut, 6 imaji dapat digunakan dalam tembang
penglihatan, 6 imaji gerak, 3 imaji bahasa Jawa menggunakan kajian
pendengaran, dan 3 imaji intelegensi. ekolinguistik.
Penelitian terdahulu yang kedua Pengertian ekolinguistik menurut
yang ditulis oleh Ranabumi Haugen (1972) adalah studi tentang
(2018)berjudul Metafora pada Lagu interaksi bahasa tertentu dan
Nyidham Sari dan Yen Ing Tawang lingkungannya. Di sisi lain, menurut
Ono Lintang. Tujuan penelitian Stibbe (2015) ekolinguistik adalah
tersebut adalah memahami makna- kaitan antara ekologi dan bahasa
makna yang tersirat dari kedua lagu tentang bagaimana manusia
tersebut. Metode yang digunakan memperlakukan satu sama lain dana
adalah kualitatif deskriptif karena lam dipengaruhi oleh pikiran,
objek yang digunakan merupakan konsep, ide, ideology, dan pandangan
lagu yang tertuang dalam teks. Hasil yang dibentuk melalui bahasa.
penelitian ditemukan bahwa Pengertian tentang ekolinguistik
ditemukan 13 metafora dalam kedua tersebut melahirkan dua ilmu lain
lagu tersebut, yaitu 4 metafora dari ekolinguistik, yaitu ekolinguistik
nominatif, 4 metafora metaforis dan ekolinguistik
komplementatif, 4 metafora naturalistik. Pada penelitian ini
predikatif, dan 1 metafora kalimatif. terfokus kepada penelitian
Berdasarkan dua penelitian ekolinguistik naturalistik. Menurut
terdahulu mengenai metafora, maka Halliday (2001) ekolinguistik
peneliti akan melakukan analisis naturalistik adalah segala keadaan di
menggunakan teori metafora pada alam merupakan tanggung jawab
syair tembang dalam kesenian komunitas bahasa tidak hanya ahli
Rinding Gumbeng dari Desa Duren, biologi dan fisikawan.
Ngawen, Gunungkidul.
Metafora dalam sebuah teks atau B. METODE PENELITIAN
bacaan sangatlah penting terutama Kajian yang dilakukan dalam
dalam tembang bahasa Jawa. penelitian ini adalah metafora
Metafora memudahkan untuk tembang bahasa Jawa dalam
mengerti dan mengkomunikasikan kesenian Rinding Gumbeng di Desa
tentang hal-hal abstrak dan konsep Beji, Ngawen, Gunungkidul. Kajian
yang sulit (Puspita and Winingsih, diulas menggunakan metode
2018). Menurut Richard (1965), penelitian etnografi Spradley. Dalam
[3]

Rasisme dalam Novel | Ridwan dan Sofianto


Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka
Vol. x, No. x, Bulan 20xx

metode penelitian etnografi Spradley tersebut dapat memberikan


terdapat 12 langkah penelitian: 1) informasi secara konkret. Analisis
menetapkan informan; 2) dari wawancara tersebut
mewawancarai informan; 3) memunculkan tema penelitian
membuat catatan etnografis; 4) etnografi yang akan digunakan.
mengajukan pertanyaan deskriptif; Penulisan suatu etnografi dilakukan
5) melakukan analisis wawancara; 6) sebagai langkah terakhir analisis
membuat analisis domain; 7) penelitian etnografi.
mengajukan pertanyaan struktural;
8) membuat analisis taksonomik; 9)
mengajukan pertanyaan kontras; 10)
membuat analisis komponen; 11)
menemukan tema-tema budaya; dan
12) menulis suatu etnografi. Namun
dalam penelitian ini, peneliti hanya
menggunakan delapan langkah dari
12 langkah yang diperkenalkan oleh
Spradley. Delapan langkah tersebut
terdiri dari 1) menetapkan informan;
2) mewawancarai informan; 3)
membuat catatan etnografis; 4)
mengajukan pertanyaan deskriptif;
5) melakukan analisis wawancara; 6)
membuat analisis komponen; 7)
membuat tema-tema budaya; dan 8)
menulis suatu etnografi.
Langkah pertama menetapkan
informan, peneliti meminta
kesediaan waktu dari informan
untuk bersedia membagikan
informasinya mengenai suatu
kebudayaan. Peneliti membuat
catatan etnografi dengan membuat
daftar pertanyaan yang sesuai
dengan penelitian etnografi tersebut.
Selanjutnya, peneliti mewawancarai
dan mengajukan pertanyaan
deskriptif kepada informan untuk
mendapatkan informasi secara detail
mengenai kebudayaan tersebut.
Selesai melakukan wawancara dan
mengajukan pertanyaan deskriptif,
peneliti melakukan analsisis
wawancara dan membuat analisis
komponen agar penelitian etnografi
[4]

Rasisme dalam Novel | Ridwan dan Sofianto


Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka
Vol. x, No. x, Bulan 20xx

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Jejogetan karo ngguya


Hasil yang ditemukan bahwa ngguyu
Seni Tayub ledhek
tembang yang digunakan dalam ayu-ayu
kesenian Rinding Gumbeng Mula lucu dhawet
berjumlah 19 tembang. Lima di diwadhahi tumbu
antara tembang tersebut Ati lejar mampir
bertemakan tentang keadaan alam Ngawen tuku gendar
di Desa Duren, Ngawen,
Gunungkidul. Enam tembang Berdasarkan dua syair
tersebut berjudul Gunung Gambar tembang di atas, penelitian ini
Wonosadi, Mboyong Dewi Sri, akan menganalisis dua syair
Bedhol Desa, Penghijauan, dan Ilir- tembang tersebut menggunakan
ilir Dalam penelitian ini hanya makna metafora.
dibatasi dua syair tembang untuk
dianalisis secara mendalam. Dua Pembahasan
tembang tersebut berjudul Gunung Dua syair tembang berjudul
Gambar Wonosadi dan Mboyong Gunung Gambar Wonosadi dan
Dewi Sri. Berikut ini syair Gunung Mboyong Dewi Sri akan dianalisis
Gambar Wonosadi dan Mboyong menggunakan kajian metafora.
Dewi Sri. Metafora yang digunakan dalam
kedua syair tersebut adalah
Gunung Gambar Mboyong Dewi Sri metafora orientasional. metafora
Wonosadi ontologi, dan metafora struktural.
Aja lau Gunung Yo mboyong
Gambar papan edi Dewi Sri a. Metafora Orientasional
Papan edi petilasan
nggo semedi Yo ayo mboyong
Metafora orientasional
Kanjeng Gusti samber Dewi Sri adalah metafora yang
nyawa duking Nguni Sarwi barengan berhubungan dengan ruang,
memuji situasi, dan tempat (Dewi,dkk. ,
Tetungguling bangsa Gimugi ingkang 2020). Dalam syair tembang
tanah Jawi lestari
Nedya Nundhung Tansah pinaringo
Gunung Gambar Wonosadi
penjajah welandi rejeki terdapat beberapa metafora
Kanjeng Gusti talak orientasional. Berikut dipaparkan
brata ngasuh budi metafora orientasional dalam syair
tembang Gunung Gambar
Aja lali mampir alas
Wonosadi.
Wonosadi
Alas asri wiwit kuna Aja lau Gunung Gambar papan edi
dipepetri Papan edi petilasan nggo semedi
Ati seneng mampir
Duren Rinding
Gumbeng
[5]

Rasisme dalam Novel | Ridwan dan Sofianto


Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka
Vol. x, No. x, Bulan 20xx

Syair di atas merupakan


metafora orientasional karena Syair di atas menunjukkan
menjabarkan bahwa Gunung bahwa Wonosadi merupakan
Gambar merupakan tempat yang tempat yang asri dari zaman
bagus dan merupakan bekas dahulu sehingga perlu dilestarikan.
tempat semedi. Pada zaman Tempat yang asri tersebut wajib
dahulu, Gunung Gambar digunakan untuk dikunjungi agar banyak
sebagai tempat pelarian Selir orang yang mengetahui sejarah
Browijoyo ke-5 yang bernama dari tempat tersebut.
Roro Resmi bersama dengan
anaknya Onggo Loco dan Gadhing b. Metafora Ontologis
Emas. Berdasarkan uraian di atas,
Gunung Gambar merupakan Metafora ontologis adalah
tempat pelarian kerajaan metafora yang didasarkan pada
Majapahit sehingga dianggap kejadian dan emosi yang dirasakan
tempat yang indah dan perlu manusia (Dewi, Astuti and Novita,
dilestarikan. 2020). Metafora tersebut terdapat
pada beberapa bagian syair
tembang Gunung Gambar
Tetungguling bangsa tanah Jawi Wonosadi dan Mboyong Dewi Sri.
Nedya Nundhung penjajah Welandi
Ati seneng mampir Duren Rinding
Gumbeng
Kata tetungguling pada Jejogetan karo ngguya ngguyu
syair di atas memiliki arti yang Seni Tayub ledhek ayu-ayu
paling unggul atau yang paling
tinggi (utama-terutama). Di sisi
lain pada syair Nedya nundhung Syair di atas merupakan
penjajah Welandi berarti mengusir metafora ontologis karena
penjajah Belanda. Hal ini terdapat kata yang menunjukkan
membuktikan bahwa petinggi bahwa kesenian Rinding Gumbeng
kerajaan Majapahit pada masa itu membuat orang merasa bahagia
berani menguisr penjajah Belanda dan ditunjukkan dengan
agar tempat kekuasaannya tidak jejogetan/tarian.
diganggu. Syair tersebut masuk ke Seni Tayub dalam syair
dalam metafora orientasional tersebut merupakan sebuah tarian
karena menggambarkan situasi di dari Jawa Tengah yang memiliki
mana pada masa itu terjadi unsur keindahan dan keserasian
penjajahan di tanah Jawa sehingga gerak. Penari dalam seni Tayub
petinggi di tanah Jawa mengusir tersebut biasanya memiliki paras
para pengganggu yang berada yang cantik dan kata ledhek dalam
pada daerah kekuasaannya. syair tersebut memiliki arti
memancing atau menggoda.
Aja lali mampir alas Wonosadi sehingga dalam syair tersebut
Alas asri wiwit kuna dipepetri

[6]

Rasisme dalam Novel | Ridwan dan Sofianto


Diglosia – Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Sastra Indonesia e-ISSN: 2549-5119
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Majalengka
Vol. x, No. x, Bulan 20xx

menyebutkan seni Tayub ledhek Yo mboyong Dewi Sri


ayu-ayu.
Yo ayo mboyong Dewi Sri
Sarwi barengan memuji
Mula lucu dhawet diwadhahi tumbu
Ati lejar mampir Ngawen tuku gendar Gimugi ingkang lestari
Tansah pinaringo rejeki
Syair di atas menunjukkan
bahwa kebahagiaan itu menular.
Kebahagiaan tersebut ditunjukkan Berdasarkan syair di atas
dengan membeli sebuah makanan menunjukkan bahwa Dewi Sri
atau barang dari tempat tersebut adalah konsep yang penting dalam
(Ngawen) salah satunya adalah kehidupan di Desa Duren. Dewi Sri
gendar. Gendar merupakan olahan dipercaya sebagai dewi
dari nasi yang dibentuk lempeng kemakmuran dan kesuburan dan
(kerupuk) yang dikeringkan lalu dipercaya sebagai dewi pemelihara
digoreng. dan penguasa air (Anggraini,
2020).
c. Metafora Struktural Mboyong Dewi Sri adalah
Metafora struktural adalah salah satu wujud syukur warga
metafora yang didasarkan pada Desa Duren saat memasuki musim
dua ranah yaitu ranah sumber dan panen. Wujud syukur warga Desa
ranah sasaran serta metafora Duren ditunjukkan dengan kalimat
struktural berdasar pada korelasi Sarwi barengan memuji, aritnya
sistematis dalam pengalaman supaya saat tradisi Mboyong Dewi
sehari-hari (Dessiliona & Nur, Sri masyarakat setempat dapat
2018). Metafora struktural memuji Dewi Sri sebagai dewi
terdapat pada syair tembang kesuburan dan hasil panen
Mboyong Dewi Sri. masyarakat setempat dapat terus
berlimpah.

[7]

Rasisme dalam Novel | Ridwan dan Sofianto


D. SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
Makna metafora dalam Anggraini, P. M. R. (2020)
syair tembang Gunung Gambar ‘Keindahan Dewi Sri sebagai Dewi
Wonosadi dan Mboyong Dewi Kemakmuran dan Kesuburan di
Sri mencakup metafora Bali’, JñÄnasiddhânta : Jurnal
orientasional, metafora Teologi Hindu, 2(1), pp. 21–30.
ontologis, dan metafora Available at:
struktural. https://stahnmpukuturan.ac.id/ju
Makna metafora rnal/index.php/jnanasidanta/artic
orientasional menemukan le/view/817/695%0Ahttps://
bahwa Gunung Gambar stahnmpukuturan.ac.id/jurnal/
merupakan tempat yang index.php/jnanasidanta/article/
disakralkan karena tempat view/817.
pelarian keluarga kerajaan Arum, D. P. (2020) ‘LELO
Majapahit, penguasa tanah Jawa LEDHUNG : REPRESENTASI NILAI-
pada zaman penjajahan berani NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
mengusir para penjajah DALAM TEMBANG JAWA’,
Belanda, dan perlunya PROCEDING : Literasi Dalam
pelestarian Gunung Gambar Pendidikan di Era Digital Untuk
karena merupakan salah satu Generasi Milenial, pp. 171–180.
tempat bersejarah di Desa
Duren, Ngawen, Gunungkidul. Dessiliona, Tryta., Nur, T. (2018)
Makna metafora ontologis ‘METAFORA KONSPETUAL DALAM
menemukan bahwa kesenian LIRIK LAGU BAND
Rinding Gumbeng membawa REVOVLERHELD ALBUM IN
kebahagiaan, seni Tayub yang FARBE’, Sawerigading, 24(2), pp.
memiliki penari berparas 177–184.
cantik, dan wujud kebahagiaan
setelah mengunjungi Ngawen Dewi, F. P. K., Astuti, P. P. and
dengan membeli Gendar Novita, S. (2020) ‘Metafora dalam
(kerupuk nasi). Lirik Lagu Agnez Mo: Kajian
Makna struktural Semantik’, ASAS: Jurnal Sastra,
menemukan bahwa syair 9(2), pp. 72–80.
tembang Mboyong Dewi Sri
menggambarkan konsep Dewi Al Hafidhoh, N., Yuhastina, Y. and
Sri sebagai dewi kesuburan Trinugraha, Y. H. (2022)
yang membantu panen para ‘Eksistensi Kesenian Rinding
petani menjadi berlimpah. Maka Gumbeng di Era Globalisasi’,
dari itu, masyarakat setempat Journal of Education, Humaniora
mewujudkan rasa syukur and Social Sciences (JEHSS), 4(3),
dengan mengadakan tradisi pp. 1814–1821. doi:
Mboyong Dewi Sri dan diiringi 10.34007/jehss.v4i3.954.
kesenian Rinding Gumbeng.
Hariyanto, E. F. (2020) ‘Metafora
dan Imaji dalam Kumpulan Lirik
Lagu di Album 11 : 11 Karya Fiersa
Besari ( Kajian Stilistika ) Erlu
Ficky Hariyanto’, pp. 1–5.

Puspita, D. and Winingsih, I. (2018)


‘Metafora pada Lirik Lagu AKB48’,
Journal of Chemical Information
and Modeling, 14(1), pp. 55–68.

Ranabumi, R. (2018) ‘Metafora


Pada Lagu Nyidham Sari dan Yen
Ing Tawang ono Lintang’, Ranah:
Jurnal Kajian Bahasa, 7(2), p. 247.
doi: 10.26499/rnh.v7i2.659.

Anda mungkin juga menyukai