Anda di halaman 1dari 8

APLIKASI STATISTIK MAXWELL BOLTZMAN PADA GAS IDEAL

DALAM MEDAN GRAVITASI (PERSAMAAN BAROMETRIK)

Oleh :

NURUL AZKIA FIRMONIA 16033024


YELDA SUFETRI 16033044
SYAHRUN NAIF HARDI 16033062

Dosen Pembimbing:

Renol Afrizon, S.Pd., M.Pd.

JURUSAN FISIKA
PRODI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR

              Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
kehendak-Nya lah kami masih dapat menyelesaikan makalah  yang berjudul
“Aplikasi Statistik Maxwell Boltzman Pada Gas Ideal Dalam Medan Gravitasi
(Persamaan Barometrik)”, sebagai tugas mata kuliah FISIKA STATISTIK. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kritik
dan masukan yang membangun terhadap materi dan penyajian makalah yang kami
susun.
Kami menyadari pada makalah ini masih terdapat kekurangan.Oleh karena
itu, kami senantiasa mengharapkan masukan atau kritik demi penyempurnaan
makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini bisa turut andil dalam mencerdaskan
generasi muda bangsa.

                                               

Padang, 30 November 2018

Penulis
GAS IDEAL DALAM MEDAN GRAVITASI
(PERSAMAAN BAROMETRIK)

Dalam fisika, khususnya mekanika statistic, distribusi Maxwell-Boltzman


yang menggambarkan kecepatan partikel dalam gas, dimana partikel bergerak bebas
antara tumbukan kecil, tetapi tidak berinteraksi satu sama lain, sebagai fungsi suhu
dari system, massa partikel, dan kecepatan partikel. Partikel dalam konteks ini
mengacu pada atom atau molekul dari gas. Distribusi Maxwell-Boltzman berlaku
untuk gas ideal di dalam kesetimbangan termodinamika dengan efek kuantum yang
dapat diabaikan dan dikecepatan non-relativistik. Persamaan Barametrik sendiri
berhubungan degan tekanan udara.
Pada bagian sebelumnya energi dari sebuah molekul dianggap sama dengan
jumlah energi kinetik. Sekarang mari kita mempertimbangkan efek dari medan gaya.
Seperti yang digambarkan oleh distribusi vertikal molekul di atmosfer bumi. Dengan
mengambil asal ruang koordinat di permukaan bumi dengan sumbu Z vertikal ke
atas, dan pertimbangan kolom udara dari lintasan horizontal penampang A dan
temperatur T seragam. (Dekat permukaan bumi suhu menurun dengan meningkatnya
ketinggian tetapi cukup konstan di stratosfer). Sebuah molekul dalam koordinat
vertikalnya yaitu z memiliki mgz energi potensial selain energi kinetik mv2/2.
sehingga
1
w=mgz+ mv 2 (1)
2
Fungsi partisi sebelumnya :
Z=∑ gi e
−βEi

gi=1 → artinya jumlah partikel bergenerasi1 , sehingga :

Z=∑ e
− βEi

Fungsi partisi sekarang


dz 1
= exp ¿
H H

Keterangan : H adalah jumlah keadaan yaitu dxdydz dv x dv y dv z


1
dZ= exp ¿
H
1
dZ= exp ¿
H
1
ʃ dZ= ʃ ʃ ʃ ʃ ʃ ʃ exp ¿
H

Z=
1
H
∬ dxdy ∫ exp −mgz
kT ( 2
)
dz ∭ exp ⁡(−mv /2 kT )dv x dv y dv z (2)

Penyelesaian integral :
 ∬ dxdy=x . y= p .l=A
 ∫ exp ( −mgz
kT )
dz=¿ … ¿ gunakan fungsi gamma :
0

Misalkan u= ( mgz
kT ) ; du=
mg
KT
dz ; dz=
KT
mg
du

∫ exp ( −mgz
kT ) dz=¿∫ e
−u KT
mg
du=¿
KT
mg
∫ −u
e du ¿ ¿
0 0 0

n−1=0
n=1→ Γ 1=1

KT
∫ e−u du= KT
mg 0 mg
.1=
KT
mg



−m v x2
( 0
) −m v x2
∫ ex p 2 kT dv x =2∫ ex p 2 kT dv x ( )

2
m vx 2 KTu
Misalkan u= ;v =
2 kT x m
2m v x
du= d vx
2 KT

( )
1 /2
KT KT KT KT
d v x= du= du= du= du

√ √
2 KTu 2
m 2 KTu (2 mKTu ) 1/ 2
2mu
m
m m

(−mv x 2
) ( ) ( )
1 /2 1/ 2
−u KT KT
2∫ ex p dv x =2∫ e du=2 ∫ e−u u−1 /2 du
0 2kT 0 2mu 2m 0

−1
n−1=
2
1
n= → Γ ( 1/2 )= √ Π
2

( ) ( ) ( ) ( )
1 /2 1 /2 1/ 2 1 /2
KT KT 4 πKT 2 πKT
2
2m
∫e u −u −1/ 2
du=2
2m
√Π =
2m
=
m
0

( ) [( ) ] ( )
1 /2 3
−mv 2 2 πKT 2 πKT 3/ 2
 ∭ ex p 2 kT dv x dv y dv z= m =
m

Integral ganda terhadap x Dan y memberikan penampang horisontal A.


Integral atas z, antara batas z = 0 dan z = ∞, memberikan kT / mg. integral lipat 3
sama dengan (2πkT / m)3/2.

Karenanya:
3
AkT 2 π kT 2
Z= ( ) (3)
Hmg m
Jumlah partikel pada tingkat energy ke-i yaitu:

( )
2
mv
− mgz+
−Wi 2

( )e
3
N kT HNmg m kT (4)
N i= e = 2
Z AkT 2 πkT

Gantikan H dengan hasil dari differensial enam, maka kita temukan :

( )
3
Nmg m m v2
d 6 N= 2
exp [−(mgz+ ¿ )/kT ]dxdydz dv x dv y dv z ¿ (5)
AkT 2 πkT 2
2

) ∭e (
−mgz 3 −m v
Nmg m
N=
AkT
∬ dxdy ∫ e kT
dz
2 πkT
2 2 kT
dv x dv y dv z

dz (
2 πkT ) ( m )
−mgz 3 3
Nmg m 2 πkT
N= A∫ e kT 2 2
AkT
−mgz
Nmg
N=
kT
∫e kT
dz (6)

Untuk mendapatkan distribusi dalam arah z, integralkan semua variable


kecuali z. Hasilnya adalah :

dN Z =
Nmg
kT
exp
−mgz
kT (
dz ) (7)
Dimana dN Z adalah banyaknya molekul dalam bagian A dan ketebalan dz ,
yang tingginya z. untuk dua situasi dengan ketebalan yang sama yang tingginya z 1
dan z2 , jumlah relative dari molekul adalah :
−mg z2
Nmg kT
d N2 e dz
kT
=
d N 1 Nmg −mg z1
kT
e dz
kT
−mg z 2
d N 2 e kT dz
= −mg z
d N1 1

e kT dz
dN 2
dN 1 [
=exp − mg ( z 2−z 1 )
1
kT ] (8)

Fisikawan prancis Jean Perrin, tahun 1909 menggunakan hubungan diatas


untuk satu ketetapan ketelitian dari bilangan alvogadro N o . Malahan dari hitungan
molekul di atmosfer dia menggunakan partikel-partikel dari ukuran makroskopik
mempertahankan dalam keadaan cair yang kepadatan rendah, dengan demikian
mengurangi, tingkat pengaruhnya dari “g.” berdasarkan perhitungan banyaknya
partikel dalam tingkatan yang bermacam-macam , keduanya dapat meramalkan
bentuk prediksi dari fungsi distribusi dan memperoleh nilai dari N o yang besarnya
tepat atau sesuai. Itu akan ditarik bahwa k=R/NO , dimana R adalah kekonstanan gas
yang universal. Seluruh kuantitas dari persamaan (7) kecuali k dapat diukur dengan
langsung, jadi persamaan dapat digunakan untuk menghitung k. kemudian nilai N o
diperoleh dari nilai N o yang berkisar antara 6.5 dan 7.2x1026 . Dengan
membandingkan dengan persamaan yang ada dari 6.0251 x1026 molekul/kgm-mol.
Untuk kembali ke atsmosphere bumi. mengintegrasikan Persamaan (5) atas
Vx, Vy, dan Vz memberikan distribusi dalam ruang biasa.

( )
3 2
6 Nmg m mv ¿
d N= 2
exp [−(mgz+ )/kT ]dxdydz dv x dv y dv z ¿
AkT 2 πkT 2

d3 N
( ) ∭ exp[−(mgz+ m2v
3 2
Nmg m
= 2
¿)/kT ]dv x dv y dv z ¿
dxdydz AkT 2 πkT −
( )
3 3 2
d N Nmg m mgz −m v
=
dxdydz AkT 2 πkT
2
exp−
KT −
∭ exp
2 KT
dv x dv y dv z

dxdydz AkT ( 2 πkT ) KT ( m )


3 3 3 /2
d N Nmg m −mgz 2 πKT
= exp 2

−mgz
d3 N Nmg kT
= e
dxdydz Ak T
3
d N
=n
dxdydz
−mgz
Nmg
n= e kT
(9)
AkT

Sisi kiri dari persamaan ini adalah jumlah molekul per satuan volume, n. tapi
p = nkT, sehingga tekanan pada ketinggian z adalah :
−mgz
Nmg kT
nKT = e
A
−mgz
Nmg kT
(10)
p= e
A
Ketika z = 0 , P= P0, tekanan di permukaan bumi. Karenanya
Nmg
P 0=
A
Nmg adalah berat total semua molekul dalam kolom. Oleh karena itu kita
dapat menuliskan :
−mgz
p=P 0 e kT (11)

Persamaan ini disebut hukum atsmosphere. Persamaan ini juga dapat


diturunkan langsung dari prinsip-prinsip hidrostatis dan persamaan keadaan gas
ideal.
Itu seperti masalah yang menunjukan bahwa setiap ketinggian z terdistribusi
dalam bentuk kecepatan yang sama seperti dalam ruang tampa grafitasi. Itu adalah
distribusi jarak biasa dan kecepatan bebas selama ungkapan untuk energy w dapat
dituliskan sebagai penjumlahan seluruh bentuk, satu dari bagian koordinat jarak dan
yang lainnya koordinat kecepatan.
DAFTAR PUSTAKA
Francis,W. 1953. An Introduction to thermodynamics, The kinetic Theory of Gases
and Statistical Mechanics. Addison Wesley publishing company, Inc.
Francis,W. 1974. Thermodynamics, kinetic theory and statistical thermodynamics.
Addison Wesley publishing company, Inc.

Anda mungkin juga menyukai