Anda di halaman 1dari 13

FISIKA KUANTUM

TUGAS 3

OLEH:

NAMA : NABILA INDAH KEMARA


NIM : 18033049
PRORAM STUDI : PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
A. Persamaan Schrodinger
1. Jelaskan langkah-langkah untuk merumuskan persamaan Schrodinger
Energi total secara klasik
2
p
+V (x)=E (1)
2m
a. Ubah persamaan (1) menjadi operator
2
p
+V (x)=E (2)
2m

Dengan p=−iħ ,V =V (x) (3)
∂ x (x)
b. Sub per (3) ke (2) dengan menggunakan fungsi gelombang
2
−ħ2 ∂ φ ( X it )
+V ( x ) φ ( X i t ) =E φ ( X it ) (4)
2m ∂ x2
Fungsi gelombang merupakan fungsi eigen bagi operator energi E dengan nilai
eigen E=−ħw
E φ ( X i t ) =ħw φ ( X it )
c. Dengan menggunakan fungsi gelombang φ(Xi t) = e i(kx−wt)
d
maka: E = −iħ=
dt
∂ φ( X it) ∂
Karena: iħ =iħ (e¿¿ i(kx −wt ))=ħw(e¿¿ i(kx−wt ))=ħw φ(X it )¿ ¿
dt ∂x
d. Dengan ditemukannya cara kerja operator E, maka persamaan (4) menjadi:
2
−ħ2 ∂ φ ( X it ) ∂ φ ( X it )
2
+V ( x ) φ ( X i t ) =iħ
2m ∂x dt
Persamaan (5) merupakan persamaan diferensial. Persamaan 5 hanya berlaku untuk
sistem yang energi potensialnya secara eksplisit tidak bergantumg pada waktu t.
Keterbatasan ini dapat dihilangkan dengan mempostulatkan bahwa persamaan
tersebut juga berlaku untuk sistem energi potensialnya secara eksplisit yang
bergantung pada t.
Perubahan yang dilakukan cukup mengubah V(x)
2
−ħ2 ∂ φ ( X it ) ∂ φ (X it )
2
+V ( X it ) φ( X i t)=iħ
2m ∂x dt
2. Tuliskanlah persamaan Schrodinger untuk 3 dimensi
ħ
2
d φ (r it)
∇ 2 φ(r i t)+V (r it )φ (r it)=−ħ
2m dt
3. Tuliskanlah persamaan Schrodinger untuk 1 dimensi
Persamaan energi total suatu partikel yang bergerak :
E=k+v
1
E = m v2 + V P = m.v
2
P2 = m2 . v2
1 p2 2
E = m 2+ V 2 p
2 m v = 2
m
2
1p
E= +V (1)
2m
Kita tahu bahwa dalam partikel itu memiliki sifat gelombang, sehingga persamaan
diatas jika diterapkan pada fungsi gelombang menjadi: (masing-masing ruas pda
persamaan diatas dikali dengan ψ )
2
p
Eψ= ψ + Vψ Ψ = A ei (kx-wt)
2m
2 2
diturunkan terhadap posisi menjadi:
−ћ ∂ ψ
Eψ = + Vψ (3) ∂ ψ
2m ∂ x2 = i k A ei (kx-wt)
Persamaan diatas adalah ∂ x
persamaan Schrodinger bebas diturunkan sekali lagi menjadi:
waktu (hanya bergantung pada 2
∂ψ 2 2 i (kx-wt)
posisi) 2 = i k A e
∂x
2
∂ψ 2 2
2 = i k ψ
∂x
2
∂ψ 2
2 = k ψ
∂x
2 2
∂ ψ −p
2 = 2 ψ
∂x ћ
2
2 ∂ψ 2
ћ 2 = −p ψ
∂x

Persamaan Schrodinger terhadap waktu :


i = √ −1
Ψ = A ei (kx-wt) i2 = (√ −1 )2
w=2πf
∂ψ E=hf i2 = -1
= - i w A ei (kx-wt)
∂t E
f=
h 2π h
k= ,λ=
E h λ p
w=2π , =ћ
h 2λ k=2π
E p
w= k=
ћ h
∂ψ
=-iwψ
∂t
∂ψ E
=-i ψ
∂t ћ
∂ψ – i i
= Eψ.
∂t ћ i
∂ ψ – i2
= Eψ - i2 = -1
∂t iћ
∂ψ Eψ
=
∂t iћ
∂ψ
E ψ = iћ (4)
∂t
Subsitusikan persamaan (4) ke persamaan (3):
2 2
−ћ ∂ ψ
Eψ = + Vψ
2m ∂ x2
2 2
∂ψ −ћ ∂ ψ
iћ = + Vψ (5) Persamaan Schrodinger 1 dimensi
∂t 2m ∂ x2
4. Tuliskanlah persamaan Schrodinger untuk 3 dimensi dalam bentuk operator
^p2
∇ ψ + Vψ = ^
2

2m
5. Jelaskanlah bentuk eksplisit dari keadaan Schrodinger
a. Persamaan schrodinger dalam 1 dimensi :
−ћ ∂2 Ѱ (x ,t ) iћ∂ Ѱ ( x , t)
+ V(x,t) Ѱ(x,t) = …….(1)
2m ∂x 2
∂t
b. Persamaan schrodinger dalam 3 dimensi :
2
−ћ 2 iћ∂ Ѱ ( r ,t)
∇ Ѱ(r,t) + V(r,t) Ѱ(r,t) = ;
2m ∂t
2 2 2
2 ∂ ∂ ∂
∇= 2 + 2 + 2 ………………………...(2)
∂x ∂y ∂z
c. Pada persamaan schrodinger 1 ± √−1 dan ћ yang merupakan tetapan akan
muncul pada semua / setiap system
2
∂ ∂
d. Operator derivative ke posisi = 2 dan derivative ke waktu = tidak
∂x ∂t
bergantung pada system yang dibahas
e. m (massa partikel) secara numeric berbeda antar partikel tetapi , lambangnya
sama yaitu m
f. Unsur yang membedakan satu system dengan system lainnya yaitu energy
potensial system V(x,t).
Faktor ini membedakan secara eksplisit persamaan schrodinger pada setiap
system.
g. Yang perlu diketahui untuk membangun persamaan schrodinger adalah variasi
energy potensial terhadap posisi dan waktu
V(x,t) = 1 dimensi
V(r,t) = 3 dimensi

6. Jelaskanlah struktur matematis dari persamaan Schrodinger


a. Persamaan schrodinger merupakan persamaan differensial dalam ruang
kompleks , dengan adanya bilangan imaginer (i) , akibat penyelesaian persamaan
schrodinger pada umunya merupakan fungsi kompleks dengan variable real =
(Posisi dan waktu )
b. Persamaan schrodinger merupakan persamaan differensial linear . Akibatnya jika
fungsi- fungsi gelombang Ѱ1 dan Ѱ2 merupakan penyelesaian persamaan
schrodinger untuk suatu system , maka sembarang kombinasi linear kedua fungsi
gelombang itu , yaitu Ѱ3 = α Ѱ1 + β Ѱ2 dengan α dan β merupakan tetapan dan
penyelesaian persamaan schrodiuntuk system tersebut. Dibuktikan dengan :
Substitusi Ѱ3 = α Ѱ1 + β Ѱ2 ke ruas kiri pers (1) diperoleh :
2
−ћ ∂ Ѱ 3
2 2
−ћ 2 2
2
+ V(x,t) Ѱ3 = ∂ ¿ ¿ + V(x,t) ∂ ¿
2m ∂ x 2m
2 2
∂ Ѱ1 ∂ Ѱ2
¿α ¿ 2
+ V(x,t) Ѱ1 ) + β ¿ 2
+ V(x,t) Ѱ2 ) (3)
∂x ∂x
2
−ћ ∂ Ѱ 1(x , t)
2 ∂ Ѱ 1( x, t )
¿ 2
+ V(x,t) Ѱ1(x,t) = iћ
2m ∂x ∂t
2
ћ ∂ Ѱ 2( x, t)
2 ∂ Ѱ 2 (x, t )
¿− 2
+ V(x,t) Ѱ2(x,t) = iћ (4)
2m ∂x ∂t
Substitusikan persamaan (3) ke pers. (4)
2 2
−ћ ∂ Ѱ 3 ∂ Ѱ1
2
= 2
+ V(x,t) Ѱ3 = α ¿ 2
+ V(x,t)
2m ∂ x ∂x
2
∂ Ѱ2
Ѱ1) + β ¿ 2
+ V(x,t) Ѱ2 )
∂x
2
∂ Ѱ1 ∂Ѱ1
¿ 2
+ V(x,t) Ѱ1) = iћ
∂x ∂t
∂Ѱ1 ∂Ѱ2
= α ( iћ ) + β ( iћ )
∂t ∂t
α Ѱ 1+ β Ѱ 2
= iћ ∂ ( )
∂t
∂Ѱ3
= iћ
∂t
c. Persamaan schrodinger merupakan persamaan differensial orde 1 terhadap waktu
(variable t)
(orde 1 merupakan perubahan gelombang terhadap waktu bersifat deterministic
Artinya : jika fungsi gelombang pada waktu (t) , tertentu missal t = t0 , fungsi
gelombang pada waktu t berikutnya dapat diketahui secara pasti , perubahan
fungsi gelombng terhadap waktu adalah pasti.

B. Aplikasi Persamaan Schrodinger untuk Kasus V(x) = 0


1. Tuliskan persamaan Schrodinger untuk kasus ini
−L L
Pada gambar tersebut bernilai nol untuk daerah x < dan x > dan bernilai
2 2
−L L
–V0 untuk daerah > x > . Pada sumur potensial partikel yang datang dari sebelah
2 2
−L −L L
kiri yaitu x < (daerah I) menuju > x > (daerah II) dan keluar ke kanan yaitu
2 2 2
L
x> (daerah III). Berdasarkan gambar keadaan terikat terjadi ketika energy total
2
partikel memenuhi ketidaksamaan 0 > E > -V 0. Jika energi total partikel lebih dari
nol, maka partikel dapat bergerak dari -∞ sampai +∞. Energi potensial V dari partikel
berhingga di kedia sisi kotak, sedangkan V berubah di dalam kotak. Karena energy
partikel berhingga di kedua sisi kotak, partikel mungkin ditemukan di luar kotak.
−L L
PSWB pada daerah x < (daerah I) dan x > (daerah III) dapat dinyatakan
2 2
sebagai berikut:
2
∂ φ ( x) 2 2mE
2
−α 2 φ ( x )=0 dengan α = 2
∂x ℏ
−L L
Dan PSBW untuk daerah > x > (daerah II):
2 2
2
∂ φII ( x ) 2
2
+k φ II ( x ) =0
∂x
2 2m
2 (
dengan : k = E+ V 0 )

PSBW daerah I, II, dan III digabung sehingga didapat hubungan:

( )
2
ika α−ik
e =
α +ik
Persamaan diatas dapat memiliki dua penyelesaian akar yaitu:
ika α −ik ika α −ik
e = dan – e =
α + ik α +ik
Persamaan diatas dapat diubah menjadi:
k
k0
= cos
| ( )|
ka
2

k
k0
= sin
| ( )|
ka
2
Persamaan tersebut tidak dapat diselesaikan secara analitik. Persamaan ini
dapat diselesaikan secara grafik atau dengan program numerik. Penyelesaian
persamaan ini akan diperoleh nilai k. selanjutnya dapat ditentukan bentuk fungsi
gelombang di dalam kotak dan juga nilai energinya. Sehingga dapat dilukiskan
berbagai tingkat energi dan gungsi gelombang yang mungkin dari beberapa keadaan.
Keadaan energy terendah yaitu pada n=1, keadaan ini dikenal sebagai keadaan dasar.
Keadaan dengan energy yang lebih tinggi disebut dengan keadaan eksitasi.
Perhitungan numerik sumur potensial keadaan terikat selanjutnya digunakan
metode beda hingga. Metode beda hingga merupaka metode yang digunakan dalam
penyelesaian persamaan differensial biasa nilai batas dari sebuah problem kalkulus
menjadi aljabar.
Metode beda hingga yang digunakan dalam penentuan fungsi gelombang yang
menggunakan metode beda hingga tipe central finite difference dengan aproksimasi
beda hingga
(x ¿¿ i−1)
φ ' ( x )=φ (x¿ ¿i+1)−φ ¿¿
2h
(x ¿¿ i−1)
φ '' ( x ) =φ(x ¿¿ i+1)−2 φ ( x i )+ φ ¿¿
h2
Bentuk umum persamaan differensial biasa (PDB) dengan nilai batas adalah:
2
d φ dφ
2
+ p ( x ) +q ( x ) φ=f ( x )
dx dx
dengan x0 ≤ x ≤ xn
selanjutnya persamaan PSBW dikonversi ke persamaan diatas sehingga diperoleh
koefisien:
2m(E−V )
p(x) = 0, q(x) = dan f(x) = 0
ℏ2
aproksimasi menggunakan metode beda hingga, diperoleh solusi akhir:

[ (
φ i−1 − 2−h
2 2 m ( E−V )
h
2 )]
φ(i )+ φi+ 1=0

Persamaan di atas merupakan persamaan sumur potensial keadaan terikat dalam


bentuk numerik dengan metode beda hingga.
2. Tunjukkanlah bahwa fungsi Ψ1(x,t) merupakan solusi dari persamaan Schrodinger
pada soal (1)
Partikel bebas bergerak dalam interval – a/2 ≤ x ≤ a/2 menunjukkan bahwa
partikel tidak mengalami gaya apapun dalam interval itu. Jadi, energi potensialnya
konstan. Jika potensial ini dilambangi V0 maka persamaan Schrödinger dalam
interval –a/2 ≤ x ≤ a/2 berbentuk
2
−ℏ2 ∂ Ψ ( x , t ) ∂Ψ ( x , t )
2
+V 0 Ψ ( x , t ) =iℏ
2m ∂x ∂t
Untuk menguji apakah benar fungsi gelombang yang diketahui tadi merupakan
penyelesaian persamaan Schrödinger, kita subtitusikan fungsi gelombang itu ke
dalam persamaan terakhir di atas. Subsitusi ke ruas kiri menghasilkan

{ }√ { }
2 −ie1 t
−ℏ2 ∂ Ψ ( x , t ) 12 π 2 ℏ2 2 1 πℏ 12 π 2 ℏ2
+V 0 Ψ ( x , t ) = +V 0 sin e ℏ
= V 0 Ψ (x ,t )
2m ∂ x2 2 ma2 a a 2 ma2
Substitusikan ke ruas kanan menghasilkan

( √ ) √
−ie1 t −ie1 t
∂ Ψ (x , t) −ie 1 t 2 1 πℏ ℏ 2 1 πℏ ℏ
iℏ =iℏ sin e =E 1 sin e =E 1 Ψ (x , t)
∂t ℏ a a a a
Sehingga hubungannya adalah

{ }
2 2 2
1 π ℏ
2
+V 0 Ψ ( x , t )=E1 Ψ (x ,t )
2 ma
Persamaan terakhir ini menunjukkan bahwa fungsi gelombang tadi dijamin
sebagai penyelesaian persamaan Schrödinger bagi partikel yang bebas bergerak dalam
interval – a/2 ≤ x ≤ a/2 asalkan tetapan En dalam fungsi gelombang itu memenuhi
hubungan
2 2 2
1 π ℏ
E 1= 2
+V 0
2 ma
3. Tunjukkanlah bahwa fungsi Ψ2(x,t) merupakan solusi dari persamaan Schrodinger
pada soal (2)
Partikel bebas bergerak dalam interval – a/2 ≤ x ≤ a/2 menunjukkan bahwa
partikel tidak mengalami gaya apapun dalam interval itu. Jadi, energi potensialnya
konstan. Jika potensial ini dilambangi V0 maka persamaan Schrödinger dalam
interval –a/2 ≤ x ≤ a/2 berbentuk
2
−ℏ2 ∂ Ψ ( x , t ) ∂Ψ ( x , t )
2
+V 0 Ψ ( x , t ) =iℏ
2m ∂x ∂t
Untuk menguji apakah benar fungsi gelombang yang diketahui tadi merupakan
penyelesaian persamaan Schrödinger, kita subtitusikan fungsi gelombang itu ke
dalam persamaan terakhir di atas. Subsitusi ke ruas kiri menghasilkan

{ }√ { }
2 −ie2 t
−ℏ2 ∂ Ψ ( x , t ) 22 π 2 ℏ2 2 2 πℏ 22 π 2 ℏ2
+V 0 Ψ ( x , t ) = +V 0 sin e ℏ
= V 0 Ψ (x , t)
2m ∂ x2 2 ma2 a a 2 ma2

Substitusikan ke ruas kanan menghasilkan

( √ ) √
−ie2 t −ie2 t
∂ Ψ (x , t) −ie 2 t 2 2 πℏ ℏ 2 2 πℏ ℏ
iℏ =iℏ sin e = E2 sin e =E2 Ψ (x , t)
∂t ℏ a a a a
Sehingga hubungannya adalah

{ }
2 2
2π ℏ
2
+V 0 Ψ ( x ,t )=E 2 Ψ (x , t)
2 ma
Persamaan terakhir ini menunjukkan bahwa fungsi gelombang tadi dijamin
sebagai penyelesaian persamaan Schrödinger bagi partikel yang bebas bergerak dalam
interval – a/2 ≤ x ≤ a/2 asalkan tetapan En dalam fungsi gelombang itu memenuhi
hubungan
2 2
2π ℏ
E 2= 2
+V 0
2ma
4. Berdasarkan nilai energi pada soal (2) dan (3) apa yang dapat saudara simpulkan

C. Persamaan Schrodinger Bebas Waktu


1. Tunjukkan langkah matematis untuk emndapatkan persamaan Schrodinger bebas
waktu dari persamaan Schrodinger
Persamaan schrodinger
2
−ℏ d ψ dψ
2
+Vψ=iℏ
2m d x dt
Persamaan Schrödinger merupakan persamaan diferensial parsial. Persamaan
diferensial parsial dapat diubah menjadi sistem persamaan diferensial biasa melalui
teknik pemisahan variabel. Untuk itu, fungsi gelombang ψ (x,t) kita nyatakan sebagai
perkalian fungsi posisi, misalnya ψ (x), dan fungsi waktu, misalnya F(t). Jadi ψ (x,t)
= ψ (x)F(t). Dengan cara ini maka persamaan Schrödinger menjadi
2
−ℏ d ψ (x ) d ψF ( t )
F (t ) 2
+V ( x , t ) F ( t ) ψ ( x )=i ℏψ ( x ) (5.34)
2m dx dt
Jika kedua ruas kita bagi dengan ψ (x) F(t) diperoleh
2
−ℏ 1 d ψ ( x ) 1 d ψF ( t )
+ V ( x , t )=iℏ (5.35)
2 m ψ (x ) d x 2
F ( t ) dt
Ruas kanan Persamaan (5.35) merupakan fungsi t, sedangkan ruas kiri
merupakan fungsi x dan t. Satu-satunya suku yang memuat x dan t adalah V(x,t). Ini
berarti bahwa pemisahan variabel hanya akan berhasil jika V hanya bergantung pada
x saja, atau hanya bergantung pada t saja. Mengingat x merupakan variabel dinamis
fundamental dalam fisika kuantum, kita pilih yang pertama. Jika V hanya bergantung
pada x maka Persamaan (5.28) dapat dinyatakan sebagai berikut.
2
−ℏ 1 d ψ ( x ) 1 d ψF ( t )
+ V ( x )=i ℏ (5.36)
2 m ψ (x ) d x 2
F ( t ) dt
Ruas kiri persamaan ini merupakan fungsi x saja, sedangkan ruas kanannya
merupakan fungsi t saja. Jadi persamaan tersebut menyatakan kesamaan antara suatu
fungsi yang hanya bergantung pada x dengan fungsi lain yang hanya bergantung pada
t. Kesamaan semacam itu hanya akan terpenuhi untuk semua x dan t jika masing-
masing ruas berupa suatu tetapan, yaitu suatu bilangan yang tidak bergantung pada x
maupun t.
Arti fisik dari tetapan tersebut dapat dideduksi sebagai berikut. Suku kedua di
ruas kiri adalah energi potensial. Oleh karena itu, suku-suku lainnya, baik yang di
ruas kiri maupun yang di ruas kanan, juga harus berdimensikan energi. Lebih lanjut,
karena ruas kiri persamaan tersebut menyatakan jumlah energi kinetik ditambah
energi potensial, maka tetapan yang kita gunakan nanti memiliki arti fisik sebagai
energi total, atau hamiltonan,sistem. Selanjutnya tetapan itu kita lambangi E.
Dengan menggunakan tetapan E tersebut Persamaan (5.36) dapat dinyatakan
sebagai sistem persamaan diferensial biasa sebagai berikut.
2
−ℏ 1 d ψ ( x )
+ V ( x )=E (5.37)
2 m ψ ( x ) d x2
Dan
2
1 d F (t )
iℏ =E (5.38)
F ( t ) dt
Persamaan (5.37) menghasilkan penyelesaian ψ (x) sedangkan Persamaan (5.38)
menghasilkan penyelesaian F(t)=e−iEt /ℏ. Dengan demikian penyelesaian akhir
Pesamaan Schrödinger berbentuk
−iEt /ℏ
Ψ ( x , t )=ψ ( x ) e (5.39)
Persamaan (5.37) dapat diubah menjadi
2
−ℏ2 d ψ ( x )
+V (x )ψ ( x)=Eψ ( x ) (5.40)
2 m d x2
Persamaan tersebut identik dengan persamaan Schrödinger, bedanya bahwa
persamaan itu tidak bergantung pada t. Oleh karena itu, persamaan tersebut sering
disebut sebagai persamaan Schrödinger bebas waktu (timeindependent Schrödinger
equation).
2. Tuliskan persamaan v bebas waktu dalam bentuk persamaan nilai eigen
Persamaan (5.40) dapat pula ditulis dalam bentuk

{ }
2
−ℏ 2 d ψ ( x )
+V ( x ) ψ (x)=Eψ( x ) (5.41)
2 m d x2
Faktor dalam kurung di ruas kiri tidak lain menyatakan operator hamiltonan sistem,
yaitu operator yang mewakili jumlahan energi kinetik (suku pertama) dan energi
potensial (suku kedua). Jika operator itu kita lambangi ^
H maka Persamaan (5.41)
dapat ditulis menjadi
^
H ψ (x)= Eψ(x ) (5.42)
Persamaan (5.42) merupakan contoh dari persamaan nilai eigen (eigenvalue
equation), sebab operasi ^
H terhadap fungsi ψ (x ) tidak menghasilkan fungsi baru
melainkan hanya mengalikan fungsi itu dengan suatu bilangan (E). Dengan
menggunakan peristilahan dalam persamaan nilai eigen, Persamaan (5.42) dapat
diungkapkan sebagai berikut : ψ (x )merupakan fungsi eigen (fungsi karakteristik)
bagi operator ^
H dengan nilai eigen (nilai karakteristik) sebesar E.
3. Tuliskan bentuk umum penyelesaian persamaan Schrodinger
Ψ ( x , t)=∑ c n Ψ n ( x , t )=∑ cn Ψ n (x )e
−i En t /ℏ

n n

4. Tuliskan persyaratan yang harus dipenuhi untuk fungsi yang merupakan penyelsaian
persamaan Schrodinger
Persamaan Schrodinger bebas waktu bukanlah persamaan Schrodinger dalam
bentuk lain, tapi persamaan ini yang digunakan sebagai tahap untuk menyelesaikan
persanaan Schrodinger. Di mana persamaan Schrodinger menghasilkan fungsi
gelombang Ψ (x , t)sementara persamaan Schrodinger bebas waktu menghasilkan
fungsi wein Ψ ( x ). Persamaan Schrodinger bebas waktu hanya dapat digunakan jika
potensial sistem eksplisit tidak bergantung waktu
5. Tentukan nilai ekspektasi dan ketidakpastian dari energi untuk Ψ 1(x,t) pada kasus
potensial sumur tak hingga. Apa yang dapat saudara simpulkan
Jika V(x) bernilai nol dalam interval 0 < x < a dan tak berhingga di luar interval
itu maka partikel praktis hanya dapat bergerak di dalam intervaf itu. Coba jelaskan
mengapa demikian! Di dalam sumur, penyelesaian persamaan Schrödinger bebas
waktu berbentuk :
ꝕ(x) = Aeikx + Be-ikx (6.53)

dengan k ≡
√ 2 mE
ℏ2
. Penyelesaian di luar sumur harus memiliki amplitude nol sebab

potensial di luar sumur tak berhingga besar.Dengan demikian persamaan (6.53) juga
harus bernilai nol di x=0 dan x = a.
Agar ꝕ (0) = 0 maka A = -B . Dengan demikian fungsi Eigen (Persamaan
6.53) menjadi
iꝕ(x) = N sin kx, (6.54)
dengan N = i2A.Selanjutnya agar ꝕ(a ) = 0 maka harus dipenuhi hubungan

k= , (6.55)
a
dengan n merupakan bilangan asli (1,2,3…….).Nilai N dapat ditentukan dengan
menormalkan ꝕ(x),hasilnya adalah √ 2/a . Akhirnya dengan memasukkan persamaan
(6.55) ke dalam persamaan (6.54) diperoleh fungsi eigen

ꝕn (x)
√ 2
a
sin
nπ x
a
(6.56)

Indeks n digunakan untuk membedakan suatu fungsi eigen dengan fungsi eigen
lainnya.Setiap fungsi eigen itu menyatakan keadaan partikel saat energinya sebesar
2 2 2
n π ℏ
En = 2 (6.57)
2m a

Yang diperoleh dengan mengisikan persamaan (6.55) ke dalam defenisi k ≡


√ 2 mE
ℏ2
.Indeks n tadi juga untuk menandai keadaan kuantum partikel.Jika n = 1,dikatakan
dalam keadaan dasar (ground state ),dan jika n = m >1 dikatakan dalam keadaan
tereksitasi tingkat m.
Kesimpulan: Penerapan persamaan Schrödinger pada kasus partikel terikat pada
potensial sumur kotak yang kedalamannya tak berhingga menghasilkan kesimpulan
bahwa energi partikel harus memenuhi hubungan
2 2 2
n π ℏ
En = 2 dengan n =1,2,3…. dan a menyatakan lebar sumur
2m a

D. Keadaan Stasioner dan Keadaan Tidak Stasioner


1. Andaikan Ψ1(x,t) dan Ψ2(x,t) masing-masing merupakan keadaan eigen dari suatu
sistem potensial sumur tak hingga (seperti yang telah dibahas), maka kombinasi
lonear Ψ(x,t) = λ1 Ψ1 (x,t) + λ2 Ψ2 (x,t) juga merupakan keadaan yang dimiliki sistem
ini:
a. Buktikan bahwa Ψ(x,t) memenuhi persamaan Schrodinger
b. Buktikan bahwa Ψ(x,t) merupakan fungsi ternormalisasi
c. Bila λ1 = λ2, tuliskanlah bentuk dari fungsi Ψ(x,t) serta tentukan ΔE dari keadaan
ini
d. Bila λ1 : λ2 = 1 : 2, tuliskanlah bentuk dari fungsi Ψ(x,t) serta tentukan ΔE dari
keadaan ini
2. Berdasarkan nilai ekspektasi dan ketidakpastian dari energi pada soal nomor (1c) dan
(1d), apa yang dapat saudara simpulkan
3. Jelaskan perbedaan keadaan stasioner dengan keadaan tidak stasioner
Keadaan stasioner merupakan keadaan dengan energi pasti. Sesungguhnya,
sifat kepastian energi inilah yang biasa dipakai untuk mencirikan keadaan stasioner.
Keadaan stasioner merupakan keadaan dimana energi sistem bernilai pasti ∆ E = 0,
artinya energy tetap dan memiliki persamaan schrodinger yang gayut waktu.
Sedangkan keadaan tidak stationer adalah keadaan dengan energy yang tidak pasti.

Anda mungkin juga menyukai