Anda di halaman 1dari 15

MASALAH SYARAT AWAL DAN BATAS

Oleh : Tri Widjajanti, M.Si


========================================================

Klasifikasi Persamaan Diferensial Parsial

Persamaan Diferensial Parsial (PDP) atau Partial Differential Equation (PDE) adalah
suatu persamaan fungsi u dari beberapa variabel x 1 , x 2 , … , x n yang memuat derivatif parsial,
dengan bentuk umum :

( 2.1 ) F ( x ,u , u x , … , ux , ux x , … ,u x … x ) =0
1 n 1 2 i k

dengan
∂u ∂2 u
ux = , ux x =
i
∂ xi i
∂ xi ∂ x j
j

dan seterusnya. F adalah beberapa fungsi secara umum.

Persamaan (2.1), x=( x 1 , … , x n ) merupakan variabel bebas yang daerah hasilnya atas
domain dari Rn . Fungsi u adalah variabel tak bebas atau variabel yang tidak diketahui. Semua

turunan dari u=u ( x1 , … , x n ) yang muncul pada Persamaan (2.1) ada.


Definisi 1 :
Order dari PDP (2.1) adalah order dari turunan tertinggi yang muncul pada persamaan ini.

Contoh 1:
a. Persamaan Korteweg de Vries (KdV) berorde 3.
ut −6 u u x +u xxx =0
b. Persamaan Burger’s berorde 2.
ut + uu x =v u xx

Definisi 2 :
Suatu persamaan diferensial berorde n disebut linear jika F adalah polynomial dari derajat satu
dalam u dan turunannya.

Bentuk umum dari persamaan diferensial parsial linear orde dua adalah
❑ ❑ 2
( 2.2 ) a ( x 1 , … , x n ) u+ ∑ bi ( x1 , … , xn ) ∂u + ∑ c ij ( x 1 , … , x n ) ∂ u +…=f ( x 1 , … , x n )
i ∂ xi i , j ∂ xi ∂ x j
Persamaan (2.1) disebut homogen jika f ( x 1 , … , x n ) =0, jika tidak disebut tak homogen.
Contoh 2 :
a. Persamaan diferensial parsial u xx +2 x u y =sin x merupakan persamaan linear orde dua tak
homogen.
b. Persamaan diferensial parsial u x +u u y =f ( x , y ) persamaan nonlinear.
c. Persamaan panas, gelombang, persamaan laplace merupakan persamaan linear orde dua.
d. Persamaan KdV dan Burger’s merupakan persamaan diferensial parsial nonlinear.

Teorema 1
Jika u1 dan u2 merupakan solusi dari persamaan diferensial parsial linear homogen, maka
w=c 1 u1+ c 2 u2, dengan c 1, c 2 konstanta juga merupakan solusi dari persamaan.

Teorema 1 disebut dengan prinsip superposisi.


Contoh 3:
Jika u1 dan u2 merupakan solusi dari persamaan panas dalam satu dimensi, maka
2
1 ∂ ui ∂ ui
= i=1, 2
k ∂ t ∂ x2
dan c 1 u 1+ c 2 u2 juga solusi dari persamaan ini.

1 ∂ 1 ∂u1 1 ∂u2
k ∂t
( c 1 u1 +c 2 u2 )=c1 (
k ∂t
+ c2 ) (
k ∂t )
∂ 2 u1 ∂ 2 u2
¿ c1 + c2
∂ x2 ∂ x2
∂2
¿ ( ( c 1 u1 +c 2 u2 ) ) ∎
∂ x2

Contoh 4 :
2 ∂2 u ∂ u
Tunjukkan untuk sebarang konstanta k, u ( x , t )=e kx e k t merupakan solusi dari PDP − =0
∂ x2 ∂ t
.
Penyelesaian :
Pertama-tama dicari turunan parsial berikut :
2

ut =k 2 e kx e k t
2

u x =k e kx e k t (2.3)
2

u xx =k 2 e kx e k t

2
∂2 u ∂ u
Selanjutnya, jika (2.3) disubstitusi ke PDP − =0, maka diperoleh ut =u xx .
∂ x2 ∂ t
2 ∂2 u ∂ u
Dengan kata lain u ( x , t )=e kx e k t merupakan solusi dari PDP − =0.
∂ x2 ∂ t

Teorema 2 :
Jika u1 dan u2 merupakan solusi dari persamaan diferensial parsial linear tidak homogen, maka
u1−u 2 adalah solusi dari persamaan homogen yang terkait.

Contoh 5:
k 2 1−k 2
Tunjukkan bahwa u ( x , y )= x + y merupakan penyelesaian dari u xx +u yy =1.
2 2
Penyelesaian :
k 2 1−k 2
Berdasarkan prinsip pengurangan solusi u ( x , y )= x + y , menjadi
2 2
u^ ( x , t )=u1−u 2 (2.4)
1
Karena untuk k = dan k =−1, maka diperoleh
2
1 1 −1 2 2
u1= x 2 + y 2 dan u2= x +y (2.5)
4 4 2
Jika (2.5) disubstitusi ke (2.4), maka diperoleh
u^ =u1−u2

¿ ( 14 x + 14 y )−( −12 x + y )
2 2 2 2

1 2 1 2 1 2 2
¿ x + x + y −y
4 2 4
3 3
¿ x 2− y 2
4 4
3 −3
u^ x = x u^ y = y
2 2
3 −3
u^ xx= u^ yy =
2 2
u^ xx + u^ yy =0
3 −3
2
+ ( )
2
=0.∎

Persamaan diferensial liner homogen orde dua berdasarkan diskriminannya dapat


diklasifikasikan dalam tiga kelas yaitu elliptik, hiperbolik, dan parabolik. Bentuk umumnya :

3
∂2 u ∂2 u ∂2u
a 11 ( x , y ) +2 a 12 ( x , y ) +a ( x , y ) + …=f ( x , y ) (2.6)
∂ x2 ∂ x ∂ y 22 ∂ y2
atau
∂2 u ∂2 u ∂2 u
a 2 +b +c +…=f ( x , y ) (2.7)
∂x ∂x ∂ y ∂ y2

Definisi 3:
Persamaan (2.7) disebut elliptik, hiperbolik, dan parabolik jika D=b2−4 ac , secara berturut-turut
bernilai negatif, positif, dan nol.

Contoh 6:
Tentukan persamaan berikut apakah elliptik, hiperbolik, dan parabolik
∂u ∂2 u
a. Persamaan Panas =k 2 .
∂y ∂x
∂2 u 2 ∂2 u
b. Persamaan Gelombang −e =0.
∂ y2 ∂ x2
∂2 u ∂2 u
c. Persamaan Laplace + =0.
∂ x2 ∂ y2
Penyelesaian :
a. Karena a=k, b=0, c=0 dan b 2−4 ac=0−0=0, maka persamaan panas merupakan PD
Parabolik.
b. Karena a=−e 2, b=0, c=1 dan b 2−4 ac=02−4. ( −e 2) .1=4 e2 >0, maka persamaan
gelombang merupakan PD Hiperbolik.
c. Karena a=1, b=0, c=1 dan b 2−4 ac=02−4.1.1=−4 <0, maka persamaan Laplace
merupakan PD Elliptik.

Latihan :
1. Tentukan apakah persamaan berikut linear.
∂2 u 2 ∂u 2 2
a. 2
+x =x + y
∂x ∂y

2 ∂2 u ∂ u 2 ∂2 u
b. y +u x =0
∂ x2 ∂ x ∂ y2

4
∂ u 2 ∂2 u
c. ( )
∂x
+ 2 =0
∂y
2. Tentukan apakah persamaan berikut elliptik, Hiperbolik, dan Parabolik.
a. u xx +3 uxy +u yy +2u x −u y =0. e. ut =u xx +2u x +u.
b. u xx +3 uxy +8 u yy +2u x −u y =0. f. ut =u xx +e−t .
c. u xx −2 u xy + u yy +2 ux −u y =0 . g. u xx +3 uxy +u yy =sin x .
d. u xx + x u yy =0 h. utt =uxxxx +e−t .

3. Tunjukkan untuk sebarang konstanta k, u ( x , t )=e kx cos ky adalah solusi Persamaan Laplace.
2

4. Tunjukkan untuk sebarang konstanta k, u ( x , t )=e kx e−k yadalah solusi Persamaan Panas.
5. Tunjukkan untuk sebarang konstanta k, u ( x , t )=e kx e−ky adalah solusi Persamaan Gelombang.
6. Cari penyelesaian khusus untuk ∇ 2 u=1. Petunjuk : u=u(x).
2 1
7. Cari penyelesaian khusus untuk ∇ u= 2 . Petunjuk : u=r 2=x 2+ y 2.
r
1 ∂ ∂ u 1 ∂2 u
Petunjuknya : Dalam koordinat polar ∇ u=
2
r( )+
r ∂ x ∂ r r 2 ∂ θ2
.

5
MASALAH SYARAT AWAL DAN SYARAT BATAS (MSAB)
Oleh : Tri Widjajanti, M.Si
========================================================

Masalah syarat batas adalah masalah yang terdiri dari suatu persamaan diferensial yang
dilengkapi dengan syarat batas. Penyelesaian MSB pada daerah terbuka D adalah suatu fungsi
dari variabel bebas yang memenuhi persamaan diferensial pada D, kontinu pada D ∪ ∂ D dan
memenuhi syarat-syarat batas pada ∂ D.
Contoh 1 :
2
−π kt
Tunjukkan bahwa U ( x , t )=cos π x e
( )
2
L
merupakan penyelesaian dari masalah syarat batas
L
U t =k U xx ,0< x< L
dengan syarat batas :
U x ( 0 , t )=0
U x ( L ,t )=0
Penyelesaian :
2
−π kt
π
( )
2
L
U ( x , t )=cos x e
L
Pertama-tama penyelesaian dari MSB diturunkan secara parsial seperti berikut ini :
2
−π kt
−π 2 k π
( )
2
L
U t ( x ,t )= 2 cos x e
L L
2
−π kt
−π π
( )
2
L
U x ( x ,t )= sin x e
L L
2
−π kt
π 2 π
() ( )
2
L
U xx ( x , t )=− cos x e
L L
Selanjutnya hasil dari penurunan parsial tersebut disubstitusi ke MSB U t =k U xx, sehingga
diperoleh
2 2 2
−π kt − π kt −π kt
−π 2 k π π 2 π −π 2 k π
( ) () ( ) ( )
2 2 2
L L L
2
cos x e =k .− cos x e = 2 cos x e .
L L L L L L
Karena U t =k U xx , maka U ( x , t) merupakan penyelesaian dari MSB U t =k U xx.
Kedua dengan menggunakan syarat batas yang ada akan ditunjukkan bahwa syarat batas U x ( 0 , t )
dan U x ( L ,t )=0 merupakan syarat batas dari MSB.
2
−π kt
−π π
( )
2
L
U x ( 0 , t )= sin 0 e =0
L L

6
2
−π kt
−π π
( )
2
L
U x ( L ,t )= sin L e =0
L L
Jadi, U x ( 0 , t ) dan U x ( L ,t ) merupakan syarat batas dari MSB U t =k U xx.
Sifat Superposisi
Jika u1 dan u2 penyelesaian PDP non homogen dengan syarat batas linear :
∂u1 ( x )
[ α u1 ( x ) + β
∂η ] ∂D
=f ( x)|∂ D

∂u 2( x )
[ α u2 ( x )+ β
∂η ] ∂D
= g( x )|∂ D dengan α , β konstanta ,

maka
w=u1 +u2 penyelesaian PD di atas dengan syarat batas

∂w(x)
[ α w ( x )+ β
∂η ]
∂D
= ( f + g )( x)|∂ D

Sedangkan Masalah Syarat Awal dan Syarat Batas (MSAB) adalah masalah yang terdiri dari
suatu persamaan diferensial yang dilengkapi dengan syarat batas dan syarat awal. Penyelesaian
MSAB pada daerah terbuka D adalah suatu fungsi dari variabel bebas yang memenuhi
persamaan diferensial pada D, kontinu pada D ∪ ∂ D dan memenuhi syarat-syarat batas pada ∂ D
dan syarat-syarat awal.
Contoh 2 :
2

Tunjukkan bahwa U ( x , t )= 2 L ∑
(−1 ) ∞ n +1 −k ( nπL ) t nπx merupakan penyelesaian dari Masalah
e sin
π n=1 n L
Syarat Awal dan Batas (MSAB)
U t =k U xx ,0< x< L
dengan syarat batas :
U ( 0 , t ) =0 , t >0
U ( L ,t )=0 , t >0
Syarat awal U ( x , 0 ) =x , 0< x < L
Penyelesaian :
2

2L

(−1 ) n +1 −k ( nπL ) t nπx
U ( x , t )= ∑ e sin
π n=1 n L
Pertama : penyelesaian dari MSB diturunkan secara parsial seperti berikut ini :
2

2L

(−1 )n+1 nπ 2 −k ( nπL ) t nπx
U t ( x ,t )= ∑
π n=1 n
−k
L ( ( )) e sin
L

7
2

2L
∞ n +1
(nπL ) t
(−1 )
( nπL )cos nπxL
−k
U x ( x ,t )= ∑ e
π n=1 n
2

2L

(−1 ) n+1 −k ( nπL ) t nπ 2
nπx
U xx ( x , t )= ∑
π n=1 n
e ( ( ))
.−
L
sin
L

Selanjutnya hasil dari penurunan parsial tersebut disubstitusi ke MSB U t =k U xx, sehingga
diperoleh
2 2

2L

(−1 ) n +1
nπ 2 −k ( nπL ) t nπx 2L (−1 ) ∞ n+1 −k ( nπL ) t nπ 2
nπx

π n=1 n ( ( ))
−k
L
e sin
L
=k ∑
π n=1 n
e ( ( ))
. −
L
sin
L
.

2 2
∞ nπ nπ
2L (−1 )n +1 nπ 2 −k ( L ) t nπx 2L

(−1 )n+1 −k ( L ) t nπ 2 nπx
−k ∑
π n=1 n L
. e ( ) .sin
L
=−k ∑
π n=1 n
e .
L
sin
L ( )
Karena U t =k U xx , maka U ( x , t) merupakan penyelesaian dari MSB U t =k U xx.
Kedua : dengan menggunakan syarat batas yang ada akan ditunjukkan bahwa syarat batas
U ( 0 , t ) =0 dan U ( L ,t )=0 merupakan syarat batas dari MSAB.
2 2

2L

(−1 ) n+1 −k ( nπL ) t nπ .0 2 L (−1 ) ∞ n+1 −k ( nπL ) t
U (0 , t)= ∑ e sin = ∑ e .0=0
π n=1 n L π n=1 n
2 2
∞ nπ nπ
2L (−1 )n +1 −k ( L ) t nπ . L 2 L ∞ (−1 )n+1 −k ( L ) t
U ( L ,t )= ∑ e sin = ∑ e sin nπ =0
π n=1 n L π n=1 n
Jadi, U ( 0 , t ) =0 dan U ( L ,t )=0 merupakan syarat batas dari MSAB U t =k U xx.
Ketiga : dengan menggunakan syarat awal yang ada akan ditunjukkan bahwa syarat awal
U ( x , 0 ) =x merupakan syarat awal dari MSAB.
2

2L

(−1 ) n+1 −k ( nπL ) . 0 nπx
U ( x , 0) = ∑ e sin
π n=1 n L
∞ n+ 1
2L (−1 ) nπx
¿ ∑ .1 . sin
π n =1 n L
∞ n+ 1
2L (−1 ) nπx
¿ ∑ sin =x
π n =1 n L
Jadi, U ( x , 0 ) =x merupakan syarat awal dari MSAB U t =k U xx.

Jenis-jenis Syarat Batas (linear) pada PDP Order 2.


1. Syarat Batas Dirichlet
Syarat batas yang memberikan nilai fungsi u pada batas domain (∶=∂ D).
Contoh 3 :

8
U t =k U xx ,0< x< L , t> 0.
U ( 0 , t ) =0 ,U ( L , t ) =0
Karena syarat batas yang memberikan nilai 0 untuk fungsi U , maka disebut syarat batas
Dirichlet. Misalkan pada benda logam yang diselimuti salju atau sebatang pohon yang
tumbang dan diselimuti salju dengan batas domainnya titik 0.
2. Syarat Batas Neumann
Syarat batas yang memberikan nilai derivatif (turunan) U pada arah normal terhadap ∂ D.
∂U
[ ∶=
∂η ]
Contoh 4 :
U t =k U xx ,0< x< L , t> 0.
dengan
∂U ∂U
( 0 , t ) =0 , ( L , t )=0
∂x ∂x
Karena syarat batas memberikan nilai derivatif U pada arah normal terhadap ∂ D, maka
syarat batasnya disebut syarat batas Neumann.
Misalkan : suatu benda di mana panasnya tidak bisa keluar, tetap dalam kondisi stabil.

3. Syarat Batas Campuran (Robin)


Syarat batas yang memberikan relasi linear antara U dengan derivatifnya pada ∂ D.
Bentuk umum :
∂U
[ αU + β
∂η ]
∂D
=f (x)
| ∂D
, α , β konstanta.

Contoh 5 :
U t =U xx ,0< x< L , t> 0
∂U
U ( 0 , t ) =10, U ( L ,t ) + ( L, t )=0
∂x
disebut syarat batas Robin.

Catatan :
∂U ∂U ∂U ∂U
∂η
=∇ U , η= , (
∂ x1 ∂ x 2
,…,
∂ xn
=η )
η = vektor normal ke arah luar dari ∂ D.

9
Contoh 6 :
Jika u(x , t) adalah perpindahan senar yang bergetar dan ujung-ujungnya diikat di x=0 dan x=L,
maka syarat batasnya u ( 0 , t ) =0 dan u ( L ,t )=0 adalah syarat batas Diriclet.

Contoh 7 :
Anggap u(x , t) merupakan suhu dalam sebuah tongkat besi dengan panjang a. Jika tongkat besi
tersebut diisolasi sempurna di x=0 dan x=a, maka aliran panas (fluks) di titik ini adalah nol.
Menurut Hukum Deret Fourier untuk konduksi panas, syarat batas yang sesuai adalah
∂u ∂u
( 0 ,t )=0 dan ( a ,t )=0
∂x ∂x
Syarat batas seperti ini disebut syarat batas Neumann.

Contoh 8 :
Anggap dalam Contoh 7 digunakan isolasi yang buruk pada ujung tongkat besi, maka bentuk
syarat awal yang diperoleh
∂u
u (0 , t )+ ( 0 , t )=0
∂x
dan
∂u
u ( a , t )+ ( a , t ) =u0
∂x
Syarat batas ini disebut syarat batas Robin.

Teorema 3 :
Jika u1, u2 merupakan solusi dari persamaan diferensial parsial linear dengan syarat batas linear

∂u
|❑
α u1 ( x )+ β 1 = f (x)|∂ D (1)
∂n ∂D

∂u
|❑
α u2 ( x )+ β 2 = f (x)|∂ D (2)
∂n ∂D
dengan α dan β konstanta, maka w=u1 +u2 merupakan solusi dari persamaan diferensial parsial
yang memenuhi syarat batas

∂ w (x)
αw ( x ) + β
∂ n ∂D
=¿ |
10
Teorema 3 digunakan dalam terapan yang menggunakan syarat batas yang kompleks.

Contoh 9 :
Diberikan solusi dari persamaan Laplace ∇ 2 u=0 dalam persegi panjang yang diberikan pada
Gambar 1dengan syarat batas linear
u ( x , 0 ) =f 1 ( x ) , u ( x , b )=f 2 ( x ) (4 )
dan
u ( 0 , y )=g1 ( y ) , u ( a , y )=g2 ( y ) (5)

Kita akan lihat pada bab selanjutnya saat menyelesaikan masalah syarat batas ini menggunakan
metode pemisahan variabel, kita membutuhkan syarat batas yang homogen. Sehingga kita
pisahkan masalah tersebut dalam dua bagian, yaitu:
∇ 2 u 1=0 ∇ 2 u 2=0
u1 ( x , 0 ) =f 1 ( x ) u2 ( x , 0 ) =0 ,u 2 ( x ,b )=0
u2 ( x , 0 ) =f 2 (x ) u2 ( x , 0 ) =g 1 ( y)
u1 ( 0 , y )=0 , u1 ( a , y ) =0 u2 ( a , y )=g2 ( y ) ,(6)

Gambar 1. Syarat Batas pada Suatu Piringan.


Jika kita dapat menyelesaikan untuk u1,u2, maka u1+u2 adalah penyelesaian persamaan Laplace,
yang memenuhi semua syarat batas (4) dan (5).

Contoh 9 :
Diberikan penyelesaian dari ∇ 2 u=0 pada persegi panjang pada Gambar 1 dengan syarat batas
Neumann.

11
∂u ∂u
( x , 0 ) =f 1 ( x ) , ( x , b ) =f 2 ( x ) (7)
∂y ∂y
dan
∂u ∂u
( 0 , y ) =g 1 ( x ) , ( a , y )=g2 ( x ) (8)
∂x ∂x
Jika u adalah solusi dari BVP (Boundary Value Problem), maka w=u+ c, dengan c adalah
konstan, maka w juga solusi dari Persamaan Laplace dengan BVP yang sama. Jadi, syarat batas
Neumann menentukan penyelesaian dari masalah syarat batas ini hanya sampai suatu konstanta.

Masalah Syarat Awal


Saat kita mencari solusi khusus dari persamaan diferensial linear biasa orde dua biasanya
kita menambahkan salah satu syarat yaitu syarat batas atau syarat awal. Dalam kasus terakhir
nilai dari suatu fungsi yang tidak diketahui dan turunannya harus ditentukan di beberapa titik.
Berlaku juga untuk persamaan diferensial parsial orde dua, kita dapat memberikan syarat dimana
fungsi u yang tidak diketahui ditentukan pada Permukaan S bersama dengan turunan normal
orde pertamanya ke S. Masalah seperti ini disebut masalah syarat awal.

Contoh 10
Diberikan masalah syarat awal
∇ 2 u=0 dalam R2
∂u 1
u ( x , 0 ) =0 , ( x , 0 )= sin kx (9)
∂y k
dengan k > 0 bilangan bulat. Penyelesaian dari masalah syarat awal adalah
1
u ( x , y )= sin kx . sinh ky (10)
k2
Penyelesaian ini tidak biasa karena
sin kx 1
| |k
<
k

Saat k besar syarat awal (9) mendekat ke u ( x , 0 ) =0, ( ∂∂ uy ) ( x , 0)=0 merupakan solusi khusus
u=0. Di pihak lain, penyelesaian (10) menjadi tidak terbatas saat k → ∞ bahkan untuk nilai kecil
dari | y|. Hal ini menunjukkan perubahan kecil dalam syarat awal pada u dalam masalah ini

12
menuju ke perubahan besar dalam penyelesaian. Secara berbeda, penyelesaian Persamaan
Laplace tidak tergantung secara kontinu pada data awal, minimal pada kasus ini.

Contoh Lebih Lanjut untuk Masalah Syarat Batas

Contoh :
1. Rumuskan MSB dan MSAB yang menyatakan konduksi panas pada sebuah batang homogen
yang sangat panjang, dengan panjang a dan luas penampang A yang diberi isolasi sempurna
pada selimutnya. Jika ujung kiri dan kanannya dihubungkan dengan suatu reservoir dengan
suhu berturut-turut 00 C dan 500C.
Penyelesaian :
MSB :
Karena berkaitan dengan konduksi panas pada sebuah batang homogen yang sangat panjang,
maka digunakan persamaan panas dimensi satu yaitu :
∂u ∂2 u
=k 2 atau ut =k u xx , 0< x <a ,t >0 dan dengan syarat batas
∂t ∂x
u ( 0 , t ) =0
u ( a , t )=50 ,t >0
MSAB :
∂u ∂2 u
=k 2 , 0< x <a ,t >0.
∂t ∂x
u ( 0 , t ) =0
u ( a , t )=50 ,t >0
u ( x , 0 ) =f ( x ) ,0< x< a

2. Mengacu pada soal nomor 1, jika kedua ujungnya diisolasi sempurna bagaimana MSB dan
MSABnya?
Penyelesaian :
Karena ujung kiri diisolasi sempurna, maka dari hukum Fourier diperoleh :
∂u ∂u
q^ ( 0 , t )=−kA ( 0 , t ) =0 atau ( 0 , t ) =0
∂t ∂t

13
Ujung kanan (analog)
∂u ∂u
q^ ( a ,t )=−kA ( a , t )=0 atau ( a , t )=0
∂t ∂t
MSA :
u ( x , 0 ) =f ( x ) ,0< x< a

3. Rumuskan MSAB yang menyatakan konduksi panas pada sebuah batang homogen yang
sangat panjang, dengan panjang a dan luas penampang A yang diberi isolasi sempurna pada
selimutnya. Jika fluks panas di x=a mengikuti hukum Pendinginan Newton dan suhu awal

50(a−x)
balok diasumsikan diberikan oleh fungsi : .
a
Penyelesaian :
q ( a ,t )=α [ u ( a ,t )−u a ], α konstanta dan u adalah suhu di sekitar a.
∂u
−kA ( a , t )=α {u ( a ,t )−u a }= q^ ( a ,t)
∂x
∂u
q^ ( 0 , t )=−kA ( 0 ,t )=α {u ( 0 ,t )−u 0 }
∂x
∂u
⟺ kA ( 0 , t )+ α {u ( a , t ) −ua }
∂x
∂u
⟺ kA ( 0 , t )+ α {u ( 0 , t ) −u0 }
∂x
∂u
α u a=αu ( a , t ) +kA (a , t )
∂x
MSAB :
∂u ∂2 u
=k 2 , 0< x <a ,t >0.
∂t ∂x
u ( 0 , t ) =50
∂u
ua =kA ( a ,t ) +αu (a , t)
∂t
50 (a−x )
u ( x , 0)= , 0< x <a.
a

Latihan :
1. Rumuskan masalah syarat batas untuk snar yang bergetar dengan panjang a yang ujung-
ujungnya diikat dengan kuat.

14
2. Mengacu pada soal Nomor 1 jika ujung-ujungnya di bantalan udara yang bebas bergerak
pada batang di sudut kanan ke sumbu x (Lihat Gambar 2).

Gambar 2. Senar Bergetar – Ujung-ujungnya Bebas.

3. Mengacu pada Soal Nomor 1 Jika kedua ujung dari senar melekat pada pegasyang hanya
bisa bergerak arah vertikal, yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Senar Bergetar – Ujung-ujungnya terikat pada Pegas.

15

Anda mungkin juga menyukai