Anda di halaman 1dari 7

Subsitusikan harga 𝜙₃₊₂ dalam persamaan

π 2π
2 105
ʃ ɸ 2 dr =∫ ∫ 16 π =cos ²θ sin sin ² 2ϕ sin θ dθ dϕ
0 0

π ₂π
105
= ∫ cos ² θ sin ² θ dθ² ∫ 4 sin ² ϕ cos ²ɸ dϕᵇ
16 π 0 0

Dengan menggunakan hubungan matematik berikut:


π
105 cos θ sin ² θ 2−1
ʃ𝜙₂².₊₂ dr= 4 [({ 2+5 } + 2+5 ∫ sin ² θ dθ
0
)
1 1
(− 8 { 4 sin ²𝜙}20π )]
π π
105 π 1 c ¿ 105 sin ² θ cos θ π 4
0
[
= 4 π x 4 7 ∫ sin ² θ dθ ] ¿ = 16 x 7 ([ 5 ] 0 + 5∫
0
sin ²θ dθ )
π
3 sin ² θ cos θ 2 π
=
105 x 4

7 x 5 x 16 0
sin θ dθ=
4
-
3
[ + ∫ sin θ dθ
3 ¿ 0
]
π
3 2 π
=
3 2

4 0 3
sinθ dθ= x -cos θ
4 3 ¿0
ƒ[ ]
1
= - [-1-1]=1
2

Maka fungsi gelombang ϕз. ₊₂ dinormalisir. Dalam hal yang sama dapat juga dibuktikan bahwa
fungsi gelombang 𝜙₂-₂ juga dinormalisir.

2.8 Operator

Sesuai dengan namanya, operator adalah suatu perintah yang diberikan untuk
melaksanakan suatu pengerjaan matematika pada fungsi yang diberikan, yang disebut operan.
Sama dengan fungsi gelombang, aturan berikut ini diamati operator:

(a) Operator harus lincar,yaitu :


Ô(A+B)=Ô A + Ô B (2.27)

Sebagai contoh, d/dx adalah operator lincar, tetapi ‘√’ tidak.


(b) Hasil kali kedua operator didefinisikan sebagai
Ô₁Ô₂ʄ(x) = Ô₁(Ô₂ʄ(x))
(2.28)

(c) Operator harus Hermitian, yaitu


¿
Ō = ∫ ψ*0 ψ dr = ∫ ψ(Ô𝜙*)*dr (2.29)
=∫ ψÔψ*dr
Keuntungan operator Hermitian adalah nilai eigennya nyata.
(d) Hukum perkalian asosiatif harus diikuti, yaitu
^ ) = (Â ^B) C
 ( ^B C ^ (2.30)

Suatu operator mekanika kuantum untuk setiap besaran fisik dapat diperoleh pertama-
tama dengan menuliskan persamaan klasik dalam bentuk variabel seperti x, p₁, t, E, dan
seterusnya dan kemudian mengubah persamaan ke bentuk operator dengan bantuan aturan yang
disebutkan dalam Tabel 2.1

Akhirnya Ô₁Ô₂ tidak perlu sama dengan ÔÔ₁ jika Ô₁Ô₂ = ÔÔ kedua operator akan
mengatakan “ganti” satu sama lain.

Variabel klasik Operator Q.M. Persamaan untuk operator Pengerjaan


x x x Kalikan dengan x
Px ^
Px h d
2 πi dx Ambil turunan
t t^ t w.r.t. x dan kalikan
dengan h/2πi
E ^
E −h ∂
2 πi ∂t Kalikan dengan t
Lx ^
Lx −ih ∂ ∂
(Y - ) Ambil turunan
2π ∂z ∂ y
Ly ^
Ly ih ∂ ∂ w.r.t. t dan kalikan
(x –x ) dengan –h/2πi
2π ∂x ∂z
Lz ^
Lz −ih ∂ ∂
(x - )
2 π ∂ y ∂x

d
Dalam hal yang sama Ô₂Ô₁ ʄ(x) =[ x ] ʄ (x)
dxʼ

d
=( x ʄ (x) = ʄ (x) + x ʄ ʼ (x) (2.31c)
dx
Dari persamaan (2.31b) dan (2.31c) jelaslah bahwa hubungan (2.31a) tidak dipenuhi, yaitu kedua
operator tidak bergantian.

Dalam hal yang sama,

ih ∂ʄ ∂ʄ
Lx ʄ = (y –z )
2π ∂z ∂y

h² ∂² ʄ ∂² ʄ ∂² ʄ ∂ ʄ
dan Ly Lx ʄ = - ( zy - z² – xy +
4π² ∂x ∂ z ∂x ∂ y ∂ z² ∂ y

∂² ʄ
+ xy (2.32b)
∂z ∂ y

Dengan mengurangi persamaan (2.32b) dan (2.32a) dan dengan menggunakan

∂² ʄ ∂² ʄ
= dimana ʄ adalah suatu fungsi keadaan
∂x ∂ y ∂ y∂ x

2.9 Harga Pengharapan atau Harga Rata-rata

Harga pengharapan atau harga rata-rata dari setiap besaran yang dapat diamati secara
fisik atau suatu rangkaian pengukuran diberikan oleh

Ō= <Ō>=
∫ ψ∗Ôψdr (2.33)
∫ ψ∗ψdx
dimana Ō adalah harga rata-rata, Ô adalah operator yang sesuai, jika fungsi gelombang
dinormalisir, maka

∫ ψ∗ψdr=1
2.10 Persamaan Gelombang Schrodinger

Persamaan gelombang schrodinger diturunkan dari persamaan dasar sifat gelombang dan
dengan menggabungkan sifat gelombang serta pertikel dari suatu bahan. Persamaan gelombang
Schrodinger, yang menguraikan perilaku partikel, tidak tergantung dari waktu, dapat ditulis
sebagai berikut

8n²m
∇ ² ψ+ (E-V)ψ=0 (2.36)

dimana ψadalah fungsi gelombang dengan karakteristik yang telah disebutkan, m adalah massa
partikel, E adalah energi total, dan V adalah energi potensial. ∇ adalah operator Laplacian, dan
dalam koordinat Cartesian harganya adalah

∂² ∂² ∂²
∇ ²= + +
∂ x ² ∂ y² ∂z ²
(2.37)

Dan dalam koordinat polar bentuk bola

I ∂ ∂ I ∂ ∂ I ∂²
∇ ²= ( r² ) + (sin θ )+
r ² ∂r ∂r r ² sinθ ∂θ ∂θ r ² sin ² θ ∂ ϕ ²
(2.38)

Penyelesaian persamaan diferensial orde kedua memberikan harga ψ dengan harga E yang
sesuai.

Persamaan gelombang (2.36) dapat juga ditulis dengan bantuan operator, dan persamaan
yang sesuai adalah

Ĥψ= Eψ (2.39)

di mana Ĥ adalah operator Hamiltonian.

Persamaan umum dari bentuk yang diberikan oleh (2.39) adalah

Ôψ=¿ Oψ (2.40)

di mana Ô adalah suatu operator untuk setiap besaran yang dapat diamati, dan O adalah nilai
eigennya. Persamaan (2.40) disebut persamaan fungsi eigen nilai eigen. “Fungsi eigen” adalah
fungsi apabila dioperasikan oleh suatu operator akan membangkitkan fungsi yang sama dikalikan
dengan suatu konstanta. Konstanta ini disebut “nilai eigen”.

2.11 Partikel dalam Kotak

Persamaan Schrodinger dapat diterapkan pada sebuah partikel dengan massa m yang
bergerak dalam suatu kotak dengan dinding tidak terhingga , yaitu energi potensial ∞ diluar
kotak adalah tidak terhingga, tetapi di dalam kotak adalah konstan dan tertentu, yaitu nol.
Penyelesaian persamaan Schrodinger

d ²ψ 8 π ² m
+ Eψ=0 (2.41)
dx ² h²

untuk kotak stau dimensi memberikan harga tingkat energi dan fungsi gelombang untuk tiap
energi, yaitu
n²h²
En₂= (2.42)
8 ma²

di mana n₂= 1, 2, 3, ... , dan a adalah panjang kotak dan

2́ n₂π
ψn=√ sin .x (2.43)
a a

Dalam hal yang sama untuk suatu partikel yang bergerak dalam kotak tiga dimensi, fungsi
gelombang dan tigkat energi adalah

8 n ₁ πx n₂π n₃π
ψψn ₁n ₂ n ₃(x,y,z) =( )½ sin sin y sin z
abc a b c
(2.44)

h ² n ²₁ n ²₂ n ²₃
E= ( +
8m a² b² c ²
+ )
n₁ = 1, 2, 3, . . . . (2.45)

n ₂ = 1, 2, 3, ..... , n ₃ = 1, 2, 3, ....

di mana a, b, c adalah dimensi kotak. Dalam kotak kubus


E= ( n2 ₁+n2 ₂+ n ²₃ ) (2.46)
8 ma²

Degenerasi

Suatu penggambaran baru muncul dalam hal partikel yang bergerak dalam kotak kubus, yaitu
untuk fungsi gelombang yang berbeda, energi yang bersesuaian adalah sama. Degenerasi
didefinisikan sebagai terjadinya fungsi gelombang tertentu lebih dari satu untuk nilai eigen yang
sama.

2.12 prinsip persesuaian Bohr

Prinsip persesuaian menyatakan bahwa hasil mekanika kuantum harus sesuai


dengan mekanika klasik ketika mekanika kuantum yang menguraikan sistem menjadi
sangat besar.

2.13.1 Teori Gangguan Orde Pertama untuk Tingkat Energi Nondegenerat

Untuk mendapatkan penyelesaian yang pasti dari persamaan Schrodinger adalah sulit,
kecuali untuk beberapa sistem, pada keadaan ini diperoleh suatu penyelesaian pendekatan dari
persamaan gelombang. Penyelesaian pendekatan ini berbeda dari persamaan yang pasti dengan
menghilangkan bentuk-bentuk tertentu yang pengaruhnya sangat sedikit. Masalah seperti itu
dapat diselesaiakan dengan bantuan teori gangguan; pertama – tama dengan menghitung
penyelesaian pendekatan, dan kemudian dengan menambahkan bentuk koreksi tambahan.
Jika ^
H ₀ adalah Hamiltonian yang tidak terganggu, Hamiltonian total ^
H , dapat ditulis
sebagai

H=^
^ H⁰ + λ^
H
(2.47)

Dimana λ adalah tolak ukur sedemikian jika λ → 0, ^


H →H ^⁰ ini adalah suatu ukuran
penyimpangan dari sistem yang tidak terganggu. Selanjutnya untuk gangguan orde pertama,
harga λ adalah satu jika gangguan digunakan sepenuhnya. Umumnya harga λ adalah kecil.
Dalam hal yang sama,fungsi gelombang dan energinya yang sesuai dapat dinyatakan sebagai

ψ k = ψ ⁰k + λψ k ¹ + λ ² ψ k ‘’ + . . . (2.48)

Ek = Ek⁰ + ´ λEk² + λ ² Ek ‘’+ . . . (2.49)

Untuk teori gangguan orde pertama, persamaan (2.48) dan (2.49) menjadi

Hjk˙ψ 0 j
ψ k=ψ ⁰ k + λ ∑ 0 0
j−0 E j−E k

dimana Ek = Ek⁰ + λ H k’ (2.51)

H́ jk =∫ ψ ⁰j ^
H ψ ⁰ k dr (2.52)

Dan E⁰k = ∫ ψ ⁰k ^
H ψ ⁰k dr
(2.53)

Dan simbol ∑ berarti jumlah keseluruhan harga j, kecuali j = k.


j

2.13.2 Metode Variasi

Ada banyak masalah dalammekanika kuantum yang tidak dapat diselesaikan dengan teliti
walaupun dengan teori gangguan orde pertama. Jumlah kerja yang dibutuhkan untuk mencapai
hasil yang lebih baik dengan menggunakan teori gangguan orde yang lebih tinggi adalah terlalu
banyak, suatu pendekatan, tetapi dengan hasil yang lebih baik, dapat diperoleh dengan bantuan
metode variasi dan ini terutama berguna bila seseorang ingin mencari energi dari keadaan dasar.

Metode variasi meliputi lagkah-langkah berikut :

(i) Buatlah fungsi gelombang dalam bentuk tolak ukur variabel tertentu Ci dan fungsi
bebas Xi, yaitu
ϕ n = ∑ Cn X n (2.54)
n

Cn adalah tolak ukur yang akan ditentukan untuk mendapatkan harga E terendah.
(ii) Energi sistem diberikan oleh persmaan
(2.55)

∫ ϕ∗ ^
H ϕdr I I
É= ´ ń
=∑ ∑ Cn C n Hn
∫ ϕ∗ϕ dr n=1 ´
n=1

I I

∑ ∑ CnC n' Snn '


n =1 ' =1

dimana Δnn² = 1 untuk n = n’ , Snn’ = ∫ X ⁰ n ¹ Xndr

= 0 untuk n ≠ n ' . Hnn’ = ∫ X ⁰ n' H


^ Xn dr

Persamaan (2.55) dapat juga ditulis sebagai


I I I I
E ∑ ∑ CnCn ' Snn ' =∑ ∑ CnCn ' Hnn '
n=1 n' =1 n=1 n' =1

Anda mungkin juga menyukai