Yang Sempit
Penulis
Elvis Andreas Tasoin 1, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, Indonesia
Immanuel Marchellino 2 Universitas Kristen Maranatha, Bandung, Indonesia
ABSTRAK
Artikel ini membahas perbaikan tanah longsor di Parongpong yang disebabkan oleh
hujan deras dan drenase yang sempit. Parongpong, sebuah wilayah di Jawa Barat,
sering mengalami tanah longsor dalam beberapa tahun terakhir. Penyebabnya antara
lain adalah perubahan iklim dan intensitas hujan yang tinggi. Tanah yang jenuh air
akibat hujan deras menjadi tidak stabil dan rentan terhadap longsor. Drenase yang
sempit juga memperburuk situasi ini dengan menghambat aliran air. Dalam artikel ini,
dibahas upaya perbaikan yang telah dilakukan, termasuk peningkatan sistem drenase,
revegetasi, dan pembangunan terowongan drainase. Langkah-langkah ini diharapkan
dapat mengurangi risiko tanah longsor, melindungi infrastruktur dan masyarakat
setempat, serta memperbaiki aksesibilitas di wilayah Parongpong. Melalui artikel ini,
diharapkan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya perbaikan tanah longsor dapat
meningkat, serta memberikan panduan bagi upaya perbaikan di daerah yang serupa.
ABSTRACT
This article examines the repair of landslides in Parongpong caused by heavy rains
and narrow drainage. Parongpong, an area in West Java, has experienced frequent
landslides in recent years. The reasons include climate change and high rainfall
intensity. Soil that is saturated with water due to heavy rains becomes unstable and
prone to landslides. Narrow drains also exacerbate this situation by impeding the
flow of water. This article discusses the improvement efforts that have been made,
including the improvement of the drainage system, revegetation, and construction of
drainage tunnels. These steps are expected to reduce the risk of landslides, protect
local infrastructure and communities, and improve accessibility in the Parongpong
area. Through this article, it is hoped that understanding and awareness of the
importance of landslide repairs can increase, as well as provide guidance for
improvement efforts in similar areas.
Drainase adalah sistem atau infrastruktur yang dirancang untuk mengatur aliran air
permukaan atau air limbah dari suatu wilayah atau area tertentu. Sistem drainase
bertujuan untuk mengumpulkan, mengarahkan, dan mengalirkan air secara efisien,
sehingga mencegah genangan air dan potensi kerusakan yang disebabkan oleh air
yang tidak terkendali. Sistem drainase terdiri dari berbagai komponen, termasuk
saluran drainase (seperti selokan atau parit), saluran pembuangan utama, sumur
resapan, pipa drainase, dan perangkap air. Infrastruktur drainase biasanya dibangun
dengan mempertimbangkan kemiringan lahan, curah hujan, kepadatan populasi, dan
tata ruang wilayah tertentu.
Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi kinerja dan efektivitas sistem drenase
yang ada di Parongpong dalam mengatasi hujan deras dan mencegah tanah longsor.
Tujuan ini mencakup penilaian terhadap kapasitas, kecukupan, dan keandalan sistem
drenase yang ada.
METODE PENELITIAN
2.2 Lokasi
Penelitian dilaksanakan di Kawasaan Parongpong, Jawa Barat di daerah
perbukitan dan daerah yang sempit drainase
Gambar 2. Peta curah hujan Kabupaten Bandung Barat dengan curah hujan sedang
pada rentang 2000- 2500 mm/tahun (warna hijau), curah hujan tinggi pada rentang
2500-3000 mm/tahun (warna kuning) dan curah hujan sangat tinggi pada nilai di atas
3000 mm/tahun (warna merah).
3.1.2 Jenis Batuan
Sifat setiap batuan berbeda-beda hal ini bergan- tung pada asal-usul
terbentuknya batuan tersebut. Secara umum batuan dipengaruhi oleh tekstur,
struktur, kekar, kandungan mineral, cuaca, dan sedimentasi. Berdasarkan
pengklasifikasian Puslit- tanak, batuan pembentuk yang terdapat di lokasi
penelitian terdiri dari 3 jenis batuan yaitu batuan Vulkanik, Sedimen dan batuan
Aluvial. Secara geologi lokasi penelitian merupakan wilayah dengan struktur batuan
yang didominasi oleh batuan vulkanik di mana hal ini dipengaruhi oleh gunung-
gunung yang ada di parongpong seperti Gunung Tangkuban Perahu. Dengan
didominasi oleh batuan vulkanik dan sedimen hal ini menunjukkan bahwa
kemungkinan besar batuan sedimen yang berada di parongpong berasal dari hasil
erosi dan pelapukan batuan vulkanik pada wilayah tersebut.
Gambar 3. Peta jenis batuan Kabupaten Bandung Barat yang terdiri dari tiga jenis
batuan, yaitu batuan aluvial (warna merah), batuan sedimen (warna jingga) dan
batuan vulkanik (warna hijau)
Gambar 5. Peta kemiringan lereng Kabupaten Bandung Barat yang terdiri dari
tingkat kemiringan 8-15% (warna biru muda), kemiringan 15-30% (warna hijau),
kemiringan 30-45% (warna kuning) dan kemiringan di atas 45% (warna merah)
Hasil dari klasifikasi setiap peta yang dibuat yaitu berupa tabel dengan masing-
masing bobot dan skor yang akan ditampilkan pada tabel-tabel di bawah ini :
3.6 Pencegahan Tanah Longsor
Untuk menghindari dari tanah longsor, kita wajib mengetahui cara dan upaya yang
harus dilakukan untuk mencegah terjadinya tanah longsor. Memang kita sebagai
manusia tidak bisa menghentikan terjadinya bencana secara 100 persen, namun
setidaknya dengan melakukan upaya preventif sejak dini akan mengurangi resiko dan
dampak yang akan ditimbulkan.
Berikut adalah cara atau upaya yang bisa kita lakukan dengan berbagai cara mencegah
tanah longsor :
4. Membuat Terasering
Jika suatu lahan miring terpaksa digunakan untuk membuat sawah atau ladang
maka sebaiknya buatlah sistem bertingkat sehingga akan memperlambat run
off (aliran permukaan) ketika hujan. Jangan lupa atur drainase supaya tidak
ada air yang tergenang di lereng. Dengan demikian semakin jauh potensi
terjadinya tanah longsor.
Cara mencegah tanah longsor melibatkan beberapa hal, terutama melindungi tanah
dari air dan cuaca terlalu panas. Sebagai langkah preventif untuk tanah longsor,
gunakan anchorage wall dan produk woven geotextile milik Geosinindo yang kuat
serta mudah dipasang.
SIMPULAN
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara hujan deras, drainase yang sempit,
dan terjadinya tanah longsor di Parongpong.
2. Karakteristik tanah dengan kepadatan rendah dan kandungan air tinggi
meningkatkan kerentanan terhadap longsor.
3. Topografi area penelitian yang curam juga mempengaruhi tingkat erosi dan
kemungkinan terjadinya longsor.
4. Implementasi perbaikan sistem drainase terbukti efektif dalam meningkatkan
kemampuan drainase untuk mengatasi aliran air hujan berlebihan.
5. Penguatan lereng yang dilakukan melalui metode tertentu berhasil
meningkatkan stabilitas lereng dan mengurangi risiko longsor.
6. Perbaikan yang dilakukan berhasil mengurangi risiko tanah longsor di
Parongpong, meningkatkan keamanan dan stabilitas area tersebut.
7. Rekomendasi perbaikan berkelanjutan meliputi penguatan dan perluasan
sistem drainase, pemantauan rutin terhadap kondisi tanah dan drainase, serta
kerjasama antara pemerintah daerah, komunitas lokal, dan pihak terkait.
8. Penelitian lanjutan direkomendasikan untuk memperdalam pemahaman
tentang tanah longsor, faktor-faktor penyebabnya, dan efektivitas metode
perbaikan.
Kesimpulan ini didasarkan pada hasil analisis data dan temuan-temuan penelitian
yang telah dilakukan. Dengan implementasi perbaikan yang tepat, diharapkan risiko
tanah longsor di Parongpong dapat dikelola dengan lebih baik, meningkatkan
keamanan dan kualitas lingkungan bagi masyarakat setempat.
DAFTAR PUSTAKA