Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin, medium, yang secara harfiah berarti

“tengah”, perantara, “atau” “pengantar”. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu

yang dapat menyalurkan informasi dari sumber kepada penerima informasi (Arief S.

Sadiman, 1986).

Media adalah pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan, dengan

demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan

(Rusman, 2013).

Kata media sebenarnya bukanlah kata asing bagi kita, tetapi pemahaman

banyak orang terhadap kata tersebut pun berbeda-beda. Ada yang mengartikan

media sebagai alat informasi dan komunikasi, sarana prasarana, fasilitas,,

penunjang, penghubung, penyalur dan lain-lain. Namun ada juga yang memakai kata

media dalam menjelaskan kata “pertengahan” seperti dalam kalimat “media abad

19” atau pertengahan abad 19, ada pun yang memakai kata media dalam istilah

“mediasi” yakni sebagai kata yang biasa digunakan dalam proses perdamaian dua

belah pihak yang sedang bertikai (Munadi, 2013).

Berdasarkan Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education

Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk

komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya

dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca (Arief Sadiman, 2012).

Gambar adalah foto, lukisan atau gambar, dan sketsa (gambar garis). Semua

itu merupakan media visual yang penting dan mudah didapat. Sebab ia dapat
mengganti kata verbal, yang mana dapat mengatasi pengamatan manusia. Gambar

membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung di dalamnya

dengan jelas, lebih jelas dari pada yang diungkapkan oleh kata-kata.

Sedangkan menurut Association of Education of Education ans

Communication Technology (AECT), media adalah segala bentuk dan saluran yang

digunakan untuk menyalurkan pesan dan informasi (Hamzah, 2011).

Media dirasa sangat penting dan sangat signifikan dalam proses pembelajaran.

Urgensi media dalam pendidikan didasarkan pada sebuah teori yang mengatakan

bahwa totalitas presentase banyaknya ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang telah dimiliki oleh seseorang terbanyak dan mungkin juga tertinggi yaitu

melalui indera penglihatan dan pengalaman secara langsung melakukan sendiri,

sedangkan selebihnya yaitu melalui indera dengar dan indera lainnya (Azhar, 2004).

Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan

media, sehingga fungsi media selain alat bantu juga berfungsi sebagai penyalur

pesan. Kemudian dengan masuknya pengaruh teori tingkah laku dari B. F. Skinner,

mulai tahun 1960, tujuan pembelajaran bergeser ke arah perubahan tingkah laku

pembelajaran siswa, karena menurut teori ini membelajarkan orang ialah mengubah

tingkah lakunya. Pada tahun 1965 pengaruh pendekatan sistem mulai memasuki

perkembangan pendidikan dan pembelajaran. Hal tersebut mendorong digunakannya

media sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran (Sukriani, 2020).

Jadi secara umum media adalah sebuah bentuk perantara yaitu untuk

menyebar, membawa atau menyampaikan sesuatu pesan (message) dan gagasan

kepada penerima. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa media

merupakan sarana atau alat yang dapat digunakan untuk memperlancar proses

belajar mengajar yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar, kemudian
media tersebut berupa perangkat keras dan perangkat lunak, seperti: gambar,

televisi, komputer, LCD, video, slide, kartun, buku, dan lain-lain.

Efektivitas proses belajar mengajar (pembelajaran) sangat dipengaruhi oleh

faktor metode dan media pembembelajaran yang digunakan. Keduanya saling

berkaitan, dimana pemilihan metode tertentu akan berpengaruh terhadap jenis media

yang akan digunakan, dengan kata lain bahwa harus ada kesesuaian di antara

keduanya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Walaupun ada hal-hal lain yang

juga perlu diperhatikan dalam pemilihan media, seperti : konteks pembelajaran,

karakteristik pemelajaran dan tugas atau respon yang diharapkan dari pembelajaran

(Arsyad, 2002). Dan menurut Criticos (1996), tujuan pembelajaran, hasil belajar, isi

materi ajar, rangkaian dan strategi pembelajar adalah kriteria dan produksi media

(Jalinus, 2016).

Menurut Ibrahim dalam Azhar Arsyad “Betapa pentingnya media

pembelajaran karena dapat membangkitkan rasa senang dan gembira kepada peserta

didik dan memperbaharui semangat mereka, membantu memantapkan pengetahuan

pada peserta didik serta menghidupkan pelajaran” (Arsyad, 2002).

Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan bagi peserta didik

untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performa mereka sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah alat

yang digunakan untuk menunjang suatu pembelajaran sehingga pembelajaran

tersebut dapat berjalan dengan baik. Kemudian media juga dapat diartikan sebagai

penghubung antara pemberi dan penerima informasi. Penggunaan media sebagai

penghubung antara pendidik dan peserta didik inilah yang disebut dengan
pembelajaran. Dengan kata lain, bahwa belajar aktif memerlukan dukungan media

untuk menghantarkan materi yang akan mereka pelajari.

2. Pengertian Media Gambar

Menurut Supiyan (2010) dalam bahasa Arab, media disebut al-wasa’,,il bentuk

jama’ dari wasilah yakni sinonim al-wast yang artinyajuga tengah. Karena posisinya

berada di tengah ia disebut sebagai pengantar atau penghubung, yakni yang telah

menghantarkan atau menghubungkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi lainnya.

Media gambar merupakan media yang dapat dilihat oleh indera penglihatan

kita yang diperjelas melalui gambar-gambar dalam proses pembelajaran yang

bertujuan untuk memudahkan anak dalam memahami pelajaran secara lebih cepat.

Gambar merupakan tiruan barang, orang, binatang, tumbuh-tumbuhan dan

sebagainya. Gambar merupakan alat visual yang termasuk efektif karena dapat

divisualisasikan sesuatu yang akan dijelaskan dengan lebih konkrit dan realitas

(Usman, 2002). Media gambar merupakan media reproduksi bentuk asli dalam dua

dimensi. Selain itu, media gambar sangat penting digunakan dalam usaha

memperjelas pengertian pada peserta didik sehingga dengan menggunakan media

gambar peserta didik dapat lebih memperhatikan benda-benda atau hal-hal yang

belum pernah dilihatnya yang mana berkaitan dengan pelajaran bahasa Arab.

Gambar adalah hasil potretan dari berbagai peristiwa objek yang dituangkan

dalam bentuk gambar-gambar, garis, kata-kata, simbol,-simbol maupun sebuah

gambaran. Ada beberapa hal yang termasuk ke dalam kelompok media ini, antara

lain yaitu :

a. Grafik yaitu sebuah gambaran dari data statistik yang ditunjukan dengan

lambing-lambang.
b. Crart atau began, yaitu sebuah gambaran dari sesuatu yang menunjukkan

adanya hubungan, perkembanagan atau perbandingan.

c. Peta yaitu suatu gambar yang menjelaskan permukaan bumi atau beberapa

bagian dari padanya.

d. Diagram yaitu penampang atau irisan dari sesuatu benda atau objek.

e. Poster yaitu sebuah gambar yang disederhanakan bentuknya dengan pesan

biasanya menyindir.

Media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Gambar/foto

merupakan bahasa yang paling umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-

mana. Sebagaimana pepatah cina m3ngatakan “sebuah gambar berbicara lebih

banyak daripada seribu bahasa”. Kemudian dalam penggunaan media pembelajaran

ini, gambar harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. “Media gambar

disebut juga media visual. Alat-alat visual adalah alat-alat yang visible artinya dapat

dilihat. Sehingga gambar yang telah ditampilkan dalam proses pembelajaran bahasa

Arab memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan kepada peserta didik

(Sulaiman, 2001).

Supiyan (2010) Media gambar yang baik adalah yang telah sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Selain itu ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan antara

lain :

1. Harus autentik, yaitu gambar tersebut haruslah jujur dalam melukiskan situasi

seperti kalau orang melihat benda yang sebenarnya.

2. Ukuran relatif, yaitu gambar dapat membesarkan atau memperkecil sebuah

objek atau benda sebenarnya.

3. Sederhana, yaitu komposisinya hendaklah cuku jelas menunjukkan poin-poin

pokok dalam gambar.


4. Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan, yang memperlihatkan

aktivitas tertentu.

5. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan yang

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Media gambar pun mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam kebutuhan

mengajar. Beberapa kelebihan media gambar antara lain :

1. Gambar bersifat konkret.

2. Gambar mengatasi batas waktu dan ruang.

3. Gambar mengatasi kekurangan daya mampu panca indera manusia.

4. Gambar-gambar mudah didapat dan murah.

5. Mudah digunakan, baik untuk perseorangan maupun untuk kelompok siswa.

6. Dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu masalah dengan simple dan mudah.

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, media gambar mempunyai beberapa

kelemahan antara lain :

1. Gambar hanya menekankan persepsi indera mata.

2. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan

pembelajaran.

3. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Dalam penggunaan pembelajaran media gambar dalam meningkatkan

penguasaan mufradat tentang ruang belajar bahasa Arab, peserta didik harus

memiliki dasar pembelajaran salah satunya yaitu menyimak dan mendengar (al-

maharah al-istima’/listening skill). Kemudian dari menyimak dan mendengar sendiri

adalah kemampuan seseorang dalam mencerna atau memahami kata atau kalimat

yang dianjurkan oleh mitra bicara atau media tertentu.


Tujuan utama penggunaan media pembelajaran adalah agar pesan atau

informasi yang dikomunikasikan tersebut dapat diserap semaksimal mungkin oleh

para siswa sebagai penerima informasi. Dengan demikian informasi akan lebih cepat

dan mudah untuk diproses oleh peserta didik tanpa harus melalui proses yang

panjang yang akan menjanikan peserta didik jenuh. Terkait dengan proses

pembelajaran Bahasa Arab, (bahasa apapun) dimana pelajaran yang akan dibekali

atau belajar keterampilan berbahasa dengan cara berlatih secara terus-menerus untuk

memperoleh keterampilan tersebut. Padahal berkesenambungan adalah hal yang bisa

dibilang membosankan, sehingga kehadiran media dalam proses belajar bahasa

sangat membantu untuk tetap menjaga gairah belajar siswa (Rosyidi, 2009).

3. Meningkatkan Motivasi

Motivasi berasal dari kata Motive yang berarti dorongan atau bahasa

inggrisnya to move. Motif sendiri diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam

diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri

sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, baik pada faktor eksternal,

maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi. Michel

J. Jucius menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada

seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki.

Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada

diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Motivasi juga bisa dalam bentuk usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang

atau kelompok orang tertentu tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin

mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan

perbuatannya.
Motivasi mempunyai peranan strategis dalam aktivitas belajar peserta didik

atau seseorang. Kemudian tidak ada seorang pun yang belajar tanpa adanya

motivasi, karena tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan

motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya

diketahui, tetapi juga harus diterapkan dalam aktivitas sehari-hari.

Motivasi dapat diartikan sebagai aktualisasi dari daya kekuatan dalam diri

setiap individu yang dapat mengaktifkan dan mengarahkan perilaku yang merupakan

perwujudan dari interaksi terpadu dengan adanya situasi yang telah diamati dan

dapat berfungsi untuk mencapai tujuan yang diharapkan setiap individu, yang

berlangsung dalam suatu proses yang dinamis.

Terdapat konsep motivasi yang telah dijelaskan oleh Suwanto antara lain

sebagai berikut :

a. Model Tradisional

Untuk memotivasi pegawai agar gaira kerja meningkat perlu diterapkan system

insentif dalam bentuk uang atau barang kepada pegawai yang telah berprestasi.

b. Model Hubungan Manusia

Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerjanya meningkat adalah dengan

mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna dan

penting.

c. Model Sumber Daya Manusia

Pegawai dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang atau barang tetapi

juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti.

Menurut Herzberg (1996), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang

untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua
faktor itu disebutkan faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor

intrinsik).

Kemudian dibawah ini akan dijelaskan jenis-jenis motivasi, antara lain sebagai

berikut :

a. Motivasi Intristik

Motivasi intristik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya

tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang

membaca, tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin

mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian jika dilihat dari segi tujuan

kegiatan yang dilakukan (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud

dengan motivasi intristik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di

dalam perbuatan belajar itu sendiri.

Sebagai contoh konkrit, seorang sedang belajar untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara

konstruktif, tidak karena tujuan yang lainnya. “intristik motivations are inherent

in the learning situations and meet pupil-needs and purposes”. Itulah sebabnya

motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di

dalamnya aktivitas belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu

dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas

belajarnya. Seperti sebelumnya telah dicontohkan bahwa seseorang yang belajar,

memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena semata

ingin pujian atau diberi ganjaran.

b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

adanya perangsang dari luar. Salah satu contoh yaitu ketika seseorang itu belajar,

karena tahu besok paginya akan diadakan ujian dengan harapan mendapatkan

nilai baik, sehingga akan dipuji oleh teman-temannya. Jadi yang penting bukan

karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang

baik, atau agar mendapatkan hadiah. Oleh karena itumotivasi ekstrinsik dapat

juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya terdapat aktivitas

belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak

secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan

mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat

melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut

Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu :

a) Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas

b) Intrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil

dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan

outcome tertentu).

c) Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan positif, netral, atau

negatif. Mempunyai motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang

melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari

yang diharapkan.

Motivasi dapat diartikan sebagai aktualisasi dari daya kekuatan dalam diri

individu yang dapat mengaktifkan dan mengarahkan perilaku yang merupakan

perwujudan dari interaksi terpadu antara motif dm need dengan situasi yang diamati
dan dapat berfungsi untuk mencapai tujuan yang diharapkan individu, yang

berlangsung dalam suatu proses yang dinamis.

Edwin Locke mengemukakan bahwa bahwa dalam penetapan tujuan memiliki

empat macam mekanisme motivasional yakni :

a) Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian

b) Tujuan-tujuan mengatur upaya

c) Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi

d) Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.

Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi belajar peserta didik

dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan motivasi belajar,

mendorong peserta didik berperilaku aktif untuk meningkatkan prestasi didalam

kelas, tetapi terkadang motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif

terhadap keefektifan usaha belaja peserta didik, dikarenakan perlu jangka waktu

untuk meresapi, menghayati dan melakukan bagaimana teori motivasi tersebut bisa

diterapkan didalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam hal pendidikan.

4. Pembelajaran Mufradat

Mufradat merupakan kumpulan dari kata-kata tertentu yang akan membentuk

sebuah bahasa. Kata adalah bagian terkecil dari bahasa yang sifatnya bebas,

pengertian ini membedakan antara kata dengan morfem. Morfem yaitu satuan

terkecil yang tidak bisa dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil yang

maknanya relatif stabil (Kridalaksana, 1983).

Para ahli pembelajaran berbeda pendapat mengenai makna bahasa serta tujuan

pembelajarannya. Namun, mereka sepakat bahwa pembelajaran mufradat adalah

penting yang merupakan tuntunan dan syarat dasar dalam pembelajaran bahasa
asing. Kemudian sesungguhnya siswa sedang belajar bahasa apapun dituntut untuk

mengetahui mufradat bahasa yang sedang dipelajari, karena tanpa mengetahui

mufradat kiranya akan sulit bahkan tidak mungkin siswa akan mampu menguasai

keterampilan berbahasa yang yang dimaksud. Atau boleh dikatakan di awal

pembelajaran siswa harus diarahkan untuk memperoleh penguasaan mufradat

dengan baik.

Kemudian pertanyaannya adalah apa yang dimaksud dengan pembelajaran

mufradat? Apakah berarti siswa mempelajari makna kata bahasa Arab yakni mampu

menerjemahkan kedalam bahasanya atau mampu mengartikan sesuai dengan kamus?

Atau mempunyai pengertian lain?

Peserta didik dikatakan mampu menguasai mufradat jika mereka bisa

menerjemahkan bentuk-bentuk mufradat juga mampu menggunakannya dalam

jumlah (kalimat) dengan benar. Artinya tidak hanya sekedar untuk meghafal

kosakata tanpa mengetahui bagaimana menggunakannya dalam komunikasi

sesungguhnya. Jadi dalam prakteknya, setelah peserta didik memahami kosakata

kemudian mereka diajari untuk menggunakannya baik dalam bentuk ucapan maupun

tulisan.

Menurut Ahmad Djanan Asifuddin, “pembelajaran kosakata (al-mufradat)

yaitu proses penyampaian bahan pembelajaran yang berupa kata yang mana sebagai

unsur dalam pembelajaran bahasa Arab” (Effendy, 2005).

Meskipun demikian, pembelajaran bahasa Arab identik dengan hanya

mempelajari mufradat. Dalam arti untuk memiliki sebuah kemahiran berbahasa tidak

cukup hanya dengan menghafal sekian banyak mufradat.

Dalam pembelajaran mufradat , guru harus menyiapkan mufradat yang tepat

bagi siswa-siswinya. Oleh sebab itu guru harus berpegangan pada prinsip-prinsip
dalam pemilihan mufradat yang akan diajarkan kepada pembelajaran asing (selain

penutur Arab) adalah sebagai berikut :

a. Tawatur (Frequency) artinya memilih mufradat (kosakata) yang sering

digunakan.

b. Tawazzu’ (Range) artinya memilih mufradat yang banyak digunakan di Negara-

negara Arab.

c. Mataahiya (Avalability) artinya memilih kata tertentu dan bermakna tertentu

pula, yakni kata-kata yang digunakan dalam bidang-bidang tertentu.

d. Ulfah (Familiarity) artinya memilih kata-kata yang familiar dan terkenal serta

meninggalkan kata-kata yang sudah jarang terdengar penggunaannya.

e. Ahammiyah, artinya memilih kata-kata yang sering dibutuhkan penggunaannya

oleh siswa daripada kata-kata yang terkadang tidak dibutuhkan atau bahkan

jarang dibutuhkan. (Hamid, 2016)

Maka dari iti dalam penyampaian pesan melalui bahasa, pemilihan mufradat

yang tepat merupakan hal yang cukup penting untuk mengungkapkan makna yang

dikehendaki. Pembelajaran kosakata berkaitan dengan penguasaan makna kata-kata,

disamping kemampuan menggunakannya pada konteks yang tepat dan tempat yang

tepat pula.

Mufradat atau dalam bahasa Arab disebut kosakata, dalam bahasa Inggrisnya

vocabulary adalah himpunan kata atau khazanah kata yang diketahui oleh seseorang

yang merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Selain itu, kosakata ada yang

mendefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang

tersebut dan kemungkinan akan digunakannya untuk menyusun sebuah kalimat baru.

Kekayaan mufradat seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari

kemampuan atau tingkat pendidikannya. Mufradat yaitu salah satu dari tiga unsur
bahasa yang sangat penting dikuasai, kosakata ini digunakan dalam bahasa lisan

maupun tulis, dan merupakan salah satu alat untuk mengembangkan kemampuan

berbahasa Arab seseorang.

Menurut Horn, mufradat adalah sekumpulan kata yang membentuk sebuah

bahasa. Peran mufradat dalam menguasai empat kemahiran berbahasa sangat

diperlukan, sebagaimana yang dinyatakan Vallet bahwa kemampuan seseorang

untuk memahami empat kemahiran berbahasa tersebut sangat bergantungan pada

penguasaan mufradat yang dimiliki. Meskipun demikian pembelajaran pembelajaran

bahasa tidak identik dengan hanya pembelajaran kosakata. Dalam arti untuk

memiliki kemahiran berbahasa tidak cukup hanya dengan menghafal sekian banyak

mufradat.

Dapat disimpulkan bahwa mufradat merupakan kumpulan kata-kata yang

membentuk bahasa yang diketahui sesrang., dari kumpulan kata tersebut akan

digunakan dalam menyusun kalimat atau berkomunikasi dengan masyarakat.

Komunikasi seseorang dengan penggunaan mufradat yang tepat dan memadai

menunjukkan gambaran dalam kemampuan dan tingkat pendidikan si pemakai

bahasa itu sendiri.

Tujuan penguasaan mufradat yaitu agar siswa mampu mengucapkannya

dengan benar, dapat memahami maknanya, mengetahui proses perubahannya, dan

mengetahui bagaimana merangkainya menjadi sebuah kalimat. Lebih dari itu,

diharapkan siswa juga mampu menggunakan mufradat tersebut dalam konteks

kalimat yang benar.

B. Hasil Penelitian yang Relavan


Penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Sukriani tahun 2020 dengan judul penelitian

“Penggunaan Media Gambar Dalam Meningkatkan Penguasaan Mufradat Bahasa

Arab Peserta Didik Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darul Da’wah Wal

Irsyad (DDI) Kampung Baru Parepare”. Adapun hasil penelitian ini dapat

disimpulkan terdapat peningkatan terhadap penguasaan mufradat tentang ruang

belajar setelah penggunaan media gambar yang telah diterapkan, hal ini dapat

dibuktikan dari nilai hasil tes dan pre test peserta didik. Kemudian adapun hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik dapat meningkat

disebabkan karena penggunaan media gambar yang diterapkan dalam proses

pembelajaran mampu memberikan peningkatan yang besar kepada peserta didik

dalam mengerjakan tugas untuk mendapatkan nilai yang baik dalam pelajaran dan

tentunya meningkatkan prestasi dari hasil belajar peserta didik yang ada di Kelas V

Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darul Da’wah Wal Irsyad (DDI) Kampung Baru

Parepare (Sukriani, 2020).

Dalam penelitian skripsi Ummu Kalsum, dalam penelitiannya dengan judul

skrpsi “Penggunaan Media Visual dalam Pembelajaran Bahasa Arab untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta didik Kelas X MAN 2 Pare-pare”. Kemudian

hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan media visual dalam

pembelajaran bahasa Arab di kelas X MAN 2 Parepare mampu meningkatkan

motivasi belajar peserta didik (Kalsum, 2013)

Hubungan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian sebelumnya

adalah sama-sama melakukan penelitian dengan menggunakan media sebagai alat

pembelajaran, namun dalam penelitian ini ada perbedaan dengan peneliti sebelumnya

karena yang diteliti adalah penggunaan media gambar dalam meningkatkan


penguasaan mufradat bahasa Arab. Sedangkan sebelumnya yaitu tentang hasil belajar

dan motivasi belajar untuk peserta didik.

C. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan konseptual mengenal bagaimana satu teori

berhubungan di antara berbagai faktor yang telah di identifikasikan penting terhadap

masalah penelitian. Kerangka berfikir biasanya dikemukakan dalam bentuk skema

atau bagan (Noor, 2011).

Dalam penelitian ini, penulis menggambarkan kerangka berfikir dalam bentuk

skema tentang Implementasi Media Gambar Dalam Meningkatkan Motivasi

Pembelajaran Mufradat di kelas II SDIT Al-Anis Kartasura. Hal ini disusun untuk

memudahkan dalam memahami penelitian ini. Kerangka berfikir penelitian ini

bermula pada masalah yang terjadi di kelas II SDIT Al-Anis Kartasura, kemudian

peneliti akan melihat secara langsung proses penerapan metode media gambar pada

pembelajaran bahasa Arab untuk melihat peningkatan penguasaan mufradat peserta

didik.

Anda mungkin juga menyukai