Anda di halaman 1dari 11

STUDY KASUS TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI BANGKAI AYAM

UNTUK PAKAN LELE

PROPOSAL

Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas UAS

Mata kuliah : Metode Penelitian Muamalah

Oleh :

Mustofa Masyur

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

JURUSAN SYARI’AH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NAWAWI

PURWOREJO

2020
A. LATAR BELAKANG

Jual beli merupakan sebuah rutinitas yang tidak bisa lepas dari aktifitas
kehidupan kita. Permasalahan – permasalahan dalam hal bermuamalah tidak akan
habisnya untuk di kaji terutama jual beli. Dengan berkembangnya kehidupan
terutama pemanfaatan barang-barang yang mengandung najis seperti bangkai,
kotoran dan sampah, memunculkan praktek jual beli dengan obyek barang najis
khususnya bangkai ayam (ayam tiren). Dari sinilah awal mulanya penelitian ini
dilaksanakan dengan obyek penelitian jual beli ayam tiren (bangkai).
Adapun judul dari Penelitian ini adalah "Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Jual Beli Ayam Tiren. Jenis penelitian ini adalah Penelitian normatif atau sering
disebut juga penelitian doktrinal yaitu penelitian hukum yang dikonsepkan
sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau hukum
dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku
manusia yang dianggap pantas. jenis penelitiannya adalah penelitian hukum klinik
yaitu penelitian yang berusaha untuk menemukan apakah hukumnya bagi suatu
perkara, seperti halnya pada penelitian untuk menemukan asas hukum (doktrinal).
Melalui proses silogisme akan diperoleh kesimpulan hukum positif yang dicari,
Jual beli ayam tiren (bangkai) yang diharamkan karena jual beli tersebut bertujuan
untuk dikonsumsi dan adanya factor penipuan dengan mencampurkan antara ayam
yang segar dengan ayam tiren. Kedua, jual beli ayam tiren (bangkai) yang
dibolehkan manakala tujuan dari jual beli tersebut tidak untuk dikonsumsi, tetapi
dijadikan bahan pakan bintang ternak seperti ikan lele. Hal ini sama hukumnya
jual beli barang najis seperti kotoran binatang yang dijadikan untuk pupuk.
Sebagai dasar hukum adalah hadits dari Ibu Syihad “bahwa Ubeidullah bin
Abdillah menyampaikan kepadanya bahwa Abdullah bin Abbas memberitahukan
bahwa Rasulullah saw lewat pada seekor kambing yang telah menjadi bangkai,
lalu beliau berkata:

"Kenapa kamu tidak memanfaatkan kulitnya?" Jawab mereka: "Itu adalah


bangkai." Maka sabdanya: "Yang haram itu hanyalah memakanya!" (HR. Bukhari
Muslim).
Pengertian hadits ini menjelaskan bahwa yang diperbolehkan hanyalah
memanfaatkanya bukanlah memakanya. Selagi pemanfaatanya diperbolehkan,
maka menjualnya pun diperbolehkan pula jika memang tujuan utama dari
penjualan itu adalah untuk diambil manfaatanya. begitu juga pendapat mazhab
Zahiri dan mazhab Hanafi, mereka melihat kenyataan yang berkembang bahwa
selama ini telah berlangsung jual beli terhadap sejumlah barang yang
dikatagorikan najis seperti kotoran ternak yang dijadikan sebagai pupuk untuk
menyuburkan tanaman, demikian pula tersebar di pasaran sejumlah minyak yang
terkenan najis dan bangkai ayam. Namun demikian barang tersebut ternyata
sangat diutuhkan dan bermanfaat untuk kepentingan orang banyak

Sesuatu yang telah menjadi tradisi namun mengantarkan kepada maksiat,


atau sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia namun dari jenis maksiat,
maka memperjual belikannya haram. Misalkan babi, khamr, makanan dan
minuman diharamkan secara umum, patung dan sebagainya. Barang siapa yang
menetapkan alasan kenajisanya, maka pasti dia menetapkan hukum haram
penjualan setiap najis. Menurut sekelompok ulama, boleh hukumnya untuk jual
beli pupuk dan najis /kotoran untuk digunakan manfaatnya, ada pula yang
berpendapat bahwa pupuk dari najis itu hanya boleh bagi pembeli tidak boleh bagi
penjual karena pupuk itu hanya dibutuhkan oleh pembeli tidak oleh penjualnya
namun alasan itu sangat lemah, alasan yang benar adalah Allah mengharamkanya
untuk itu Lalu Rasulullah Saw. menetapkan pengharamanya itu sendiri yg
menjadi alasan dan tidak disebutkan alasan lainnya.

Meurut para Fuqaha yang melarang menjualnya beralasan dengan hadis


Ibn Jabir Ra. yakni bahwa ia mendengar Rasulullah Saw bersabda:

:”Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang menjual khamr


arak, bangkai, babi, dan patung-patung” ditanyakan wahai
Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu tentang lemak-lemak
bangkai, sesungguhnya ia digunakan untuk mengecat kapalkapal
dan dijadikan lampu? Beliau menjawab Allah mengutuk orang-
orang yahudi mereka dilarang memakan lemak, tetapi mereka
menjualnya dan menik mati hasinya”(HR.Bukhari dan Muslim).

Menurut mahzab Zahiri dan mahzab Hanafi, pendapat ini menyesuaikan


dengan kenyataan dan peristiwa yang terjadi saat ini. Melihat kenyataan yang
berkembang selama ini. Dasar yang menjadi Isbat hukum diperbolehkanya hukum
menjual bangkai yang terjadi di Desa Tambak Agung Tengah yaitu dengan
Mashalihul Mursalah. Pembentukan hukum tidak dimasudkan kecuali untuk
mewujudkan kemaslahatan orang banyak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana huukum dari menjual bangkai ayam?
2. Bagaimanakah pendapat para ulama tentang bangkaiayam yang dijual
untuk ternak lele?
3. Bagaimankah fatwa MUI tentang jual beli bangkai ayam yang di gunakan
untuk pakan ikan lele?

C. TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menunjang dalam mengkaji dan menganalisa akad jual beli
ayam tiren agar sesuai dengan sasaran dan maksud yang diinginkan, maka
penulis mengambil dan menelaah dari beberapa Penelitian, skripsi, tesis
yang hampir sama pembahasannya dengan hal-hal tersebut
Bangkai merupakan hewan yang mati karena mati sebelum di
sembelih hal ini disebabkan bermacam-macam hal salah satunya karena
mati kecelakaan, kelaparan, mati dalam perjalanan atau mati sembari
menunggu proses eksekusi untuk disembelih. Menurut Dr. Yusuf Al-
Qaradawi bangkai yaitu binatang yang mati dengan sendirinya. Dengan
kata lain kematiannya tidak disebabkan adanya usaha manusia, yang
dengan sengaja disembelih atau karena diburu. Menurut Dr. Yusuf Al-
Qaradawi juga menjelaskan bahwa terdapat digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 38 banyak
hikmah yang sangat besar diharamkannya memakan bangkai yaitu : 1.
Bahwa makan bangkai merupakan suatu yang buruk yang dapat
menurunkan derajat manusia. 2. Binatang yang mati dengan sendirinya
pada umumnya mati karena suatu sebab tertentu seperti bisa jadi karena
suatu penyakit yang mengancam, umurnya sudah tua, atau karena makan
tumbuhan yang beracun. Allah jelas menyeru orang-orang yang beriman
untuk memakan makanan yang baik dan menunaikan kewajiban atas
kenikmatan yang telah diterimanya. Yaitu bersyukur kepada Zat yang
telah memberikan segala macam kenikmatan. Allah tidak melarang
mereka kecuali menegaskan melarang untuk 4 hal berikut
“Jabir bin Abdullah r.a menceritakan, bahwa ia mendengar Rasulullah
Saw. bersabda pada tahun futuh (pembukaan) mekan di Mekah, ‚sesungguhnya
Allah dan Rasul-nya mengharamkan jual beli khamar (arak), bangkai, babi, dan
berhala‛. Ada orang bertanya. ‚Hai Rasullulah! Bagaimana hukumnya
mempergunakan lemak mayat (bangkai), karena digunakan untuk mengecat
perahu (agar tahan air), meminyaki hewan dan penerang (lampu)? ‚Beliau
menjawab ,‛tidak boleh karna itu haram‛ lalu Rasulullah SAW bersabda lagi
‚Allah melaknat orang-orang yahudi, karena setelah diharamkan atas mereka
lemak mayat itu, maka mereka cairkan dan lalu mereka jual belikan dan
memakan harganya‛(Bukhari muslim mutafakhu alaihi)20 Larangan itu bersifat
umum pada semua bangkai, termasuk manusia kecuali hewan laut dan belalang
larangan menjual bangkai manusia mencakup muslim dan kafir”. Dalam surat Al
Maidah ayat 3 Al Quran menjelaskan binatang-binatang yang
diharamkan dengan terperinci.1
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang di sembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat

1
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Terjemah Lu’lu’ wal Marjan, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2012), 317-318. 21
kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala... (Qs. Al Maidah :3)
Dalam surat Al Maidah merupakan perincian dari ayat terdahulu binatang
yang dicekik, jatuh, dipukul, ditanduk atau karena dimakan binatang buas
semuanya termasuk dalam pengertian bangkai. Begitupun hewan yang
disembelih untuk berhala juga disebut bangkai. 22 Macam macam bangkai dalam
surat diatas yang sudah dijelaskan hanya disebutkan secara ringkas yang terlalu
umum. Yang kemudian diperinci oleh surat Al Maidah menjadi beberapa macam
yaitu :
a) Darah yang mengalir.
b) Daging babi.
c) Binatang yang disembelih bukan karena Allah.
d) Al Munkhaniqah yaitu binatang yang mati karena dicekik, baik
dengan menghimpit leher binatang tersebut atau meletakkan kepala
binatang pada tempat yang sempit sehingga binatang itu mati.
e) Al Mauqudsah yaitu binatang yang mati karena dipukul tongkat.
f) Al Mutaraddiyah yaitu binatang yang jatuh dari tempat tinggi
kemudian mati seperti binatang jatuh kedalam sumur.
g) An Nathihah yaitu binatang yang ditanduk atau baku hantam hingga
mati.
h) Maa Akalassabu yaitu binatang yang disergap oleh binatang buas
dengan dimakan sebagaian dagingnya hingga mati.

D. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana dalam buku ‘’Metode
penelitian Kualitatif ‘’ oleh Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy
J.Moleong mengatakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.14 Sedangkan untuk penelitiannya adalah Penelitian
Deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bermaksud semata-mata untuk
mengkomulasikan data-data mengenai situasi-situasi atau kejadian
secara sistematis, faktual dan, sistematis. 2 Pendekatan ini melihat
keseluruhan latar belakang subyek penelitian secara holistik.
Sedangkan penelitian yang digunakan adalah study kasus atau
penelitian kasus. Study kasus merupakan studi yang mendalam tentang
sebuah permasalahan mengenai unit sosial tertentu yang dimana hasil
penelitiannya akan memberi gambaran yang luas dan mendalam
mengenai unit sosial yang telah di teliti.Jenis penelitian ini digunakan
untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi mulai dari proses
transaksi jual beli bangkai ayam (tiren) sampai proses pengolahan
untuk dijadikan pakan ikan. . Jenis Dan Sumber Data Untuk
mendapatkan keterangan dan informasi, peneliti mendapatkan
informasi dari sumber data, yang dimaksud sumber data adalah subjek
darimana data diperoleh.3
Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang valid
dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode
pengumpulan data, adapun pengumpulan datanya adalah sebagai
berikut.
a) Observasi Observasi merupakan suatu teknik untuk mencari
data yang dilakukan dengan mengamati secara langsung
ataupun tidak langsung terhadap kegiatan yang sedang
terjadi tanpa melakukan manipulasi.19 Dalam penelitian ini
peneliti mengamati proses transaksi yang terjadi antara
penjual dan pembeli ayam. Dan selama proses transaksi
tersebut peneliti mencatat dan mengamati kegiatan apa saja
yang terjadi saat proses transaksi tersebut. b. Wawancara
Merupakan salah satu metode pengumpulan data dan
informasi yang dilakukan dengan jalan mengadakan
komunikasi dengan sumber data dengan dialog tanya jawab

2
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005)
3
: iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,
(Jakarta : Gholia Idonesia , 2002), 31
secara lisan baik langsung maupun tidak langsung.20
pengumpulan data ini peneliti melakukan dengan
mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung oleh
pewawancara kepada penjual bangkai ayam dan petrnak
ikan lele. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah rekaman
peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut
persoalan pribadi, memerlukan 19 Sumadi Suryabrata.
Metode interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan
konteks rekaman peristiwa tersebut. Data yang diperoleh
melalui metode ini adalah data berupa gambaran umum
tentang lokasi penelitian.

E. LANDASAN TEORI

Ayam Tiren, atau ayam mati kemarin hakikatnya adalah bangkai (Maitah).
Dan semua bangkai diharamkan, Allah berfirman

‫ت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةُ َوال َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخ ْن ِزير‬


ْ ‫حُرِّ َم‬

“Telah diharamkan atas kalian bangkai dan darah dan daging babi”. (QS;
Al-Maidah 3)

Allah juga berfirman :

ِ ‫ير َو َما ُأ ِه َّل بِ ِه لِ َغي ِْر هَّللا‬


ِ ‫ِإنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َوال َّد َم َولَحْ َم ْال ِخ ْن ِز‬

“Sesungguhnya yang telah diharamkan atas kalian hanyalah bangkai dan darah,
dan daging babi, dan hewan-hewan yang disembelih kepada selain Allah”. (Qs:
Al-Baqarah 173)

Sesuatu yang telah diharamkan Allah, maka harganya pun haram,

Nabi shallallahu ‘Alaihi Wasallam sabdanya,

‫ِإ َّن هللاَ تَ َعالى ِإ َذا َح َّر َم َشيًئا َحرَّم ثَـ َمنَه‬
“Sesungguhnya Allah Ta’ala apabila telah mengharamkan sesuatu, Allah
haramkan juga harganya”.

(Hadits riwayat Addaruquthniy dan Al Baihaqiy dari Ibnu Abbas Radliyallahu


‘Anhuma, Syaikh Al-Albaniy menshahihkannya dalam Ghayatul Maram Fi
Takhriji Ahaditsil Halali Wal Haram No. 318 )

Dengan demikian maka ayam tiren tidak boleh dijual belikan, walau pun
digunakan untuk pakan lele, dan uang yang didapat dari jual beli tersebut haram.
Keharaman menjual belikan bangkai juga disebutkan dengan sangat jelas oleh
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda:

‫ير َواَألصْ نَام‬


ِ ‫نز‬ ِ ‫ِإ ّن هللاَ َو َرسُولَه َح َّر َم بَي َع الخ‬
ِ ‫َمر َوالميتَ ِة َو‬
ِ ‫الخ‬

“Sesungguhnya Allah dan rasul-Nya telah mengharamkan jual-


beli khamr, dan bangkai, dan babi, dan berhala”. (Muttafaqun
‘Alaihi)

F. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam pembahasan skripsi ini, Penulis mencantumkan sistematika
pembahasan yang terdiri dari 5 BAB dengan susunan sebagai berikut : Bab
I berisi tentang pendahuluan dimana didalamnya terdiri dari latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian
pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,
metode penelitian yang dipakai, sistematika pembahasan. Bab II memuat
landasan teori yang digunakan sebagai pisau analisis terhadap hasil
penelitian. Bab ini membahas tentang pengertian dan dasar hukum jual
beli, rukun dan syarat jual beli, macam-macam jual beli, sifat dan hukum
jual beli, berakhirnya jual beli. Bab III berisi tentang hasil penelitian, yaitu
gambaran umum Desa Tambak Agung Tengah Kecamatan Ambunten
Kabupaten Sumenep, dan praktik jual beli bangkai ayam untuk pakan ikan
lele di 24 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 248. digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 19 Desa
Tambak Agung Tengah Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep. Bab
IV berisi tentang analisis data dari akad jual beli dan tinjauan hukum Islam
terhadap jual beli bangkai ayam didesa tambak agung tengah kecamatan
ambunten sumenep. Bab V berisi penutup dari skripsi yang berisi
kesimpulan dan saran yang membangun bagi peneliti

DAFTAR PUSTAKA

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2005)

iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,


(Jakarta : Gholia Idonesia , 2002), 31

Anda mungkin juga menyukai