Anda di halaman 1dari 11

KHUSUS UNTUK DOKTER

HIV
- Pendahuluan
- Patofisiologi
- E!ologi
- Epidemiologi
- Diagnosis
- Penatalaksanaan
- Prognosis
- Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan HIV

Oleh :
dr. Putri Kumala Sari

Share to Social Media

Penatalaksanaan infeksi HIV adalah dengan pemberian obat an!retroviral (ARV). Hingga
saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV. ARV yang digunakan
bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan HIV.

Pemberian terapi ARV dapat menekan viral load hingga kadar yang !dak terdeteksi (virus
tersupresi). Supresi virus dapat meningkatkan fungsi imun dan kualitas hidup secara
keseluruhan, menurunkan risiko komplikasi Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) dan non-AIDS, serta memperpanjang kesintasan pasien. Selain itu, terapi ARV
dapat mengurangi risiko penularan HIV.[2,6,7]

Terapi ARV harus diberikan kepada semua pasien dengan infeksi HIV tanpa melihat
stadium klinis dan nilai CD4. Tabel 1 menyajikan obat-obat ARV berdasarkan
golongannya beserta dosisnya untuk dewasa dan anak-anak.[6,7]
Tabel 1. Dosis Obat An!retroviral

Golongan Nama obat Dosis dewasa Dosis anak

150 mg 2 kali ≥ 4 mg/kg 2kali sehari


Lamivudin
sehari, atau 300
(3TC)
mg sekali sehari

300 mg sekali
Tenofovir (TDF) >10 kg: 8 mg/kg sekali sehari
sehari

4-<9 kg: 12 mg/kg 2 kali sehari


500-600mg/hari
Zidovudin 9-<30 kg: 9 mg/kg 2 kali sehari
(AZT) terbagi dalam 2
Nucleoside atau 3 dosis ≥30 kg: 250-300 mg 2 kali
reverse sehari
transcriptase
inhibitors
(NRTIs)
14-<20 kg: 150 mg 2 kali sehari
atau 300 mg sekali sehari
300 mg 2 kali
≥20 kg-<25 kg: 450 mg sekali
Abacavir (ABC) sehari, atau 600
sehari atau dalam 2 dosis
mg, sekali sehari terbagi

≥25 kg: sesuai dosis dewasa

<33 kg: 6 mg/kg sekali sehari


Emtricitabine 200 mg sekali
(FTC) sehari >33 kg: sesuai dosis dewasa

2 minggu-6 bulan: 16 mg/4 mg


per kg, 2 kali sehari
400/100 mg 2
Lopinavir/ kali sehari atau <15 kg: 12 mg/3 mg per kg 2
Penghambat
kali sehari
protease ritonavir 800/200 mg
(LPV/r) sekali sehari 15-40 kg: 10 mg/5 mg per kg 2
kali sehari

≥40 kg: sesuai dosis dewasa

≥15-<30 kg: 600 mg

Darunavir/ ≥30-<40 kg: 675 mg


800/100 mg
ritonavir sekali sehari ≥40 kg: 800 mg
(DRV/r)
Semua dosis diberikan sekali
sehari

3,5-<5 kg: 100 mg

5-<7,5 kg: 150 mg

7,5-<15 kg: 200 mg


Non-nucleoside
reverse 15-<20 kg: 250 mg
Efavirenz (EFV)
transcriptase 600 mg sekali
inhibitors sehari. 20-<25 kg: 300 mg
(NNRTIs)
25-<32,5 kg: 350 mg

32,5-<40 kg: 400 mg

Semua dosis diberikan sekali


sehari.

200 mg sekali
sehari untuk 14 150 mg/m2 sekali sehari untuk
Nevirapine
hari pertama, 14 hari pertama, selanjutnya
(NVP)
selanjutnya (jika 150 mg/m2 2 kali sehari
!dak muncul
ruam kulit) 200 ≥50 kg: sesuai dosis dewasa
mg 2 kali sehari

15-<20 kg: 20 mg

20-<30 kg: 25 mg

30-<40 kg: 35 mg
Integrase Dolutegravir 50 mg sekali
inhibitor (DTG) sehari ≥40 kg: 50 mg

≥40 kg: 50 mg

Semua dosis diberikan sekali


sehari

Sumber: dr. Putri, 2022.[6,7]

Regimen Terapi An!retroviral

Inisiasi terapi ARV yang cepat akan meningkatkan prognosis pasien. ARV perlu
diusahakan untuk dikonsumsi dalam hari yang sama dengan diagnosis.

Terapi ARV diberikan dalam regimen kombinasi dengan 3 lini berjenjang. Regimen lini
pertama digunakan pada pasien yang baru didiagnosis infeksi HIV dan belum pernah
mendapatkan ARV sebelumnya (naif ARV). Regimen lini kedua digunakan jika terjadi
kegagalan terapi dengan lini pertama. Regimen lini ke!ga digunakan jika terjadi kegagalan
terapi dengan lini kedua.[7]

Regimen Terapi An!retroviral Lini Pertama

Regimen ARV lini pertama untuk dewasa (termasuk ibu hamil dan menyusui) dan remaja
10-19 tahun adalah tenofovir ditambah lamivudin atau emtricitabine dan efavirenz
(tersedia dalam bentuk kombinasi dosis tetap/fixed dose combina!on). Jika kombinasi
tersebut dikontraindikasikan atau !dak tersedia, maka dapat digunakan alterna!f
zidovudin ditambah lamivudin dan efavirens atau kombinasi zidovudin ditambah
lamivudin dan nevirapine.

Regimen lini pertama untuk anak usia 3-10 tahun adalah zidovudin atau tenofovir
ditambah lamivudin dan efavirenz. Jika kombinasi tersebut dikontraindikasikan atau !dak
tersedia, maka dapat digunakan alterna!f abacavir ditambah lamivudin dan nevirapine
atau efavirenz. Alterna!f lain adalah zidovudin ditambah lamivudin dan efavirenz atau
nevirapine.[7,10]

Regimen ARV lini pertama untuk anak usia <3 tahun adalah abacavir atau zidovudin
ditambahkan lamivudin dan lopinavir/ritonavir. Jika kombinasi tersebut
dikontraindikasikan/!dak tersedia, maka dapat digunakan alterna!f abacavir atau
zidovudin ditambahkan lamivudin adan nevirapine.[7]

Regimen Terapi An!retroviral Lini Kedua

Pada dewasa, kegagalan terapi ARV lini pertama dengan tenofovir ditambah lamivudin
dan nevirapine atau efavirenz, digan! dengan lini kedua yaitu zidovudin ditambah
lamivudin dan lopinavir/ritonavir. Sementara itu, kegagalan terapi ARV lini pertama
dengan zidovudin ditambah lamivudin dan nevirapine atau efavirenz, digan! dengan lini
kedua yaitu tenofovir ditambah lamivudin dan lopinavir/ritonavir.

Pada anak, kegagalan terapi ARV lini pertama dengan regimen yang mengandung
abacavir atau kombinasi tenofovir dan lamivudin, digan! dengan lini kedua yaitu
zidovudin ditambah lamivudin. Sedangkan kegagalan terapi ARV lini pertama dengan
regimen yang mengandung zidovudin dan lamivudin, digan! dengan lini kedua yaitu
abacavir atau tenofovir ditambah lamivudin atau emtricitabine.[7]

Regimen Terapi ARV Lini Ke!ga

Regimen ARV lini ke!ga untuk anak dan dewasa adalah darunavir/ritonavir ditambah
dengan dolutregravir. Regimen ini dapat ditambahakan pula 1 atau 2 obat dari golongan
Nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTI) seper! zidovudin.[7]

Pemantauan Terapi An!retroviral

Evaluasi respon terapi ARV dilakukan dalam 6 bulan pertama. Hal-hal yang dievaluasi
antara lain kemungkinan terjadinya immune recons!tu!on inflammatory syndrome (IRIS),
adanya toksisitas obat, memas!kan keberhasilan terapi ARV, mendeteksi masalah terkait
kepatuhan, dan menentukan apakah terapi ARV harus digan! ke lini selanjutnya. Evaluasi
respon terapi dilakukan dengan pemeriksaan viral load dan CD4.[3,7]
Pemantauan Viral load

Pemeriksaan viral load digunakan untuk menilai keberhasilan terapi (undetected viral
load atau virus tersupresi), atau kegagalan terapi sehingga dapat segera menggan! obat
dari lini pertama menjadi lini kedua dan seterusnya. Pemeriksaan viral load ru!n
dilakukan pada bulan ke 6 dan ke 12 setelah memulai ARV, dan selanjutnya se!ap 12
bulan.[3,7]

Pemantauan CD4

Pemeriksaan CD4 dilakukan se!ap 6 bulan untuk menilai respons imunologi terhadap
terapi ARV dan menentukan indikasi pemberian atau penghen!an profilaksis infeksi
oportunis!k. Pada pasien dengan viral load sudah !dak terdeteksi dan jumlah CD4 sudah
meningkat di atas 200 sel/μL, pemeriksaan CD4 ru!n !dak diperlukan lagi.[3,7]

Kegagalan Terapi

Pada kegagalan terapi ARV, terjadi resistensi silang dalam golongan ARV yang sama.
Resistensi ini terjadi ke!ka HIV bermutasi dan terus berproliferasi meskipun dalam terapi
ARV.[7,15]

Pasien harus minum obat ARV teratur selama minimal 6 bulan sebelum dinyatakan gagal
terapi. Jika kepatuhan minum obat !dak baik atau berhen! minum obat, penilaian
kegagalan terapi dilakukan setelah minum obat kembali secara teratur minimal 3-6 bulan.

Kegagalan terapi dapat dilihat dari berbagai kriteria, yaitu kriteria klinis, imunologi, dan
virologi. Kriteria klinis gagal terapi yaitu munculnya infeksi oportunis!k baru/berulang.
Kriteria imunologi gagal terapi yaitu CD4≤250 sel/µl disertai kriteria klinis gagal terapi,
atau CD4 persisten <100 sel/µl. Kriteria virologi gagal terapi yaitu 2 kali pemeriksaan
viral load (berjarak 3-6 bulan) di atas 1000 kopi/ml.[2,7]

Pengobatan Profilaksis Infeksi Oportunis!k

Profilaksis cotrimoxazole direkomendasikan pada pasien dengan stadium klinis 3 atau 4


atau jumlah CD4 <200 sel/μL. Profilaksis cotrimoxazole direkomendasikan juga pada
semua pasien dengan TB berapapun jumlah CD4.[6,7,10]

Profilaksis cotrimoxazole pada anak direkomendasikan berdasarkan usia dan jumlah CD4,
yaitu pada:
Anak terinfeksi HIV usia >5 tahun dengan jumlah CD4 <200 sel/μL atau persentase
CD4 <15%

Anak usia 1-5 tahun dengan jumlah CD4 <500 sel/μL atau persentase CD4 <15%

Bayi usia <12 bulan tanpa melihat jumlah maupun persentase CD4

Profilaksis cotrimoxazole dihen!kan satu tahun setelah pasien sehat kembali dengan
!ngkat kepatuhan minum obat ARV yang baik dan CD4 >200 (setelah pemberian terapi
ARV) pada 2 kali pemeriksaan berturut-turut.

Dosis cotrimoxazole yang digunakan adalah 960 mg sekali sehari. Dosis untuk anak usia
<6 bulan adalah 100 mg sulfamethoxazole (SMX) dan 20 mg trimethoprim (TMP) sekali
sehari. Dosis untuk anak usia 6 bulan hingga <5 tahun adalah 200 mg SMX dan 40 mg
TMP sekali sehari. Dosis untuk anak usia >5 tahun adalah 400 mg SMX dan 80 mg TMP
sekali sehari.[7,10]

Profilaksis Tuberkulosis

Selain profilaksis cotrimoxazole, pasien terinfeksi HIV yang !dak terbuk! TB ak!f, harus
diberikan profilaksis isoniazid (INH) selama 6 bulan. Terapi profilaksis INH harus
diberikan kepada pasien tanpa melihat derajat imunosupresi, status pengobatan ARV,
ataupun status kehamilan.

Anak terinfeksi HIV yang memiliki gejala gagal tumbuh, demam, batuk lama, atau riwayat
kontak TB, harus dievaluasi ke arah TB atau kemungkinan penyebab lainnya. Apabila
!dak terbuk! TB, profilaksis INH selama 6 bulan dapat diberikan berapapun usia anak.

Dosis INH per oral untuk dewasa adalah 300 mg sekali sehari selama 6 bulan. Vitamin B6
juga dapat diberikan untuk mengurangi neuropa! perifer dengan dosis 25 mg per hari.
Sementara itu, dosis INH untuk anak adalah 10 mg/kg/hari, maksimal 300 mg, selama 6
bulan.[7,10]

Penatalaksanaan Ibu Hamil dengan Infeksi HIV

Semua ibu hamil dengan infeksi HIV harus mendapatkan ARV dengan regimen yang sama
dengan regimen ARV dewasa. Penatalaksanaan persalinan pada ibu dengan infeksi HIV
menekankan kepada pen!ngnya pencegahan infeksi melalui kewaspadaan standar, serta
menghindari pemecahan selaput ketuban dan !ndakan invasif seper! episiotomi untuk
menurunkan kemungkinan transmisi ver!kal HIV.
Pilihan metode persalinan, baik pervaginam atau bedah sesar, dilakukan berdasarkan
indikasi medis dengan menimbang manfaat dan risiko. Persalinan pervaginam dapat
dilakukan jika ibu telah minum ARV teratur > 6 bulan atau diketahui kadar viral load <
1000 kopi/mm3 pada minggu ke-36. Pada ibu hamil dengan viral load ≥1000 kopi/mL
atau viral load !dak diketahui pada trimester ke!ga kehamilan, direkomendasikan
metode sec!o caesarea elek!f pada usia kehamilan 38 minggu.[7,10]

Penatalaksanaan Bayi yang Lahir dari Ibu Terinfeksi HIV

Semua bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV harus mendapatkan ARV profilaksis sejak
usia 6-12 jam setelah lahir (atau se!dak-!daknya kurang dari usia 72 jam) untuk
mencegah transmisi ver!kal HIV yang terjadi terutama pada saat persalinan dan
menyusui. Profilaksis zidovudin dan nevirapine diberikan selama 6 minggu untuk bayi
yang mendapatkan ASI, dengan syarat ibu harus dalam terapi ARV. Sementara itu, untuk
bayi yang mendapat penggan! ASI (PASI), diberikan profilaksis zidovudin selama 6
minggu.

Profilaksis infeksi oportunis!k, yaitu cotrimoxazole, juga perlu diberikan sejak usia 6
minggu sampai diagnosis infeksi HIV dapat disingkirkan atau sampai usia 12 bulan.

Pemberian imunisasi tetap dilakukan mengiku! standar pemberian imunisasi pada anak,
termasuk vaksin hidup, kecuali bila terdapat gejala klinis infeksi HIV.[7,10]

Penatalaksanaan Menyusui bagi Ibu dengan Infeksi HIV

Pemberian susu pada bayi (ASI/PASI) harus memenuhi kriteria AFASS (acceptable,
feasible, affordable, sustainable, and safe), dan selalu memper!mbangkan antara risiko
transmisi ver!kal HIV dan manfaat proteksi terhadap mortalitas terkait malnutrisi, diare,
dan pneumonia. Penggunaan terapi ARV dapat menekan transmisi HIV melalui ASI,
namun belum dapat mengeliminasi risiko transmisi seluruhnya. ASI untuk bayi dari ibu
terinfeksi HIV hanya dapat diberikan apabila kriteria AFASS terhadap PASI !dak
terpenuhi, dengan syarat ibu harus dalam terapi ARV dan anak mendapatkan ARV
profilaksis.[7]
Penulisan pertama oleh: dr. Abi Noya

Referensi 

 Diagnosis HIV Prognosis HIV 

ARTIKEL TERKAIT

Penanganan TB-HIV

Metode Persalinan pada Ibu Hamil dengan HIV

Pemeriksaan HIV Generasi Keempat Memiliki Angka Posi!f


Palsu yang Tinggi

Lebih Lanjut

DISKUSI TERKAIT

Live Webinar Alomedika - Pen!ngnya Pemeriksaan HIV Viral 6b

Load Ru!n. Kamis, 15 Desember 2022. Pukul: 10:00 - 12:00


Oleh: dr. Intan Fajriani

ALO, Dokter!Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Pen!ngnya Pemeriksaan HIV Viral
Load Ru!n."Narasumber :Dr. dr. Evy Yunihastu!, Sp.PD-KAI - Kenapa...
 0 Balasan Lihat Detail

Risiko dan profilaksis endokardi!s infek!f pada pasien HIV - 7b

Jantung Ask the Expert


Oleh: dr.Kevin Adrian

Alo dr. Badai Sp.JP, selamat siang Dok, mohon izin bertanya:1. Pasien HIV termasuk kelompok
rentan untuk terkena endokardi!s infeksi, apakah ada edukasi...
 2 Balasan Lihat Detail

Pasien laki-laki usia 35 tahun dengan riwayat seks bebas  11 b

Oleh: Anonymous

Alo dokter, saya punya pasien laki-laki umur 35 tahun. Riwayat seks bebas. Saat ini !dak ada
keluhan. Pasien ingin melakukan tes HIV. Tes apakah yang tepat...
 2 Balasan Lihat Detail

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika


& Iku! CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gra!s!
Tentang Kami

Adver!se with us

Syarat dan Ketentuan Privasi Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.

Anda mungkin juga menyukai