Anda di halaman 1dari 3

Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja

Bangku)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1 Berat dan Dimensi Benda

Gambar 4.1 Dimensi Pola Benda

Tabel 4.1 Table Perhitungan Berat Setelah Pengecoran

Berat (gram)
Produk Saluran Terak Ekstra Total
252 10 18 94 208

Tabel 4.2 Table Perhitungaan Berat Pola pengamatan

Berat
Volume (cm3) Berat (g)
Densitas Material(g)
(g/cm3)
Pola Saluran Pola Saluran
104,45 10,8 2,7 48 7 467

Teknik Mesin Aris Fadilah


ULM
1
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja
4.2. Bangku)
Pembahasan

4.2.1 Hasil Cetakan Benda

Gambar 4.2. Benda hasil cetakan

Untuk menghitung berat material yang diperlulkan maka diperlukan untuk


mengitung volume dari pola. Penulis menghitung volumenya dengan cara
menghitungnya tiap tiap bagian kemudian menyatukannya.

Volume Pola:

V pola = Volume Tabung Bawah + Volume Tabung Atas – Volume Lubang

= 𝜋. 𝑟2. 𝑡 + 𝜋. 𝑟2. 𝑡 - 𝜋. 𝑟2. 𝑡

= 3,14 x 502 x 14,5 + 3,14 x 342 x 6 – 3,14 x 222 x 20,5

= 104448,96 mm3

= 104,44896 cm3

Volume Saluran = p x l x t

= 20 mm x 17 mm x 31,8 mm

= 10812 mm3 = 10,8 cm3

Kemudian menghitung berat Produk dan berat saluran dengan rumus

W= V x ρ........................................................................................................................................(4.2)

W produk = V x ρ

= 104,45 cm3 x 2,7 gr/cm3

Teknik Mesin Aris Fadilah


ULM
2
Praktik Proses Kerja Bangku (Teknik Pengecoran Logam dan Kerja
Bangku)
= 282,015 gr

W saluran = V x ρ

= 10,8 cm3 x 2,7 gr/cm3

= 29,16 gr

Diambil estimasi dari berat keseluruhan, maka di dapat: Berat

Produk + Berat Saluran = 282,015 gr + 29,16 gr

= 311,175 gr

Dari hasil pengecoran pada benda 1 didapatkan Berat Produk 252 gr, Berat

Saluran 10 gr dan Berat Terak 18 gr, terjadi Selisih berat antara perhitungan pada pola

pengamatan dan Perhitungan setelah pengecoran, Berat Pola 48 gr sedangkan berat

produk 252 gr terjadi selisih 204 gr, kemudian Berat Saluran pengamatan 7 gr sedangkan

berat saluran coran 10 gr terjadi selisih 3 gr dan Berat Terak Pengamatan tidak ada

sedangkan berat terak pengecoran 18 gr terjadi selisih 18 gr. Hal ini disebabkan karena

ada sebagian pasir cetakan yang runtuh dan penuangan yang terlalu cepat, selain itu

dipengaruhi juga oleh cetakan pasir yang terlalu basah sehingga menyebabkan perbedaan

tersebut.

Dari hasil pengecoran benda kerja ada bagian yang tidak sesuai dengan pola yang

telah dibuat, dimana pada benda hasil cetakan terdapat lubang yang tidak sesuai. Hal ini

disebabkan karena cetakan pasir yang dibuat runtuh maupun saat penuangan tergesa-

gesa sehingga cetakannya runtuh. Terjadinya hal ini dikarnakan kurang hati-hatinya

praktikan dalam menuangkan logam cair kedalam cetakan.

Teknik Mesin Aris Fadilah


ULM
3

Anda mungkin juga menyukai