PENDAHULUAN
1
Hendra, Dkk. 2013. Jenis Material Pahat Potong dan Run Out Terhadap Kekasaran
Permukaan Benda Kerja Silinder Pada Proses Bubut. Jakarta: Jurnal Mekanikal: Vol. 4 No. 2.
Hlm 337-378
2
Febriansyah. Egi, Dkk. 2015. Alternatif Usulan Perencanaan Proses Produksi Produk Pin
Printer Epson Studi Kasus di Laboratorium SSML. Bandung: Jurnal Online Institut Teknologi
Nasional Vol. 3 No. 1 Hlm. 189-190
1.2. Tujuan Praktikum
Berikut adalah tujuan dari pelaksanaan praktikum yaitu:
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai proses
pemesinan dalam pembuatan objek.
2. Mahasiswa mampu memahami tentang dasar pengerjaan dan pengoperasian
mesin bubut serta perhitungan material balance dan energy balance.
3. Mahasiswa mampu memahami tentang dasar pengerjaan dan pengoperasian
mesin sekrap serta perhitungan material balance dan enrgy balance.
4. Mahasiswa mampu memahami tentang dasar pengerjaan dan pengoperasian
kerja bangku dan drilling seta perhitungan material balance dan energy
balance pada kerja bangku dan drilling.
5. Mahasiswa mampu memahami dan membuat manufacturing operation
identification.
3
Widarto. 2008. Teknik Permesinan Jilid 1 Untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan. Hlm 36
4
Ibid. Hlm 144
Proses bubut permukaan (surface turning) adalah proses bubut yang
identik dengan proses bubut rata, tetapi arah gerakan pemakanan tegak lurus
terhadap sumbu benda kerja. Proses bubut tirus (taper turning) sebenarnya identik
dengan proses bubut rata, hanya jalannya pahat membentuk sudut tertentu
terhadap sumbu benda kerja. Demikian juga proses bubut kontur, dilakukan
dengan cara memvariasi kedalaman potong, sehingga menghasilkan bentuk yang
diinginkan.
Keterangan:
L = Panjang pemotongan
D0 = Diameter awal
D1 = Diameter akhir
s = Kecepatan pemakanan
n = Putaran
t' = Depth Of Cut
Pengumpulan data hasil praktikum proses pembubutan ulir dapat dilihat pada
tabel 2.2.
Tabel 2.2. Form Pengumpulan Data Ulir
t
L D0 D1 Jenis Ulir
No n (rpm) (detik t’ (mm)
(mm) (mm) (mm) pahat (kisar/mm)
)
1 83 16 15 140 4,8 HSS 1 ½
2 83 15 14 140 4,8 HSS 1 ½
Sumber: Pengumpulan Data
6
Heryanto Budiono Soemardi, Rahbini. 2017. Analisis Waktu Pemotongan dengan Program
Inkrimental dan Absolut pada Mesin Bubut CNC TU-2A. Malang: Jurnal Flywheel Vol 8 No. 2
7
Rusnaldy, M.dkk. 2009. Proses Simulasi untuk Menentukan Besarnya Gaya Potong Pada
Proses Bubut. Semarang: ROTASI Vol.11 No. 1
K = Koefisien bahan (157 kg/mm2)
s = feed motion (mm/rev)
t' = Depth Of Cut (mm)
m = Konstanta eksponen (0,75)
d. Daya Pemotongan
8
Pada proses pemotongan logam dengan mesin bubut, besarnya daya potong
yang dibutuhkan dipengaruhi oleh beberapa parameter pemotongan.
Pz.v
Nc =
60 .102
Dimana:
Pz = Gaya pemotongan (kg)
v = Kecepatan potong (m/menit)
8
Muhammad Rizal, T. Edisah Putra. 2007. Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya
Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris. Aceh: Seminar Nasional Tahunan Teknik
Mesin, SNTTM-V
Perhitungan daya pemotongan mesin bubut dari pemakanan benda kerja
dengan panjang pemotongan 16 mm adalah sebagai berikut:
Pz.v
Nc =
60 .102
133,79 kg. 5,56 m/menit
Nc =
60 .102
Nc = 0,12 kW
e. Momen torsi
9
Momen gaya merupakan salah satu sub materi dalam kajian kesetimbangan
dan dinamika rotasi. Untuk menyelesaikan permasalahan kesetimbangan dan
dinamika rotasi dibutuhkan kemampuan dalam menganalisis momen gaya
yang dihasilkan oleh gaya-gaya yang bekerja pada suatu benda untuk
mengetahui apakah benda berada dalam keadaan setimbang atau akan
berotasi.
Pz.d
Mt =
2
Dimana:
Mt = Momen torsi (kg.m)
Pz = Gaya pemotongan vertikal (kg)
d = Diameter benda kerja rata-rata (m)
Perhitungan momen torsi mesin bubut dari pemakanan benda kerja dengan
panjang pemotongan 117 mm adalah sebagai berikut:
Pz.d
Mt =
2
294,34 kg .22,75/1000 m
Mt =
2
Mt = 3,35 kg.m
Perhitungan momen torsi mesin bubut dari pemakanan benda kerja dengan
panjang pemotongan 99 mm adalah sebagai berikut:
Pz.d
Mt =
2
214,06 kg .18/1000 m
Mt =
2
Mt = 1,93 kg.m
9
Sarkity Dios, Lia Yuliati, Arif Hidayat. 2018. Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah
Momen Gaya melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian,
dan Pengembangan Vol. 3 No. 2
Perhitungan momen torsi mesin bubut dari pemakanan benda kerja dengan
panjang pemotongan 16 mm adalah sebagai berikut:
Pz.d
Mt =
2
133,79 kg .14,75 / 1000 mm
Mt =
2
Mt = 0,99 kg.m
Perhitungan momen torsi mesin bubut dari pemakanan benda kerja dengan
panjang pemotongan 6,5 mm adalah sebagai berikut:
Pz.d
Mt =
2
294,34 kg .22,75 mm
Mt =
2
Mt = 0,82 kg.m
f. Machining Time
10
Waktu pemotongan adalah lama proses pemotongan benda uji.
Li
Tm =
vf
Dimana:
L = (l+la) Panjang pembuatan (mm)
i = Jumlah pemotongan
10
Heryanto Budiono Soemardi, Loc.Cit
Perhitungan machining time mesin bubut dari pemakanan benda kerja dengan
panjang pemotongan 117 mm adalah sebagai berikut:
Li
Tm =
vf
117 mm.3
Tm =
72 mm/menit
Tm = 4,88 menit
Perhitungan machining time mesin bubut dari pemakanan benda kerja dengan
panjang pemotongan 99 mm adalah sebagai berikut:
Li
Tm =
vf
99 mm.3
Tm =
72 mm/menit
Tm = 4,13 menit
Perhitungan machining time mesin bubut dari pemakanan benda kerja dengan
panjang pemotongan 16 mm adalah sebagai berikut:
Li
Tm =
vf
16 mm.3
Tm =
72 mm/menit
Tm = 0,44 menit
Perhitungan machining time mesin bubut dari pemakanan benda kerja dengan
panjang pemotongan 6,5 mm adalah sebagai berikut:
Li
Tm =
vf
6,5 mm.3
Tm =
72 mm/menit
Tm = 0,27 menit
Rekapitulasi hasil perhitungan machining time mesin bubut setiap pemakanan
dapat dilihat pada tabel 2.7.
Tabel 2.7. Rekapitulasi Perhitungan Machining Time Setiap Pemakanan
No. L (mm) Vf (mm/menit) Tm (menit)
1. 117 72 4,88
2. 99 72 4,13
3. 16 72 0,44
4. 6,5 72 0,27
Sumber: Pengolahan Data
Material Terbuang
0,381 kg
Sumber: Pengolahan Data
Gambar 2.1. Skema Proses Produksi Ulir Berdasarkan Material Balance
Menggunakan Mesin Bubut
Energy Terpakai
6,43 HP
Energy Terbuang
2,43 HP
Perhitungan energy balance pada proses produksi ulir menggunakan mesin bubut
adalah sebagai berikut:
11
Energi Input = 4,8 KW ≈ 6,43 HP
Energi yang masuk = Energi yang keluar
Input = Output + Energy Balance
6,43 = 4 + Energy Balance
Energy Balance = 2,43
11
Hendra, Sutarmadi, Anizar Indriyani, Hernadewita. 2013. Jenis Material Pahat Potong dan Run
Out terhadap Kekasaran Permukaan Benda Kerja Silinder pada Proses Bubut. Bengkulu: Jurnal
Mekanikal
12
Berdasarkan proses produksi ulir menggunakan mesin bubut dilakukan
analisis hubungan antara mata pahat dengan hasil pembubutan yaitu variasi sudut
potong berpengaruh terhadap kekasaran permukaan, dimana semakin besar sudut
potong yang digunakan maka tingkat kekasaran permukaan semakin rendah.
13
Berdasarkan proses produksi ulir menggunakan mesin bubut dilakukan
analisis hubungan antara laju pemotongan dengan ketahanan mata pahat yaitu Bila
kecepatan terlalu tinggi pahat akan kehilangan kekerasan (karena panas), pahat
cepat aus. dan umur pahat pendek. Bila kecepatan terlalu tinggi pahat akan
kehilangan kekerasan (karena panas), pahat cepat aus. dan umur pahat pendek.
14
Berdasarkan proses produksi ulir menggunakan mesin bubut dilakukan
analisis hubungan antara daya pemotongan dengan laju pemotongan yaitu
kecepatan putar (rpm) mempengaruhi nilai kekasaran permukaan, semakin besar
nilai kecepatan putar (rpm) maka akan semakin besar nilai Ra (µm) yang
diperoleh. Namun, nilai kekasaran yang dihasilkan oleh masing – masing
kecepatan putar (rpm) dalam percobaan tidak terlalu variatif karena masih berada
dalam cakupan nilai kekasaran.
Berdasarkan proses produksi ulir menggunakan mesin bubut dilakukan
analisis hubungan antara kualitas pemotongan dengan kecepatan potong terhadap
depht of cut yaitu Kekasaran permukaan yang berbeda – beda dari proses
pembubutan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kecepatan makan,
kedalaman potong, kecepatan putaran (rpm) dan jenis material pahat
12
Irvan, Farid M., dkk. 2018. Pengaruh Metode Penyayatan Laju Tinggi dan Sudut Buang
Pahat Terhadap Kekasaran Permukaan Hasil Bubut Rata Menggunakan Pahat HSS Pada
Bahan Bronze. Malang: Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang
13
Sastal, Zeptiawan A., dkk. 2018. Pengaruh Kecepatan Potong Terhadap Perubahan
Temperatur Pahat dan Keausan Pahat Bubut Pada Proses Pembubutan Baja Karbon Sedang.
Halu Oleo. Teknik Mesin
14
Diawani, Vivien. 2015. Pengaruh Kecepatan Putar Terhadap Kekasaran Permukaan Kayu
Medang pada Proses Pembubutan. Batam: Batam Politeknik
15
Mesin Sekrap (shaping machine) disebut pula mesin ketam atau serut.
Mesin ini digunakan untuk mengerjakan bidang-bidang yang rata, cembung,
cekung, beralur pada posisi mendatar, tegak, ataupun miring. Mesin Sekrap adalah
suatu mesin perkakas dengan gerakan utama lurus bolak-balik secara vertikal
maupun horizontal. Prinsip pengerjaan pada mesin sekrap adalah benda yang
disayat atau dipotong dalam keadaan diam (dijepit pada ragum) kemudian pahat
bergerak lurus bolak balik atau maju mundur melakukan penyayatan. Hasil
gerakan maju mundur lengan mesin/pahat diperoleh dari motor yang dihubungkan
dengan roda bertingkat melalui sabuk (belt).
15
Widarto. 2008. Teknik Permesinan Jilid 2 Untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan. Hlm 235
Lt = Panjang bidang (lv)+jarak bebas benda depan (lw)+jarak benda
belakang (ln)
V = Kecepatan potong rata-rata (mm/menit)
Rs = Perbandingan kecepatan maju dan kecepatan mundur (rpm)
b. Kecepatan Makan
16
Kecepatan pemakanan adalah suatu kecepatan pahat bergerak lurus sejajar
dengan garis sumbu benda kerja. Satuan kecepatan pemakanan sendiri
dibedakan menjadi dua yaitu kecepatan pemakanan dalam mm/putaran dan
kecepatan pemakanan dalam mm/menit.
V f = f . np
Dimana:
Vf = Kecepatan makan (mm/menit)
f = Gerak makan (mm/langkah)
np = Jumlah langkah per menit
c. Waktu Pemotongan
16
Heryanto Budiono Soemardi, Loc.Cit. Hlm 10
17
Waktu pemotongan adalah lama proses pemotongan benda uji.
W
tc =
Vf
Dimana:
tc = Waktu pemotongan (menit)
W = Lebar benda kerja (mm)
Vf = Kecepatan makan (mm/menit)
Z=a × f × V
Dimana:
Z = Kecepatan menghasilkan geram
a = Kedalaman potong (mm)
f = Gerak makan (mm/langkah)
17
Ibid. Hlm 10
Z = 2 mm × 0,2 mm/langkah × ( 6 m/menit × 1000 )
Z = 2 mm × 0,2 mm/langkah × 6000 mm/menit
Z = 2400 mm3/menit
2400 mm 3 /menit
Z =
1000
Z = 2,4 cm3/menit
Input Material:
1. Jenis Mesin Crankshaft-driven Guillotine Output Material
Proses Sekrap
2. Massa bahan baku: 0,235 kg 0,141 kg
3. Peralatan: Mata pahat HSS & Karbida
Material Terbuang
0,094 kg
Energy Terpakai
11000 Watt
Input Energy:
1. Jenis Mesin Crankshaft-driven Guillotine Output Energy
Proses Sekrap
2. Energy yang digunakan: 11000 Watt 4474,2 Watt
3. Peralatan: Mata pahat HSS & Karbida
Energy Terbuang
6525,8 Watt
18
Jenis mesin yang digunakan : crankshaft-driven guillotine shearing machine
Daya mesin yang digunakan : 11000 Watt
Perhitungan energy balance pada proses sekrap adalah sebagai berikut:
Energi Input = 11000 W
Energi yang masuk = Energi yang keluar
Input = Output + Energy Balance
11000 = 4474,2 + Energy Balance
18
Vosniakos, George Christopher, dan Karyyotis Michael. 2011. Structural Improvement of
Hydraulic Shearing Machine. Annals of DAAAM. Hlm 443
Energy Balance = 6525,8 Watt
Perhitungan persentase energy balance pada proses sekrap adalah sebagai berikut:
Persentase energy balance = 100%−¿40,67%
= 59,36%
Perhitungan energy balance selama proses produksi papan penjepit
berjalan menggunakan mesin sekrap dapat dilihat pada tabel 2.13.
Tabel 2.13. Perhitungan Energy Balance Proses Produksi Papan Penjepit
Berjalan Menggunakan Mesin Sekrap
Mesin yang Persentase Persentase Energy Persentase
No. Input Output
Digunakan Input Output Balance Energy Balance
1. Mesin Sekrap 11000 W 100% 4474,2 W 40,67% 6525,8 W 59,36%
Sumber: Pengolahan Data
19
Widarto, Loc.Cit. Hlm 146, 152, 192
20
mata pahat yang digunakan yaitu Jenis material mata pahat yang antara lain
21
yaitu baja karbon, keramik dan intan. ketika mata pahat bergerak dengan cepat
dapat mempercepat selesainya suatu produk atau job sheet namun di sisi lain akan
menimbulkan gesekan yang menghasilkan panas, dimana panas tersebut akan
mengakibatkan aus dan mempersingkat umur mata pahat. Hal tersebut tentunya
akan menambah ongkos produksi, dengan demikian mata pahat yang digunakan
harus bersifat tahan panas (hot hardness) hal ini akan mengurangi kegiatan
pengasahan.
2.1.3. Drilling
2.1.3.1. Pengertian Drilling
22
Gurdi adalah sebuah pahat pemotong yang ujungnya berputar dan
memiliki satu atau beberapa sisi potong dan galur yang berhubungan continue
disepanjang badan gurdi. Galur ini, yang dapat lurus atau helix, disediakan untuk
memungkinkannya lewatnya serpihan atau fluida pemotong. Meskipun gurdi pada
umumnya memiliki dua galur, tetapi mungkin juga digunakan tiga atau empat
galur, maka gurdi kemudian dikenal sebagai penggurdi inti. Penggurdi semacam
ini tidak dipakai untuk memulai sebuah lubang, melainkan untuk meluaskan
lubang atau menyesuaikan lubang yang telah digurdi atau diberi inti. Mesin yang
digunakan untuk melakukan proses gurdi adalah Mesin Gurdi/Drilling Machine.
Proses pembuatan lubang bisa dilakukan untuk satu pahat saja atau dengan banyak
pahat.
20
Ibid Hlm 152
21
Telaumbanua, Fatolosa. 2018. Analisa Menghemat Ongkos Pahat Dengan Hubungan
Kecepatan Potong Logam Pada Mesin Bubut. Universitas Darmawangsa: Jurnal Warta. Hlm 3
22
Widarto, Loc. Cit. Hlm 203
a. Tegangan = 220 Volt
b. Diameter mata bor = 12 mm
c. Gerak pemakanan mata bor = 0,008 x 25,4
= 0,2032 mm/rev
d. Banyaknya pemakanan = 1 kali
e. Kecepatan putar = 480 rpm
f. Panjang pengeboran = 32 mm
g. Total waktu pengeboran = 798 detik
h. Jumlah mata potong = 2 buah
Dimana:
Z = Kecepatan penghasilan geram (cm3/menit)
A = Luas pemotong geram (mm2)
f = Gerak makan (mm/langkah)
Vf = Kecepatan makan (mm/menit)
d = Diameter mata bor (mm)
π = 3,14
4. Penggaris Panjang: 30 cm
Input Material:
1. Jenis Mesin Z3063X20 Output Material
Proses Drilling
2. Material: Baja ASTM 0,402 kg 0,302 kg
3. Peralatan: Mata pahat HSS & Karbida
Material Terbuang
0,100 kg
Sumber: Pengolahan Data
Gambar 2.5. Skema Material Balance pada Proses Produksi Ulir
Menggunakan Mesin Drilling
Input Energy:
1. Jenis Mesin Z3063X20 Output Material
Proses Drilling
2. Energy: 4 HP 3 HP
3. Peralatan: Mata pahat HSS & Karbida
Energy Terbuang
1 HP
23
Hamni, Arinal., Dkk. 2014. Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011
Menggunakan Mata Bor HSS. Lampung: Universitas Lampung
24
Sumbodo, Wirawan.,Dkk. 2008. Teknik Produksi Mesin Industri untuk SMK Jilid 1. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Hlm 196-197
sebagainya. Mesin gerinda terdiri dari dua buah batu gerinda, pada umumnya
yang satu halus dan lainnya kasar. Pengikatan batu gerinda dilakukan pada
porosnya dimana ulir pengikatnya adalah ulir kiri dengan sebuah flens, pengikatan
tidak boleh terlalu kuat agar batu gerinda tidak pecah, biasanya diperlukan bos
(bush) untuk menahan antara batu gerinda dengan porosnya.
Analisis yang dilakukan pada proses pembuatan ulir menggunakan mesin
gerinda adalah sebagai berikut:
a. Analisis pengaruh kecepatan potong terhadap mata gerinda
25
Semakin cepat gerakan potong maka semakin besar panas yang dihasilkan.
Pemilihan batu gerinda (mata gerinda) yang tidak tepat dapat mengakibatkan
terjadinya gesekan dan panas berlebih, yang dapat mengakibatkan terjadinya cacat
seperti surface burning ataupun retak mikro, karena itu batu gerinda (mata
gerinda) harus dipilih dengan benar sesuai dengan material dan kondisi proses
penggerindaan.
2.1.4.2. Kikir
26
Mengikir adalah salah satu kegiatan meratakan permukaan benda kerja
hingga mencapai ukuran, kerataan dan kehalusan tertentu dengan menggunakan
kikir yang dilakukan dengan tangan. Kikir adalah suatu alat untuk mengikir benda
kerja agar diperoleh permukaan yang rata dan halus yang dilakukan dengan
tangan.
Analisis yang dilakukan pada proses pembuatan ulir adalah
menggunakan alat kikir sebagai berikut:
a. Analisis pengaruh alat kikir terhadap pemakanan benda kerja dan kecepatan
proses pengikiran
27
Kecepatan langkah mengikir harus disesuaikan dengan kondisi badan dan
peralatan serta bahan yang dikikir. Alat kikir harus lebih keras dibandingkan
bahan yang dikikir agar alat kikir tidak mudah patah. Arah alat kikir berperngaruh
25
Arif, Saiful. 2017. Pengaruh Parameter Proses Gerinda Permukaan Terhadap Temperatur
dan Hasil Penggerindaan. Politeknik Kediri: Multitek Indonesia
26
Sumbodo, Loc.Cit. Hlm 134, 136
27
Ibid. Hlm 142-143
terhadap pemakanan benda kikir yaitu dengan arah pemakanan lurus searah
sumbu kikir, maka tatal akan mudah keluar dan dengan sendirinya beban
pengikiran menjadi ringan. Namun apabila gerakan pemakaman lurus lurus
dengan sumbu kikir, tidak satu sumbu dengan sumbu kikir, maka beban
pengikiran menjadi berat karena tatal sulit keluar, kikir cepat tumpul serta
permukaan hasil pengikiran menjadi kasar.
BAB III
PERENCANAAN PROSES
28
Sarinah dan Mardalena. 2017. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Deeppublish. Hlm 37
29
Sinulingga, Sukaria. 2017. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Medan: USU Press.
Hlm 31
bangunan, jalan raya, kapal laut, pesawat terbang, dan lain lain yang umumnya
berbiaya tinggi dan memakan waktu relatif lama.
Operasi manufakturing disebut job apabila order membutuhkan kegiatan
berskala kecil dengan output yang terdiri dari satu atau beberapa item yang
identik, bersifat custom-made (dibuat untuk memenuhi keinginan khusus
pemesan). Beberapa contoh dari job adalah operasi manufakturing untuk
pembuatan barang-barang cor khusus (special-purpose casting), operasi
pemesinan khusus (special operation machining), dan lain-lain.
Operasi manufakturing yang bersifat repetitive atau kontinu ditandai dari
operasi produksi yang identik dalam volume besar. Karena volumenya besar maka
operasi dilakukan berulang-ulang sampai seluruh order selesai dikerjakan. Produk
yang dibuat secara repetitive adalah produk-produk yang bersifat diskrit misalnya:
mobil, komputer, dan lain-lain.
R103 R105 R107 R108 R104 R102 R101 R109 R106 SA201 Level 2
M2 M2 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1
R103 R105 R107 R108 R104 R102 R101 R109 R106 SA201
(1) (1) (2) (1) (2) (1) (1) (4) (1) (1)
WC 101
R104 R110 R102
(2) (1) (1)
WC 104 WC 103
WC 103 WC 105
WC 105 WC 101
WC 101
M2 M2 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1
Teknik ukuran lot sizing terbagi menjadi dua antara lain sebagai berikut:
1. EOQ (Economic Order Quantity)
Rumus penentuan ukuran lot sizing dengan teknik EOQ dapat dilihat pada
persamaan dibawah ini:
2 ×S × D
EOQ =
√ H
Keterangan:
S = Biaya pesan (Rupiah)
H = Biaya simpan (Rupiah)
D = Jumlah pemesanan/jumlah unit
Perhitungan EOQ (Economic Order Quantity) pada item pemutar ulir (handle)
dengan kode item R103 adalah sebagai berikut.
2× S×D
EOQ =
√ H
2 ×500× 1
EOQ =
√ 476
EOQ = 1,449
Sehingga didapatkan ukuran lot pada item pemutar ulir (handle) dengan metode
EOQ adalah sebesar 1,449.
Perhitungan POQ (Economic Order Period) pada item pemutar ulir (handle)
dengan kode item R103 adalah sebagai berikut.
2× S
POQ=
√ H ×D
2×500
POQ =
√ 476 × 1
POQ = 1,449
Sehingga didapatkan ukuran lot pada item pemutar ulir (handle) dengan metode
POQ adalah sebesar 1,449.
Rekapitulasi hasil perhitungan EOQ dan POQ pada produk ragum dapat dilihat
pada tabel 3.4.
Tabel 3.4. Rekapitulasi Hasil Perhitungan EOQ dan POQ
Level Code Item Nama Item EOQ POQ
2 R103 Pemutar Ulir (Handle) 1,449 1,449
2 R105 Ulir 1,633 1,633
2 R107 Tutup Pemutar 2,000 1,000
2 R108 Ragum Penjepit Berjalan 1,417 1,417
2 R104 Mur Penjepit Berjalan 2,000 1,000
2 R102 Papan Penjepit Berjalan 1,414 1,414
2 R101 Badan Ragum 1,534 1,534
2 R109 Mur Set Ragum 2,828 0,707
2 R106 Dudukan ulir 1,581 1,581
3 R110 Ragum Penjepit Tetap 1,414 1,414
3 R104 Mur Penjepit Tetap 2,000 1,000
3 R102 Papan Penjepit Tetap 1,414 1,414
Sumber: Pengolahan Data
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum proses permesinan dan
perencanaan proses adalah sebagai berikut:
1. Proses pemesinan yang dilakukan dalam proses pembuatan ragum yaitu
dengan menggunakan mesin cutting, mesin bubut, mesin sekrap, mesin
drilling, mesin milling dan proses kerja bangku.
2. Proses pembubutan merupakan proses pemesinan yang digunakan untuk
menghasilkan benda kerja yang berbentuk silindris. Prinsip kerja dari mesin
bubut dimana gerakan a mata pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada
jarak tertentu sehingga akan membuang permukaan luar benda kerja. Benda
kerja yang dihasilkan pada praktikum proses pembubutan adalah ulir. Daya
mesin bubut yang digunakan adalah 4800 watt dan massa material yang
diproses adalah 0,801 kg. Pada perhitungan material balance proses
produksi ulir didapatkan nilai material balance tersebut adalah 0,381 kg
atau sebesar 41,75%. Pada perhitungan energy balance proses produksi ulir
didapatkan nilai energy balance tersebut adalah 1812,05 watt atau sebesar
37,80%.
3. Proses sekrap merupakan proses pemesinan yang digunakan untuk
mengerjakan bidang kerja yang rata, cembung, dan beralur. Prinsip kerja
dari mesin sekrap adalah benda yang disayat atau dipotong dalam keadaan
diam (dijepit pada ragum) kemudian pahat bergerak lurus bolak balik atau
maju mundur melakukan penyayatan. Benda kerja yang dihasilkan pada
praktikum proses sekrap adalah papan penjepit berjalan. Daya mesin sekrap
yang digunakan adalah 11000 watt dan massa material yang diproses adalah
0,235 kg. Pada perhitungan material balance proses produksi papan penjepit
berjalan didapatkan nilai material balance tersebut adalah 0,094 kg atau
sebesar 40%. Pada perhitungan energy balance proses produksi papan
penjepit berjalan didapatkan nilai energy balance tersebut adalah 6525,8
watt atau sebesar 59,36%.
4. Proses drilling merupakan proses pemesinan yang digunakan untuk
membuat lubang silindris. Prinsip kerja dari mesin drilling adalah gerakan
pahat pemotong yang ujungnya berputar dan memiliki satu atau beberapa
sisi potong. Benda kerja yang dihasilkan pada praktikum proses drilling dan
kerja bangku adalah ulir. Daya mesin drilling yang digunakan adalah 5500
watt dan massa material yang diproses adalah 0,420 kg. Pada perhitungan
material balance proses produksi ulir didapatkan nilai material balance
tersebut adalah 0,100 kg atau sebesar 24,88%. Pada perhitungan energy
balance proses produksi ulir didapatkan nilai energy balance tersebut adalah
2237,1 watt atau sebesar 75%. Peralatan kerja bangku yang digunakan
dalam proses pembuatan ragum digunakan adalah mesin gerinda dan alat
kikir.
5. Pembuatan manufacturing operation identification dilakukan dengan
pengurutan proses pemesinan yang dilakukan pada komponen ragum.
Pembuatan data rute operasi didasarkan pada urutan proses pemesinan pada
setiap komponen ragum dan dilakukan penentuan ukuran lot dengan metode
Economic Order Quantity (EOQ) dan Period Order Quantity (POQ).
4.2. Saran
Saran yang diberikan agar kegiatan praktikum proses pemesinan dan
perencanaan proses adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya praktikan memahami dan mempelajari perhitungan kinerja mesin
dan tahapan pembuatan manufacturing operation identification serta data
rute operasi sebelum melakukan praktikum.
2. Sebaiknya asisten memberi penjelasan yang detail mengenai perhitungan
proses permesinan dan perencanaan proses saat praktikum berlangsung.
3. Sebaiknya proses praktikum dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi
online meeting dan pada modul praktikum proses pemesinan sebaiknya
disajikan seluruh perhitungan proses pemesinan seperti perhitungan
material balance dan energy balance.
DAFTAR PUSTAKA
Adityo Pratama, dkk. 2015. Perancangan Tata Letak Fasilitas Produksi pada PT.
Dwi Indah Plant Gunung Putri dengan menggunakan Algoritma
Blocplan. Jakarta: e-Proceeding of Engineering.
Akhmad Sutoni. 2018. Analisis Persediaan Menggunakan Metode Periodic Order
Quantity (POQ). Jurnal IKRA-ITH Teknologi Vol.2 No.3.
Anggriana, Katarina Zita. 2015. Analisis Perencanaan dan Pengendalian
Persediaan Busbar Berdasarkan Sistem MRP (Material Requirement
Planning). Jakarta: Jurnal PASTI Vol IX No.320-327.
Diawani, Vivien. 2015. Pengaruh Kecepatan Putar Terhadap Kekasaran
Permukaan Kayu Medang pada Proses Pembubutan. Batam: Batam
Politeknik.
Febriansyah. Egi, Dkk. 2015. Alternatif Usulan Perencanaan Proses Produksi
Produk Pin Printer Epson Studi Kasus di Laboratorium SSML. Bandung:
Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Vol. 3 No. 1.
Hamni, Arinal, Dkk. 2014. Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat
ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS. Lampung: Universitas
Lampung
Hendra, Sutarmadi, Anizar Indriyani, Hernadewita. 2013. Jenis Material Pahat
Potong dan Run Out terhadap Kekasaran Permukaan Benda Kerja
Silinder pada Proses Bubut. Bengkulu: Jurnal Mekanikal Vol. 4 No. 2
Heryanto Budiono Soemardi, Rahbini. 2017. Analisis Waktu Pemotongan dengan
Program Inkrimental dan Absolut pada Mesin Bubut CNC TU-2A.
Malang: Jurnal Flywheel Vol 8 No. 2.
Irvan, Farid M, dkk. 2018. Pengaruh Metode Penyayatan Laju Tinggi dan Sudut
Buang Pahat Terhadap Kekasaran Permukaan Hasil Bubut Rata
Menggunakan Pahat HSS Pada Bahan Bronze. Malang: Fakultas Teknik
Universitas Negeri Malang.
DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)
Keterangan:
L = Panjang pemotongan
D0 = Diameter awal
D1 = Diameter akhir
s = Kecepatan pemakanan
n = Kecepatan bubut
t' = Depth Of Cut
Dimana:
v = Kecepatan potong (m/menit)
π = 3,14
d = Diameter rata-rata (mm)
n = Putaran (rpm)
Perhitungan dari kecepatan potong dari pemakanan pada L = 117 mm adalah
sebagai berikut:
π×d×n
v=
1000
3,14 × (25,5+20) /2 mm × 120 rpm
v=
1000
v = 8,57 m/menit
b. Kecepatan makan
vf = s . n
Dimana:
vf = Kecepatan makan (mm/menit)
s = feed motion (mm/rev)
n = Putaran (rpm)
d. Daya Pemotongan
Pz.v
Nc =
60 .102
Dimana:
Pz = Gaya pemotongan (kg)
v = Kecepatan potong (m/menit)
e. Momen torsi
Pz.d
Mt =
2
Dimana:
Mz= Momen torsi (kg.m)
Pz = Gaya pemotongan vertikal (kg)
d = Diameter benda kerja rata-rata (m)
Perhitungan dari momen torsi dari pemakanan pada L = 117 mm adalah
sebagai berikut:
Pz.d
Mt =
2
294,34 kg .22,75/1000 m
Mt =
2
Mt = 3,35 kg.m
Hasil Analisa
34
1. Analisis antara mata pahat dengan hasil pembubutan
variasi sudut potong berpengaruh terhadap kekasaran permukaan, dimana
semakin besar sudut potong yang digunakan maka tingkat kekasaran
permukaan semakin rendah.
35
2. Analisis laju Pemotongan dengan ketahanan mata pahat
Bila kecepatan terlalu tinggi pahat akan kehilangan kekerasan (karena
panas), pahat cepat aus. dan umur pahat pendek.
36
3. Analisis hubungan antara daya pemotongan dengan laju pemotongan
34
Irvan, Farid M., dkk. 2018. Pengaruh Metode Penyayatan Laju Tinggi dan Sudut Buang
Pahat Terhadap Kekasaran Permukaan Hasil Bubut Rata Menggunakan Pahat HSS Pada
Bahan Bronze. Malang: Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang
35
Sastal, Zeptiawan A., dkk. 2018. Pengaruh Kecepatan Potong Terhadap Perubahan
Temperatur Pahat dan Keausan Pahat Bubut Pada Proses Pembubutan Baja Karbon Sedang.
Halu Oleo. Teknik Mesin
36
Diawani, Vivien. 2015. Pengaruh Kecepatan Putar Terhadap Kekasaran Permukaan Kayu
Medang pada Proses Pembubutan. Batam: Batam Politeknik
Kecepatan Putar (rpm) mempengaruhi nilai kekasaran permukaan,
semakin besar nilai kecepatan putar (rpm) maka akan semakin besar nilai
Ra (µm) yang diperoleh. Namun, nilai kekasaran yang dihasilkan oleh
masing – masing kecepatan putar (rpm) dalam percobaan tidak terlalu
variatif karena masih berada dalam cakupan nilai kekasaran.
4. Analisis kualitas pemotongan dengan kecepatan potong terhadap depth of
cut
Kekasaran permukaan yang berbeda – beda dari proses pembubutan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kecepatan makan, kedalaman
potong, kecepatan putaran (rpm) dan jenis material pahat.
KELOMPOK I / SENIN
Report Material Balance dan Energy Balance Proses Pembubutan
Material Terbuang
0,381 kg
Energy Terpakai
6,43 HP
Energy Terbuang
2,43 HP
Sumber: Pengolahan Data
Gambar 2. Skema Proses Produksi Ulir Berdasarkan Energy Balance
Form pengumpulan data proses sekrap dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Form Pengumpulan Data Sekrap
Teba
Panjang Panjang Gerak Kedalaman Kecepata Kecepatan
Panjang Lebar l
No. Awal Akhir pemakanan Pemakanan n Potong Mesin
(mm) (mm) (mm
(mm) (mm) (mm/langkah) (mm) (m/menit) (mm/menit)
)
1. 100 32 9 28 23 0,2 2 6 22
Sumber: Pengumpulan Data
c. Waktu pemotongan
W
tc =
Vf
Dimana:
tc = Waktu pemotongan (menit)
W = Lebar benda kerja (mm)
Vf = Kecepatan makan (mm/menit)
Dimana:
Z = Kecepatan menghasilkan geram
a = Kedalaman potong (mm)
f = Gerak makan (mm/langkah)
Analisis:
1. Jelaskan hubungan antara kecepatan potong dengan jenis material yang
dipotong!
38
Jenis material yang akan dipotong bepengaruh terhadap kecepatan potong
yaitu, apabila material benda kerja bersifat sangat keras maka kecepatan
potong harus rendah agar mata pahat tidak patah dan menghasilkan permukaan
potong yang tidak kasar. Akan tetapi kecepatan potong dapat dipercepat
dengan cara mengganti mata pahat dengan yang memiliki sifat lebih keras
dibandingkan dengan sifat material benda kerja yang akan dipotong.
2. Jelaskan hubungan antara kecepatan potong dengan jenis mata pahat yang
digunakan!
38
Widarto. 2008. Teknik PemesinanJilid 1 untuk SMK. Jakarta. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan. Hlm 146,152,192
39
Jenis material mata pahat yang antara lain yaitu baja karbon, keramik dan
40
intan. ketika mata pahat bergerak dengan cepat dapat mempercepat
selesainya suatu produk atau job sheet namun di sisi lain akan menimbulkan
gesekan yang menghasilkan panas, dimana panas tersebut akan mengakibatkan
aus dan mempersingkat umur mata pahat. Hal tersebut tentunya akan
menambah ongkos produksi, dengan demikian mata pahat yang digunakan
harus bersifat tahan panas (hot hardness) hal ini akan mengurangi kegiatan
pengasahan.
39
Ibid Hlm 152
40
Telaumbanua, Fatolosa. 2018. Analisa Menghemat Ongkos Pahat Dengan Hubungan
Kecepatan Potong Logam Pada Mesin Bubut. Universitas Darmawangsa:Jurnal Warta. Hlm 3
Worksheet Perhitungan Material Balance dan Energy Balance
pada Proses Sekrap Kelompok I / Senin
Material Terbuang
0,094 kg
Sumber: Pengolahan Data
Gambar 1. Skema Material Balance pada Proses Produksi Papan Penjepit
Berjalan
Energy Terpakai
11000 W
Energy Terbuang
6525,8 W
41
Jenis mesin yang digunakan : crankshaft-driven guillotine shearing machine
Daya mesin yang digunakan : 11000 Watt
Perhitungan energy balance pada proses sekrap adalah sebagai berikut:
Energi Input = 11000 Watt
Energi yang masuk = Energi yang keluar
Input = Output + Energy Balance
11000 = 4474,2 + Energy Balance
Energy Balance = 6525,8 Watt
Perhitungan persentase energy balance pada proses sekrap adalah sebagai berikut:
Persentase energy balance = 100%−¿40,67%
= 59,36%
41
Vosniakos, George Christopher, dan Karyyotis Michael. 2011. Structural Improvement of
Hydraulic Shearing Machine. Annals of DAAAM. Hlm 443
Worksheet Perhitungan Proses Drilling
Kelompok I / Senin
Spesifikasi mesin drilling yang digunakan dalam proses produksi antara lain
sebagai berikut:
i. Tegangan = 220 Volt
j. Diameter mata bor = 12 mm
k. Gerak pemakanan mata bor = 0,008 x 25,4
= 0,2032 mm/rev
l. Banyaknya pemakanan = 1 kali
m. Kecepatan putar = 480 rpm
n. Panjang pengeboran = 32 mm
o. Total waktu pengeboran = 798 detik
p. Jumlah mata potong = 2 buah
Perhitungan dari kecepatan potong dari proses drilling adalah sebagai berikut:
π×d×n
v=
1000
3,14 × 12 mm × 480 rpm
v=
1000
v = 18,09 m/menit
b. Kecepatan Makan
Vf = f z × n × z
Dimana:
Vf = Kecepatan makan (mm/menit)
fz = Gerak pemakanan (mm/rev)
n = Jumlah putaran mesin (rpm)
z = Jumlah mata potong
Perhitungan dari kecepatan makan dari proses drilling adalah sebagai berikut:
f z = 0,008 ×25,4
f z = 0,2032 mm/rev
Vf = f z × n × z
Vf = 0,2032 mm/rev × 480 rpm × 2
Vf = 195,07 mm/menit
Dimana:
Z = Kecepatan penghasilan geram (cm3/menit)
A = Luas pemotong geram (mm2)
f = Gerak makan (mm/langkah)
Vf = Kecepatan makan (mm/menit)
d = Diameter mata bor (mm)
π = 3,14
Perhitungan dari kecepatan penghasilan geram dari proses drilling adalah
sebagai berikut:
π × d2 V f 3
Z= × cm / menit
4 1000
3,14 × (12mm) 2 195,07 mm/ menit
Z= ×
4 1000
Z = 22,05 cm3/menit
Analisis:
Adapun analisis yang dapat diberikan dari proses drilling adalah sebagai berikut.
a. Analisis pengaruh mata bor terhadap kecepatan putar
42
Gesekan antara benda kerja dan mata bor akan menimbulkan panas, maka
dengan demikian apabila semakin tinggi kecepatan putarnya panas yang
dihasilkan juga akan semakin tinggi, dimana panas tersebut dapat
mengakibatkan aus pada mata bor dan akan menambah biaya produksi. Hal
ini dapat diatasi dengan memberi pelumas kepada mata bor untuk mengurangi
gesekan antara mata bor dan benda kerja.
42
Hamni, Arinal., Dkk. 2014. Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011
Menggunakan Mata Bor HSS. Lampung: Universitas Lampung
Worksheet Kerja Bangku
Kelompok I / Senin
Adapun analisis yang dapat diberikan untuk kerja bangku adalah sebagai berikut.
1. Gerinda
43
Analisis kecepatan potong terhadap mata gerinda!
Semakin cepat gerakan potong maka semakin besar panas yang dihasilkan.
Pemilihan batu gerinda (mata gerinda) yang tidak tepat dapat mengakibatkan
terjadinya gesekan dan panas berlebih, yang dapat mengakibatkan terjadinya
cacat seperti surface burning ataupun retak mikro, karena itu batu gerinda
(mata gerinda) harus dipilih dengan benar sesuai dengan material dan kondisi
proses penggerindaan.
2. Kikir
Analisis tentang pengaruh alat kikir terhadap pemakanan benda kerja dan
kecepatan proses pengikiran!
44
Kecepatan langkah mengikir harus disesuaikan dengan kondisi badan dan
peralatan serta bahan yang dikikir. Alat kikir harus lebih keras dibandingkan
bahan yang dikikir agar alat kikir tidak mudah patah. Arah alat kikir
berperngaruh terhadap pemakanan benda kikir yaitu dengan arah pemakanan
lurus searah sumbu kikir, maka tatal akan mudah keluar dan dengan sendirinya
beban pengikiran menjadi ringan. Namun apabila gerakan pemakaman lurus
lurus dengan sumbu kikir, tidak satu sumbu dengan sumbu kikir, maka beban
pengikiran menjadi berat karena tatal sulit keluar, kikir cepat tumpul serta
permukaan hasil pengikiran menjadi kasar.
43
Arif, Saiful. 2017. Pengaruh Parameter Proses Gerinda Permukaan Terhadap Temperatur dan
Hasil Penggerindaan. Politeknik Kediri: Multitek Indonesia
44
Sumbodo, Wirawan.,Dkk. 2008. Teknik Produksi Imesin Industri untuk SMK Jilid 1. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (hal 142, 143)
Worksheet Perhitungan Material Balance dan Energy Balance
pada Proses Drilling
Kelompok I / Senin
Material Terbuang
0,100 kg
Sumber: Pengolahan Data
Gambar 1. Skema Material Balance pada Proses Produksi Ulir
Energy Terpakai
4 HP
Energy Terbuang
3 HP
Teknik pengukuran lot sizing terbagi menjadi dua antara lain sebagai berikut.
1. EOQ (Economic Order Quantity)
Rumus penentuan ukuran lot sizing dengan teknik EOQ dapat dilihat pada
persamaan dibawah ini.
2 ×S × D
EOQ=
√ H
Keterangan:
S = Biaya pesan (Rupiah)
H = Biaya simpan (Rupiah)
D = Jumlah pemesanan/jumlah unit
b. Ulir
Perhitungan EOQ (Economic Order Quantity) pada item ulir dengan kode item
R105 adalah sebagai berikut.
2× S×D
EOQ =
√ H
2 ×2000× 1
EOQ =
√ 1500
EOQ = 1,633
Sehingga didapatkan ukuran lot pada item ulir dengan metode EOQ adalah
sebesar 1,633.
c. Tutup Pemutar
Perhitungan EOQ (Economic Order Quantity) pada item tutup pemutar dengan
kode item R107 adalah sebagai berikut.
2× S×D
EOQ =
√ H
2 ×250× 2
EOQ =
√ 250
EOQ = 2,000
Sehingga didapatkan ukuran lot pada item tutup pemutar dengan metode EOQ
adalah sebesar 2,000.
d. Ragum Penjepit Berjalan
Perhitungan EOQ (Economic Order Quantity) pada item ragum penjepit berjalan
dengan kode item R108 adalah sebagai berikut.
2× S×D
EOQ =
√ H
2 ×1350× 1
EOQ =
√1345
EOQ = 1,417
Sehingga didapatkan ukuran lot pada item ragum penjepit berjalan dengan metode
EOQ adalah sebesar 1,417.
g. Badan Ragum
Perhitungan EOQ (Economic Order Quantity) pada item badan ragum dengan
kode item R101 adalah sebagai berikut.
2× S×D
EOQ =
√ H
2 ×10000×1
EOQ =
√8500
EOQ = 1,534
Sehingga didapatkan ukuran lot pada item badan ragum dengan metode EOQ
adalah sebesar 1,534.
i. Dudukan Ulir
Perhitungan EOQ (Economic Order Quantity) pada item dudukan ulir dengan
kode item R106 adalah sebagai berikut.
2× S×D
EOQ =
√ H
2 ×2500×1
EOQ =
√ 2000
EOQ = 1,581
Sehingga didapatkan ukuran lot pada item dudukan ulir dengan metode EOQ
adalah sebesar 1,581.
b. Ulir
Perhitungan POQ (Periodic Order Period) pada item ulir dengan kode item R105
adalah sebagai berikut.
2× S
POQ=
√
H ×D
2×2000
POQ =
√ 1500× 1
POQ = 1,633
Sehingga didapatkan ukuran lot pada item ulir dengan metode POQ adalah
sebesar 1,633.
c. Tutup Pemutar
Perhitungan POQ (Periodic Order Period) pada item tutup pemutar dengan kode
item R107 adalah sebagai berikut.
2× S
POQ=
√
H ×D
2×250
POQ =
√ 250× 2
POQ = 1,000
Sehingga didapatkan ukuran lot pada item tutup pemutar dengan metode POQ
adalah sebesar 1,000.
g. Badan Ragum
Perhitungan POQ (Periodic Order Period) pada item badan ragum dengan kode
item R101 adalah sebagai berikut.
2× S
POQ=
√ H ×D
2×10000
POQ =
√ 8500× 1
POQ = 1,534
Sehingga didapatkan ukuran lot pada item badan ragum dengan metode POQ
adalah sebesar 1,534.
h. Mur Ragum
Perhitungan POQ (Periodic Order Period) pada item mur set ragum dengan kode
item R109 adalah sebagai berikut.
2× S
POQ=
√
H ×D
2×50
POQ =
√ 50× 4
POQ = 2,828
Sehingga didapatkan ukuran lot pada item mur set ragum dengan metode POQ
adalah sebesar 2,828.
i. Dudukan Ulir
Perhitungan POQ (Periodic Order Period) pada item dudukan ulir dengan kode
item R106 adalah sebagai berikut.
2× S
POQ=
√
H ×D
2×2500
POQ =
√ 2000× 1
POQ = 1,581
Sehingga didapatkan ukuran lot pada item dudukan ulir dengan metode POQ
adalah sebesar 1,581.