PROSES PEMESINAN
JOB: PEMBUBUTAN
Disusun Oleh
Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatnya sehingga laporan ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
saya mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Thomas Sukardi, M.Pd. dan
Prof. Dr. Ir. Dwi Rahdiyanta, M.Pd dan terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Saya sangat berharap semoga laporan praktikum ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar laporan
praktikum ini bisa pembaca praktekkan dalam menggunakan mesin bubut.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan praktikum ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman saya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan praktikum ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….......ii
BAB 1 PENDAHULUAN...………………………………………………………1
I Latar Belakang…………………………………………………………………...1
II Maksud dan Tujuan……………………………………………………………...1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
1
BAB II
DASAR TEORI
Cara menggunakan alat ini cukup mudah, yaitu dengan mengapit benda
yang ingin diukur diantara rahang caliper, kemudian ukuran akan tertera.
Selain itu caliper juga bisa digunakan untuk mengukur depth suatu produk,
dengan cara meletakkan ujung depth rod pada pangkal benda yang diukur, dan
ujung slider pada sisi yang lain, kemudian baca ukurannya.
Mesin bubut pada dasarnya terdiri dari beberapa komponen utama antara lain:
meja mesin,headstock, tailstock, compound slide, across slide, toolpost, dan
leadscrew dan lain-lain
➢ Tail Stock; untuk memegang atau menyangga benda kerja pada bagian
ujung yang berseberangan dengan penceka (chuck) pada proses pemesinan
di mesin bubut.
2
➢ Lead Crew; poros panjang berulir yang terletak agak dibawah dan sejajar
dengan bangku, memanjang dari kepala tetap sampai ekor tetap.
Dihubungkan dengan roda gigi pada kepala tetap dan putarannya bisa
dibalik. Dipasang ke pembawa (carriage) dan digunakan sebagai ulir
pengarah untuk membuat ulir saja dan bisa dilepas kalau tidak dipakai.
➢ Head Stock; yaitu tempat terletaknya transmisi gerak pada mesin bubut
yang mengatur putaran yang dibutuhkan pada proses pembubutan.
3
2.3. Parameter permesinan untuk proses permesinan
fn : pemakanan (mm)
4
1. Kecepatan Pemotongan
5
Dengan Y0 adalah sudut chip, dan hm adalah ketebalan chip(mm)
perhatikan gambar berikut, bila menggunakan insert untuk
6
2.4 Toleransi ukuran dan kekasaran permukaan
Toleransi ukuran bubutan umumnya adalah 0,005 mm. namun, tak jarang
ada toleransi ukuran khusus terhadap benda kerja tertentu. Toleransi kekasaran
bubutan umumnya adalah n7. namun, tak jarang ada toleransi ukuran khusus
terhadap permukaan benda kerja tertentu.
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
8
3.3.Gambar kerja
9
3.4. Keselamatan kerja
1. Biasakan meletakkan alat –alat tangan dan alat ukur secara terpisah (tidak
ditumpuk) dan tidak di atas mesin/alat yang getarannya kuat.
2. Selalu berhati hati dan fokus saat menggunakan alat –alat yang berputar,
seperti batu gerinda.
3. Agar tidak gosong (over heat) gunakan cairan pendingin/coolant sesering
mungkin saat penggerindaan pahat bubut.
4. Jangan mengubah putaran mesin saat mesin masih hidup!
5. Lepas segera kunci chuck setiap selesai mencekam benda kerja pada mesin
6. Pakailah alat kaca mata / pelindung mata selama melakukan pekerjaan
bubut.
7. Jangan membersihkan tatal mesin (sisa potongan bahan) selama mesin
hidup!
10
3.6 Membubut Rata
1. Susun dahulu prosedur kerja dalam work preparation (WP) sesuai dengan
format yang berlaku.
2. Cek ukuran bahan.
3. Siapkan alat-alat bantu proses membubut.
4. Kenali bagian dan cara kerja mesin bubut.
5. Pasang dan setel pahat bubut setinggi senter putar pada kepala lepas.
6. Cekam bahan pada chuck bubut atau pada sumbu/spindle utama mesin bubut
dengan cukup kuat untuk persiapan facing ujung dan pembuatan lubang
senter.
7. Bubut facing dan buat lubang senter pada salah satu ujung benda kerja.
8. Kendorkan cekam, panjangkan benda kerja.
9. Pasang senter putar pada kepala lepas untuk membubut rata dengan panjang
semaksimal mungkin hingga dicapai Ø29 mm dengan menerapkan langkah
roughing dan finishing.
10. Bubut rata hingga dicapai Ø26 mm dengan menerapkan langkah roughing
dan finishing sepanjang 65 mm.
11. Bubut miring/champer ujung benda kerja sesuai ukuran yang diminta.
12. Lepas benda kerja dari cekam, balikkan benda kerja untuk mengerjakan sisi
sebaliknya.
13. Bubut rata hingga dicapai Ø26 mm dengan menerapkan langkah roughing
dan finishing sepanjang 65 mm.
14. Bubut miring/champer ujung benda kerja sesuai ukuran yang diminta.
15. Cek ukuran secara berkala setiap pemakanan bubutan mencapai hasil
permukaan halus dengan ketelitian ukuran sesuai gambar job sheet.
16. Catatlah data dalam lembar pengamatan.
17. Dokumentasikan proses dan hasil pekerjaan Anda (foto).
18. Susunlah laporan sesuai format yang berlaku.
19. Segera serahkan hasil pekerjaan Anda dan minta penilaian kepada dosen
yang bertugas.
20. Presentasikan proses dan hasil produk serta analisis yang Anda lakukan di
depan kelas.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil benda kerja
Bagian B ØB1 = 25 7
• Pengasahan mm
pahat ØB2 = 25
• Sudut pahat mm
Sudut depan
12°-15° Sudut
12
tatal 12°-20°
Sudut bebas NA = 7
samping 10°-
B = 50
13° Sudut mm
depan 8°-10°
Bagian C ØC = 29 C=5 5 NC = 8
mm
mm
Keterangan :
*) Data/perhitungan awal dapat ditambah atau dikurangi, menyesuaikan
ketentuan/kesepakatan dosen dengan mahasiswa
**) Percobaan pada sisi A dan B bisa dibedakan berdasarkan:
1. Pengasahan pahat bubutnya (oblique/orthogonal)
2. Cara setting pahat saat pembubutan
3. Sudut-sudut pahat
4. Radius ujung pahat
5. Feeding
6. Putaran Spimdle
***) A = waktu yang diperlukan untuk mengerjakan mulai dari ØC sampai
ØA B = waktu yang diperlukan untuk mengerjakan mulai dari ØC sampai
ØB
13
Kanan Kiri
14
4.2. Temuan dan cara penyelesaiannya
Temuan masalah
A. Perbedaan tingkat kekasaran
B. Perbedaan ukuran antara bagian A dan B
C. Bekas goresan akibat jepitan chuck
Penyelesaian
A. Perbedaan kehalusan pada bagian A dan B disebabkan oleh penyayatan
yang kurang optimal. Ketika sudah mendekati ukuran diameter yang
diinginkan atau ingin masuk tahap finishing, kita sebaiknya melakukan
pengasahan pahat agar pahat kembali tajam dan siap untuk melakukan
proses finishing.
B. Pada saat sudah mendekati ukuran diameter yang diinginkan atau ingin
masuk tahap finishing. Kita perlu mengecek ukuran benda kerja terlebih
dahulu, sehingga kita tahu berapa penambahan angka pada handle eretan
atas. Sehingga hasil diameter benda kerja sesuai yang kita inginkan atau
masuk dalam kategori toleransi.
C. Ada dua solusi, yang pertama lakukan pencekaman benda kerja dengan
sewajarnya atau secukupnya, kedua lakukan pencekaman benda kerja
dilapisi plat tipis yang membungkus benda kerja sehingga tidak
menimbulkan bekas goresan.
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa dalam pengerjaan proses pemesinan pada
mesin bubut harus dilakukan dengan sesuai prosedur langkah kerja agar
hasil pengerjaan sesuai apa yang diharapkan. Dan yang terpenting adalah
selalu memahami parameter pembubutan. Pengerjaan yang tidak sesuai
prosedur dapat dipastikan hasilnya tidak akan sesuai yang diharapkan.
Pengerjaan juga harus memperhatikan prosedur kesehatan dan keselamatan
kerja, karna keselamatan kita sendiri juga harus diperhatikan agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
5.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa dalam pengerjaan proses pemesinan pada
mesin bubut harus dilakukan dengan sesuai prosedur langkah kerja agar
hasil pengerjaan sesuai apa yang diharapkan. Dan yang terpenting adalah
selalu memahami parameter pembubutan. Pengerjaan yang tidak sesuai
prosedur dapat dipastikan hasilnya tidak akan sesuai yang diharapkan.
Pengerjaan juga harus memperhatikan prosedur kesehatan dan keselamatan
kerja, karna keselamatan kita sendiri juga harus diperhatikan agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
16