Anda di halaman 1dari 51

III.

PROSES PEMESINAN
(REMOVAL PROCESSES)
PROSES MANUFAKTUR 1
Solidification prosesses

Particulate processing
Shaping
processes Deformation processes

Material removal
Processing
operations Property
enhancing Heat treatment
processes
Cleaning and surface treatments
Surface
processing
Manufacturing operations Coating and deposition processes
Processes
Welding
Permanent
joining Brazing and soldering
prosessing
Assembly Adhesive bonding
operations
Threaded fasteners
Mechanical
fastening
Permanent fastening methods
IV.1 Definisi Proses Pemesinan
 Proses pemesinan adalah proses pembentukkan
geram (chips) akibat perkakas (tools), yang
dipasangkan pada mesin perkakas (machine tools),
bergerak relatif terhadap benda kerja (work piece)
yang dicekam pada daerah kerja mesin perkakas.

 Proses pemesinan termasuk dalam klasifikasi untuk


mengubah bentuk suatu produk dari logam
(komponen mesin) dengan cara memotong,
mengupas, atau memisah.
IV.1 Definisi Proses Pemesinan
 Secara teknis, proses pemesinan mulai dilakukan
orang sejak diperkenalkan mesin koter (boring
machine) oleh Wilkinson pada tahun 1775 yang
digunakan untuk membuat komponen mesin-uapnya
James Watt.

 Pada saat itu, konsep ketelitian dan ketepatan mulai


dianut karena komponen mesin memerlukan
ketelitian (ketidaksalahan) dan ketepatan
(keterulangan) pembuatan yang tinggi.
IV.1 Definisi Proses Pemesinan
 Dalam perkembangannya, sesuai dengan kemajuan
teknologi pembuatan komponen logam yang lain
(proses penuangan/casting dan proses
pembentukan/forming), proses pemesinan sampai
saat ini masih tetap merupakan proses yang paling
banyak digunakan (60% s.d. 80%) di dalam membuat
suatu mesin yang komplit
IV.1 Definisi Proses Pemesinan
 Dengan demikian, tidaklah mengherankan jikalau
sampai saat ini berbagai penelitian mengenai proses
pemesinan tetap dilakukan dengan tujuan antara lain
untuk:
 Lebih mengetahui mekanisme proses pemotongan dengan
menggunakan pahat yang akan merupakan teori dasar untuk
pengembangan selanjutnya,
 Mengetahui sifat kemudahan untuk dipotong (sifat ketermesinan)
dari berbagai jenis logam yang relatif cepat perkembangannya,
 Menemukan bahan/material yang digunakan sebagai pahat yang
lebih baik, sehingga
 menaikkan efisiensi pemesinan, dan
 Mengetahui lebih jauh hubungan antara beberapa variabel proses
pemotongan yang akan menjadi dasar pengambangan
perancangan/disain mesin perkakas maupun untuk menuju ke
perencanaan proses pemesinan yang optimum.
IV.2 Proses Pemotongan
 Tergantung pada cara pemotongannya, maka seluruh proses
pemotongan logam dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok dasar, yaitu:
 Proses pemotongan dengan mesin las,
 Proses pemotongan dengan mesin pres,
 Proses pemotongan dengan mesin perkakas, dan
 Proses pemotongan dengan memanfaatkan energi fisik, listrik,
kimiawi, dan kombinasinya (Water Jet Machining, WJM, Electro
Discharge Machining, EDM; Laser Beam Machining, LBM; Chemical
Machining, CM.)
 pemotongan logam merupakan suatu proses yang digunakan
untuk mengubah bentuk suatu produk dari logam (komponen
mesin) dengan cara memotong.
IV.3 Klasifikasi Proses Pemesinan
 Pahat yang bergerak relatif terhadap benda kerja
akan menghasilkan geram dan sementara itu
permukaan benda kerja secara bertahap akan
terbentuk menjadi komponen yang dikehendaki.
 Berdasarkan jumlah mata potong, dapat
diklasifikasikan dua jenis pahat, yaitu:
 Pahat bermata potong tunggal (single point cutting

tools),
 Pahat bermata potong jamak (multi points cutting

tools).
IV.3 Klasifikasi Proses Pemesinan

(a) A single-point tool showing rake face, flank, and tool point; and
(b) a helical milling cutter, representative of tools with multiple
cutting edges
IV.3 Klasifikasi Proses Pemesinan
IV.3 Klasifikasi Proses Pemesinan
 Gerak relatif pahat terhadap benda kerja dapat dipisahkan
menjadi dua gerakan, yaitu:
 Gerak Potong (cutting movement), dan
 Gerak Makan (feeding movement).

 Menurut jenis kombinasi gerak potong dan gerak makan proses


pemesinan dikelompokkan menjadi tujuh macam proses, yaitu:
 Proses Bubut (Turning),
 Proses Gurdi (Drilling),
 Proses Freis (Milling),
 Proses Gerinda Rata (Surface Grinding),
 Proses Gerinda Silindrik (Cylindrical Grinding),
 Proses Sekrap (Shaping, Planing), dan
 Proses Gergaji atau Parut (Sawing, Broaching).
IV.3 Klasifikasi Proses Pemesinan
IV.3 Klasifikasi Proses Pemesinan
IV.3 Klasifikasi Proses Pemesinan
IV.3 Klasifikasi Proses Pemesinan

 Beberapa jenis proses, mungkin dapat


dilakukan pada satu mesin perkakas, misalnya:
 mesin bubut tidak selalu digunakan untuk membubut
saja melainkan dapat digunakan untuk menggurdi,
 memotong dan melebarkan lubang (mengkoter)
dengan cara menggantikan pahat yang sesuai, atau
bahkan dapat digunakan untuk mengefreis,
 menggerinda atau mengasah halus asal pada mesin
bubut yang bersangkutan dapat dipasangkan peralatan
tambahan (attachments) yang khusus.
IV.4 Elemen Dasar Proses Pemesinan

 Berdasarkan gambar teknik,, di mana dinyatakan spesifikasi


geometrik suatu produk komponen mesin, salah satu atau
beberapa jenis proses pemesinan, harus dipilih sebagai
suatu proses atau urutan proses yang digunakan untuk
membuatnya.

 Bagi suatu tingkatan proses, ukuran objektif ditentukan dan


pahat harus membuang sebagian material benda kerja
sampai ukuran objektif tersebut dicapai.

 Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara menentukan


penampang geram (sebelum dipotong).
IV.4 Elemen Dasar Proses Pemesinan

 Setelah berbagai aspek teknologi ditinjau, kecepatan


pembuangan geram dapat dipilih supaya waktu
pemotongan sesuai dengan yang dikehendaki.

 Pekerjaan seperti ini akan ditemui dalam setiap


perencanaan proses pemesinan. Untuk itu perlu difahami
lima elemen dasar proses pemesinan, yaitu:
1. Kecepatan potong (cutting speed), v (m/min),
2. Kecepatan makan (feeding speed), vf(mm/min),
3. Kedalaman potong (depth of cut), a (mm),
4. Waktu pemotongan (cutting time), tc (min), dan
5. Kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal), Z
(/min)
IV.5 Proses Bubut (Turning)
IV.5 Proses Bubut (Turning)
 Benda Kerja dipegang oleh pencekam yang dipasangkan di ujung
poros utama. Dengan mengatur lengan pengatur yang terdapat
pada sisi muka kepala diam, putaran poros utama (n) dapat dipilih.

 Harga putaran poros utama umumnya dibuat beringkat, dengan


aturan yang telah distandarkan, misalnya: 630, 710, 800, 900,
1000, 1120, 1250, 1400, 1600, 1800, dan 2000 rpm.

 Untuk mesin bubut dengan putaran motor variabel, ataupun


dengan sistem trasnmisi variabel, kecepatan putaran poros utama
tidak lagi bertingkat melainkan berkesinambungan (continue).
IV.5 Proses Bubut (Turning)
 Proses yang biasanya dilakukan pada mesin bubut (pahat bermata
potong tunggal, gerak potong berupa putaran benda kerja dan gerak
makan berupa gerak transla pahat)
IV.5 Proses Bubut (Turning)
 Proses yang biasanya dilakukan pada mesin bubut (pahat bermata
potong tunggal, gerak potong berupa putaran benda kerja dan gerak
makan berupa gerak transla pahat)
IV.5 Proses Bubut (Turning)
 Proses yang biasanya dilakukan pada
mesin bubut (pahat bermata potong
tunggal, gerak potong berupa
putaran benda kerja dan gerak makan
berupa gerak transla pahat)
IV.5 Proses Bubut (Turning)
 Proses Bubut
IV.5 Proses Bubut (Turning)
IV.5 Proses Bubut (Turning)
IV.5 Proses Bubut (Turning)
IV.5 Proses Bubut (Turning)

Alat pencekam benda kerja


IV.5 Proses Bubut (Turning)
Alat pencekam yang bisa digunakan adalah :
a) collet, digunakan untuk mencekam benda kerja
berbentuk silindris dengan ukuran sesuai diameter
collet. Pencekaman dengan cara ini tidak akan
meninggalkan bekas pada permukaan benda kerja.
b) cekam rahang empat (untuk benda kerja tidak
silindris) .
Alat pencekam ini masing-masing rahangnya bisa
diatur sendiri- sendiri, sehingga mudah dalam
mencekam benda kerja yang tidak silindris.
IV.5 Proses Bubut (Turning)
c) cekam rahang tiga (untuk benda silindris). Alat
pencekam ini tiga buah rahangnya bergerak
bersama-sama menuju sumbu cekam apabila salah
satu rahangnya digerakkan.
d) Face Plate, digunakan untuk menjepit benda
kerja pada suatu permukaan plat dengan baut
pengikat yang dipasang pada alur T.
Pemilihan cara pencekaman sangat menentukan hasil proses bubut.
Pemilihan alat pencekam yang tepat akan menghasilkan produk yang
sesuai dengan kualitas geometris yang dituntut oleh gambar kerja.
IV. 6 Proses Sekrap (Shaping/Planing)

 Proses sekrap merupakan proses yang hampir sama dengan proses


bubut, dalam hal ini gerak potongnya tidak merupakan gerak rotasi
melainkan gerak translasi yang dilakukan oleh pahat (pada mesin
sekrap; shaper) atau oleh benda kerja (pada mesin sekrap meja;
planer)
IV. 6 Proses Sekrap (Shaping/Planing)

 Proses yang biasa dilakukan pada Mesin Sekrap (pahat bermata


potong tunggal yang melakukan gerak potong (shaping) atau
gerak makan (planning), benda kerja melakukan gerak makan
(shaping) atau gerak potong (planning), ke dua gerakan tersebut
berupa translasi bertahap).
IV. 6 Proses Sekrap (Shaping/Planing)
IV. 6 Proses Sekrap (Shaping/Planing)
IV. 6 Proses Sekrap (Shaping/Planing)

 Elemen dasar proses sekrap


IV.7 Proses Gurdi (Drilling)
 Pahat gurdi mempunyai dua mata potong dan melakukan
gerak potong karena diputar poros utama mesin gurdi.

 Putaran tersebut dapat dipilih dari beberapa tingkatan


putaran yang tersedia pada mesin gursi, atau ditetapkan
sekehendak bila sistem transmisi putaran mesin gursi
merupakan sistem berkesinambungan (stepless spindle
drive).

 Gerak makan dapat dipilih bila mesin gurdi mempunyai


sistem gerak makan dengan tenaga motor (power feeding).
IV.7 Proses Gurdi (Drilling)
 Untuk mesin gurdi yang kecil (mesin gurdi bangku;
bench drilling) gerak makan tersebut tidak dapat
dipastikan karena tergantung pada kekuatan tangan
untuk menekan lengan poros utama.

 Proses gurdi dapat dilakukan pada mesin bubut di


mana benda kerja diputar oleh pencekam poros
utama dan gerak makan dilakukan oleh pahat gurdi
yang dipasang pada dudukan pahat (tool post) atau
kepala gerak (tail stock).
IV.7 Proses Gurdi (Drilling)
IV.7 Proses Gurdi (Drilling)
IV.7 Proses Gurdi (Drilling)
IV.7 Proses Gurdi (Drilling)
IV.7 Proses Gurdi (Drilling)
IV.8 Proses Freis (Milling)
 Seperti halnya mesin bubut, putaran poros utama mesin freis dapat
dipilih sesuai dengan tingkatan putaran yang tersedia pada mesin freis.
 Posisi sumbu poros utama mesin freis dapat horisontal atau vertikal,
tergantung pada jenis mesinnya.
IV.8 Proses Freis (Milling)
IV.8 Proses Freis (Milling)
IV.8 Proses Freis (Milling)
 Dua jenis utama pahat freis (milling cutter) adalah:
1. pahat selubung/mantel (slab milling cutter) mengefreis datar,
2. pahat freis muka (face milling cutter) mengefreis tegak.
IV.8 Proses Freis (Milling)
 Mengefreis datar dibedakan menjadi dua macam
cara, yaitu:
 Mengefreis naik (up milling / conventional milling),
 Mengefreis turun (down milling).
IV.8 Proses Freis (Milling)
IV.8 Proses Freis (Milling)
 Elemen dasar proses freis dapat ditentukan dengan memperhatikan
gambar di bawah ini.
IV.8 Proses Freis (Milling)
 Elemen dasar proses freis, adalah sebagai berikut:
IV.8 Proses Freis (Milling)
 Berbeda dengan proses pemesinan yag lain, proses freis tidak menghasilkan
geram dengan tebal yang tetap melainkan berbentuk koma.
 Tebal geram tersebut dipengaruhi gerak makan per gigi (fz) dan sudut posisi
() yang pada setiap saat berubah harganya karena perubahan posisi mata
potong (gigi pahat freis).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai