Anda di halaman 1dari 10

Untuk menghitung besarnya kapasitas dukung kelompok tiang, ada beberapa

hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu, yaitu jumlah tiang dalam satu

kelompok, jarak tiang, dan efisiensi kelompok tiang

Untuk menentukan jumlah tiang yang akan dipasang didasarkan beban yang

bekerja pada fondasi dan kapasitas dukung ijin tiang, maka rumus yang

dipakai adalah sebagai berikut ini.

n = …………………………………………………………16

Dimana :

n = jumlah tiang

P = Beban yang bekerja (kN)

Qa = Kapasitas dukung ijin tiang tunggal (kN)

Gambar 2.15 : susunan tiang (Bowles 1991)

38
2.4.3.2. Efisiensi Kelompok Tiang

Menurut Coduto (1983), efisiensi tiang bergantung pada beberapa faktor,

yaitu :

• Jumlah, panjang, diameter, susunan dan jarak tiang.

• Model transfer beban (tahanan gesek terhadap tahanan dukung ujung).

• Prosedur pelaksanaan pemasangan tiang.

• Urutan pemasangan tiang.

• Macam tanah.

• Waktu setelah pemasangan.

• Interaksi antara pelat penutup tiang (pile cap) dengan tanah.

• Arah dari beban yang bekerja.

Persamaan untuk menghitung efisiensi kelompok tiang adalah sebagai

berikut:

 Converse – Lebarre

( ) ( )
Eg = 1 – Ɵ ……………………………………………17
.

 Metode Los Angeles Group

Eg = 1 - [m(n – 1) + (m – 1) + (m – n) (n -1) √2 ]…………………...18


. . .

 Metode s2 Sheiler-keeney

,
Eg = 1 – [
( )
]+ ........................................................19

Dimana :

Eg = Efisiensi kelompok tiang

Ɵ = arc tg d/s, (ᵒ)

m = Jumlah baris tiang

39
n = Jumlah tiang dalam satu baris

d = Diameter tiang (m)

s = Jarak pusat ke pusat tiang (m)

Kapasitas ultimit kelompok tiang dengan memperlihatkan faktor efisiensi tiang

yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Qg = Eg . n . Qa ................................................................................................20

Dimana :

Qg = Kapasitas ultimit kelompok tiang (KN)

Eg = Efisiensi kelompok tiang

n = Jumlah tiang dalam kelompok

Qa = Kapasitas dukung ijin tiang (KN)

Gambar 2.16 Konfigurasi pondasi

2.4.5. Faktor Keamanan

Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi

kapasitas ultimit tiang dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu

diberikan dengan maksud :

1. Untuk memberikan keamanan terhadap katidakpastian metode hitungan

yang digunakan.

2. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan

kompresibilitas tanah.

40
3. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung

beban yang bekerja.

4. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal

atau kelompok tiang masih dalam batas – batas toleransi.

5. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam di antara tiang – tiang

masih dalam batas – batas toleransi.

Besarnya beban bekerja (working load) atau kapasitas tiang izin dengan

memperhatikan keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai kapasitas ultimit

(Qu) dibagi dengan faktor aman (FS) yang sesuai. Variasi besarnya faktor

aman yang telah banyak digunakan untuk perancangan pondasi tiang,

tergantung pada jenis tiang dan tanah berdasarkan data laboratorium sebagai

berikut:

Qalltiang = …………………………………………..21

Dimana :

Qu = daya dukung ultimate

SF = safety faktor (angka faktor keamanan)

Tabel 2.4 Faktor aman yang disarankan Reese dan O’Neill (1989)

Faktor Aman (F)

Klasifikasi Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol sangat


struktur baik normal jelek jelek

Monumental 2,3 3 3,5 4


Permanen 2 2,5 2,8 3,4

Sementara 1,4 2,0 2,3 2,8

Sumber : hardiyatmo HC, 2018

41
2.5. Penurunan

2.5.1 Penurunan Tiang Tunggal

Penurunan tiang tunggal pada tanah dapat dihitung dengan dua metode yaitu

metode empiris dan semi empiris.

 Adapun rumus penurunan tunggal untuk semi empiris:

S = SS + SP + SPS …………………………………………………………22

( . )
SS = ………………………………………………………….23
.

.
SP = …………………………………………..……………………24
.

( )
SPS = . . (1 – 𝜇s2) . Iws …………………………………………..25
.

Iws = 2 + 0,35 . 𝐿/𝐷……………………………………..…………….26

Dimana :

S : penurunana total tiang

SS : penurunanan akibat deformasi axial tiang tunggal

SP : penurunana akibat beban pada ujung tiang

SPS : penurunan akibat beban pada sepanjang tiang

Iws : faktor pengaruh

Qp : daya dukung ujung tiang

Qs : daya dukung selimut tiang

L : panjang tiang

Ap : luas ujung tiang bawah

Ep : modulus elastisitas material tiang

𝛼 : 0,5 untuk distribusi gesekan seragam atau parabolic sepanjang tiang

sedangkan untuk distribusi berbentuk segitiga = 0,33

Cp : koefisien empiris

42
D : diameter tiang

qp : daya dukung batas ujung tiang

P : keliling penampang tiang

Es : modulus elastisitas

𝜇 s2 : angka poisson

 Untuk rumus penurunan tiang tunggal secara empiris:

.
S= + …………………………………………………………27
.

Dimana :

S : penurunan total tiang tunggal

d : diameter tiang

q : beban yang bekerja

Ap : luas penampang tiang

L : panjang tiang

Ep : modulus elastisitas

Tabe 2.5 Nilai Koefisien Cp

Jenis Tanah Tiang Tiang Bor

Pancang
Pasir 0,02 – 0,04 0,09 – 0,18

Lempung 0,02 – 0,03 0,03 – 0,06

Lanau 0,03 – 0,05 0,09 – 0,12

43
Tabel 2.6 Angka Poisson ()

Jenis Tanah m
Lempung jenuh 0,4 – 0,5
Lempung tak jenuh 0,1 – 0,3
Lempung berpasir 0,2 – 0,3
Lanau 0,3 – 0,35
Pasir padat 0,2 -0,4
Pasir kasar (Angka pori,e = 0,4 – 0,7) 0,15

Pasir halus (Angka pori,e = 0,4 – 0,7) 0,25


Batu (tergantung dari jenisnya) 0,1 -0,4
Loose 0,1 – 0,3

Tabel 2.7. Modulus elastis tanah (Es)

Jenis tanah Es (kN/m2)


Lempung
Sangat lunak 300 - 3000
Lunak 2000 - 4000
Sedang 4500 - 9000
Keras 7000 - 20000
Berpasir 30000 - 42500
Pasir
Berlanau 5000 - 20000
Tidak padat 10000 - 25000
Padat 50000 - 100000
Pasir dan Kerikil
Padat 80000 - 200000
Tidak padat 50000 - 140000

2.5.2 Penurunan Tiang Kelompok

Penurunan pondasi tiang kelompok menurut Vesic 1977 dapat dihitung

dengan rumus:

S = 𝐵/𝐷 ………………………………………………………………….28

Dimana :

S = penurunan total pondasi tiang tunggal (m)

B = Lebar kelompok tiang (m)


44
D = Diameter tiang (m)

2.5.3 Penurunan yang diijinkan

Menurut Reese & Wright 1997 perbandingan penurunan yang aman adalah

Stotal ≤ Sijin yang dapat dilihat dari perhitungan berikut:

𝑆iji𝑛 = 10%. 𝐷 ..……………………………………………………29

Dimana :

D = Diameter Tiang

2.6. Program Plaxis

Program plaxis adalah suatu program komputer elemen hingga yang

bertujuan khusus untuk menampilkan analisis deformasi berbagai

macam tipe pondasi pada tanah dan batuan. Plaxis adalah bagian

produk plaxis yang merupakan program finite element yang digunakan

secara luas untuk ilmu dan desain geoteknik. Program ini menerapkan

metode antarmuka grafis yang mudah digunakan sehingga pengguna

dapat dengan cepat membuat model geometri dan jaring elemen hingga

tiga dimensi berdasrkan komposisi penampang melintang horizontal

dalam arah vertikal yang berbeda. Program ini bisa memodelkan

geometri tanah yang tidak homogen serta dapat menampilkan urutan

kontruksi. Pemodelan tanah merupakan suatu hal yang penting pada

saat masukan data. Seringkali praktisi geoteknik juga terlibat dalam

memodelkan struktur dan interaksi antara struktur dan tanah. Program

plaxis ini juga dilengkapi dengan pemodelan khusus untuk

menghubungkan banyak aspek yang kompleks dari permasalahan

geoteknik.dengan adanya pemodelan antara struktur dan tanah,

45
diharapkan para praktisi geoteknik akan mendapatkan nilai suatu

tegangan yang lebih akurat.

2.6.1. Analisis Permodelan Pada Plaxis

pada analisis plaxis digunakan pemodelan untuk mensimulasikan

beberapa tingkah laku dari tanah. Pemodelan yang digunkan pada

tugas akhir ini yaitu Mhor-coulumb. Pemodelan ini digunakan sebagai

perkiraan awal dari tingkah laku tanah secara umum pemodelan ini

meliputi lima parameter,yaitu Young’s Modulus (E), Poisson’s ratio

(v), kohesi (c) sudut geser (ϴ), dan sudut dilatansi (ѱ).

2.6.2. Sub-program Plaxis

Pada plaxis terdapat 4 sub-program yaitu: input, Calcultion, Output, dan Curve.

2.6.2.1. Program Input

Untuk membuat analisis elemen dengan plaxis, pengguna harus

membuat model elemen hingga dan menentukan property material dan

kondisi batas. Dalam membuat model elemen hinnga, penguana harus

model goemetrik dua dimensi pada bidang x-y. program input terdiri

dari beberapa tahapan sebagai berikut :

1. General Setting

Pada tahap ini terdapat dua lembar kerja (tah sheet) yaitu project 42 dan

dimenssion. Lembar project berisi nama proyek dan deskripsi, tipe model

dan akselerasi. Lembar dimenssion berisi satuan panjang, gaya, waktu dan

dimensi area untuk menggambar.

2. Pemodelan Secara Geometrik

Tahapan dari pemodelan elemen hingga dimulai dengan membuat model

geometrik yang akan menggambarkan permasalahan yang terjadi.

Pemodelan geometrik terdiri dari titik,garis,dan kelompok untuk setiap

46
proyek 3D baru yang akan di analisis, penting untuk terlebih dahulu

membuat model geometri. Sebuah model geometri adalah reperesentasi

dari masalah 3D sesungguhnya dan ditentukan oleh workplanes dan

boreholes. Sebuah model geometriyang lengkap akan meliputi massa tanah

yang dapat dibagi menjadi lapisan-lapisan tanah yang berbeda,

elemenelemen struktural, tahapan tahapan kontruksi serta pembebanan.

3. Load dan Boundary Condition

Menu loads berisi pilihan yang menjelaskan distribusi beban, apakah

beban garis atau beban titik. Kondisi batas menjelaskan displacement

(perpindahan) yang sama dengan nol. Kondisi dapat di terapkan pada

garis geometrik dan pada titik.

4. Material properti

Dalam PLAXIS, sifat-sifat material tanah dan sifat-sifat material dari

elemen struktur disimpan dalam kumpulan data sekunder. Ada lima

jenis data material yang berbeda, yaitu data tanah dan antarmuka,

Balok, dinding, dan pegas. Seluruh kumpulan data 43 disimpan

dalam data material. Kumpulan data yang telah tersimpan dalam

basis data dapat digunakan pada klaster tanah atau obyek struktural

dalam model geometri.

5. Mesh Generation

Setelah permodelan geometrik semua ditetapkan dan properti dan

material dipilh untuk semua jenis kumpulan tanah dan objek

struktur, pemodelan geometrik harus dibagi-bagi menjadi

elemenelemen hingga (mesh) dengan tujuan untuk membentuk

perhitungan elemen hingga. Komposisi untuk elemen hingga disebit

“mesh”. Untuk menampilkan perhitungan elemen hingga, geometri

47

Anda mungkin juga menyukai