Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

MATMATIKA DISKRIT

“PEWARNAAN GRAF ”

OLEH

KELOMPOK 5

Alfonsa Maria Eka Putri Ninu (1901030050)


Angelina Tea Keda (2101030030)
Anggi Filia Kristin Koehtae (2001030012)
Astrya Rizky Junita ( 2101030032)
Dwi Rafida S. Masang Leki (1901030003)
Elda Lopis (1901030010)
Imelda Syintha Dewy Suhardi (2101030010)
Jesika Yannaci Teftae ( 2101030050)
Melania Sarina Nunung (1901030071)
Siprina Magsela Relam ( 1901030020)
Yuliana Jemahan ( 2101030074)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini membahas tentang “PEWARNAAN
GRAF”. Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok yang telah
membantu kami dalam membuat makalah ini serta semua pihak yang berkaitan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak tedapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini dapat menjadi
lebih baik kedepan. Apabila terdapat banyak kesalahan kami memohon maaf yang
sebesar-besarnya. Dengan demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima
kasih.

Kupang, 10 november 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Pengertian

BAB II PEMBAHASAN
A. Pewarnaan Graf
B. Algoritma Dalam Pewarnaan Graf
C. Teorema – Teorema

BAB III PENUTUP


A. SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Teori graf merupakan pokok bahasan yang sudah tua usianya namun
memiliki banyak terapan sampai saat ini. Graf digunakan untuk merepresentasikan
objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. Representasi visual
dari graf adalah dengan menyatakan objek dinyatakan sebagai noktah, bulatan, atau
titik, sedangkan hubungan antara objek dinyatakan dengan garis.

Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V, E), yang dalam hal ini
: V = himpunan tidak-kosong dari simpul-simpul (vertices atau node) =
{v1,v2,…,vn} dan E = himpunan sisi (edges atau arcs) yang menghubungkan
sepanjang simpul = {e1,e2,…,en} Atau dapat ditulis singkat notasi G = (V, E).
definisi tersebut menyatakan V tidak boleh kosong, sedangkan E boleh kosong. Jadi
sebuah graf dimungkinkan tidak mempunyai sisi satu buah pun, tetapi simpulnya
harus ada, minimal satu. Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek
diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. Secara geometri, graf bisa
digambarkan seperti contoh berikut

Gambar 1: contoh graf.

Pada gambar diatas, sisi e3 = (1,3) dan sisi e4 = (1,3) dinamakan sisi-ganda
(multiple edges atau parallel edges) karena kedua sisi tersebut menghubungkan dua
simpul yang sama, yaitu simpul 1 dan simpul 3. Sedangkan sisi e8 = (3,3) dinamakan
sisi gelang atau kalang (loop) karena ia berawal dan berakhir pada simpul yang sama.
Sebuah graf dimungkinkan tidak mempunyai sisi satu buah pun namun setiap
simpulnya harus ada (minimal satu).Graf dapat dikelompokkan dalam beberapa
kategori yaitu berdasarkan ada tau tidaknya sisi ganda, berdasarkan jumlah simpulnya,
atau berdasarkan orientasi arah pada sisi.

Awal mula dikenal pewarnaan graf adalah pada tahun 1852 oleh seorang
ahli matematika Francis Guthrie lulusan Universitas Perguruan tinggi London.
Francis Guthrie mengamati bahwa daerah Inggris dapat diwarnai dengan empat
warna sedemikian sehingga daerah yang bertetangga mempunyai warna yang
berbeda. Dia menyatakan bahwa untuk mewarnai semua peta dibutuhkan empat
warna dan dia mencoba untuk membuktikan hal ini. Banyak ilmuan matematik
yang juga mencoba membuktikan masalah ini, diantaranya Joseph Sylvester (1838-
1841), Arthur Cayley (1841- 1878), Alfred Bray Kempe (1849- 1922), Peter
Guthrie Tait (1831- 1901). Dan pada tahun 1976 Wolfgang Haken dan Kenneth
Appel berhasil membuktikan teorema ini dengan menggunakan komputer dalam
waktu yang cukup lama yaitu 1200 jam. Berkat usaha mereka, maka dikenal salah
satu submateri dalam graf yaitu pewarnaan graf.
Pewarnaan graf sederhana adalah pemasangan warna pada setiap titik dari
graf sehingga tidak ada dua titik yang berdekatan dipasangkan dengan warna yang
sama. Sebuah graf dapat diwarnai dengan memetakan warna yang berbeda terhadap
masing-masing titik. Namun, pada sebagian pewarnaan graf dapat ditemukan
bahwa menggunakan warna yang lebih sedikit dari jumlah titik pada graf
BAB II
ISI

A. PEWARNAAN GRAF
Suatu graf 𝐺 terdiri dari dua himpunan yang berhingga, yaitu himpunan
titik-titik tidak kosong yang disimbolkan dengan (𝐺) dengan elemen-elemennya
disebut simpul dan himpunan garis-garis yang disimbolkan dengan 𝐸(𝐺) dengan
elemen-elemennya disebut sisi . Pewarnaan pada graf 𝐺 adalah pemetaan warna-
warna pada simpul, sisi, atau wilayah pada graf 𝐺 sedemikian sehingga setiap
simpul, sisi, atau wilayah yang bertetangga mempunyai warna yang berbeda.
Pewarnaan simpul dan pewarnaan wilayah memiliki jumlah warna minimum yang
disebut dengan bilangan kromatik dan pewarnaan sisi memiliki jumlah warna
minimum yang disebut dengan indeks kromatik
Bilangan kromatik graf 𝐺 adalah jumlah warna minimum yang dapat
digunakan untuk mewarnai suatu graf. Suatu graf 𝐺 mempunyai bilangan kromatik
𝑘 (𝑘- chromatic) jika 3(𝐺) = 𝑘.
Pada pewarnaan simpul dan wilayah, bilangan kromatik dinotasikan dengan
3(𝐺), sedangkan pada pewarnaan sisi, indeks kromatik dinotasikan dengan 3′(𝐺)

a. Pewarnaan Simpul Pada Graf (Vertex Coloring)


Pewarnaan titik / simpul adalah memberikan warna pada titik – titik
pada graph sedemikian sehingga setiap dua titik yang bertetangga
(berhubungan langsung) mempunyai warna yang berbeda. Dua titik yang
bertetangga (berhubungan langsung) adalah dua titik yang dihubungkan oleh
sebuah sisi.

Contoh 1 :
Titk v1 bertetangga dengan titik v2 dan v4 dan tidak bertetangga dengan titik
v3, berarti titik titik v1 tidak boleh berwarna sama dengan titik v2 dan v4 tetapi boleh
berwarna sama dengan titik v3. Dalam pewarnaan graph, kita tidak hanya sekedar
mewarnai titik – titik dengan warna yang berbeda dari warna titik yang bertetangga
saja, tetapi kita juga menginginkan jumlah macam warna yang digunakan seminimum
mungkin. Dan pewarnaan titik di sisi dibatasi pada graph sederhana atau graph yang
tidak mempunyai sisi rangkap atau gelung

Contoh 2.

Sebuah kantor babysitter mendapatkan titipan 8 orang anak untuk dijaga.


Misalkan inisial anak-anak tersebut adalah 𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷, 𝐸, 𝐹, 𝐺 𝑑𝑎𝑛 𝐻. Setiap anak
tidak berada setiap waktu di kantor, anak-anak datang dan pergi sesuai waktu
pesanan oleh orangtuanya. Oleh karena itu, penjaga kantor perlu menentukan
jadwal pembagian loker kepada orangtua anak sehingga didapatkan seminimal
mungkin loker yang perlu disediakan. Tabel jadwal pesanan dari orangtua sebagai
berikut.

Tabel Jadwal penitipan anak


Waktu A B C D E F G H
07.00 * * - - * - - -
08.00 - * * - - * * -
09.00 - * * * - * - *
10.00 - * - * - - - *
11.00 - * - - - - * *
12.00 * * - - * - -

Adapun langkah menyelesaikan masalah di atas sesuai dengan pengaplikasian pada


pewarnaan simpul pada graf adalah sebagai berikut.
1. Menggambar Simpul Graf
Simpul graf dibuat berdasarkan banyaknya anak yang dititipkan.
Simpul-simpul yang merepresentasikan anak

2. Menggambar Sisi Pada Graf

Sisi direpresentasikan pada anak yang mempunyai waktu yang sama


saat berada di kantor babysitter.

Graf yang merepresentasikan hubungan jadwal untuk


setiap anak

3. Mewarnai Graf

Setelah dibuat simpul dan sisi, maka selanjutnya simpul graf


diwarnai dengan minimum warna yang mungkin menggunakan teori
pewarnaan simpul.
Graf yang telah diwarnai

Warna paling minimum yang bisa diberikan pada graf di atas sebanyak
5 buah warna. Akibatnya, pada kasus loker yang dibagikan kepada 8
orangtua anak, minimum loker yang perlu disediakan adalah sebanyak
5 loker. Diberikan himpunan *1, 2, 3, 4, 5+ dimana merah = loker 1, biru
= loker 2, hijau = loker 3, hitam = loker 4, dan kuning = loker 5. Maka,
dengan demikian anak 𝐵 diberikan loker 1, anak 𝐸 𝑑𝑎𝑛 𝐹 diberikan
loker 2, anak 𝐶 𝑑𝑎𝑛 𝐴 diberikan loker 3, anak 𝐺 𝑑𝑎𝑛 𝐷 diberikan loker
4, dan anak 𝐻 diberikan loker 5.

b. Pewarnaan Sebuah Sisi Graf,


pewarnaan sisi-sisinya secara tepat berarti cara pemberian warna pada
garis sedemikian rupa sehingga setiap garis yang bertumpuan pada titik yang
sama diberi warna yang berbeda. Sebuah pewarnaan sisi pada graph adalah
pewarnaan semua sisi pada graph tanpa loop(gelung).
Pewarnaan sisi dengan warna-warna (sebut saja dengan variabel k)
dinamakan sebagai pewarnaan sisi k. Dan ekuivalen dengan persoalan
membagi sisi dengan warna-warna tertentu pada himpunan sisi dengan warna
tertentu. Angka terkecil dari warna – warna yang dibutuhkan untuk pewarnaan
sisi graf G disebut sebagai indeks kromatik sisi χ’(G). pewarnaan tait adalah
sebuah pewarnaan tiga sisi dari sebuah graf kubus. Teori empat warna (teori
yang berawal dari penyataan mengenai: “Dapatkah sembarang graf planar
diwarnai hanya dengan empat warna saja?”) ekuivalen dengan bahwa tiap graf
planar kubus tanpa jembatan (sisi) menunjukkan sebuah pewarnaan tait.
Gambar : pewarnaan sisi pada graf.

Contoh : Sebuah pabrik reparasi mobil menerima 8 buah mobil rusak


yang harus direparasi. Pos reparasi hanya tersedia sebanyak 3 pos, sedangkan
waktu yang digunakan untuk menyelesaikan proses perbaikan mobil hanya
diberikan satu pekan. Oleh karena itu, dicari berapa banyak shift yang bisa dibuat
oleh pabrik untuk bisa menyelesaikan perbaikan 8 buah mobil dalam waktu
sepekan. Adapun langkah menyelesaikan masalah di atas sesuai dengan
pengaplikasian pada pewarnaan sisi pada graf adalah:
1. Menggambar Sisi Dan Simpul Pada Graf
Simpul 𝐴, 𝐵, … , 𝐻 direpresentasikan sebagai jumlah mobil yang rusak
dan diperbaiki, sedangkan simpul 𝑅1, 𝑅2, 𝑅3 merepresentasikan 3 pos yang
tersedia.

Skema jadwal reparasi pabrik mobil yang dipresentasikan dalam


graf

Setelah sistem kerja pabrik reparasi mobil direpresentasikan ke dalam


bentuk graf di atas, selanjutnya ditentukan pembagian jadwal penggunaan tiap
tempat untuk masing-masing mobil. Pembagian jadwal di sini dibuat dalam
bentuk kerja shift. Cara pelaksanaannya adalah dengan menggunakan konsep
pewarnaan sisi pada graf.
2. Mewarnai Graf
Diasumsikan bahwa setiap pos reparasi hanya bisa menerima satu mobil
pada satu shift dan proses reparasi mobil pada tiap pos akan memakan waktu
yang relatif sama. Misalkan dimulai dari jadwal mobil 𝐵 pada pos 𝑅1. Pada sisi
tersebut diberikan label 𝑎 yang merupakan shift kerja pertama hari pertama.
Diasumsikan pula bahwa shift bekerja dapat berubah sesuai keadaan, namun
suatu pekerjaan yang dilakukan pada shift tersebut harus terlebih dahulu
diselesaikan sebelum melanjutkan pergantian shift. Selanjutnya, labeli sisi pada
jadwal mobil 𝐴 pada pos 𝑅1.
Dikarenakan pos pada 𝑅1 bersisian atau bertetangga dengan sisi yang
telah dilabeli 𝑎, maka sisi ini akan diberi label 𝑏 yang merupakan shift kerja
kedua. Namun, pada jadwal mobil 𝐴 di pos 𝑅2, karena kedua simpul tidak
bertetangga dengan yang telah dilabeli 𝑎, maka dapat dilabeli kembali dengan
label 𝑎 yang berarti bahwa mobil 𝐴 mempunyai jadwal reparasi di pos 𝑅2
pada shift pertama, kemudian di pos 𝑅1 pada shift selanjutnya.
Hal yang sama dilakukan pada jadwal reparasi mobil 𝐵. Pada sisi
pertama, yang bertetangga dengan simpul 𝑅1 dan 𝑅2, maka sisi ini dilabeli 𝑐,
karena pada simpul di 𝑅1, telah ada yang dilabeli 𝑎 dan label 𝑏.
Selanjutnya dilakukan metode yang sama sehingga didapatkan warna
minimum sebanyak 7 warna dari 16 sisi yang ada dengan menggunakan
algoritma seperti di atas, dari kasus ini graf akhir yang didapatkan sebagai
berikut.

Graf representasi jadwal reparasi mobil yang telah dilabeli dan diwarnai
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dari 8 buah mobil klien pabrik
yang direparasi dalam satu pekan, dibutuhkan paling sedikit 7 shift kerja
pada 3 pos reparasi.

c. Pewarnaan Wilayah
Pewarnaan wilayah adalah pemberian warna pada setiap wilayah pada
graf sehingga tidak ada wilayah bersebelahan yang memiliki warna yang sama.
Pewarnaan wilayah ini diterapkan pada pewarnaan peta.
Pada pewarnaan peta, diberikan warna yang berbeda pada setiap
propinsi yang saling bersebelahan. Dalam mengerjakan pewarnaan wilayah,
kita dapat menggunakan prinsip pewarnaan simpul pada graf. Misalnya adalah
masalah pewarnaan peta.
Tiap wilayah pada peta dinyatakan sebagai simpul graf. Sedangkan sisi
menyatakan bahwa terdapat dua wilayah yang berbatasan langsung (disebut
juga bertetangga). Oleh karena itu, graf yang terbentuk merupakan graf planar.
Graf planar ialah graf yang dapat digambarkan pada bidang datar sedemikian
sehingga tidak ada sisi-sisinya yang saling berpotongan . bilangan kromatik
pada graf planar tidak lebih dari empat sehigga dalam pewarnaan sebuah peta
, cukup hanya menggunakan empat warna saja. Warna yang digunakan dalam
pewarnaan peta adalah hijau, kuning, merah, dan biru.

Peta merupakan contoh pewarnaan wilayah pada graf


Contoh

1. Warnai peta pada Gambar dibawah ini kemudian tentukan bilangan khromatiknya .

Jawab
Peta pada Gambar diatas dapat dilukiskan bentuk graphnya seperti pada Gambar
berikut ini.

1. Pengurutan derajat titik :


Titik : E F B A C I D G H
Derajat titik : 6 5 4 3 3 3 2 2 2
2. Pewarnaan titik
Pertama tandailah titik E dengan angka 1. Telusuri daftar titik tadi dan amati
gambar graphnya, ternyata titik C adalah titik pertama yang tidak berdekatan
dengan E. Kembali ke daftar titik, tandai titik F dengan angka 2, dan juga titik A
dan H, karena tidak berdekatan dengan F. Penelusuran ketiga kalinya terhadap
daftar titik akan menandai titik B dengan angka 3, lalu tandai pula titik I, D, dan G
dengan angka 3. Dengan demikian bilangan khromatik graph tersebut adalah 3.
Langkah-langkah tersebut dirangkum dalam bentuk tabel berikut. Setiap graph G
memiliki sebuah subgraph dari derajat minimum sedikitnya X(G) ≤ ½ + m√2 + ¼.

B. ALGORITMA DALAM PEWARNAAN GRAF


1. Algoritma Welch-Powell
Algoritma Welch-Powell dapat digunakan untuk mewarnai sebuah graf G
secara efisien. Algoritma ini tidak selalu memberikan jumlah warna minimum yang
diperlukan untuk mewarnai G, namun algoritma ini cukup praktis untuk digunakan
dalam pewarnaan simpul sebuah graf. Algoritma Welch-Powell hanya cocok
digunakan untuk graf dengan orde yang kecil. Oleh karena itu algoritma Welch-
Powell hanya dapat menentukan batas atas warna. Langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
 Urutkan semua simpul berdasarkan derajatnya, dari derajar besar ke derajat kecil.
 Ambil warna pertama (misalnya merah), warnai simpul pertama yang sudah
diurutkan berdasarkan derajatnya tadi. Kemudian warnai simpul berikutnya yang
tidak berdampingan dengan simpul pertama tadi dengan warna yang masih sama
(merah).
 Kemudian dilanjutkan dengan warna kedua, dan seterusnya, sampai semua simpul
telah diberi warna

Contoh :
Langkah-langkah yang akan dilakukan adalah:

1. Urutkan simpul berdasarkan derajatnya dari besar ke kecil : Simpul


berderajat terbesar adalah E, yaitu 5 (mempunyai 5 ruas) kemudian simpul
C berderajat 4, B,D,F masing-masing berderajat 3 dan A,H,G masing-
masing berderajat 2. Jadi Urutannya adalah E,C,B,D,F,A,H,G.
2. Ambil warna pertama, misalnya Merah. Beri warna Merah simpul E (karena
E adalah simpul urutan pertama).Kemudian cari simpul yang tidak
berdampingan dengan simpul E, beri warna yang sama (merah).
3. Diberikan warna yang sama pada simpul A dan G dengan warna simpul E
yaitu merah karena Simpul A dan G tidak berdampingan dengan simpul E.
sehingga diperolah urutan simpul yang belum diberi warna adalah C, B, D,
F, dan H.
4. Ambil warna kedua, misalnya Biru, warnai simpul C (karena simpul C
sekarang ada diurutan pertama). Kemudian cari simpul yang tidak
berdampingan dengan simpul C, beri warna yang sama (Biru).
5. Diberikan warna yang sama pada simpul D dan H dengan warna simpul C
yaitu biru karena Simpul D dan H tidak berdampingan dengan simpul C.
Sehingga diperoleh urutan simpul yang belum diberi warna adalah B dan F.
6. Mengambil warna ketiga, misalnya warna hijau. Lalu warna tersebut
ditambahkan pada simpul B dan F (simpul B dan F tidak bertetangga). Dan
hasil pewarnaan graf tersebut adalah:

Gambar : hasil dari pewarnaan graf Algoritma Welch-Powell


 Pewarnaan pada Graf Bipartit
Sebuah himpunan bagian dapat dipetakan ke dalam warna yang sama.
Karena simpul-simpul pada dua himpunan bagian saling bertetangga, maka pada
setiap himpunan Sebuah graf bipartit adalah sebuah graf yang simpul-simpulnya
dapat dibagi ke dalam dua himpunan bagian dimana simpul-simpul pada masing-
masing himpunan bagian bertetangga dengan semua simpul pada himpunan bagian
lainnya dan bukan pada simpul-simpul dalam himpunan bagiannya sendiri. Karena
tidak ada simpul-simpul yang bertetangga ke simpul-simpul yang bertetangga ke
simpul lain dalam himpunan bagian yang sama, maka semua simpul dalam bagian
harus diwarnai dengan warna yang berbeda. Dengan demikian, dibutuhkan dua
warna untuk mewarnai graf bipartit, sehingga bilangan kromatis pada graf bipartit
adalah 2.

Contoh: Diketahui sebuah graf bipartit K2.4 seperti ditunjukkan pada gambar
berikut.

Dengan menggunakan algoritma Welch-Powell, tentukan nilai kromatis


dari graf di atas !

Penyelesaian:

Simpul A B C D E F

Derajat 4 4 2 2 2 2
Warna a a b b b b

Jadi 𝜒(G) = 2, dan dapat dilihat bahwa dua himpunan bagian dalam graf bipartit tersebut
adalah m = {A, B} dan n = {C, D, E, F}.

2. Algoritma Greedy

Algoritma greedy adalah algoritma yang memecahkan masalah langkah per


langkah, pada setiap langkah membuat pilihan optimum (local optimum) pada
setiap langkah dengan harapan bahwa langkah berikutnya mengarah ke solusi
optimum global (global optimum). Algoritma greedy membuat keputusan
berdasarkan pilihan yang ada sekarang, tidak melihat pilihan yang akan muncul
kemudian. Karena itulah algoritma greedy dikategorikan dalam algoritma yang
‘berpandangan pendek’ dan tidak dapat diulang karena keputusan yang telah
diambil pada suatu langkah tidak dapat diubah lagi pada langkah selanjutnya
(Adiwazsha).
Komponen algoritma Greedy terdiridari :
a. Himpunan Kandidat C
Himpunan yang berisi elemen pembentuk solusi S.

b. Himpunan Solusi S
Himpunan yang berisi elemen solusi pemecahan masalah.

c. Fungsi Seleksi

Fungsi yang memilih kandidat yang paling memungkinkan dari himpunan


kandidat untuk dimasukkan kedalam himpunan solusi agar solusi optimal
terbentuk kandidat yangsudah terpilih pada suatu langkah tidak akan
dipertimbangkan lagi pada langkah sela njutnya. Fungsi seleksi terbagi 2,
diantaranya :
a. Fungsi seleksi simpul
Memilih simpul yang memiliki sisi terbanyak atau derajat terbanyak.

b. Fungsi seleksi warna

Memilih warna yang akan digunakan untuk mewarnai simpul.


Pengerjaan fungsi seleksi warna terbagi atas dua langkah, yaitu :
 Jika layak, warna akan diambil dari himpunan solusi yaitu warna yang sudah digunakan
sebelumnya.
 Jika tidak ada satu pun warna dari himpunan solusi layak atu himpunan solusi masih kosong,
maka akan diambil dari himpunan kandidat C yaitu warna yang belum pernah digunakan.

d. Fungsi Kelayakan
Fungsi yang memeriksa apakah suatu kandidat yang terpilih akan menimbulkan solusi
yang layak, yaitu kandidat tersebut, bersama dengan himpunan solusi yang terpilih tidak
akan melanggar kendala yang berlaku pada masalah.

e. FungsiObyektif
Fungsi yang memaksimalkan atau meminimalkan nilai solusi . Adapun langkah- langkah
pewarnaan graf dengan menggunakan algoritma Greedy sebagai berikut:
1. Inisialisasi himpunan solusi dengan kosong.

2. Melakukan pemilihan vertex yang Akan di isi warnanya dengan fungsi seleksi vertex.

3. Memilih kandidat warna dengan menggunakan himpunan kandidat kurangi warna


anggota himpunan kandidat dengan warna yang diambil.
4. Periksa kelayakan warna yang dipilih menggunakan langkah 3. Jika layak dimasukkan
kehimpunan solusi.

5. Periksa apakah solusi sudah melilputi perwarnaan seluruh vertex. Jika sudah
maka berhenti, jika belum maka akan kembali kelangkah 3

3. Kompleksitas Algoritma

Sebuah program komputer, meskipun diturunkan dari sebuah algoritma yang benar,
mungkin saja tidak berguna untuk jenis masukkan tertentu karena waktu yang diperlukan untuk
melakukan program atau memori yang diperlukan untuk menyimpan data, variabel program,
dan lain sebagainya terlalu besar. Analisis algoritma mengacu pada proses memperoleh
perkiraan dari waktu dan ruang yang diperlukan untuk mengeksekusi algoritma
(Johnsonbaugh,1997).
Pembahasan yang digunakan adalah kompleksitas algoritma karena kompleksitas ruang
dan waktu membutuhkan ruang dan waktu yang dikaitkan dengan struktur data yang digunakan
untuk mengimplementasikan algoritma.
Mengukur kompleksitas algoritma adalah menghitung banyaknya operasi yang
dilakukan oleh algoritma.

C. TEOREMA – TEOREMA

1. Teorema empat warna

Bilangan kromatik dari graf planar tidak lebih dari empat.

Teorema Empat Warna awalnya diajukan sebagai dugaan pada tahun 1850an.
Akhirnya dibuktikan dengan matematikawan dari Amerika Kenneth Appel dan Wolfgang
Haken pada tahun 1976. Baru pada Tahun 1976 ditemukan penyelesaian masalah ini. Pada
tahun tersebut Kenneth Appel dan Wolfgang Haken, dua matematikawan dari Universitas
Illionis di Amerika Serikat, dapat membuktikan (dengan bantuan komputer) dugaan empat
warna dengan menyita waktu sekitar 1.200 jam komputer untuk menghasilkan beratus-ratus
halaman kertas hasil analisis menyeluruh terhadap sekitar 2.000 graph dengan jutaan
kemungkinan bentuknya. Salah satu cara yang digunakan adalah menggunakan graph yang
titiknya menunjukkan propinsi dan garis menunjukkan hubungan dua propinsi itu sebagai
tetangga.

2. Teorema – teorema yang berhubungan dengan bilangan kromatik suatu graph.

Teorema 1

Jika ada sebuah pewarnaan – k pada graph G, maka χ (G) ≤ k

Bukti :

Jika ada pewarnaan – k pada graph G berarti semua titik pada graph G dapat
diwarnai dengan menggunakan k warna.Karena bilangan kromatik merupakan
minimum banyaknya warna yang digunakan untuk mewarnai semua titik pada
graph G, sedemikian sehingga syarat pewarnaan terpenuhi. Maka χ (G) ≤ k
Contoh 3 v₁ v₂

v₄ v₃
G

Pewarnaan – 4 atau χ (G) = 4 (k = 4)

Sebenarnya graph G pada contoh 3 di atas dapat diwarnai dengan


menggunakan 2 warna

v₁ v2

v₄ v₃
G

dengan demikian χ (G) = 2 berarti χ (G) ≤ k

Jika H sebuah graph bagian dari graph G, maka χ (H) ≤ χ (G)

Bukti :
Misalkan H sebuah graph bagian dari graph G. Berarti V(H) ≤ V(G) dan E(H) ≤ E(G)
Karena setiap pewarnaan titik H dapat diperluas ke sebuah pewarnaan titik di G
maka χ (H) ≤ χ (G)
contoh 4 :

v₁ v₂ v₁ v₂

v5

v4 v3 v4 v3

G H

diperoleh χ (G) = 3 dan χ (H) = 2 berarti χ (H) ≤ χ (G)

Jika G₁ , G₂ , . . . , Gk Adalah Komponen – Komponen Graph G, Maka :


𝑿(𝑮𝒊 )
Χ (G) =Maks { ≤ 𝒊 ≤ 𝒌}
𝟏

Bukti :

Misalkan Gi untuk suatu 1 ≤ i ≤ k yang ditulis dengan G₁ , G₂ , . . . , Gk adalah


komponen– komponen graph G yang mempunyai bilangan kromatik maksimum, katakan t.
Sehingga t warna yang digunakan untuk mewarnai semua titik di G i, dapat digunakan untuk
mewarnai semua titik di G pada komponen selain Gi, sehingga diperoleh sebuah pewarnaan – t
pada G. Berdasarkan definisi bahwa χ (G) ≤ t dan karena Gi adalah graph bagian dari G dan
χ(Gi) =t, maka χ(G) ≥ χ(Gi) = t Karena χ (G) ≤ t dan χ(G) ≥ t, maka χ(G) = t
Contoh 5 :

G
:

G1 G2 G3

Graph G1, G2 dan G3 adalah komponen – komponen dari graph G.

Teorema 2

Jika graph G adalah graph komplit dengan n titik, maka χ (G) = n.

Bukti :
Karena pada graph komplit setiap dua titik berhubungan langsung, sesuai dengan
definisi pewarnaan titik maka semua titik harus diwarnai dengan warna yang berbeda

Contoh 6 :

G
Graph G dengan 4 titik maka χ (G) = 4
Jika graph G adalah graph kosong, maka χ (G) = 1

Bukti :
Karena graph kosong hanya terdiri dari titik – titik dan tidak ada sisi yang
menghubungkandua titik, berarti setiap titik boleh mempunyai warna yang sama.

Contoh 7 :

graph G dengan χ (G) = 1

Teorema 3

Misalkan G graph tak kosong. Graph G bipartisi jika dan hanya jika χ (G) = 2

Bukti : (⇒) Jika G bipartisi maka χ (G) = 2

G bipartisi maka G dapat dipartisi menjadi dua himpunan, misalkan X dan Y. Gunakan warna
1 untuk mewarnai semua titik di X (karena tiap titik di X tidak saling lberhubungan) Gunakan
warna 2 untuk mewarnai semua titik di Y (karena tiap titik di Y tidak saling berhubungan)
Sehingga hanya dibutuhkan 2 warna untuk mewarnai graph G, berarti χ (G) = 2

Contoh 8 : X (1) (1) (1)

Y (2) (2) (2)

Graph G dengan χ (G) = 2


Bukti : (⇐) Jika χ (G) = 2 maka G bipartisi
Misalkan semua titik yang diwarnai dengan warna (1) diletakkan dalam himpunan X dan
semuatitik yang diwarnai dengan warna (2) diletakkan dalam himpunan Y. Berarti titik – titik yang
terletak dalam himpunan X tidak mungkin saling berhubungan karena berwarna sama, begitu juga
untuk titik – titik yang terletak dalam himpunan Y, tetapi pastilah titik – titik yang terletak dalam
himpunan X dan titik - titik yang teletak dalam himpunan Y berhubungan agar terbentuk suatu graph.
Sehingga graph yang terbentuk adalah graph bipartisi.

Contoh :
v1 v2

v3 v4 v5

Graph G dengan χ (G) = 2

Teorema 4

𝟐, 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒏 𝒈𝒆𝒏𝒂𝒑
Jika Cn adalah sikel dengan n titik, maka χ (G) = {
𝟑, 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒏 𝒈𝒂𝒏𝒋𝒊𝒍

Bukti :

Misalkan Cn adalah sikel dengan n titik. Maka panjang sikel Cn adalah n. Jika n genap,
maka Cn adalah graph bipartisi. Berdasarkan teorema 3 bilangan kromatik Cn adalah 2.Jika n
ganjil maka Cn bukan graph bipartisi. Berdasarkan teorema 3 dan Cn bukan graph kosong, maka
χ (G) ≥ 3 Selanjutnya misalkan Cn = (v1, v2, v3, . . . , vn)

Untuk n ganjil dan 1 ≤ i ≤ n – 2, warnai titik vi dengan warna 1. Untuk n genap dan 1 ≤ i ≤ n –
1,warnai titik vi dengan warna 2. Akhirnya warnai titik vn dengan warna 3.Maka diperoleh sebuah
pewarnaan – 3 pada Cn. Berdasarkan definisi bilangan kromatik, maka χ(G) ≤ 3. Karena χ (G) ≥ 3
dan χ (G) ≤ 3, maka χ (G) = 3. Jadi untuk Cn adalah sikel dengan n titik maka untuk n genap maka
χ(Cn) = 2 dan untuk nganjil maka χ (G) = 3.
contoh

Cn Cn

dengan n = 6 dengan n = 5

χ (C4) = 2 χ (C5) = 3

teorema 5

Jika G graph sederhana dengan derajat maksimum (G) , maka χ(G) ≤ (G) + 1

Bukti : (dengan induksi)

Misalkan G graph sederhana dengan n titik, dapat ditulis |𝑉(𝐺)| = n

 Untuk |(𝐺)| = 1 maka G = K1 (G graph kosong) , sehingga χ(G) = 1 dan ∆(G) = 0.


Akibatnya :

χ(G) = 1 ≤ 0 + 1

χ(G) = ∆(G) + 1

jadi pernyataan benar untuk n = 1

 Diasumsikan pernyataan benar untuk graph G dengan |𝑉(𝐺)| = n – 1 untuk


n > 1 danmisalkan G graph sederhana dengan |𝑉(𝐺)| = n.
Pandang sebarang titik v di G dan hapus titik v itu sehingga terbentuk graph baru G–v
dengan n-1 titik.
Berdasarkan asumsi, diperoleh χ(G-v) ≤ ∆(G-v) + 1, berarti semua titik di graph G-v
dapat diwarnai dengan ∆(G-v) + 1 warna. Karena titik v dihapus pada garph g maka ∆(G-
v) ≤ ∆(G). Dari ∆(G-v) ≤ ∆(G) terdapat 2 kasus, yaitu :
Kasus 1 : (Δ(G-v) = Δ(G)

Karena χ(G-v) ≤ ∆(G) + 1, berarti semua titik di G-v dapat diwarnai dengan ∆(G) + 1
warna sedemikian hingga syarat pewarnaan terpenuhi. Karena banyaknya warna yang
diperlukan untuk mewarnai NG(v) di G-v sebanyak – banyaknya ∆(G), padahal
pewarnaan - (∆(G) + 1) di graph G-v, maka terdapat paling sedikit satu warna di G-v
yang tidak muncul pada NG(v) di G, sehingga warna tersebut dapat digunakan untuk
mewarnai titik v di G. diperoleh pewarnaan - (∆(G) + 1) pada graph G.
Akibatnya, berdasarkan definisi bilangan kromatik diperoleh χ(G) ≤ ∆(G) + 1

Kasus 2 : (Δ(G-v) < Δ(G)

Berdasarkan asumsi diperoleh χ(G-v) ≤ ∆(G-v) + 1 , Karena χ(G-v) ≤ ∆(G) + 1 dan


χ(G-v) < ∆(G), maka χ(G-v) < ∆(G) + 1 atau χ(G-v) ≤ ∆(G) + 1 (karena bilangan
kromatik dari graph G-v adalah bilangan bulat). Artinya ada pewarnaan - ∆(G) pada
graph G-v. Warnai titik v di G dengan warna (warna baru) selain warna yang muncul
di graph G-vsehingga diperoleh pewarnaan - (∆(G) + 1) pada graph G.

Dari kasus 1 dan kasus 2 , maka diperoleh χ(G-v) ≤ Δ(G) + 1

 Indeks khromatik (chromatic index) pada graph G


Indeks khromatik graph G adalah Misalkan G sebuah graph. Bilangan yang menyatakan
minimum banyaknya warna yang diperlukan untuk mewarnai semua sisi G sedemikian hingga
setiap dua sisi G yang terkait ke titik yang sama mendapatkan warna yang berbeda. Indeks
khromatik diyatakan dengan X’(G). Biasanya warna-warna yang digunakan untuk mewarnai
sisi-sisi suatu graph dinyatakan dengan 1, 2, 3,…, k.
X’(G) = minimum {𝑘|𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑤𝑎𝑟𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑖 − 𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐺 }
Contoh :

G G

(a) (b)
Gambar 2

Pada gambar 2(A), indeks kromatik = 3 karena minimum banyaknya warna untuk
mewarnai semua sisi pada gambar graph G adalah 3. Dan pada gambar 2 (B), indeks kromatik =
4 karena minimum bayaknya warna untuk mewarnai semua sisi pada gambar graph G adalah 4.
 Sikel dengan n titik, Cn mempunyai X’(Cn) = 2 jika n genap dan X’(Cn) = 3 jika n ganjil
 Untuk graph komplit dengan n titik, Kn diperoleh X’(Kn) = n – 1 jika n genap dan
X’(Kn) = n jika n ganjil.

Indeks khromatik sebuah graph sederhana selalu sama dengan derajat maksimumnya atau
derajat maksimum ditambah satu. Namun sebelumnya kita perlu memahami konsep rantai kempe
dan argumen rantai kempe pada pewarnaan sisi graph. Misalkan G adalah sebuah graph yang
semua sisinya dapat diwarnai dengan paling sedikit dua warna. Sebuah graph bagian G yang
dibangun oleh semua sisi G yang bewarna i dan j dengan i ≠ j dilambangkan dengan H(i,j). Sebuah
komponen dari H(i,j) disebut sebuah rantai kempe. Misalkan K sebuah rantai kempe pada H(i,j),
jika warna i dan warna j dipertukarkan npada sisi-sisi K, sedangkan warna sisi-sisi yang lain tetap,
maka akan diperoleh pewarnaan G yang baru dengan menggunakan warna-warna yang lama.
Proses ini disebut argumen rantai kempe.

Teorema 7

Jika G graph sederhana maka ∆(𝑮) ≤ 𝑿′(𝑮) ≤ ∆(𝑮) + 𝟏

Bukti :

Misalkan G grah sederhana dengan ∆ (G) = ∆ dan v Є V(G) dengan d(v) = ∆. Karena
terdapat ∆ sisi G terkait di titik v, maka untuk memenuhi semua sisi tersebut diperlukan
sebanyak ∆ warna. Sehingga Sikel dengan n titik, Cn mempunyai indeks kromatik dengan
X’(G) ≥ ∆ (G). Untuk membuktikan X’(G) ≤ ∆ (G) + 1, digunakan induksi pada
|E(G)| = m. Untuk m = 0, maka ∆ (G) = 0 dan X ’(G) = 0. Sehingga X’(G) = 0 ≤ 0 + 1 =
∆ (G) + 1.

Asumsikan pernyataan benar untuk |E(G)| = m – 1.


Akan ditunjukkan pernyataan benar untuk |E(G)| = m.

Misalkan G graph sederhana dengan m sisi dan e = uv sebuah sisi G, maka graph
G1= G-e adalah graph sederhana dengan m-1 sisi. Berdasarkan asumsi,

X’(G) ≤ ∆ (G) + 1.
Karena ∆ (G1) ≤ ∆ (G), maka X’(G1) ≤ ∆ (G) + 1. Ini berarti ada pewarnaan sisi
(∆(G) +1) pada graph G1. Karena dG1(u) ≤ ∆ (G1) ≤ ∆ (G), maka ada paling sedikit
satu warna dari ∆G + 1, warna tidak muncul pada sisi-sisi G1 yang terkait di titik v.

Kasus 1: Warna yang muncul di u dan v sama

Misalkan warna α tidak muncul di u dan v dalam pewarnaan-( (G)+1) pada G1. Maka sisi c di graph
G dapat diwarnai dengan menggunakan warna α, sehingga diperoleh pewarnaan - (∆ (G)+1) pada
graph G, akibatnya X’(G) ≤ (G) + 1.

Kasus 2 : warna yang tidak muncul di u berbeda dengan warna yang tidak muncul di v. Misalkan
warna α tidak muncul di u dan warna β tidak muncul di v.

Klaim bahwa ada sisi e1 terkait dengan u di graph G1 bewarna β. Sebab jika tidak, maka warna β tidak
muncul di u, padahal β juga tidak muncul di v. Hal ini kontradiksi jadi haruslah ada sisi e2 terkait
dengan v di graph G1 bewarna α.

Selanjutnya, perhatikan graph bagian G1 yang dibangun oleh sisi-sisi bewarna α dan β yaitu H(α,β).
Kita tinjau dua subkasus.

Subkasus 2.1 : Sisi e1 dan sisi e2 terletak pada rantai yang berbeda.

Misalkan sisi e1 ter;letak pada rantai kempe K dan sisi e2 terletak pada rantai Kempe L. Terapkan
argumen rantai kempe pada K, akibatnya warna β tidak muncul di titik u; padahal warna β dapat
digunakan untuk mewarnai sisi e pada graph G, sehingga diperoleh pewarnaan -(∆(G) + 1). Dengan
demikian X’(G) ≤ ∆ (G) + 1.

Subkasus 2.2 : Sisi e1 dan sisi e2 terletak pada rantai Kempe H(α,β) yang sama.

Misalkan rantai Kempe K di H (α,β) memuat sisi e 1 dan e2. Maka ada lintasan dari titik u ke titik v di
K pada graph G1 Misalkan ada sisi lain dari G1 yang bewarna γ terkait di sebuah titik internal lintasan
tersebut, misalnya titik w. Putus rantai k pada titik w yang sisi terkaitnya dengan w berwarna α
sehingga diperoleh H(α,γ) yang memuat rantai kempe baru, namakan L. Terapkan argumen rantai
kempe pada L, sehingga warna α tidak muncul di titik w. Perhatikan K sudah terputus pada pewarnaan
baru, selanjutnya terapkan argumen rantai Kempe pada K, maka warna β tidak muncul di titik u;
padahal warna β juga tidak muncul di v, sehingga warna β dapat digunakan untuk mewarnai sisi e pada
graph G, akibatnya diperoleh pewarnaan – sisi - (∆(G) + 1) pada graph G. Dengan demikian
X’(G) ≤ ∆ (G) + 1. Jika tidak ada sisi bewarna γ yang terkait, maka K berupa lintasan. Putus lintasan
tersebut pada w, dan terapkan argumen rantai Kempe pada rantai tersebut, maka warna β tidak muncul
di titik u. Karena warna β juga tidak muncul di v, maka warna β dapat digunakan untuk mewarnai sisi
e pada graph G. Sehingga diperoleh pewarnaan-sisi-(∆(G) + 1) pada graph G. Dengan demikian
X’(G) ≤ ∆ (G) + 1.
Khusus untuk graph bipartisi, diperoleh hasil yang eksak seperti terlihat dalam teorema berikut.

Teorema 8
Jika G graph bipartisi dan tak kososng maka X’(G) = ∆ (G).

 Pengklasifikasian Berdasar Indeks Khromatik Graph

Berasarkan teorema 7 hanya ada dua kemungkinan nilai dari indeks khromatik suatu graph
deserhana yaitu sama dengan derajat maksimum ditambah 1. Selanjutnya graph G disebut
graph kelas satu jika X’(G) = ∆ (G). Dan graph kelas dua jika X’(G) = ∆ (G). Misalnya sikel
panjang genap adalah graph kelas satu, sedangkan sikel dengan panjang ganjil adalah graph
kelas dua. Begitu juga, graph komplit Kn adalah graph kelas satu untuk n genap dan untuk n
ganjil Kn adalah graph graph kelas dua.

Teorema 9
𝒏
Misalkan G graph dengan n titik, m sisi dan derajat maksimum ∆ jika m > ∆ [𝟐]

maka G adalah graph kelas dua

Bukti

Andaikan G bukan graph kelas dua, maka G adalah graph kelas satu, sehingga
X’(G) = ∆(G) = ∆. Ini berarti ada pewarnaan-sisi-∆ pada graph G. Jadi E(G) dapat dipartisi
menjadi ∆ himpunan sisi-sisi independen . setiap himpunan sisi independen tersebut memuat
𝑛 𝑛
paling banyak [ 2 ] sisi G , maka m = |𝐸(𝐺)| ≤ ∆ [ 2 ]

Hal ini kontradiksi dengan yang diketahui jadi haruslah G adalah graph kelas dua
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Teori graf merupakan pokok bahasan yang sudah tua usianya namun memiliki banyak
terapan sampai saat ini. Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan
hubungan antara objek-objek tersebut. Representasi visual dari graf adalah dengan menyatakan
objek dinyatakan sebagai noktah, bulatan, atau titik, sedangkan hubungan antara objek
dinyatakan dengan garis.
Pewarnaan graf sederhana adalah pemasangan warna pada setiap titik dari graf sehingga
tidak ada dua titik yang berdekatan dipasangkan dengan warna yang sama. Sebuah graf dapat
diwarnai dengan memetakan warna yang berbeda terhadap masing-masing titik. Namun, pada
sebagian pewarnaan graf dapat ditemukan bahwa menggunakan warna yang lebih sedikit dari
jumlah titik pada graf
Pewarnaan pada graf 𝐺 adalah pemetaan warna-warna pada simpul, sisi, atau wilayah
pada graf 𝐺 sedemikian sehingga setiap simpul, sisi, atau wilayah yang bertetangga mempunyai
warna yang berbeda.
Pewarnaan simpul dan pewarnaan wilayah memiliki jumlah warna minimum yang
disebut dengan bilangan kromatik dan pewarnaan sisi memiliki jumlah warna minimum yang
disebut dengan indeks kromatik
Bilangan kromatik graf 𝐺 adalah jumlah warna minimum yang dapat digunakan untuk
mewarnai suatu graf. Suatu graf 𝐺 mempunyai bilangan kromatik 𝑘 (𝑘- chromatic) jika
3(𝐺) = 𝑘.
Pada pewarnaan simpul dan wilayah, bilangan kromatik dinotasikan dengan 3(𝐺),
sedangkan pada pewarnaan sisi, indeks kromatik dinotasikan dengan 3′(𝐺)
DAFTAR PUSTAKA

Afriantini , Helmi, fransiskus Fran. (2019). pewarnaan simpul,sisi,wilayah pada graf dan penerapannya.
Bimaster Ilmiah. Stat. dan Terapannya, volume 08. No 4 , hal 773-782.

Dr. Nanang priatna, M. (n.d.). pewarnaan graph . PAMA4208/MODUL 6.

Rasiman , Noviana Dini Rahmawati, Agnita siska pramasdyahsari. (2018). MATEMATIKA DISKRIT. Semarang.

http://rahadikusuma.blogspot.com/2013/12/matematika-diskrit-pewarnaan graf_30.html
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pewarnaan+graf&oq=#d=gs_qa
bs&t=1668065526546&u=%23p%3DwThDT1qYlk8J
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jbmstr/article/view/36037
http://repository.uin-suska.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai