Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika adalah ilmu yang mempelajari hal-hal seperti besaran,
struktur, ruang, dan perubahan. Manusia sudah banyak dimudahkan karena
kemajuan ilmu matematika. Kini, matematika digunakan di seluruh dunia
sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu alam, teknik,
kedokteran/medis, dan ilmu sosial seperti ekonomi dan psikologi.
Dalam perkembangan dunia matematika saat ini, teori graf telah menjadi
salah satu bidang ilmu dalam matematika yang paling banyak diminati dan
selalu mengalami perkembangan. Teori graf adalah bagian dari matematika
diskrit yang banyak digunakan sebagai alat bantu untuk menggambarkan
atau menyatakan suatu persoalan agar lebih mudah dimengerti dan
diselesaikan. Teori graf sendiri sangatlah luas dan memiliki aplikasi nyata
dalam kehidupan sehari-hari, mencakup masalah komunikasi, transportasi,
ilmu komputer, ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam dan yang sering
dijumpai dalam hal penjadwalan kereta api atau perkuliahan.
Teori graf pertama kali diperkenalkan oleh Leonhard Euler pada tahun
1736, yakni ketika Euler mencoba untuk mencari solusi untuk dapat
melewati semua jembatan hanya sekali jalan biasa disebut Jembatan
Konigsberg. Dalam permasalahan Euler, tempat-tempat di Kota Konigsberg
dimodelkan sebagai simpul/titik dan jembatan penghubung antar tempat
dimodelkan sebagai sisi dari graf.
Secara matematis, graf didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V,E)
yang dinotasikan G = (V,E) dengan V = {v 1 , v 2 , v 3 , … , v n } merupakan
himpunan tidak kosong yang disebut simpul (vertex), sedangkan E =
{e1 , e2 , e3 , … , e n } merupakan himpunan boleh kosong yang menghubungkan
sepasang simpul dan disebut sisi (edge). Untuk selanjutnya, suatu graf dapat
ditulis dengan notasi G, tanpa menyebutkan himpunan simpul dan sisinya.

1
Salah satu permasalahan yang ada di bidang teori graf adalah mengenai
pewarnaan graf. Pewarnaan graf m-warna merupakan permasalahan
pewarnaan graf tidak berarah menggunakan paling banyak m-warna dengan
syarat tidak ada simpul tetangga yang memiliki warna yang sama. Ada
banyak cara untuk melakukan pewarnaan graf. Salah satunya dengan
menggunakan algoritma Welch-Powell.
Pewarnaan graf dapat diaplikasikan pada banyak permasalahan pada
kehidupan sehari hari. Salah satunya adalah pewarnaan pada peta. Pada hal
ini penulis membatasi masalah mewarnai peta Kabupaten Karanganyar.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat judul “Pewarnaan Peta
Kabupaten Karanganyar Menggunakan Graph Colouring dengan
Algoritma Welch Powell”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, masalah
yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tahapan pewarnaan graf menggunakan algoritma Welch-
Powell?
2. Bagaimana cara penerapan pewarnaan graf menggunakan algoritma
Welch-Powell untuk mewarnai peta Kabupaten Karanganyar?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah yang dipaparkan, maka tujuan dari
makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui tahapan pewarnaan graf menggunakan algoritma Welch-
Powell.
2. Mengetahui cara penerapan pewarnaan graf menggunakan algoritma
Welch-Powell untuk mewarnai peta Kabupaten Karanganyar.

2
BAB II

KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Kajian Teori

Matematika memiliki cabang ilmu yang sangat luas. Banyak masalah


yang dapat diselesaikan menggunakan konsep matematika, salah satunya
adalah mewarnai peta. Untuk lebih jelasnya berikut adalah kajian teori
yang akan digunakan dalam pewarnaan peta Kabupaten Karanganyar. .
1. Graf
Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V,E) dengan V
adalah himpunan tidak-kosong dari simpul – simpul (vertice) dan E
adalah himpunan sisi (edges) yang menghubungkan sepasang simpul.
Graf G ditulis dengan notasi G = (V,E).
Simpul pada graf dapat dinomori dengan huruf seperti a,b,c,..
dengan bilangan asli 1,2,3,... atau gabungan keduanya. Sisi yang
menghubungkan simpul u dengan simpul v dinyatakan dengan
pasangan (u,v) atau dinyatakan dengan lambang e1,e2,e3,... . Dengan
kata lain, jika e adalah sisi yang menghubungkan simpul u dengan
simpul v, maka e dapat ditulis sebagai e = (u,v). (Rinaldi Munir,
2005:356)
Misalkan graf G terdapat dua buah simpul u dan v. Jika kedua
simpul terhubung langsung dengan sebuah sisi pada graf maka simpul
udan v adalah simpul yang saling bertetangga (adjecent ). Untuk
sebarang sisi e=(u , v ) pada graf Gmaka e dikatakan terhubung
langsung (incident) dengan simpul u dan v. Simpul u yang saling
bertetangga (adjancent) dengan simpul v merupakan lingkungan
(tetangga) dari simpul u yang disimbolkan dengan N [ u ] ={ v } .
(Chatrand and Lesniak, 1989:16).

3
Derajat suatu simpul v (degree) pada graf G adalah jumlah sisi
yang terhubung langsung pada titik vtersebut dan dinotasikan dengan
deg ( v ) .(Rinaldi Munir, 2005:366).
2. Pewarnaan Graf
Dalam teori graf, pewarnaan graf merupakan suatu bentuk
pelabelan graf, yaitu dengan memberikan warna pada elemen graf
yang akan dijadikan subjek dalam memahami permasalahan. Ada tiga
macam persoalan pewarnaan graf (graph colouring), yaitu pewarnaan
simpul, pewarnaan sisi, dan pewarnaan wilayah (region). (Setia Astuti,
2011)
Pewarnaan simpul adalah memberi warna pada simpul-simpul di
dalam graf sedemikian sehingga setiap dua simpul bertetangga
mempunyai warna yang berbeda. (Rinaldi Munir, 2005)
3. Algoritma Welch-Powell
Adapun algoritma Welch Powell merupakan salah satu algoritma
pewarnaan graf yang melakukan pewarnaan berdasarkan derajat
tertinggi dari simpul-simpulnya yang mengadopsi metode Largest
Degree Ordering (LDO). (Muhammad Ammar, 2017)

B. PEMBAHASAN
Pada pembahasan kali ini, dibahas pengaplikasian pewarnaan graf
menggunakan algoritma Welch-Powell untuk mewarnai peta Kabupaten
Karanganyar. Adapun algoritma Welch Powell merupakan salah satu
algoritma pewarnaan graf yang melakukan pewarnaan berdasarkan derajat
tertinggi dari simpul-simpulnya.
Adapun langkah-langkah dari Algoritma Welch Powell ini dinyatakan
sebagai berikut :
a. Mendaftarkan simpul-simpul dalam graf G kemudian mengurutkan
berdasarkan derajat yang tinggi ke rendah.
b. Menggunakan satu warna untuk mewarnai simpul pertama yang
mempunyai derajat paling tinggi dan mewarnai pula simpul-simpul

4
lain yang tidak bertetangga dengan simpul pertama sesuai daftar
terurut .
c. Melakukan hal yang sama dengan langkah kedua yang memiliki
derajat tertinggi berikutnya dalam daftar terurut yang masih belum
diwarnai dengan menggunakan warna kedua yang berbeda dengan
warna pertama.
d. Melakukan pewarnaan dan berhenti sampai semua simpul telah
diwarnai.
Berdasarkan langkah algoritma Welch-Powell akan dilakukan pewarnaan
peta Kabupaten Karangayar. Kabupaten Karanganyar adalah kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah. Pusat administrasi berlokasi di Kecamatan
Karanganyar, sekitar 14 km sebelah timur Kota Surakarta. Kabupaten ini
berbatasan dengan Kabupaten Sragen di utara, Kabupaten Ngawi dan
Kabupaten Magetan (Jawa Timur) di timur, Kabupaten Wonogiri di selatan,
serta Kabupaten Boyolali, Kota Surakarta, dan Kabupaten Sukoharjo di
barat. Kabupaten Karanganyar memiliki sebuah kecamatan terpisah yang
terletak di antara Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, dan Kota
Surakarta yaitu Kecamatan Colomadu.
Kabupaten Karanganyar terdiri dari 17 kecamatan. Kecamatan yang ada
di Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut.
1. Kecamatan Colomadu
2. Kecamatan Jaten
3. Kecamatan Karanganyar
4. Kecamatan Gondangrejo
5. Kecamatan Kebakramat
6. Kecamatan Kerjo
7. Kecamatan Mojogedang
8. Kecamatan Karangpandan
9. Kecamatan Jenawi
10. Kecamatan Tawangmangu
11. Kecamatan Jatiyoso

5
12. Kecamatan Jatipuro
13. Kecamatan Jumantono
14. Kecamatan Jumapolo
15. Kecamatan Ngargoyoso
16. Kecamatan Tasikmadu
17. Kecamatan Matesih

Gambar 2.5. Peta Kabupaten Karanganyar

Untuk mewarnai peta Kabupaten Karanganyar, peta digambar ulang ke


dalam bentuk graf tanpa warna terlebih dahulu. Perteama-tama setiap
kecamatan dimisalkan sebagai simpul. Lalu sisi (edge) digambarkan pada
kecamatan yang bertetangga dengan kecamatan yang lain. Berdasarkan peta
Kabupaten Karanganyar didapatkan gambar sebagai berikut.

6
Gambar 2.6. Graf hasil implementasi peta Kabupaten Karanganyar
Dari Gambar 2.6 jika dibuat daftar simpul maka didapatka tabel seperti
berikut.
Tabel 2.1. Daftar simpul dalam graf

No Simpul Tetangga Derajat


1 V1 V3, V4 2
2 V2 - 0
3 V3 V1, V4, V5, V8 4
4 V4 V1, V3, V8, V9 4
5 V5 V3, V6, V8, V9, V10 5
6 V6 V5, V7, V10, V11 4
7 V7 V6, V11 2
8 V8 V3, V4, V5, V9 4
9 V9 V4, V8, V5, V10, V12, V13 6
10 V10 V5, V6, V9, V11, V13, V14 6
11 V11 V6, V7, V10, V14 4
12 V12 V9, V13, V14, V15, V16 5
13 V13 V9, V10, V12, V14 4
14 V14 V10, V11, V12, V13, V16 5
15 V15 V12, V16, V17 3
16 V16 V12, V14, V15, V17 4
17 V17 V15, V16 2

7
Langkah selanjutnya adalah mengurutkan simpul berdasarkan jumlah
derajatnya dari tinggi ke rendah. Setelah diurutkan didapat tabel simpul
sebagai berikut.
Tabel 2.2. Daftar simpul dalam graf secara terurut berdasarkan derajanya

No Simpul Tetangga Derajat


1 V9 V4, V8, V5, V10, V12, V13 6
2 V10 V5, V6, V9, V11, V13, V14 6
3 V5 V3, V6, V8, V9, V10 5
4 V12 V9, V13, V14, V15, V16 5
5 V14 V10, V11, V12, V13, V16 5
6 V3 V1, V4, V5, V8 4
7 V4 V1, V3, V8, V9 4
8 V6 V5, V7, V10, V11 4
9 V8 V3, V4, V5, V9 4
10 V11 V6, V7, V10, V14 4
11 V13 V9, V10, V12, V14 4
12 V16 V12, V14, V15, V17 4
13 V15 V12, V16, V17 3
14 V1 V3, V4 2
15 V7 V6, V11 2
16 V17 V15, V16 2
17 V2 - 0

Langkah selanjutnya adalah menggunakan satu warna untuk mewarnai


simpul pertama yang mempunyai derajat paling tinggi dan mewarnai pula
simpul-simpul lain yang tidak bertetangga dengan simpul pertama sesuai
daftar terurut. Dalam kasus ini dipilih satu warna yaitu kuning. Alur
pengerjaan untuk warna kuning adalah sebagai berikut
Tabel 2.3. Alur pengerjaan warna kuning

No Simpul Warna
1 V9 Kuning
2 V10 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V9
3 V5 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V9
4 V12 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V9
5 V14 Kuning
6 V3 Kuning
7 V4 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V9
8 V6 Kuning

8
9 V8 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V9
10 V11 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V6
11 V13 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V9
12 V16 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V14
13 V15 Kuning
14 V1 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V3
15 V7 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V6
16 V17 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V15
17 V2 Kuning

Berdasarkan Tabel 2.3 dapat disimpulkan bahwa simpul yang diberi


warna kuning adalah V2, V3, V6, V9, V14, dan V15. Langkah selanjutnya adalah
memilih warna kedua untuk simpul yang belum diberi warna dengan derajat
tertinggi dan mewarnai pula simpul-simpul lain yang tidak bertetangga
dengan simpul tersebut sesuai daftar terurut. Dalam kasus ini dipilih warna
kedua yaitu pink. Alur pengerjaan untuk warna pink adalah sebagai berikut

Tabel 2.4. Alur pengerjaan warna pink

No Simpul Warna
1 V9 Kuning
2 V10 Pink
3 V5 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V10
4 V12 Pink
5 V14 Kuning
6 V3 Kuning
7 V4 Pink
8 V6 Kuning
9 V8 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V4
10 V11 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V10
11 V13 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V10
12 V16 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V12
13 V15 Kuning
14 V1 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V4
15 V7 Pink
16 V17 Pink
17 V2 Kuning

9
Berdasarkan Tabel 2.4 dapat disimpulkan bahwa simpul yang diberi
warna pink adalah V4, V7, V10, V12, dan V17. Langkah selanjutnya adalah
memilih warna ketiga untuk simpul yang belum diberi warna dengan derajat
tertinggi dan mewarnai pula simpul-simpul lain yang tidak bertetangga
dengan simpul tersebut sesuai daftar terurut. Dalam kasus ini dipilih warna
ketiga yaitu biru. Alur pengerjaan untuk warna biru adalah sebagai berikut.

Tabel 2.5. Alur pengerjaan warna biru

No Simpul Warna
1 V9 Kuning
2 V10 Pink
3 V5 Biru
4 V12 Pink
5 V14 Kuning
6 V3 Kuning
7 V4 Pink
8 V6 Kuning
9 V8 Tidak diberi warna karena bertetangga dengan V5
10 V11 Biru
11 V13 Biru
12 V16 Biru
13 V15 Kuning
14 V1 Biru
15 V7 Pink
16 V17 Pink
17 V2 Kuning
Berdasarkan Tabel 2.5 dapat disimpulkan bahwa simpul yang diberi
warna Biru adalah V1, V5, V11, V13, dan V16. Langkah selanjutnya adalah
memilih warna keempat untuk simpul yang belum diberi warna dengan
derajat tertinggi dan mewarnai pula simpul-simpul lain yang tidak
bertetangga dengan simpul tersebut sesuai daftar terurut. Dalam kasus ini
dipilih warna keempat yaitu hijau. Alur pengerjaan untuk warna hijau
adalah sebagai berikut.

10
Tabel 2.6. Alur pengerjaan warna hijau

No Simpul Warna
1 V9 Kuning
2 V10 Pink
3 V5 Biru
4 V12 Pink
5 V14 Kuning
6 V3 Kuning
7 V4 Pink
8 V6 Kuning
9 V8 Hijau
10 V11 Biru
11 V13 Biru
12 V16 Biru
13 V15 Kuning
14 V1 Biru
15 V7 Pink
16 V17 Pink
17 V2 Kuning

Berdasarkan Tabel 2.6 dapat disimpulkan bahwa simpul yang diberi


warna hijau adalah V8. Karena semua simpul telah diberi warna, maka
langkah pewarnaan simpul telah selesai. Berdasarkan pewarnaan simpul
yang telah dilakukan didapatkan hasil akhir dari pewarnaan simpul adalah
sebagai berikut.
Tabel 2.7. Daftar warna tiap simpul pada graf

No Warna Simpul
1 Kuning V2, V3, V6, V9, V14, dan V15
2 Pink V4, V7, V10, V12, dan V17
3 Biru V1, V5, V11, V13, dan V16
4 Hijau V8

11
Berdasarkan Tabel 2.7 graf peta karanganyar dapat digambarkan menjadi
graf seperti dalam Gambar 2.7.

Gambar 2.7. Graf yang telah diberi warna

Dari graf tersebut peta Kabupaten Karanganyar dapat digambarkan


sebagai berikut.

Gambar 2.8. Peta Kabupaten Karanganyar yang telah diberi warna

12
Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan
paling sedikit empat warna untuk mewarnai peta Kabupaten Karanganyar
menggunakan algoritma Welch-Powell. Warna yang digunakan adalah
kuning untuk 6 kecamatan (Kec. Colomadu, Kec. Kebakramat, Kec.Kerjo,
Kec. Karanganyar, Kec. Tawangmangu, dan Kec. Jumapolo), pink untuk 5
kecamatan (Kec. Jaten, Kec Jenawi, Kec. Karangpandan, Kec. Jumantono,
dan Kec. Jatipuro), biru untuk 5 kecamatan (Kec. Gondangrejo, Kec.
Mojogedang, Kec. Ngargoyoso, Kec. Matesih, dan Kec. Jatiyoso), dan hijau
untuk satu kecamatan (Kec. Tasikmadu).

13
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan perumusan masalah dan pembahasan pada bab sebelumnya,
maka dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Langkah-langkah pewarnaan graf dengan Algoritma Welch Powell
dinyatakan sebagai berikut.
a. Mendaftarkan simpul-simpul dalam graf G kemudian mengurutkan
berdasarkan derajat yang tinggi ke rendah.
b. Menggunakan satu warna untuk mewarnai simpul pertama yang
mempunyai derajat paling tinggi dan mewarnai pula simpul-simpul
lain yang tidak bertetangga dengan simpul pertama sesuai daftar
terurut .
c. Melakukan hal yang sama dengan langkah kedua yang memiliki
derajat tertinggi berikutnya dalam daftar terurut yang masih belum
diwarnai dengan menggunakan warna kedua yang berbeda dengan
warna pertama.
d. Melakukan pewarnaan dan berhenti sampai semua simpul telah
diwarnai.
2. Setelah pengerjaan dibutuhkan paling sedikit empat warna untuk
mewarnai peta Kabupaten Karanganyar menggunakan algoritma Welch-
Powell. Warna yang digunakan adalah kuning untuk 6 kecamatan (Kec.
Colomadu, Kec. Kebakramat, Kec.Kerjo, Kec. Karanganyar, Kec.
Tawangmangu, dan Kec. Jumapolo), pink untuk 5 kecamatan (Kec.
Jaten, Kec Jenawi, Kec. Karangpandan, Kec. Jumantono, dan Kec.
Jatipuro), biru untuk 5 kecamatan (Kec. Gondangrejo, Kec. Mojogedang,
Kec. Ngargoyoso, Kec. Matesih, dan Kec. Jatiyoso), dan hijau untuk satu
kecamatan (Kec. Tasikmadu).

14
B. Saran
Pada makalah ini, hanya dibahas mengenai hasil pewarnaan graf
menggunakan algoritma Welch-Powell. Oleh karena itu, disarankan untuk
para pembaca yang ingin mengembangkan materi pembahasannya dapat
menggunakan jenis algoritma lain.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ammar, M. (2017). Implementasi Algoritma Sequential dan Welch Powell pada


Pewarnaan Graf (Studi Kasus Pewarnaan Peta Kota Makassar). Jurnal
Varian, 3(1), 28 – 35.

Astuti, S. (2011). Penyusunan Jadwal Ujian Mata Kuliah dengan Algoritma


Pewarnaan Graf Welch Powell. Jurnal Dian, 11 (1).

Chatrand, G., & Lesniak, L. (1986). Graph and Digraph. California: Breg Hubit
Bookwords.

Jonhsonbaugh, R. (2009). Discrete Mathematic. Chicago: Pretice Hall


Internationaal.

Munir, R. (2005). Matematika Diskrit Revisi Kelima. Bandung: Informatika.

Wilson, R. J. (2010). Pengantar Teori Graf Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

16

Anda mungkin juga menyukai