Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PERTANIAN (BA2103)

ANALISIS KUANTITATIF OXIDIZED OIL DAN MINYAK JELANTAH


JENIS KELAPA SAWIT (Elois guinensis)
Tanggal Praktikum : 28 September 2021
Tanggal Pengumpulan : 5 Oktober 2021

Disusun oleh:
Zahira Amalia
11420010
Kelompok 6

Asisten:
Dian Akbar Setiawan
11419046

PROGRAM STUDI REKAYASA PERTANIAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
JATINANGOR
2021
Analisis Kuantitatif Oxidized Oil dan Minyak Jelantah Jenis Kelapa Sawit (Elois
guinensis)
Zahira Amalia ǀ 11420010

ABSTRAK
Oxidized oil merupakan minyak hasil proses oksidasi oleh oksigen terhadap
asam lemak tidak jenuh yang ada di dalam minyak. Sedangkan minyak jelantah jenis
kelapa sawit (Elois guinensis) merupakan minyak goreng yang telah digunakan
beberapa kali penggorengan. Penggunaan berkali-kali pada minyak dapat
menyebabkan penurunan kualitas minyak, dan nilainya dapat ditentukan dari angka
peroksida dan asam lemak bebas pada minyak. Dilakukan pengujian angka peroksida,
bilangan asam, dan kadar asam lemak menggunakan titrasi. Dilakukan titrasi iodometri
untuk menemukan angka peroksida dan titrasi asam basa untuk penentuan bilangan
asam. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan angka peroksida pada oxidized oil
sebesar 147.5 meq/kg sampel dan minyak jelantah sebesar 345.882 meq/kg sampel,
serta bilangan asam pada oxidized oil sebesar 2.222 meq/gram sampel dengan besar
kadar asam lemak 1.422. Bilangan asam pada minyak jelantah sebesar 3.707 meq/gram
sampel dengan besar kadar asam lemak 2.372 %. Hasil yang didapat dalam perhitungan
tersebut menunjukkan bahwa oxidized oil dan minyak jelatah tidak layak untuk
dikonsumsi karena tidak sesuai dengan syarat mutu minyak goreng berdasarkan
literatur.
Kata kunci : Analisis Kuantitatif, Angka peroksida, Asam lemak bebas, Bilangan
Asam, Minyak

PENDAHULUAN
Oxidized oil merupakan minyak yang telah melalui proses oksidasi oleh oksigen
udara terhadap asam lemak tidak jenuh (Fahrina, 2018). Minyak yang teroksidasi akan
berubah warna menjadi gelap dan berbau tengik akibat proses oksidasi terhadap
tokoferol (vitamin E). Terjadi degradasi komponen kimia pada minyak yang
teroksidasi, seperti kerusakan beberapa vitamin dan asam lemak esensial di dalamnya.
Kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi pada minyak menyebabkan minyak
mudah rusak ketika terjadinya kontak dengan oksigen di udara luar yang memicu
terjadinya reaksi oksidasi pada minyak (Husnah & Nurlela, 2020). Autooksidasi
merupakan penyebab utama dari oksidasi lemak yang terjadi melalui pembentukan
radikal bebas dan terjadi pada tiga tahap yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi
(Fahrina, 2018). Oksidasi minyak terjadi karena adanya oksigen dalam minyak dan
udara pengoksidasi dengan peningkatan suhu yang berlebih (Ordonez-Loza et al.,
2021). Minyak jelantah jenis kelapa sawit (Elais guinensis) merupakan minyak yang
memiliki kualitas buruk yang telah diekstraksi dari sisa-sisa limbah minyak hewan
ataupun minyak goreng yang berlebih dan mendapatkan panas berulang kali sehingga
memiliki kadar zat beracun yang tinggi, seperti benzopyrene dan aflatoksin. (Jin et al.,
2021). Sifat kimia yang dimiliki minyak jelantah jenis kelapa sawit (Elais guinensis),
diantaranya minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol, apabila
terjadi pertemuan antara oksigen dengan minyak akan terjadi proses oksidasi, dan pada
proses hidrogenasi dapat menumbuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak
pada minyak, adapun ciri fisik yang ada pada minyak jelantah jenis kelapa sawit (Elais
guinensis) adalah berwarna coklat kekuning-kuningan, berbau tengik, dan terdapat
endapan (Mohammad, 2016). Minyak mendapatkan panas berulang kali sehingga
menyebabkan minyak memiliki kadar zat beracun yang tinggi, seperti benzopyrene dan
aflatoksin (Jin, 2021).
Mekanisme pembentukan peroksida dalam minyak, diantaranya pertama
melalui tahap inisiasi ang melibatkan senyawa oleofin untuk diambil senyawa hidrogen
sehingga menghasilkan senyawa bebas (Nurlela, 2020). Faktor-faktor yang membantu
dalam proses pengambilan hidrogen adalah keberadaan cahaya dan logam.
Selanjutnya, radikal bebas yang terbentuk akam bereaksi dengan oksigen dan
membentuk radikal peroksi. Kemudian, hidrogen diambil dari molekul tak jenuh lain
dan akan menghasilkan peroksida dan radikal bebas baru. Adapun proses pembentukan
angka peroksida mempunyai prinsip yaitu menentukan kadar larutan tiosulfat yang
akan bereaksi dengan iodium yang telah terlepas karena KI jenuh berada dalam suasana
asam (Yeniza dkk., 2019).
Asam lemak dibagi menjadi 2 berdasarkan struktur molekul, yaitu asam lemak
omega-3 dan asam lemak omega-6. Asam lemak omega-3 merupakan asam lemak yang
pada rantai karbon nomor tiga dari ujung gugus metilnya mempunyai posisi ikatan
rangkap pertama, contohnya asam linolenat, asam eikosapentanoat, asam
dokosaheksanoat. Berbeda dengan asam lemak omega-6 yang memiliki ikatan ganda
pertamanya pada posisi ke-6. Contoh asam lemak omega-6, antara lain asam linoleat
dan asam arakidonat (Aziza, 2015).
Minyak goreng yang baik memiliki bau dan rasa yang normal. Minyak juga
haruslah berwarna muda jernih dan kadar airnya dan asam lemak bebas maksimal 0,3%
dan memiliki berat jenis sebesar 0,9 g/liter. Bilangan peroksida maksimum yang boleh
miliki adalah sebesar 1,6 mg oksigen/100 g, bilangan iod sekitar 45-46, bilangan
penyabunan sebesar 196-206, indeks biasnya sebesar 1,448-1,450, dan cemaran
logamnya maksimal 0,1 mg/kg (Yulia & Nuraeni, 2017). Minyak goreng yang layak
memiliki kadar asam lemak bebas maksimal 0,3, sedangkan pada bilangan asam
sebesar 0,6 (Fanani, 2018).
Terdapat KI yang memiliki sifat peroksida dalam uji peroksida, yang dapat
mereduksi iodium yang mengakibatkan I2 bebas dan iodium akan bereaksi dengan
amilum. Penambahan amilum dalam pengujian berfungsi untuk menguji iodium dan
akan membebaskan I2 sehingga menghasilkan warna biru. Selanjutnya, digunakan
reagen natrium tiosulfat untuk menghilangkan warna biru. Asam asetat kloroform 3:2
ditambahkan untuk memisahkan iodium dalam kondisi asam dan berfungsi untuk
melarutkan minyak secara sempurna (Sutisna, 2018). Sementara pada pengujian asam
lemak bebas dan menentukan bilangan asam yang digunakan alkohol yang bersifat
netral agar hasil pengujian tidak terpengaruh sifat asam atau basa alkohol. Terdapat
reagen fenoftalein yang berfungsi untuk menentukan larutan bersifat basa atau tidak.
Warna akan berubah menjadi merah apabila larutan bersifat basa, sedangkan larutan
bersifat asam tidak akan berwarna (Astuti & Wiyantoko, 2018).
Pemakaian KI akan mereduksi iodium sehingga I2 dan iodium akan bereaksi
dengan amilum. Amilum berfungsi menguji iodium dengan menghasilkan warna biru.
Dilakukan pengujian dengan reagen natrium tiosulfat untuk menghilangkan warna
biru. Penambahan asam asetat klorofom 3:2 yang bertujuan memisahkan iodium dalam
suasana asam (Sutisna, 2018). Sementara penggunaan alkohol netral pada uji asam
lemak bertujuan agar pengujian tidak dipengaruhi oleh alkohol yang bersifat asam atau
basa. Digunakan juga reagen fenoftalein, yang berfungsi untuk memastikan larutan
bersifat basa atau tidak. Larutan berwarna merah jika basa dan tidak akan berwarna
jika asam (Astuti dan Wiyantoko, 2018).

TUJUAN

Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk menentukan tingkat


ketengikan atau angka peroksida pada oxidized oil dan minyak jelantah jenis kelapa
sawit (Elais guinensis), dan menentukan kadar asam lemak bebas dan bilangan asam
pada oxidized oil dan minyak jelantah jenis kelapa sawit (Elais guinensis

ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah buret standar, erlemenyer
250 mL, dan penangas. Sementara bahan yang digunakan pada praktikum kali ini
adalah adalah alkohol netral, aquades, fenoftalein, larutan amilum 1 %, larutan asam
asetat kloroform (3:2), dan larutan KI 20% jenuh, minyak jelantah, NaOH, Na2S2O3
0.1 N, dan oxzidized oil.

METODE
1. Penentuan Tingkat Ketengikan Peroksida dari Minyak
Pertama-tama, 5 gram contoh minyak jelantah (Elois guinensis)
ditimbang dan dimasukan ke dalam erlenmeyer tertutup dan ditambahkan
kurang lebih 10 mL larutan asam asetat-kloroform dengan perbandingan
(3:2). Setelah itu, digoyangkan larutan sampai bahan terlarut sepenuhnya.
Selanjutnya, 2 mL larutan KI 20% dan 30 mL aquades ditambahkan dan
didiamkan selama 10 menit dalam ruang gelap. Kemudian, 0,5 mL larutan
amilum 1 % ditambahkan untuk melihat adanya iodium yang dibebaskan.
Dilakukan titrasi kelebihan iod dengan 0,1 N Na2S2O3 sampai warna biru mulai
hilang. Setelah itu, dengan cara yang sama, dilakukan penetapan untuk blanko.
Terakhir, dicari angka peroksida dalam mili ekuivalen dari peroksida setiap
1000 gram contoh.

2. Penentuan Asam Lemak Bebas


Pertama-tama, minyak diaduk dan berada di dalam keadaan cair
pada saat diambil contohnya. Dimasukkan 20 g minyak kelapa kedalam
erlenmeyer. Kemudian, ditambahkan 50 mL alkohol netral dan dipanaskan
sampai mendidih dalam penangas selama 10 menit. Lalu ditambahkan 3 tetes
indikator fenolftalein dan dititrasi dengan larutan 0,1 N NaOH yang telah
distandarkan sampai warna merah jambu tercapai dan tidak hilang selama 10
detik. Dilihat persen lemak bebas yang dinyatakan sebagai oleat pada minyak
dan lemak. Untuk minyak kelapa dan inti kelapa sawit dipastikan
dinyatakan sebagai palmitat, dan asam lemak bebas dinyatakan sebagai % FFA
atau angka asam.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Tingkat ketengikan minyak akibat oksidasi dapat dihitung menggunakan uji
bilangan peroksida (Stier, 2003). Uji ini memiliki prinsip yaitu menentukan banyaknya
kadar larutan tiosulfat yang bereaksi dengan iodium yang telah terlepas karena KI jenuh
pada suasana asam, dan angka peroksida dihitung dengan menggunakan metode titrasi
iodometri (Yeniza dkk., 2019). Prinsip untuk menentukan bilangan peroksida adalah
dengan melarutkan campuran asam asetat glasial, alkohol 95%, dan kloroform. Lalu
direaksikan dengan KI sebanyak 1 gram, didiamkan selama 30 menit di tempat gelap,
kemudian dicampur dan ditambahkan air sebanyak 50ml. Prinsip penetapan bilangan
asam dapat dilakukan dengan cara melarutkan lemak di dalam alkohol 95% ataupun
pelarut organik, kemudian dilakukan penitaran dengan menggunakan larutan basa
(NaOH atau KOH) (Purba, 2017). Sementara kadar asam lemak bebas dapat ditetapkan
menggunakan metode titrasi alkalimetri yang mempunyai prinsip terjadinya reaksi
netralisasi akibat adanya reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dari minyak
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa penitrasi (Sopianti et al., 2017).

Tabel 1. Data Pengamatan Hasil Uji Penentuan Tingkat Ketengikan Peroksida dari
Minyak
Angka
Zat Volume
Massa Zat yang Peroksida
Volume Penitrasi Penitrasi
Jenis Dibutuhkan (mili
Zat Uji Contoh dan yang Dibu
(gram dalam ekuivalen
(mL) Norma tuhkan
/cm3) Percobaan peroksida/
litasnya (mL)
kg)
Asam asetat Na2S2O3 ,
Blanko 5 1 0,5 0
kloroform 0,1 N
Oxidized 3:2 , 2 mL
Na2S2O3,
oil/Minyak 5 0,8 KI 20%,0,5 6,4 147,5
0,1 N
teroksidasi mL amilum
Minyak 1%, 30 mL Na2S2O3,
5 0,85 15,2 345,88
Jelantah aquades 0,1 N

Hasil pengamatan diatas dapat digunakan untuk menentukan bilangan


peroksida. Penentuan bilangan peroksida bertujuan untuk menentukan kualitas dari
suatu minyak. Bilangan peroksida dapat ditentukan dengan melakukan perhitungan.
Misalnya, perhitungan pada oxidized oil dan Minyak jelantah jenis kelapa sawit (Elais
guinensis) berdasarkan data percobaan dapat ditentukan menggunakan persamaan,
sebagai berikut :
𝐴 × 𝑁× 1000
Angka Peroksida =
𝑔𝑟 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

Keterangan :
A = Volume Na2S2O3 contoh – volume Na2S2O3 blanko
N = Normalitas Na2S2O3

• Angka peroksida blanko


(0,5 𝑚𝐿−0,5𝑚𝑙 )× 0,1 𝑁 × 1000
Angka Peroksida =
(5 ×1) 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
𝑚𝑒𝑞
=0
𝑘𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
• Angka peroksida oxidized oil/minyak teroksidasi
(6,4 𝑚𝐿−0,5 𝑚𝑙 )× 0,1 𝑁 × 1000
Angka Peroksida =
(5 ×0,8) 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
𝑚𝑒𝑞
= 147,5
𝑘𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
• Angka peroksida minyak jelantah (Elois guinensis)
(15,2 𝑚𝐿−0,5 𝑚𝑙 )× 0,1 𝑁 × 1000
Angka Peroksida =
(5 ×0,85) 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
𝑚𝑒𝑞
= 345,88
𝑘𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Gambar 1. Reaksi Penambahan KI pada Minyak


(Sumber: Yeniza dan Asmara, 2019)

Gambar 2. Reaksi Titrasi dengan Na2S2O3


(Sumber: Yeniza dan Asmara, 2019)

Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan angka peroksida pada blanko


sebesar 0 mili ekuivalen/ kg sampel, pada oxidized oil/minyak teroksidasi sebesar 147,5
mili ekuivalen/ kg sampel, dan pada minyak jelantah jenis kelapa sawit (Elais
guinensis) sebesar 345,88 mili ekuivalen/ kg sampel. Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut, dapat dilihat bahwa bilangan peroksida lebih tinggi oxidized oil lebih tinggi
dibandingkan minyak jelantah jenis kelapa sawit (Elais guinensis). Nilai bilangan
peroksida ini menunjukkan bahwa mutu kedua minyak yang dijadikan sampel kurang
baik, sebab kadar peroksida yang baik pada minyak adalah sebesar 1,0007-1,008 mili
equivalen/kg sampel berdasarkan literatur. Karena itu, minyak jelantah jenis kelapa
sawit (Elais guinensis) dan oxidized oil yang digunakan sebagai sampel tidak aman
untuk dikonsumsi (Vinsesnsius, 2020).

Tabel 2. Data Hasil Pengujian Penentuan Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid)
Zat Uji Volume Massa Zat yang Zat Volume Angka Bil. %FFA /
Contoh Jenis Dibutuhkan Penitrasi Penitrasi Asam Kadar Asam
(mL) (gram (mL) (meq/gr Lemak Bebas
/cm3) sampel) (%/kg
sampel)
Minyak 25 0,8 50 mL NaOH, 11 2,222 1,422 %
teroksidasi Alkohol 0,101 N
(Oxidized netral dan 3
oil) tetes
fenoftalein
Minyak 25 0,85 50 mL NaOH , 19,5 3,7202 2,373 %
Jelantah Alkohol 0,101 N
netral dan 3
tetes
fenoftalein

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat ditentukan bilangan asam dan kadar asam
lemak bebas. Bilangan asam dan kadar asam lemak dapat digunakan untuk menentukan
kualitas minyak pada sampel. Bilangan asam dan kadar asam pada pengujian oxidized
oil dan minyak jelantah jenis kelapa sawit (Elais guinensis) dapat ditentukan melalui
persamaan dengan rumus :

𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑀𝑅 𝑏𝑎𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑁𝑎𝑂𝐻)


• Bilangan asam =
𝑔 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑀𝑅 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 100 %
• % FFA = ×
𝑔 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 1000

• Bilangan asam pada oxidized oil


11 𝑚𝐿 × 0,101 𝑁 × 40 𝑚𝑒𝑞
Bilangan asam = 𝑔𝑟 = 2,222 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(25 ×0,8)
𝑐𝑚3
• Bilangan asam pada minyak jelantah (Elois guinensis)
19,5 𝑚𝐿 ×0,101 𝑁 × 40 𝑚𝑒𝑞
Bilangan asam = = 3,7202 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
25 𝑚𝑙 ×0,8 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
• Kadar asam lemak bebas pada oxidized oil
11 𝑚𝐿 × 0,101 𝑁 × 256 100 %
% FFA = × = 1,422 %
25 𝑚𝑙 ×0,8 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 1000
• Kadar asam lemak bebas minyak jelantah (Elois guinensis)
19,5 𝑚𝐿 ×0,101 𝑁 × 256 100 %
% FFA = × = 2,373 %
25 𝑚𝑙 ×0,85 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 1000

Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai bilangan asam pada oxidized


oil/minyak teroksidasi sebesar 2,222 meq/gram sampel, dan pada minyak jelantah jenis
kelapa sawit (Elais guinensis) sebesar 3,7202 meq/gram sampel. Sementara dengan
nilai kadar asam lemak bebas pada oxidized oil/minyak teroksidasi sebesar 1,422 %,
dan pada minyak jelantah jenis kelapa sawit (Elais guinensis) sebesar 2,373 %.
Berdasarkan standar International Fishmeal and Oil Manufactures Association, angka
asam pada minyak yang layak dikonsumsi adalah sebesar 0,125 mg KOH/ gram
sampel. Tetapi berdasarkan hasil perhitungan, minyak jelantah jenis kelapa sawit (Elais
guinensis) dan oxidized oil memiliki bilangan asam yang cukup tinggi sehingga sudah
tidak baik untuk dikonsumsi (Fanani, 2018). Bilangan asam menggambarkan
banyaknya asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak, dan semakin besar nilai
asam, semakin rendah kualitas minyak (Putri et al., 2020). Sedangkan untuk persentase
FFA, nilai standarnya adalah 0,3%, dan kedua sampel yang dihitung nilainya jelas
melebihi nilai standar sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas mutunya buruk.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempercepat kerusakan pada minyak,
diantaranya cahaya, panas, logam (besi dan tembaga), senyawa oksidator pada bahan
pahan yang digoreng, jumlah oksigen yang berinteraksi dengan lemak tidak jenuh
dalam minyak dan lemak, derajat ketidakjenuhan asam lemak dalam minyak, dan
adanya antioksidan (Rorong et al., 2019). Timbulnya kerusakan pada minyak terjadi
akibat adanya reaksi oksidasi, keberadaan enzim, dan hidrolisis pada senyawa minyak.
Proses oksidasi merupakan salah satu penyebab terhadap penurunan kualitas atau
kerusakan pada minyak. Oksidasi minyak dapat dipengaruhi jenis asam lemak tak
jenuh, kandungan antioksidan, temperatur, keberadaan oksigen, cahaya dan logam
(Ariono et al., 2017). Sementara Purba (2017), menyebutkan bahwa proses hidrolisis
lemak menjadi salah satu faktor kerusakan lemak karena mengandung asam lemak
jenuh yang berantai pendek. Enzim peroksida juga dapat mengoksidasi asam lemak
jenuh sehingga terbentuk peroksida, dan pada ikatan karbon dapat mengoksidasi asam
lemak jenuh sehingga membentuk asam keton yang akhirnya membentuk metil keton.
Penggunaan minyak yang berulang kali juga dapat menjadi faktor minyak mengalami
kerusakan hal ini dikarenakan ikatan rangkap akan teroksidasi dan akan membentuk
gugus peroksida dalam monomer siklik (Munawaroh, 2018).
Indikator kerusakan minyak pada minyak dapat dilihat dari perubahan sifat
fisika dan kimianya, yaitu dari bilangan asam dan kandungan asam lemak bebas
didalamnya (Ati et al., 2020). Semakin tinggi kadar asam lemak bebas mengakibatkan
kualitas minyak goreng akan semakin rendah (Munawaroh, 2018). Indikator lain yang
dapat menentukan kerusakan minyak adalah bilangan peroksida. Bilangan peroksida
menentukan minyak tersebut layak untuk dikonsumsi ataupun tidak (Khoirunnisa et
al., 2020). Keberadaan senyawa peroksida dapat diketahui dari bau tengik pada
minyak, yang berasal dari senyawa peroksida dan mempercepat kerusakan bahan pakan
(Nisyak et al., 2019). Minyak yang layak dikonsumsi berwarna kuning bening,
sementara minyak yang sudah tidak layak konsumsi akan berwarna kehitaman atau
kecokelatan karena adanya auto-oksidasi pada minyak (Nasir et al., 2014).

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa nilai peroksida pada
oxidized oil sebesar 147,5 mili ekuivalen/ kg sampel, sedangkan pada minyak jelantah
jenis kelapa sawit (Elais guinensis) nilainya sebesar 345,882 mili ekuivalen/ kg sampel.
Kadar asam lemak bebas pada oxidized oil ditemukan sebesar 1,422 %, dengan
bilangan asam pada oxidized oil sebesar 2,222 meq/gram sampel, dan kadar asam
lemak bebas pada minyak jelantah jenis kelapa sawit (Elais guinensis) sebesar 2,372
%, dengan bilangan asam pada sebesar 3,707 meq/gram sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Ariono, D., Christian, M., Irfan, P., Suharno, S., & Tamara, A. (2017). Pengaruh
penambahan ekstrak bahan alami terhadap laju oksidasi minyak
kelapa.Reaktor, 17(3), 157-165.
Astuti., &Wiyantoko, B. (2018). Ekstrak (Clitoria ternatea L) sebagai inndikator
pengujian titrasi asam basa. Indonesian Journal of Chemical Analysis, 1(1), 1-
8
Ati, V. M., Mauboy, R. S., & Keneng, M. S. (2020). Pengujian kadar bilangan
peroksida dan asam lemak bebas minyak kelapa (Cocos nucifera L.) kelentik.
Jurnal Biotropikal Sains, 17(2), 24-30.
Aziza, I. N. (2015). Perbandingan kandungan omega 3 dalam minyak ikan bandeng
(Chanos chanos Forsskal) yang segar dengan ikan bandeng yang dikeringkan
di pasar. [Doctoral dissertation, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Islam Bandung (UNISBA)]. Repository Unisba.
http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/4791/05bab1_aziza
_10060311010_skr_2015.pdf?sequence=5&isAllowed=y
Fahrina, A. N. A. (2018). Pengaruh penambahan serbuk biji alpukat
(PerseaAmericane Mill) terhadap penurunan bilangan peroksida pada minyak
jelantah. [Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang].
Repository Unimus. http://repository.unimus.ac.id/3252/3/BAB%20II.pdf
Fanani, N.,& Ningsih, E. (2018). Analisis kualitas minyak goreng habis pakai yang
digunakan oleh pedagang penyetan didaerah rungkut Surabaya ditinjau dari
kadar aair dan kadar asam lemak bebas. Jurnal Iptek, 22(2), 59-66.
Husnah., & Nurlela. (2020). Analisa bilangan peroksida terhadap kualitas minyak
goreng sebelum dan sesudah dipakai berulang. Jurnal Redoks, 5(1), 65-71.
Jin, H., Li, H., Yin, Z., Zhu, Y., Lu, A., Zhao, D., & Li, C. (2021). Application of
Raman spectroscopy in the rapid detection of waste cooking oil. Food
Chemistry, 362, 130-191.
Khoirunnisa, Z., Wardana, A. S., & Rauf, R. (2020). Angka asam dan peroksida
minyak jelantah dari penggorengan lele secara berulang. Jurnal
Kesehatan, 12(2), 81-90.
Mohammad, G. K. (2016). Prototype biodiesel sistem kontinyu (pengaruh jenis dan
konsentrasi katalis terhadap biodiesel yang dihasilkan dari minyak jelantah).
[Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya]. Eprints Polsri.
http://eprints.polsri.ac.id/4087/3/Bab%202.pdf
Munawaroh, A. (2018). Analisis bilangan asam dan angka perosida pada produk
kerupuk kulit di kp. sukaregang kabupaten garut. [Skripsi, Universitas
Pasundan].Repository.unpas.ac.id.http://repository.unpas.ac.id/41189/1/Aziza
Munawaroh_143020471_TeknikPangan.pdf
Nasir, Neil S.W., Nurhaeni., & Musafira. (2014). Pemanfaatan arang aktif kulit pisang
kepok (Musa normalis) sebagai absorben untuk menurunkan angka peroksida
dan asam lemak bebas minyak goreng bekas. Journal Of Natural Science, 3(1),
24-25.
Nisyak,K., Y.A.Praasetya., dan A.Hisbiyah. (2019). Biokimia: Penuntun Praktikum
Biokimia. Makassar: Qiara Media.
Ordonez-Loza, J., Chejne, F., Jameel, A. G. A., Telalovic, S., Arrieta, A. A., & Sarathy,
S. M. (2021). An investigation into the pyrolysis and oxidation of bio-oil from
sugarcane bagasse: Kinetics and evolved gases using TGA-FTIR. Journal of
Environmental Chemical Engineering, 9(5), 106-144.
Purba, G., Hamzah, F., & Restuhadi, F. (2017). Pemanfaatan arang aktif dari ampas
tebu (Saccharum officinarum) pada pemurnian minyak goreng bekas dengan
metode aktivasi kimia-fisika menggunakan H3PO4. Jurnal JOM Faperta, 4(1),
1-15.
Putri, D. N., Wibowo, Y. M. N., Santoso, E. N., & Romadhani, P. (2020). Sifat
fisikokimia dan profil asam lemak minyak ikan dari kepala kakap merah
(Lutjanus malabaricus). AgriTech, 40(1), 31-38.
Rorong, J., Aritonang, H. F., & Ranti, F. P. (2019). Sintesis metil ester asam lemak dari
minyak kelapa hasil pemanasan. Chemistry Progress, 1(1), 9-18
Sopianti, D., Herliana., & Saputra, H. (2017). Penetapan kadar asam lemak bebas pada
minyak goreng. Jurnal Katalisator, 2(2), 100-105.
Sutisna, A. (2018). Penentuan angka dissoved oxygen pada air sumur warga sekitar
industry cv. bumi waras bandar lampung. Jurnal Analisis Farmasi, 3(4), 246-
251.
Vinsensius, M., Rony, S., Mauboy., & Keneng, A.R.S.M. (2020). Pengujian kadar
bilangan peroksida dan asam lemak bebas minyak kelapa (Cocos nucifera L.)
kelentik. Jurnal Biotropikal Sains, 17(2), 24-30.
Yeniza., & Asmara, A.P. (2019). Penentuan bilangan peroksida minyak rbd (Refined
bleached deodorized) olein PT. PHPO dengan metode titrasi iodometri.
AMINA, 1(2), 81.
Yulia, E., & Nuraeni, F. (2017). Kualitas minyak goreng curah yang berada di pasar
tradisional di daerah jabotabek pada berbagai penyimpanan. Ekologia, 17(2),
29-38.
LAMPIRAN
Tabel 3. Dokumentasi Hasil Pengamatan
Sebelum Reaksi Setelah Reaksi Keterangan

Blanko berwarna putih


bening sebelum
direaksikan dengan
amilum 1 %, minyak
jelantah (Elais
guinensis) berwarna
coklat tua, dan
oxcidized oil akan
Gambar 1. Blanko, minyak Gambar 2. Blanko, minyak berwarna kuning-
jelantah (Elais guinensis) dan jelantah (Elais guinensis) dan bening, dan setelah
oxidized oil sebelum ditambahkan oxidized oil setelah ditambahkan diberi amilum 1 %
amilum sebanyak 1 % amilum sebanyak 1 % warna berubah putih
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, (Sumber: Dokumentasi Pribadi, keruh pada banko, dan
2021). 2021). berwarna biru pada
minyak jelantah (Elais
guinensis)dan oxidized
oil.

Blanko berwarna putih


keruh, minyak jelantah
(Elais guinensis) dan
oxidized oil berwarna
biru sebelum di titrasi
dengan Na2S2O3,
kemudian setelah
ditambahkan Na2S2O3
Gambar 3. Blanko, minyak Gambar 4. Blanko, minyak hilang warna birunya.
jelantah (Elais guinensis) dan jelantah (Elais guinensis) dan
oxidized oil sebelum dititrasi oxidized oil setelah dititrasi dengan
dengan Na2S2O3 Na2S2O3
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, (Sumber: Dokumentasi Pribadi,
2021). 2021).
Minyak jelantah (Elais
guinensis) berwarna
coklat, dan oxidized
oil berarna kuning
keruh sebelum diberi
fenoftalein dan setelah
ditetesi fenoftalein
tidak ada warna merah
Gambar 5. Minyak jelantah (Elais Gambar 6. Minyak jelantah (Elais pada minyak jelantah
guinensis) dan oxidized oil sebelum guinensis) dan oxidized oil setelah (Elais guinensis) dan
diberi fonoftalein diberi fonoftalein oxidized oil, hal ini
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, (Sumber: Dokumentasi Pribadi, menadakan larutan
2021). 2021). bersifat asam.

Minyak jelantah (Elais


guinensis) berwarna
coklat dan oxidized oil
berwarna kuning
keruh sebelum di
ditrasi dengan NaOH,
dan setelah dititrasi
dengan NaOH minyak
Gambar 7. Minyak jelantah (Elais Gambar 8. Minyak jelantah (Elais jelantah (Elais
guinensis) dan oxidized oil sebelum guinensis) dan oxidized oil setelah guinensis) berubah
dititrasi dengan NaOH dititrasi dengan NaOH menjadi berwarna
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, (Sumber: Dokumentasi Pribadi, merah muda, dan
2021). 2021). oxidized oil berubah
menjadi warna merah
jambu.

Anda mungkin juga menyukai