240210130123
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Pemakaian minyak goreng secara berulang dengan suhu yang tinggi akan
menyebabkan minyak mengalami perubahan sifat fisiko kimia (kerusakan
minyak) seperti warna, bau, meningkatnya asam lemak bebas (FFA), serta
banyaknya kandungan logam (Aisyah dkk, 2010). Kerusakan minyak yang utama
adalah karena peristiwa oksidasi, hasil yang diakibatkan oksidasi lemak antara
lain peroksida, asam lemak, aldehid, dan keton. Bau tengik terutama diakibatkan
oleh aldehid dan keton (Soedarmadji, 2007).
4.1 Uji Kreis
Pengujian untuk mengetahui ketengikan minyak dapat dilakukan dengan
berbagai
pengujian
kualitatif
maupun
kuantitatif.
Praktikum
Teknologi
Hasil (+/ - )
-
Gambar
+
+
Lismi Lidyawanti
240210130123
menghasilkan produk kompleks yang menyebabkan timbulnya rasa dan bau
menyimpang pada lemak (Lehninger 1982).
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa sampel minyak kelapa
sawit baru dan minyak kelapa sawit 1x penggorengan tidak membentuk cincin
warna merah atau coklat sehingg dapat mengindikasi bahwa sampel tersebut
belum mengalami proses ketengikan sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel
minyak kelapa sawit baru dan digoreng 1x masih layak untuk digunakan.
Sedangkan minyak sawit bekas penggorengan 2x dan 3x sudah mengalami
ketengikan sehingga tidak layak untuk digunakan.
Hasil percobaan sampel minyak kelapa tengik menghasilkan reaksi positif,
yaitu terbentuk cincin berwarna merah atau coklat. Minyak kelapa tengik
memiliki ketengikan yang tinggi karena mengandung asam lemak tak jenuh lebih
banyak dibanding asam lemak jenuhnya sehingga mudah dioksidasi oleh oksigen
dan menghasilkan bau yang tengik. Sementara itu, lemak hewan, minyak kelapa
dan mentega menghasilkan uji ketengikan yang negatif, karena ketiganyanya
memiliki kandungan asam lemak jenuh yang lebih banyak dibandingkan asam
lemak tak jenuhnya (Hart 2003).
Intensitas warna berbanding lurus dengan tingkat ketengikan oksidatif. Uji
ini merupakan uji kualitatif, namun dapat juga dijadikan sebagai uji kuantitatif
dengan mengukur intensitas warna yang dihasilkan.
4.2 Netralisasi Minyak
Asam lemak bebas yang terdapat pada minyak terbentuk akibat hidrolisis
dan oksidasi dari minyak. Hidrolisis minyak terjadi karena adanya sejumlah air
dalam minyak. Air ini bisa berasal dari bahan atau uap air yang jatuh ke dalam
minyak yang mengakibatkan minyak berbau tengik dan mempunyai rasa getir.
Asam lemak bebas dapat dinetralkan dengan proses netralisasi. Netralisasi adalah
suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak dengan
cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga
membentuk sabun (Ketaren, 1986).
Lismi Lidyawanti
240210130123
(0,4N)
1 : 12
(0,2N)
(0,4N)
1 : 23
(0,2N)
(0,4N)
1 : 24
Rend
emen
Warna
Aroma
68
Atas:
putih,
bawah:
kuning
kecokla
tan
Khas
kelapa
Bening
keruh
Khas
kelapa
Agak
keruh
kuning
pekat
Khas
kelapa
Kuning
Khas
0.7
0.5
5
5
2.8
3.4
1.8012
1.4962
56
68
0.25
0.5
5
5
3.5
4
1.1814
1.215
70
80
0.35
0.5
5
5
4.2
2.5
1.4258
1.6397
84
50
Lismi Lidyawanti
240210130123
(0.2N)
(0,4N)
0.3
5
2.8
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)
bening
1.7075
kelapa
56
Lismi Lidyawanti
240210130123
sabun dalam minyak, sehingga mempersulit pemisahan soap stock (Djatmiko dan
Ketaren, 1985).
Warna minyak yang dihasilkan dari proses netralisasi lebih jernih dari
sebelumnya. Hendrix (1990) menyatakan bahwa kotoran yang akan dibuang
dalam netralisasi adalah asam lemak bebas, fosfatida, ion logam, zat warna,
karbohidrat, protein, hasil samping oksidasi, hidrokarbon, dan zat padat. Selain itu
dijelaskan pula oleh Thieme (1968), bahwa netralisasi sebagai salah satu tahapan
proses pemurnian minyak bertujuan untuk mengurangi gum yang masih
tertinggal, untuk memperbaiki rasa dan mengurangi warna gelap dari minyak
tersebut.
Lismi Lidyawanti
240210130123
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum mengenai uji kreis dan netralisasi didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
Hasil uji kreis pada sampel minyak kelapa baru dan minyak kelapa bekas
1x penggorengan menunjukan hasil negatif tidak terbentuk cincin merah
atau coklat
Hasil uji kreis pada sampel minyak kelapa 2x dan 3x bekas penggorengan
5.2 Saran
Dari hasil praktikum mengenai uji kreis dan netralisasi didapatkan saran
sebagai berikut :
Saat pengujian uji kreis harus diamati dengan teliti agar tidak terjadi
DAFTAR PUSTAKA
Lismi Lidyawanti
240210130123
Aisyah, S., Eny Yulianti, dan A. Ghanaim Fasya. 2010. Penurunan Angka
Peroksida dan Asam Lemak Bebas (FFA) pada Proses Bleaching Minyak
Goreng Bekas oleh Karbon Aktif Polong Buah Kelor (Moringa Oliefera.
Lamk) dengan Aktivasi NaCl. Jurnal Alchemy Vol. 1 No. 2 Maret 2010
hal: 53-103
Djatmiko B, dan Ketaren S. 1985. Pemurnian Minyak. Fakultas Teknologi
Pertanian IPB, Bogor.
Gulla, S. and K. Waghray. 2011. Effect of Storage on Physico-chemical
Characteristics and Fatty Acid Composition of Selected Oil Blends. J L S,
3(1): 35-46
Hart Harold et al. 2003. Kimia Organik. Suminar Setiati Achmadi, penerjemah;
Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry.
Hendrix, B. 1990. Netralization I Theory and Practice of Conventional Caustic
(NaOH) Refining. Di dalam Erickson, D. R. (ed). 1990. Edible Fats and
Oils Processing Basic Principles and Modern Practices. World Conference
Proceedings. American Oil Chemists, Illinois, USA.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia UIPress, Jakarta.
Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Thenawijaya M, penerjemah.
Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Soedarmadji, S. 2007. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty,
Yogyakarta.
Thieme, J G. 1968. Coconut Oil Processing. Food Agricultural Organization.
Agricultural Development Paper (89), Rome.