Jama’ah sholat Isya dan tarawih yang insya Allah dimuliakan oleh Allah, kaum muslimin
yang saya cintai karena Allaah. Semoga Allaah subhanahu wa ta’ala selalu menjaga kita.
Hati-hati sifat ‘ujub di dalam Ramadhan, sifat ujub dikatakan oleh para ulama diantaranya
disebutkan di dalam kitab lisaanul ‘arab yaitu:
“ engkau melihat, bahwa engkau memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain “.
Itulah ujub, merasa memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain. Bangga dengan
yang dimiliki, menganggap orang lain tidak memilikinya.
Nah sifat ujub ini ahibbati hafidzakumullaahu ta’ala, di dalam Al-Qur’an tercela. Allaah
subhanahu wa ta’ala menceritakan dalam surah al kahfi ayat 32-36, tentang dua orang petani.
Yang satu mukmin ( beriman ), yang satu kafir. Yang kafir ini, dia mempunyai sifat ‘ujub
dengan kebunnya yang banyak menghasilkan buah-buahan, dia mengatakan :
َو َد َخ َل َجنَّتَهٗ َوهُ َو ظَالِ ٌم لِّنَ ْف ِس ٖه ۚ قَا َل َم ۤا اَظُ ُّن اَ ْن تَبِ ْي َد ٰه ِذ ٖۤه اَبَ ًد ۙا
Yang artinya : “ Dan dia memasuki kebunnya sedang dalam keadaan dia dzalim terhadap
dirinya sendiri ( karena ujub ) ia berkata: “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-
lamanya “
” ُْجبُهُ نَ ْف ُسه
ِ “ تُع
Artinya : “ . . . Dirinya merasa bangga dengan apa yang dia miliki . . .“
Pantas memang akhirnya para ulama mengingatkan kita tentang ‘ujub, seperti perkataan
Umar bin khattab radhiallaahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh imam abdil barr dalam kitab
beliau jami’ al bayan al ‘ilmi wa fadhlihi, beliau mengatakan :
“ yang paling aku takuti atas kalian adalah kalian dibinasakan oleh tiga sifat “
Salah satu sifat ujub yang sangat berbahaya di dalam bulan Ramadhan adalah merasa sudah
banyak amal, merasa sudah banyak khatam Qur’an, sudah banyak sedekah, sudah puasa,
sudah taraweh, sudah do’a, sudah dzikir, apalagi?.
Padahal ulama-ulama terdahulu, mereka senantiasa kalau sudah beramal, maka mereka akan
ada rasa takut di dalam diri mereka.
KEHATI-HATIAN PARA SAHABAT TERHADAP SIFAT UJUB
Sebagaimana perkataan Abdullah bin Abi Mulaikah rahimahullaah, seorang tabi’in, ( yang
disebutkan dalam shahih bukhari ) :
“ aku mendapati tiga puluh dari sahabat rasul shallallaahu ‘alayhi wa sallam ( seluruh dari
mereka ) khawatir kemunafikan terhadap diri mereka, tidak ada diantara mereka seorang
pun yang mengatakan bahwa iman mereka seperti imannya jibril dan mikail. “
Ini kebiasaan para sahabat radhiallaahu ‘anhu, mereka sangat takut, lihat lagi perkataan Abu
Darda radhiallaahu ‘anhu :
“ jika aku yakin bahwa Allaah ( subhanahu wa ta’ala ) menerima dariku satu shalat saja,
maka itu semua lebih aku cintai dibandingkan dunia dan seisinya “
Kenapa ? karena Allaah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surah al-maidah ayat 27 :
Itu perkataan dikatakan di dalam kitab tafsir Imam Ibnu Katsirah rahimahullaahu ta’ala.
Begitu juga Ali bin Abi Thalib radhiallaahu ‘anhu beliau mengatakan :
“ Jadilah kalian orang-orang yang selalu perhatian terhadap diterimanya amal, lebih
perhatian dibandingkan dengan beramal itu sendiri. Apakah kalian tidak mendengar Allaah
subhanahu wa ta’ala berfirman : sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang
yang bertaqwa “
Maka jama’ah sholat isya dan tarwih sekalian, yang sudah banyak beramal dalam bulan
Ramadhan, puasa, tarawih, baca qur’an, berdzikir, berdo’a, minta kepada Allaah subhanahu
wa ta’ala. Agar senantiasa diterima amal ibadahnya, karena kita gak tahu apakah kita
diterima amal ibadahnya atau tidak.
Terakhir saya akan menyebutkan pesan dari para ulama tentang bagaimana cara mengobati
penyakit ujub dalam diri kita. Yaitu :
( Pertama )
“ Hendaknya selalu mengingatkan pada diri sendiri bahwa masih banyak yang kurang di
dalam diri kita “
Kalau seandainya kita merasa ujub dengan ibadah kita, dengan hafalan kita, dengan hal-hal
yang ada dalam diri kita, maka kita harus merasa “masih banyak yang kurang dalam diri
saya” masih banyak yang kurang, terus ingatkan.
( Yang kedua )
“ Kita harus menancapkan di dalam diri kita bahwa apapun prestasi ibadah yang kita
kerjakan dalam ramadhan ini khususnya, itu adalah murni dari Allaah”
( Yang ketiga )
“ Hendaknya kita selalu mengingat bahwa, amalan yang kita kerjakan belum sempurna,
amalan yang kita kerjakan belum seperti yang diinginkan oleh Allaah ”
Akhirnya terus kita memperbaiki amalnya, semoga kita senantiasa dimudahkan oleh Allaah
agar dimudahkan beramal, dan agar amalan kita diterima oleh Allaah subhanahu wa ta’ala.
Wassalaamu’alaykum warahmatullaahi wabarakatuhu.