Anda di halaman 1dari 42

Doa Agar diselamatkan dari penyakit Syuh

(Tamak & kikir)

Ada sebuah do’a sederhana yang jaami’ (singkat dan syarat makna) yang sudah sepatutnya kita
menghafalkannya karena amat bermanfaat. Do’a ini berisi permintaan agar kita terhindar dari
penyakit hati yaitu ‘syuh’ (pelit lagi tamak) yang merupakan penyakit yang amat berbahaya.
Penyakit tersebut membuat kita tidak pernah puas dengan pemberian dan nikmat Allah Ta’ala,
dan dapat mengantarkan pada kerusakan lainnya. Do’a ini kami ambil dari buku “Ad Du’aa’ min
Al Kitab wa As Sunnah” yang disusun oleh Syaikh Dr. Sa’id bin Wahf Al Qohthoni
hafizhohullah.
Do’a tersebut adalah,
َ‫ ِمنَ ْال ُم ْفلِ ِحين‬3‫اللَّهُ َّم قِنِي ُش َّح نَ ْف ِسي َواجْ َع ْلنِي‬
“Allahumma qinii syuhha nafsii, waj’alnii minal muflihiin” (Ya Allah, hilangkanlah dariku sifat
pelit(lagi tamak), dan jadikanlah aku orang-orang yang beruntung).
Do’a ini diambil dari firman Allah Ta’ala dalam surat Ath Taghobun ayat 16,
َ‫ق ُش َّح نَ ْف ِس ِه فَأُولَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬
َ ‫َو َم ْن يُو‬
“Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang
yang beruntung.”
Kosakata
“‫ ”الشح‬berarti bakhl (pelit) lagi hirsh (tamak/ rakus). Sifat inilah yang sudah jadi tabiat manusia
sebagaimana Allah berfirman,
‫ت األ ْنفُسُ ال ُّش َّح‬ ِ ْ‫َوأُح‬
3ِ ‫ض َر‬
“Walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir.” (QS. An Nisa’: 128)
“‫ ”الفالح‬artinya beruntung dan menggapai harapan. Yang dimaksudkan al falah
(beruntung/menang) ada dua macam yaitu al falah di dunia dan di akhirat. Di dunia yaitu dengan
memperoleh kebahagiaan dengan hidup yang menyenangkan. Sedangkan kebahagiaan di akhirat
yang paling tinggi adalah mendapat surga Allah.
Kandungan Do’a
Do’a ini berisi hal meminta berlindung dari sifat-sifat jelek yang biasa menimpa manusia yaitu
penyakit “syuh” yakni pelit dan tamak pada dunia. Orang yang memiliki sifat jelek ini akan
terlalu bergantung pada harta sehingga enggan untuk berinfak atau mengeluarkan hartanya di
jalan yang wajib atau pun di jalan yang disunnahkan. Bahkan sifat “syuh” ini dapat
mengantarkan pada pertumpahan darah, menghalalkan yang haram, berbuat zholim, dan berbuat
fujur (tindak maksiat). Sifat ini “syuh” ini benar-benar akan mengantarkan pada kejelekan,
bahkan kehancuran di dunia dan akhirat. Oleh karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
memperingatkan adanya penyakit “syuh” ini dan beliau menjelaskan bahwa penyakit itulah
sebab kehancuran. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
‫ َوأَ َم َرهُ ْم‬،‫ َوأَ َم َرهُ ْم بِ ْالب ُْخ ِل فَبَ ِخلُوا‬،‫ أَ َم َرهُ ْم بِ ْالقَ ِطي َع ِة فَقَطَعُوا‬:‫ك َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم‬
َ َ‫ فَإِ َّن ال ُّش َّح أَ ْهل‬،َّ‫م َوال ُّشح‬3ْ ‫َوإِيَّا ُك‬
‫ُور فَفَ َجرُوا‬ ِ ‫بِ ْالفُج‬
“Waspadalah dengan sifat ‘syuh’ (tamak lagi pelit) karena sifat ‘syuh’ yang membinasakan
orang-orang sebelum kalian. Sifat itu memerintahkan mereka untuk bersifat bakhil (pelit), maka
mereka pun bersifat bakhil. Sifat itu memerintahkan mereka untuk memutuskan hubungan
kekerabatan, maka mereka pun memutuskan hubungan kekerabatan. Dan Sifat itu
memerintahkan mereka berbuat dosa, maka mereka pun berbuat dosa” (HR. Ahmad 2/195.
Dikatakan Shohih oleh Syaikh Al Arnauth)
Sufyan Ats Tsauri pernah mengatakan, “Aku pernah melakukan thowaf mengelilingi Ka’bah.
Kemudian aku melihat seseorang berdo’a ‘Allahumma qinii syuhha nafsii’, dia tidak menambah
lebih dari itu. Kemudian aku katakan padanya, ‘Jika saja diriku terselamatkan dari sifat ‘syuh’,
tentu aku tidak akan mencuri harta orang, aku tidak akan berzina dan aku tidak akan melakukan
maksiat lainnya’. Laki-laki yang berdo’a tadi ternyata adalah ‘Abdurrahman bin ‘Auf, seorang
sahabat yang mulia. (Dibawakan oleh Ibnu Katsir pada tafsir Surat Al Hasyr ayat 10).
Lalu bagian do’a yang terakhir,
َ‫ ِمنَ ْال ُم ْفلِ ِحين‬3‫َواجْ َع ْلنِي‬
“Waj’alnii minal muflihiin” (Ya Allah, dan jadikanlah aku orang-orang yang beruntung).
Maksud do’a ini adalahb jadikanlah orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Jika ia
telah mendapakan hal ini, itu berarti ia telah mendapatkan seluruh permintaan dan selamat dari
segala derita.
[Tulisan ini disarikan dari kitab “Syarh Ad Du’a minal Kitab was Sunnah lisy Syaikh Sa’id bin
Wahf Al Qohthoni”[1]. Pensyarh: Mahir bin ‘Abdul Humaid bin Muqoddam]

Doa Agar Baik dalam amalan Akhir

Do’a sederhana yang sudah sepatutnya kita hafal dan amalkan karena begitu ringkas namun
kandungannya amat mendalam.
Do’a tersebut adalah:
ِ ‫ي ال ُّد ْنيَا َو َع َذا‬ ِ ‫ َو‬،‫ور ُكلِّهَا‬ ُ
‫ب اآل ِخ َر ِة‬ ِ ‫أجرْ نَا ِم ْن ِخ ْز‬ ِ ‫ فِي األ ُم‬3‫الله ّم أحْ ِس ْن عَاقِبَتَنَا‬
Allahumma ahsin ‘aqibatanaa fil umuuri kullihaa, wa ajirnaa min khizyid dunyaa wa ‘adzabil
akhiroh. (Ya Allah, baguskanlah setiap akhir urusan kami, dan selamatkanlah dari kebinasaan di
dunia dan dari siksa akhirat)[1]
Penjelasan:
Maksud do’a “Allahumma ahsin ‘aqibatanaa fil umuuri kullihaa” adalah Ya Allah jadikanlah
setiap urusan kami itu baik dan thoyib. Karena setiap amalan tergantung pada akhirnya. Maka
jadikanlah setiap amalan kami itu baik, diridhoi oleh-Mu, tetapkanlah kami terus dalam keadaan
baik sehingga kami kembali pada-Mu dalam keadaan yang paling baik.
Sedangkan penggalan do’a “ajirnaa min khizyid dunyaa”, selamatkanlah kami dari kebinasaan di
dunia yaitu musibah, berbagai tipu daya, kejelekan dan kehinaan di dalamnya.
Penggalan do’a yan terakhir “wa ‘adzabil akhiroh”, selamatkanlah kami dari seluruh siksa di
akhirat karena kalimatnya adalah umum (sebab adanya idhofah pada isim jenis), artinya
mencakup seluruh siksaan yang ada di akhirat.
Do’a ini mengandung permintaan agar diberi keselamatan, juga rasa aman dari segala sisi.
Karena barangsiapa yang terselamatkan dari kehinaan dunia dan siksa di akhirat, maka ia telah
mendapatkan kebaikan besar di dunia negeri. Jika terselamatkan, berarti ia selamat dari segala
kejelekan. Do’a ini benar-benar adalah do’a yang jawami’ul kalim (ringkas, syarat makna,
mencakup berbagai hal).
***
Semoga do’a sederhana ini bisa kita amalkan agar kita memperoleh keselamatan di setiap saat, di
setiap tempat di negeri ini dan di akhirat kelak.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Bagaimana Hilangnya hafalan Al Qur’an karena


music

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad,
keluarga dan  sahabatnya.
Kisah ini adalah kisah berharga yang kami tujukan bagi para penghafal Al Qur’an. Terserah ia
adalah penghafal qur’an yang kaamil (sempurna), atau hanya 10 juz, 5 juz atau bahkan beberapa
surat saja.
Ia adalah seorang yang Allah telah beri nikmat untuk menghafalkan Al Qur’an sejak kecil. Ia
sudah menghafalkannya dengan tertancap mantap di dalam hati. Sampai katanya, ia tidak pernah
melupakan satu ayat pun dalam bacaannya dan hafalannya. Dan ini sudah dikenal oleh guru dan
orang-orang sekitarnya.
Suatu waktu, ia berpindah ke negeri lain untuk bekerja. Di sana ia tinggal bersama beberapa
orang ikhwan dan sahabatnya. Beberapa hari berlalu, beberapa temannya menyetel kaset yang
berisi lagu-lagu sehingga ia pun mendengarnya. Pada awalnya, ia enggan memperhatikan musik
tersebut. Bahkan ia sendiri menasehati teman-temannya akan terlarangnya musik. Namun apa
yang terjadi beberapa waktu kemudian? Perlahan-lahan, ia terbuai dengan musik. Bahkan ia pun
mendengar bagaimana senandung indah dari musik tersebut. Ia dan teman-temannya sampai-
sampai mendengarkan musik tersebut sepanjang malam hingga datang fajar.
Hal di atas berlangsung selama tiga bulan lamanya. Setelah itu, ia kembali ke negerinya. Suatu
saat ia shalat. Setelah membaca Al Fatihah, ia membaca surat lainnya. Apa yang terjadi? Ketika
itu ia tidak mampu melanjutkan bacaan selanjutnya dari surat tersebut. Ia pun mengulanginya
lagi setelah itu, ia pun tidak bisa melanjutkannya. Hingga ia menyempurnakan shalatnya. Setelah
itu ia membuka mushaf Al Qur’an Al Karim dan mengulangi ayat yang tadi ia membaca. Ia pun
mengulangi bacaan ayat tadi dalam beberapa shalat. Yang ia dapati seperti itulah. Setiap kali ia
mengulangi hafalannya, ternyata sudah banyak ayat yang terlupa.
Setelah itu ia pun merenung. Ia memikirkan bagaimanakah dulu ia adalah orang yang telah hafal
qura’an dengan begitu mantap. Namun sekarang banyak yang terlupa. Ia pun akhirnya menangis
tersedu-sedu. Ia kemudian menunduk pada Allah sambil menangis. Ia menyesali dosa, segala
kekurangan dan kelalaian yang ia lakukan. Ia betul-betul menyesali bagaimana bisa lalai dari
amanat Al Qur’an yang telah ia emban. Ia pun akhirnya menjauh dari sahabat-sahabatnya tadi. Ia
kembali mengulang hafalan Qur’annya siang dan malam dalam waktu yang lama. Ia pun
meninggalkan musik. Ia akhirnya benar-benar bertaubat pada Allah. Namun usaha dia untuk
mengulangi hafalan saat itu lebih keras dari sebelumnya
Benarlah kata penyair Arab:
Jika engkau diberi nikmat, perhatikanlah
Ingatlah bahwasanya maksiat benar-benar menghilangkan nikmat.
Perhatikanlah untuk selalu taat pada Rabb Al Baroyaa
Karena Rabb Al Baroyaa itu amat pedih siksa-Nya.
 
Benarlah kata Imam Asy Syafi’i:
Aku pernah mengadukan pada Waki’ tentang buruknya hafalaku
Maka ia pun menunjukiku untuk meninggalkan maksiat
Ia mengabarkan padaku bahwa ilmu adalah cahaya
Cahaya Allah tidak mungkin ditujukan pada orang yhang bermaksiat[1]
 
Benar pula kata Ibnul Qayyim:
“Sungguh nyanyian dapat memalingkan hati seseorang dari memahami, merenungkan dan
mengamalkan isi Al Qur’an. Ingatlah, Al Qur’an dan nyanyian selamanya tidaklah mungkin
bersatu dalam satu hati karena keduanya itu saling bertolak belakang. Al Quran melarang
kita untuk mengikuti hawa nafsu, Al Qur’an memerintahkan kita untuk menjaga kehormatan diri
dan menjauhi berbagai bentuk syahwat yang menggoda jiwa. Al Qur’an memerintahkan untuk
menjauhi sebab-sebab seseorang melenceng dari kebenaran dan melarang mengikuti langkah-
langkah setan. Sedangkan nyanyian memerintahkan pada hal-hal yang kontra (berlawanan)
dengan hal-hal tadi.”[2]
Semoga jadi renungan berharga bagi kita semua, pecinta Al Qur’an dan yang ingin
menghafalkannya secara sempurna atau sebagiannya. Renungkan haramnya musik dan nyanyian
di sini.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Ajaibnya Doa istri pada suami yang bejat

Kisah ini kami dapatkan dari sebuah buku yang tersusun dalam dua jilid. Dalam buku tersebut
dikisahkan banyak sekali kisah yang menunjukkan ajaibnya do’a. Oleh karenanya, buku itu
diberi judul “‘Ajaibud Du’aa” (Sungguh ajaibnya do’a). Di antara kisah yang membuat hati ini
interested adalah kisah seorang istri yang mendoakan suaminya yang bejat, yang gemar maksiat.
Istri tersebut adalah istri yang sholehah dan sangat ingin sekali suaminya menjadi baik. Maka ia
terus menerus mendoakan suaminya. Kisah tersebut adalah sebagai berikut:
Ada seorang suami yang benar-benar jauh dari ketaatan pada Allah Ta’ala, yang sudah gemar
melakukan dosa. Ia memiliki istri yang sholehah. Istrinya ini senantiasa memberinya nasehat,
wejangan dan berlemah lembut dalam ucapan pada suaminya, namun belum juga nampak bekas
kebaikan pada diri sang suami. Si istri ini pun tahu bahwa do’a kepada Allah Ta’ala adalah
sebaik-baiknya cara (agar suaminya bisa mendapatkan hidayah). Karena Allah subhanahu wa
ta’ala yang memberi petunjuk pada siapa saja yang Dia kehendaki dan menyesatkan siapa saja
yang Dia kehendaki. Si istri ini akhirnya terus menerus berdoa agar Allah memperbaiki keadaan
suaminya menjadi baik dan menunjukkan suaminya ke jalan yang lurus (shirothol mustaqim). Ia
tidak bosan-bosannya berdoa akan hal ini siang dan malam.
Akhirnya si istri mendapatkan waktu yang ia nanti-nanti. Suatu hari hidayah pun menghampiri
suaminya, nampak pada suaminya tanda kembali taat. Suaminya akhirnya gemar lakukan
kebaikan, ia pun bertaubat dan kembali kepada Allah Ta’ala. Walillahil hamd, segala puji hanya
untuk Allah.[1]
***
Wahai para istri, kisah ini sungguh menakjubkan sekali. Dengan engkau menengadahkan
tanganmu pada Rabb-mu, suami yang dulunya bejat, mungkin juga tidak shalat, mungkin juga
peminum minuman keras, hatinya pun bisa berbalik menjadi taat dengan izin Allah. Oleh
karenanya, jangan sekali-kali melupakan do’a untuk suamimu tercinta. Hal ini pun juga berlaku
pada suami yang sholeh, lakukanlah pula hal yang sama untuk selalu mendoakan istri agar taat
pada Allah. Semua hati bisa jadi taat dengan izin Allah. Janganlah bosan-bosan untuk banyak
berdoa untuk istri, anak, adik, kakak, ayah, ibu dan kerabat kita lainnya. Wabillahit taufiq.

Hukum wanita memakai celana panjang


Syaikh Ibnu Jibrin rahimahullah ditanya, “Apa hukum memakai celana panjang bagi para wanita
ketika bukan di hadapan suaminya?
Beliau rahimahullah menjawab,
Tidak boleh bagi seorang wanita di hadapan selain suaminya untuk mengenakan celana seperti
itu karena jika ia mengenakan seperti itu maka itu akan menampakkan bentuk lekuk tubuhnya.
Padahal para wanita diperintahkan untuk mengenakan pakaian yang menutupi seluruh
badannya[1].  Wanita adalah biang fitnah (mudah menggoda yang lainnya). Segala sesuatu yang
menampakkan bentuk lekuk tubuhnya diharamkan untuk ditampakkan pada pria atau pada
wanita dan selainnya, kecuali pada suaminya. Suaminya boleh saja melihat dirinya, yaitu pada
seluruh badannya. Wanita boleh saja menggunakan celana panjang yang longgar atau yang
sempit sekali pun, atau semacamnya. Wallahu a’lam.
[Syaikh Ibnu Jibrin, An Nukhbah minal Fatawa An Nisaiyah[2]]
Syaikh Sulaiman bin ‘Abdillah Al Maajid ketika ditanya masalah ini menjawab,
“Jika celana tersebut longgar dan menutupi hingga lutut, maka boleh dikenakan di hadapan para
wanita dan mahromnya. Adapun jika celana tersebut sempit, maka tidak boleh ditampakkan pada
wanita lainnya kecuali pada suaminya saja. Wallahu a’lam.”[3]
***
Fatwa ini kami sertakan untuk menjawab pertanyaan Ummu Shafiyyah di kolom konsultasi
Rumaysho.com di sini. Semoga bermanfaat.

Hukum menggerakkan telunjuk saat tasyahud

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad,
keluarga dan sahabatnya.
Permasalahan satu ini sering jadi perdebatan di kalangan para ikhwah. Apakah dalam tasyahud
mesti menggerakkan jari telunjuk, atau jarinya dalam keadaan diam saja. Untuk masalah yang
satu ini, kami cuma menukil penjelasan dari salah seorang ulama saja tentang status hadits
menggerak-gerakkan jari. Kami tidak sampai berpanjang lebar dalam membahas hal ini karena
ternyata di dunia maya juga sudah dibahas oleh ustadz lainnya. Sehingga kami cukupkan dengan
penjelasan singkat dari ulama Mesir, Syaikh Musthofa Al ‘Adawi hafizhohullah dalam kitab
beliau Syarh ‘Ilalil Hadits. Semoga bermanfaat.
Syaikh Musthofa Al ‘Adawi berkata,

Mengenai ziyadah (tambahan) lafazh “yuharrikuhaa” (‫ )يحركها‬yaitu pada hadits yang


membicarakan isyarat dengan telunjuk ketika tasyahud, hadits tersebut diriwayatkan dalam
beberapa kitab. Sumbernya adalah dari ‘Ashim bin Kulaib, dari ayahnya. Dari Wail bin Hujr, ia
berkata,
"Aku katakan, "Sungguh, aku memperhatikan shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
bagaimana beliau melakukan shalat." Ia berkata, “Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berdiri dan menghadap kiblat, lalu bertakbir, lalu ia mengangkat kedua tangannya hingga
sejajar kedua telinga, dan meletakkan tangan kanannya di atas punggung telapak tangan kirinya."
Kemudian saat akan ruku’ beliau mengangkat kedua tangannya seperti itu juga. Ketika sujud,
beliau meletakkan kepalanya dengan posisi berada di depannya. Kemudian setelah itu beliau
duduk iftirosy (menduduki kakinya yang kiri). Lantas ketika itu beliau letakkan tangan kirinya di
atas paha kirinya, sedangkan siku kanannya diletakkan di atas paha kanannya. Beliau
menggenggam dua jarinya dan membuat lingkaran. Aku melihatnya berkata seperti itu. Yaitu
beliau membentuk lingkaran dengan jari jempol dan jari tengah (menurut salah satu riwayat).
Lalu beliau berisyarat dengan jari telunjuk.
Perkataan kita sekarang adalah pada lafazh “asyaro bis-sabaabah”, artinya beliau berisyarat
dengan jari telunjuk. Mayoritas perowi meriwayatkan hadits seperti itu, yaitu dikatakan “beliau
berisyarat dengan jari telunjuk”. Sebagian perowi berkata lagi, “Beliau berisyarat dengan jari
telunjuk dan berdoa dengannya.”
Adapun Zaidah bin Qudamah, beliau meriwayatkan hadits dengan lafazh, “Kemudian beliau
mengangkat jarinya, maka aku melihat beliau menggerak-gerakkan jarinya lantas beliau berdoa
dengannya.” Zaidah rahimahullah bersendirian dalam meriwayatkan hal ini berbeda dengan
perowi yang lain. Bedanya beliau adalah karena adanya tambahan lafazh “yuharrikuhaa”, artinya
beliau menggerak-gerakkan jarinya.
Zaidah bin Qudamah itu tsiqoh (kredibel) dan orang yang mulia, semoga Allah merahmati
beliau. Beliau juga dipandang sebagai orang yang tsiqoh (kredibel) dan muthqin (kokoh
hafalannya). Akan tetapi, mayoritas perowi tidak menyebutkan sebagaimana yang disebutkan
oleh Zaidah. Sehingga dari sini kita diamkan tambahan yang dibuat oleh Zaidah yaitu tambahan
“yuharrikuhaa”, artinya beliau menggerak-gerakkan jarinya. Berikut adalah tabel sebagai
penjelas yang kami maksudkan. Wabillahit taufiq.
 

Sebagaimana yang Anda lihat, Zaidah hanya bersendirian dalam meriwayatkan lafazh
“yuharrikuha” (beliau menggerak-gerakkan jarinya).
Ibnu Khuzaimah rahimahullah berkata, “Tidak ada dalam satu riwayat yang menyebutkan
“yuharrikuha” kecuali dari riwayat Zaidah di mana beliau (bersendirian) menyebutkannya.”
Al Baihaqi rahimahullah berkata, “Boleh jadi yang dimaksud dengan yuharrikuha (menggerak-
gerakkan jari) adalah hanya berisyarat dengannya, bukan yang dimaksud adalah menggerak-
gerakkan jari. Sehingga jika dimaknai seperti ini maka jadi sinkronlah dengan riwayat Ibnu Az
Zubair. Wallahu a’lam.”
Aku (Syaikh Mushthofa Al ‘Adawi) berkata, “Riwayat Ibnu Az Zubair yang dikeluarkan oleh
Muslim hanya menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya berisyarat saja dan
tidak disebutkan menggerak-gerakkan jari. [1]
***
Pembahasan secara lengkap tentang hal ini telah dibahas oleh Al Ustadz Abu Muawiyah
hafizhohullah, yang dinukil dari Majalah An Nashihah. Silakan lihat di sini.
Sekali lagi ini adalah masalah khilafiyah, jadi kami pun menghargai pendapat lainnya. Namun
demikianlah pendapat yang kami pegang berdasarkan penelitian dari hadits-hadits yang ada
sesuai dengan keterbatasan ilmu yang ada pada kami.
Catatan yang perlu diperhatikan, tidaklah usah merasa aneh jika ada yang tidak menggerak-
gerakkan jari ketika tasyahud. Sebagaimana tidak perlu merasa aneh jika ada yang menggerak-
gerakkan jari karena sebagian ulama berpendapat seperti ini. Namun sebaik-baik pendapat yang
diikuti adalah yang berpegang pada pendapat yang kuat. Jika yakin bahwa hadits menggerak-
gerakkan jari itu lemah karena menyelisihi banyak perowi yang lebih tsiqoh, maka sudah
sepatutnya yang diikuti adalah yang yakin yaitu tidak menggerak-gerakkan jari. Namun ingat,
tetaplah tolelir dengan pendapat lainnya karena masalah ini masih dalam tataran khilafiyah
(silang pendapat antara para ulama). Wallahu a’lam bish showab.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Buah dari amalan kebaikan yang paling asasi


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad,
keluarga dan sahabatnya.
Buah dari amalan kebaikan itu amat mulia. Sebaliknya buah dari amalan kejelekan amat parah.
Para salaf seringkali mengatakan, “Buah dari amalan kebaikan adalah kebaikan yang
selanjutnya. Sedangkan buah dari amalan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya”. Ada pokok
kebaikan yang akan memberikan buah yang baik yang mesti setiap muslim mencurahkan
perhatian spesial untuknya. Secara ringkas akan dibahas dalam tulisan sederhana berikut ini.
Allah Ta’ala berfirman,
َ ‫) َو َك َّذ‬8( 3‫) َوأَ َّما َم ْن بَ ِخ َل َوا ْستَ ْغنَى‬7( ‫) فَ َسنُيَ ِّس ُرهُ لِ ْليُ ْس َرى‬6( ‫ق بِ ْال ُح ْسنَى‬
‫ب‬ َ ‫) َو‬5( ‫فَأ َ َّما َم ْن أَ ْعطَى َواتَّقَى‬
َ ‫ص َّد‬
)10( ‫) فَ َسنُيَ ِّس ُرهُ لِ ْل ُعس َْرى‬9( ‫بِ ْال ُح ْسنَى‬
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan
adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang
mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan
pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (QS. Al Lail: 5-
11)
Di antara tafsiran ayat di atas sebagaimana disebutkan oleh penulis Al Jalalain, “Barangsiapa
yang menunaikan hak Allah dan bertakwa kepada-Nya, serta membenarkan kalimat “laa ilaha
illallah”, maka ia akan dimudahkan menuju surga. Sebaliknya, barangsiapa enggan menunaikan
hak Allah, merasa cukup dari ganjaran-Nya, dan mendustakan kebajikan, maka ia akan
dikembalikan pada kerugian yaitu jurang neraka.”[1]
Pelajaran yang dapat dipetik dari ayat di atas, dapat kita lihat dari perkataan sebagian salaf,
‫ َو ِم ْن َج َزا ِء ال َّسيِّئَ ِة ال َّسيِّئَةُ بَ ْع َدهَا‬،‫الح َسنَةُ بَ ْع َدهَا‬ ِ ‫ِم ْن ثَ َوا‬
َ ‫ب ال َح َسنَ ِة‬
“Balasan dari amalan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya. Sedangkan balasan dari amalan
kejelekan adalah kejelekan yang selanjutnya.”[2]
Amalan kebaikan yang paling utama adalah tauhid, mengesakan Allah dan tidak menjadikan satu
pun makhluk sebagai sekutu bagi-Nya. Dari tauhid inilah muncul berbagai kebaikan lainnya.
Sedangkan kerusakan yang paling parah adalah syirik, menyekutukan Allah dengan selain-Nya.
Buah dari kebaikan tauhid akan memunculkan kebaikan lainnya. Sebaliknya kesyirikan akan
memunculkan kerusakan lainnya.
Ibnul Qayyim rahimahullah memberikan faedah ilmu yang amat berharga. Beliau rahimahulah
berkata, “Tahun ibarat pohon. Bulan ibarat cabangnya. Hari ibarat rantingnya. Jam ibarat
daunnya. Nafas ibarat buahnya. Barangsiapa yang hela nafasnya untuk ketaatan pada Allah,
maka hasil dari pohonnya adalah buah yang baik. Barangsiapa yang hela nafasnya untuk
maksiat, maka  buahnya adalah hanzholah (buah yang pahit). Setiap orang akan memetik buah
dari hasil usahanya pada hari kiamat nanti. Ketika dipetik barulah akan ia rasakan manakah buah
(hasil) yang manis dan manakah yang pahit.
Ketahuilah bahwa ikhlas dan tauhid akan menumbuhkan tanaman dalam hati, memunculkan
cabang dalam amalan dan menghasilkan buah kehidupan yang baik di dunia dan kenikmatan
yang abadi di akhirat. Sebagaimana pula buah di surga tidak mungkin seseorang terhalang untuk
memperolehnya, begitu pula dengan buah dari ikhlas dan tauhid di dunia.
Sedangkan syirik, perbuatan dusta dan riya’ akan menumbuhkan tanaman dalam hati dan
menghasilkan buah di dunia berupa rasa takut, khawatir, sedih, sempitnya hati dan kelamnya
hati. Sedangkan di akhirat ia akan merasakan makanan yang tidak menyenangkan dan adzab
yang pedih.
Inilah dua pohon yang dimisalkan Allah dalam surat Ibrahim.” –Demikian faedah berharga dari
Ibnul Qayyim-
Surat Ibrahim yang dimaksudkan oleh Ibnul Qayyim adalah pada ayat berikut:
‫ أُ ُكلَهَا ُك َّل‬3‫) تُ ْؤتِي‬24( ‫ت َوفَرْ ُعهَا فِي ال َّس َما ِء‬ ٌ ِ‫ب هَّللا ُ َمثَاًل َكلِ َمةً طَيِّبَةً َك َش َج َر ٍة طَيِّبَ ٍة أَصْ لُهَا ثَاب‬ َ َ‫أَلَ ْم ت ََر َك ْيف‬
َ ‫ض َر‬
‫ت ِم ْن‬ ْ َّ‫) َو َمثَ ُل َكلِ َم ٍة خَ بِيثَ ٍة َك َش َج َر ٍة خَ بِيثَ ٍة اجْ تُث‬25( ‫ُون‬ ِ َّ‫ب هَّللا ُ اأْل َ ْمثَا َل لِلن‬
3َ ‫اس لَ َعلَّهُ ْم يَتَ َذ َّكر‬ 3ُ ‫ِحي ٍن بِإِ ْذ ِن َربِّهَا َويَضْ ِر‬
)26( ‫ار‬ 3ٍ ‫ض َما لَهَا ِم ْن قَ َر‬ ِ ْ‫ق اأْل َر‬ 3ِ ْ‫فَو‬
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu
memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan
kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari
permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.” (QS. Ibrahim: 24-26)[3]
Pelajaran menarik dari sini, sesungguhnya asal dari segala kebaikan adalah dengan baiknya
aqidah dan tauhid seorang hamba. Amalan shalat, puasa, sedekah dan haji bisa bermanfaat jika
memang tauhidnya benar. Coba bayangkan jika seseorang beramal, namun malah dicampuri
dengan perbuatan tidak ikhlas, hanya mengharapkan pujian manusia semata, alias riya’?
Sungguh, yang terjadi amalan tersebut jadi sia-sia belaka. Lebih-lebih lagi jika yang dilakukan
adalah perbuatan syirik akbar yang dapat membatalkan keislaman seseorang.
َ‫لَئِ ْن أَ ْش َر ْكتَ لَيَحْ بَطَ َّن َع َملُك‬
“Jika kamu mempersekutukan (Rabbmu), niscaya akan hapuslah amalmu.” (QS. Az Zumar: 65)
Amalan yang teramat mulai seperti haji yang ia lakukan bisa jadi sia-sia dikarenakan perbuatan
syirik. Jadikanlah perhatian utama dalam aqidah dan tauhid sebelum sibuk memperhatikan
amalan lainnya. Jika tauhid ini telah baik, maka itu akan membuahkan amalan kebaikan lainnya
dan terus membuahkan kebaikan selanjutnya.
Ya Allah, jadikanlah kami hamba yang selalu mentauhidkan-Mu dan selalu menjauhkan diri dari
menyekutukan-Mu dengan selain-Mu.
Hanya Allah yang beri taufik. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan
menjadi sempurna.

Turunnya Nabi Isa di akhir zaman


Segala puji Allah, Rabb pemberi berbagai nikmat. Shalawat dan salam kepada Nabi kita
Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Ketika menjelaskan tanda-tanda datangnya kiamat kubro (kiamat besar), kami pernah
menjelaskan mengenai kedatangan Imam Mahdi dan turunnya Nabi Isa ‘alaihis salam. Pada
kesempatan kali ini, kami akan merampungkan pembahasan mengenai turunnya Nabi Isa
‘alaihis salam di akhir zaman yang di mana pembahasan ini sudah lama terlewatkan. Yang akan
kami lanjutkan adalah mengenai ciri-ciri Nabi Isa serta visi dan misinya di kala ia turun di akhir
zaman. Semoga bermanfaat.
Ciri-Ciri Nabi Isa ‘alaihis salam
Ciri-ciri ‘Isa bin Maryam telah disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-
hadits berikut ini.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
ُ‫ َوأَ َّما ُمو َسى فَآ َد ُم َج ِسي ٌم َسبْطٌ َكأَنَّه‬، ‫ص ْد ِر‬
َّ ‫َريضُ ال‬ِ ‫ر َج ْع ٌد ع‬3ُ ‫ فَأ َ َّما ِعي َسى فَأَحْ َم‬، ‫ْت ِعي َسى َو ُمو َسى َوإِ ْب َرا ِهي َم‬
ُ ‫َرأَي‬
ِّ‫الزط‬
ُّ ‫ِم ْن ِر َجا ِل‬
"(Saat aku diisra'kan), aku melihat 'Isa dan Musa serta Ibrahim 'alahimis salam. Adapun 'Isa,
dia adalah laki-laki yang kulitnya kemerahan, tegap dan dadanya bidang sedangkan Musa
adalah orang yang kurus (tinggi) seperti kebanyakan laki-laki dari Sudan (Afrika)". (HR.
Bukhari no. 3438)
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ‫اض بَ ْين‬ِ َ‫ع إِلَى ْال ُح ْم َر ِة َو ْالبَي‬ ٌ ‫َاز ٌل فَإِ َذا َرأَ ْيتُ ُموهُ فَا ْع ِرفُوهُ َر ُج ٌل َمرْ بُو‬ ِ ‫ َوإِنَّهُ ن‬- ‫ يَ ْعنِى ِعي َسى‬- ‫ْس بَ ْينِى َوبَ ْينَهُ نَبِ ٌّى‬ َ ‫لَي‬
َ َ‫يب َويَ ْقتُ ُل ْال ِخ ْن ِزي َر َوي‬ َ َّ‫ُص ْبهُ بَلَ ٌل فَيُقَاتِ ُل الن‬ ْ
ِ ‫ُم َمص ََّرتَي ِْن َكأ َ َّن َرأ َسهُ يَ ْقطُ ُر َوإِ ْن لَ ْم ي‬
‫ض ُع‬ َّ ‫ق ال‬
َ ِ ‫صل‬ ِ ‫اس َعلَى‬
ُّ ‫اإل ْسالَ ِم فَيَ ُد‬
‫ض أَرْ بَ ِعينَ َسنَةً ثُ َّم‬ِ ْ‫ث فِى األَر‬ ُ ‫َّال فَيَ ْم ُك‬
َ ‫يح ال َّدج‬ َ ‫ك ْال َم ِس‬ ُ ِ‫ك هَّللا ُ فِى َز َمانِ ِه ْال ِملَ َل ُكلَّهَا إِالَّ ا ِإل ْسالَ َم َويُ ْهل‬
ُ ِ‫ْال ِج ْزيَةَ َويُ ْهل‬
َ‫ َعلَ ْي ِه ْال ُم ْسلِ ُمون‬3‫ُصلِّى‬َ ‫يُتَ َوفَّى فَي‬
“Tidak ada nabi (yang hidup) antara masaku dan ‘Isa. Sungguh, kelak ia akan turun, jika kalian
melihatnya maka kenalilah. Ia adalah seorang laki-laki yang sedang (tidak tinggi dan tidak
terlalu pendek), berkulit merah keputih-putihan, beliau memakai di antara dua kain berwarna
sedikit kuning[1]. Seakan rambut kepala beliau menetes meski tidak basah. Beliau akan
memerangi manusia hingga mereka masuk ke dalam Islam, beliau akan menghancurkan salib,
membunuh babi dan menghapus jizyah (upeti). Pada masa beliau, Allah akan membinasakan
semua agama selain Islam, Isa akan membunuh Dajjal, dan beliau akan tinggal di muka bumi
selama empat puluh tahun. Setelah itu ia meninggal dan kaum muslimin menshalatinya.” (HR.
Abu Daud no. 4324 dan Ahmad 2/437. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
ُ ‫ال َشنُو َءةَ َو َرأَي‬
‫ َعلَ ْي ِه‬- ‫ْت ِعي َسى ا ْبنَ َمرْ يَ َم‬ ِ ‫ضرْ بٌ ِمنَ ال ِّر َجا ِل َكأَنَّهُ ِم ْن ِر َج‬ َ ‫ى األَ ْنبِيَا ُء فَإِ َذا ُمو َسى‬
َّ َ‫ض َعل‬
َ ‫ُر‬ِ ‫«ع‬
َ ْ َ ‫هَّللا‬
ُ ‫ات ِ َعلَ ْي ِه فَإِ َذا أق َربُ َم ْن َرأي‬
‫ْت‬ ُ ‫صلَ َو‬
َ ‫ْت إِ ْب َرا ِهي َم‬ َ َ ْ َ
ُ ‫ فَإِ َذا أق َربُ َم ْن َرأي‬- ‫ال َّسالَ ُم‬
ُ ‫د َو َرأي‬3ٍ ‫ْت بِ ِه َشبَهًا عُرْ َوةُ بْنُ َم ْسعُو‬
ُ ‫ فَإِ َذا أَ ْق َربُ َم ْن َرأَي‬- ‫ َعلَ ْي ِه ال َّسالَ ُم‬- ‫يل‬
‫ َوفِى‬.» ُ‫ْت بِ ِه َشبَهًا ِدحْ يَة‬ َ ‫ْت ِجب ِْر‬ ُ ‫ َو َرأَي‬- ُ‫ يَ ْعنِى نَ ْف َسه‬- ‫م‬3ْ ‫صا ِحبُ ُك‬
َ ‫بِ ِه َشبَهًا‬
ُ
.» َ‫ح « ِدحْ يَة بْنُ خَ لِيفَة‬ ٍ ‫ِر َوايَ ِة اب ِْن ُر ْم‬
"Ditampakkan kepadaku para nabi, ternyata Musa adalah salah satu jenis laki-laki seperti laki-
laki bani Syanu'ah. Aku melihat Isa bin Maryam ‘alaihis salam, ternyata beliau mirip dengan
orang yang telah aku lihat memiliki kemiripan dengannya, yaitu ‘Urwah bin Mas'ud. Aku pun
melihat Ibrahim ‘alaihis salam, ternyata dia mirip dengan orang yang aku lihat memiliki
kemiripan dengannya, yaitu sahabat kalian (maksudnya beliau sendiri). Dan aku melihat Jibril
Alaihissalam, ternyata dia mirip dengan orang yang pernah aku lihat memiliki kemiripan
dengannya, yaitu Dihyah." Dalam riwayat Ibnu Rumh disebut, "Dihyah bin Khalifah." (HR.
Muslim no. 167)
Kapan Nabi Isa Turun ke Muka Bumi?
Nabi Isa turun di saat kaum muslimin akan memerangi Dajjal di saat shalat Shubuh.[2]
Dari Abu Umamah Al Bahili, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ‫صلِّى بِ ِه ُم الصُّ ْب َح إِ ْذ نَ َز َل َعلَ ْي ِه ْم ِعي َسى ابْنُ َمرْ يَ َم الصُّ ْب َح فَ َر َج َع َذلِك‬ َ ُ‫صالِ ٌح فَبَ ْينَ َما إِ َما ُمهُ ْم قَ ْد تَقَ َّد َم ي‬
َ ‫م َر ُج ٌل‬3ُْ‫َوإِ َما ُمه‬
‫ص ِّل‬ َ ُ ُ
َ َ‫ض ُع ِعي َسى يَ َدهُ بَ ْينَ َكتِفَ ْي ِه ث َّم يَقو ُل لهُ تَقَ َّد ْم ف‬
َ َ‫اس فَي‬ َّ
ِ ‫صلى بِالن‬ ِّ ْ
َ ُ‫ا ِإل َما ُم يَ ْن ُكصُ يَ ْم ِشى القَ ْهقَ َرى لِيَتَقَ َّد َم ِعي َسى ي‬
َ َ‫ ْالب‬3‫ص َرفَ قَا َل ِعي َسى َعلَ ْي ِه ال َّسالَ ُم ا ْفتَحُوا‬
.‫اب‬ َ ‫ُصلِّى بِ ِه ْم إِ َما ُمهُ ْم فَإِ َذا ا ْن‬َ ‫ فَي‬.‫ت‬ ْ ‫فَإِنَّهَا لَكَ أُقِي َم‬
“Imam mereka adalah seorang laki-laki yang shalih. Ketika pemimpin mereka hendak maju ke
depan untuk mengimami dalam shalat subuh, tiba-tiba turunlah Isa bin Maryam, maka
mundurlah imam mereka ke belakang supaya Isa maju untuk mengimami shalat. Isa lalu
meletakkan tangannya di antara dua bahunya (pemimpin mereka) sambil berkata, 'Majulah
engkau dan pimpinlah shalat, karena sesungguhnya ia ditegakkan untuk kalian.' Akhirnya
pemimpin mereka pun mengimami mereka shalat, dan ketika shalat telah usai, Isa berkata,
'Bukalah pintu.' (HR. Ibnu Majah no. 4067. Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Jaami’ Ash
Shogir no. 13833 mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫م‬3ُْ‫صالَةُ فَيَ ْن ِز ُل ِعي َسى ابْنُ َمرْ يَ َم فَأ َ َّمه‬ ِ ‫َال يُ َس ُّوونَ الصُّ فُوفَ إِ ْذ أُقِي َم‬
َّ ‫ت ال‬ ِ ‫ هُ ْم يُ ِع ُّدونَ لِ ْلقِت‬3‫فَبَ ْينَ َما‬
“Dan ketika mereka sedang mempersiapkan peperangan dan sedang merapikan barisan, tiba-
tiba datanglah waktu shalat, dan turunlah Nabi Isa bin Maryam, lalu ia mengimami mereka.”
(HR. Muslim no. 2897). Namun bukan yang dimaksudkan dalam hadits ini bahwasanya Isa
menjadi imam shalat. Disebutkan dalam hadits lainnya, dari Jabir bin 'Abdillah, Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
‫صلى هللا‬- ‫ فَيَ ْن ِز ُل ِعي َسى ابْنُ َمرْ يَ َم‬- ‫ال‬ َ َ‫ ق‬- ‫ظا ِه ِرينَ إِلَى يَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة‬
َ ‫ق‬ ِّ ‫طائِفَةٌ ِم ْن أُ َّمتِى يُقَاتِلُونَ َعلَى ْال َح‬
َ ‫الَ تَزَ ا ُل‬
ُ ُ
َ‫ تَ ْك ِر َمةَ هَّللا ِ هَ ِذ ِه األ َّمة‬.‫ْض أ َم َرا ُء‬ َ ‫ فَيَقُو ُل أَ ِمي ُرهُ ْم تَ َعا َل‬-‫عليه وسلم‬
َ ‫ إِ َّن بَع‬.َ‫ فَيَقُو ُل ال‬.‫ص ِّل لَنَا‬
ٍ ‫ْض ُك ْم َعلَى بَع‬
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berperang memperjuangkan kebenaran dan
meraih kemenangan hingga hari kiamat.” Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun mengatakan,
“Kemudia Isa bin Maryam turun ke muka bumi. Lalu pemimpin mereka-mereka tadi
mengatakan pada Isa, “Jadilah imam shalat bersama kami.” “Tidak. Sesungguhnya di antara
kalian sudah menjadi pemimpin bagi yang lain. Allah betul-betul telah memuliakan umat ini”,
jawab Isa.” (HR. Muslim no. 156)
Apakah Nabi Isa akan Membawa Syariat Baru?
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
‫الز ْه ِرىِّ ع َْن‬ ُّ ‫ى َح َّدثَنَا ع َِن‬ ِ َ‫ب إِ َّن األَوْ ز‬
َّ ‫اع‬ ٍ ‫ت ِالب ِْن أَبِى ِذ ْئ‬ُ ‫ فَقُ ْل‬.» ‫« َك ْيفَ أَ ْنتُ ْم إِ َذا نَ َز َل فِي ُك ُم ابْنُ َمرْ يَ َم فَأ َ َّم ُك ْم ِم ْن ُك ْم‬
ِ ‫ال فَأ َ َّم ُك ْم بِ ِكتَا‬
‫ب‬ َ َ‫ ق‬.‫ت تُ ْخبِ ُرنِى‬ُ ‫ب تَ ْد ِرى َما أَ َّم ُك ْم ِم ْن ُك ْم قُ ْل‬
ٍ ‫ قَا َل ابْنُ أَبِى ِذ ْئ‬.» ‫م ِم ْن ُك ْم‬3ْ ‫نَافِ ٍع ع َْن أَبِى ه َُر ْي َرةَ « َوإِ َما ُم ُك‬
.-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ َو ُسنَّ ِة نَبِيِّ ُك ْم‬3‫َربِّ ُك ْم تَبَا َركَ َوتَ َعالَى‬
"Bagaimana keadaan kalian apabila Isa putera Maryam turun pada kalian dan menjadi
pemimpin kalian?" Lalu aku berkata kepada Ibnu Abu Dzi'b bahwa al-Auza'i telah menceritakan
kepada kami, dari az-Zuhri dari Nafi' dari Abu Hurairah, "Pemimpin kalian dalah dari kalian."
Ibnu Abu Dzi'b berkata, "Apakah kamu tahu sesuatu apa (yang dijadikan dasar) memimpin
kalian?" Aku balik bertanya, "Apakah kamu akan mengabarkannya kepadaku?" Ibnu Abu Dzi'b
berkata, "Dia akan memimpin kalian berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Nabi Kalian
shallallahu 'alaihi wa sallam'. (HR. Muslim no. 155)
Hadits ini menunjukkan bahwa ketika Isa bin Maryam turun, beliau akan mengikuti ajaran Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi sama sekali Isa tidak membawa syari’at baru. Beliau akan
berhukum dengan Al Qur’an dan bukan dengan Injil. Karena Al Qur’an sudah menghapuskan
syariat Nabi sebelumnya.[3]
Sanggahan bagi Segolongan Orang yang Tidak Mengakui Turunnya Nabi Isa
Orang-orang yang sesat dan mengagungkan logika (yang dangkal) kadang menggunakan
argumen-argumen yang rapuh untuk menyanggah keyakinan bahwa Isa bin Maryam akan turun
di akhir zaman.  Di antara alasan mereka menolak keyakinan ini adalah Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam menyatakan bahwa tidak ada nabi lagi sesudah beliau. Dengan pernyataan semacam
ini (yang asalnya dari dalil Qur’an dan hadits), mereka pun menyanggah dalil-dalil yang
menyatakan bahwa Isa bin Maryam akan turun di akhir zaman.
Berikut sanggahan dari Al Qodhi yang dinukil dari Imam An Nawawi rahimahullah.
Al Qodhi mengatakan, “Sebagian Mu’tazilah, Jahmiyah dan yang sepaham dengan mereka
mengingkari turunnya Nabi Isa ‘alaihis salam. Mereka mengklaim bahwa hadits tersebut tertolak
dengan firman Allah Ta’ala bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup para nabi.
Mereka juga beralasan dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak ada nabi lagi
sesudahku”. Mereka beralasan lagi dengan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin bahwa tidak ada
nabi lagi sesudah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan syari’at Muhammad itulah yang
berlaku selamanya hingga akhir zaman, sehingga tidak mungkin dihapus. Sunguh ini adalah
alasan yang sungguh rapuh. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud turunnya Isa ‘alaihis salam
bukanlah beliau turun lagi sebagai Nabi yang membawa syari’at baru dan menghapus syari’at
Islam. Tidak ada satu pun hadits dan dalil lainnya yang menyatakan semacam ini. Bahkan hadits-
hadits yang membicarakan turunnya Isa adalah benar.” An Nawawi lantas mengatakan,
“Sebagaimana telah disebutkan dalam kitab Al Iman dan selainnya bahwa Isa akan turun sebagai
hakim yang adil dan akan berhukum dengan syari’at kita (syari’at Islam). Beliau akan
menghidupkan kembali syariat Islam yang sudah ditinggalkan.”[4]

Segala puji itu hanyalah milik Allah. Dialah zat yang telah menyempurnakan nikmat-Nya untuk
kita dan secara berturut-turut memberikan berbagai pemberian dan anugerah kepada kita.
Semoga Allah menyanjung dan memberi keselamatan untuk Nabi kita Muhammad, keluarganya
yang merupakan manusia pilihan dan semua sahabatnya yang merupakan manusia-manusia
yang bertakwa seiring silih bergantinya malam dan siang.

Para pembaca yang semoga selalu dirahmati oleh Allah Ta'ala. Setelah sebelumnya kita
membahas mengenai tanda-tanda hari kiamat, yaitu kedatangan Imam Mahdi, insya Allah dalam
posting kali ini kita akan melanjutkan dengan tanda kiamat berikutnya yaitu turunnya Nabi Isa
'alaihis salam. Semoga bermanfaat dan semakin menguatkan keimanan kita tentang adanya hari
kiamat.

Apakah Nabi Isa Telah Tiada?


Mengenai masalah ini, marilah kita simak bersama firman Allah Ta'ala berikut.
ْ َ‫صلَبُوهُ َولَ ِك ْن ُشبِّهَ لَهُ ْم َوإِ َّن الَّ ِذين‬
‫اختَلَفُوا فِي ِه‬ َ ‫يح ِعي َسى ا ْبنَ َمرْ يَ َم َرسُو َل هَّللا ِ َو َما قَتَلُوهُ َو َما‬ َ ‫َوقَوْ لِ ِه ْم إِنَّا قَت َْلنَا ْال َم ِس‬
ِ ‫) بَلْ َرفَ َعهُ هَّللا ُ إِلَ ْي ِه َو َكانَ هَّللا ُ ع‬157( ‫ك ِم ْنهُ َما لَهُ ْم بِ ِه ِم ْن ِع ْل ٍم إِاَّل اتِّبَا َع الظَّنِّ َو َما قَتَلُوهُ يَقِينًا‬
( ‫َزي ًزا َح ِكي ًما‬ ٍّ ‫لَفِي َش‬
)158
“Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra
Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya,
tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar
dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang
siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa
yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa
kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ” (QS. An Nisa': 157-159)
Allah Ta'ala juga berfirman,
َّ َ‫يك َو َرافِعُكَ إِل‬
‫ي‬ َ َ‫إِ ْذ ق‬
3َ ِّ‫ال هَّللا ُ يَا ِعي َسى إِنِّي ُمت ََوف‬
“(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu
kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku.” (QS. Ali Imran: 55)
Dalam ayat di atas diceritakan oleh Allah bahwa Nabi 'Isa tidaklah dibunuh oleh orang-orang
Yahudi. Orang Yahudi mengklaim telah membunuhnya dan hal ini pun dibenarkan oleh orang
Nashrani. Namun yang sebenarnya dibunuh adalah orang yang diserupakan dengannya.
Sedangkan Isa sendiri diangkat oleh Allah ke langit.
Syaikh As Sa'di ketika menjelaskan surat Ali Imran ayat 55, beliau mengatakan, “Allah
mengangkat hamba dan Rasul-Nya yaitu 'Isa 'alaihis salam kepada-Nya. Kemudian Allah
menyerupakan 'Isa dengan yang lainnya. Kemudian orang yang diserupakan dengan Nabi 'Isa
ditangkap, dibunuh dan disalib. Mereka pun terjerumus dalam dosa karena niat mereka adalah
membunuh utusan Allah.”1
Nabi 'Isa belumlah mati sebagaimana hal ini dikuatkan lagi dengan ayat-ayat dan hadits yang
menceritakan bahwa beliau akan turun di akhir zaman sebagaimana nanti akan kami sebutkan.
Ringkasnya, Isa bin Maryam belum mati. Namun beliau diangkat ke langit dan akan turun di
akhir zaman sebagai tanda datangnya kiamat kubro (kiamat besar).

Siapakah yang Diserupakan dengan Nabi Isa?


Yang sebenarnya diserupakan dengan Nabi Isa adalah murid beliau yang masih berusia muda
dan setia padanya. Bukti dari hal ini adalah sebuah cerita yang dibawakan oleh Ibnu 'Abbas
radhiyallahu 'anhuma.2 Beliau mengatakan,
“Ketika Allah ingin mengangkat Isa -'alaihis salam- ke langit, beliau pun keluar menuju para
sahabatnya dan ketika itu dalam rumah terdapat 12 orang sahabat al Hawariyyun. Beliau keluar
menuju mereka dan kepala beliau terus meneteskan air. Lalu Isa mengatakan, “Sesungguhnya di
antara kalian ada yang mengkufuriku sebanyak 12 kali setelah ia beriman padaku.” Kemudian
Isa berkata lagi, “Ada di antara kalian yang akan diserupakan denganku. Ia akan dibunuh
karena kedudukanku. Dia pun akan menjadi teman dekatku.” Kemudian di antara para sahabat
beliau tadi yang masih muda berdiri, lantas Isa mengatakan, “Duduklah engkau.” Kemudian Isa
kembali lagi pada mereka, pemuda tadi pun berdiri kembali. Isa pun mengatakan, “Duduklah
engkau.” Kemudian Isa datang lagi ketiga kalinya dan pemuda tadi masih tetap berdiri dan ia
mengatakan, “Aku, wahai Isa.” “Betulkah engkau yang ingin diserupakan denganku?” ujar Nabi
Isa. Kemudian pemuda tadi diserupakan dengan Nabi Isa. Isa pun diangkat melalui lobang
tembok di rumah tersebut menuju langit. Kemudian datanglah rombongan orang Yahudi.
Kemudian mereka membawa pemuda yang diserupakan dengan Nabi Isa tadi. Mereka
membunuhnya dan mensalibnya. Sebagian mereka pun mengkufuri Isa sebanyak 12 kali setelah
sebelumnya mereka beriman padanya. Mereka pun terpecah menjadi tiga golongan. Kelompok
pertama mengatakan, “Allah berada di tengah-tengah kita sesuai kehendak-Nya kemudian Dia
naik ke langit.” Mereka inilah Ya'qubiyah. Kelompok kedua mengatakan, “Di tengah-tengah
kita ada anak Allah sesuai kehendak-Nya kemudian ia naik ke langit.” Mereka inilah
Nasthuriyah. Kelompok ketiga mengatakan, “Di tengah-tengah kita ada hamba Allah dan Rasul-
Nya sesuai kehendak-Nya kemudian ia naik ke langit.” Merekalah kaum muslimin.
Kelompok pertama dan kedua yang kafir akan mengalahkan kelompok ketika yang muslim.
Kelompok yang muslim itu pun sirna, sampai Allah mengutus Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam.”
Ibnu Katsir mengatakan bahwa hadits ini sanadnya shahih sampai Ibnu 'Abbas. An Nasa-i
meriwayatkan hadits ini dari Abu Kuraib dan dari Abu Mu'awiyah serta semisalnya.3

Dari riwayat ini ada beberapa faedah yang dapat kita petik:
1. Setelah Isa diangkat ke langit, ada sebagian murid Isa (al Hawariyyun) yang beriman dan
sebagian lainnya kufur pada beliau.
2. Nabi Isa tidak mati dan tidak disalib, namun beliau diangkat ke langit. Yang mati dan
disalib adalah orang yang diserupakan dengan beliau.
3. Yang dibunuh dan disalib adalah orang yang diserupakan dengan Nabi Isa, yaitu murid
beliau yang setia pada beliau dan bukan murid Isa yang pengkhianat. Namun yang
tersebar di tengah-tengah kaum muslimin bahwa yang diserupakan dengan Isa adalah
muridnya yang pengkhianat. Kami tidak mengetahui manakah dalil yang menunjukkan
hal ini. Riwayat di atas jelas-jelas berkata lain.
4. Murid-murid Isa terpecah menjadi tiga golongan. Satu golongan beriman yaitu meyakini
bahwa Isa adalah hamba dan utusan Allah. Sedangkan dua golongan lain kufur. Sebagian
meyakini bahwa Isa adalah Allah. Dan sebagian lainnya meyakini bahwa Isa adalah anak
Allah. Yang menang ketika itu adalah dua golongan yang kafir sedangkan golongan yang
beriman musnah sampai diutusnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Al Qur'an Berbicara Tentang Turunnya Nabi Isa di Akhir Zaman

Ayat pertama: Allah Ta'ala berfirman,


‫َوإِنَّهُ لَ ِع ْل ٌم لِلسَّا َع ِة‬
“Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat.” (QS.
Az Zukhruf: 61)
Para ulama berselisih pendapat mengenai makna dhomir (kata ganti) haa' dalam kalimat (ُ‫)وإِنَّه‬.
َ
Sebagian ulama mengatakan bahwa kata ganti haa' di situ adalah 'Isa bin Maryam. Sehingga
makna kalimat, “Sesungguhnya 'Isa di antara tanda datangnya hari kiamat”. Karena turunnya
kembali Isa ke dunia adalah tanda akan fananya dunia dan akan datangnya kehidupan akhirat.
Demikian penjelasan dari Ibnu Jarir Ath Thobari4. Kemudian setelah itu Ibnu Jarir membawakan
beberapa perkataan ulama pakar tafsir tentang tafsiran ayat di atas.
Ibnu 'Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud ayat tersebut adalah turunnya Nabi 'Isa 'alaihis
salam.
Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ayat tersebut yaitu di antara tanda datangnya hari
kiamat adalah turunnya Isa bin Maryam sebelum hari kiamat.
Qotadah mengatakan tentang maksud ayat tersebut adalah turunnya Isa bin Maryam merupakan
di antara tanda hari kiamat.
As Sudi, Adh Dhohak, dan Ibnu Zaid mengatakan perkataan yang serupa.5

Ayat kedua: Firman Allah Ta'ala,


‫م ْالقِيَا َم ِة يَ ُكونُ َعلَ ْي ِه ْم َش ِهيدًا‬3َ ْ‫ب إِاَّل لَي ُْؤ ِمن ََّن بِ ِه قَب َْل َموْ تِ ِه َويَو‬
ِ ‫َوإِ ْن ِم ْن أَ ْه ِل ْال ِكتَا‬
“Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum
kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (QS. An
Nisa': 159)
Mengenai ayat di atas terdapat dua tafsiran di kalangan pakar tafsir.
Tafsiran pertama: “... kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya”, yang
dimaksud sebelum kematiannya adalah sebelum kematian Isa. Maksudnya adalah sebagaimana
penjelasan Ibnu Jarir Ath Thobari, “Mereka seluruhnya akan membenarkan Nabi Isa ketika ia
turun ke dunia untuk membunuh Dajjal. Sehingga ketika itu agama hanya ada satu yaitu agama
Islam yang lurus, agama Ibrahim.”6
Ibnu 'Abbas mengatakan bahwa maksud ayat tersebut adalah sebelum kematian Isa bin Maryam.
Abu Malik mengatakan bahwa yang dimaksud adalah ketika Isa bin Maryam turun, yaitu tidak
ada satu pun ahli kitab yang tersisa kecuali mereka akan beriman pada Nabi Isa.
Al Hasan mengatakan bahwa maksud ayat ini adalah sebelum kematian Isa dan -demi Allah- Isa
saat ini masih hidup, berada di sisi Allah. Ketika beliau turun lagi ke bumi, semua pasti akan
mengimani beliau.
Qotadah mengatakan maksud ayat ini adalah sebelum kematian Isa dan jika beliau turun ke muka
bumi, semua agama akan beriman pada beliau.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa ketika Isa bin Maryam turun lagi ke bumi, ia akan membunuh
Dajjal. Lalu tidak akan tersisa lagi seorang pun Yahudi kecuali akan beriman padanya.
Ath Thobari mengatakan, “Jika Isa turun ke muka bumi, maka orang Yahudi akan beriman
padanya.”
Tafsiran kedua: “... kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya”, yang
dimaksud adalah sebelum kematian ahli kitab tersebut.
Ibnu Jarir Ath Thobari menjelaskan, "Setiap orang yang didatangi maut (kematian), jiwanya
tidak akan lepas sampai jelas padanya kebenaran dari kebatilan yang ada dalam agamanya."
Ibnu 'Abbas mengatakan tentang maksud ayat di atas bahwa tidaklah seorang Yahudi itu mati
kecuali mereka akan beriman kepada Isa.
Ibnu 'Abbas juga mengatakan bahwa tidaklah seorang Yahudi itu mati kecuali ia akan bersaksi
bahwa Isa adalah hamba dan utusan Allah, walaupun ia dalam keadaan diancam dengan pedang.
Mujahid mengatakan tentang maksud ayat di atas bahwa setiap ahli kitab akan beriman kepada
Isa sebelum kematian ahli kitab tersebut.7
Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir As Sa'di menjelaskan bahwa menurut tafsiran ini, setiap ahli
kitab yang akan didatangi maut (kematian), ia telah jelas kebenaran sebenarnya. Ia pun akan
beriman pada Isa 'alaihis salam, akan tetapi iman ketika itu tidaklah manfaat karena itu hanyalah
iman karena terpaksa. Maka maksud ayat ini adalah sebagai ancaman bagi ahli kitab bahwa
mereka akan menyesal sebelum kematian mereka. Bagaimanakah lagi nasib mereka pada saat
dibangkitkan pada hari kiamat nanti?!8
Di antara dua tafsiran di atas yang lebih tepat adalah tafsiran pertama. Ibnu Katsir rahimahullah
mengatakan,
"Tidak ragu lagi bahwa pendapat (tafsiran pertama) itulah yang lebih tepat. Karena tafsiran ini
adalah maksud dari konteks ayat sebelumnya yang membicarakan mengenai keyakinan Yahudi
bahwa mereka telah membunuh Isa dan menyalibnya. Orang-orang Nashrani yang jahil pun
membenarkan hal ini. Lalu Allah memberitahukan bahwa keadaan senyatanya adalah tidak
demikian. Sesungguhnya yang dibunuh adalah yang diserupakan dengan Isa dan mereka tidak
mengetahui hal ini. Allah mengabarkan bahwa Isa akan diangkat ke langit, beliau masih hidup
dan akan turun sebelum hari kiamat sebagaimana diceritakan dalam banyak hadits (hadits
mutawatir)."9
Ayat ketiga: Firman Allah Ta'ala,
‫ض َع‬َ َ‫ق فَإِ َّما َمنًّا بَ ْع ُد َوإِ َّما فِدَا ًء َحتَّى ت‬
َ ‫ ْال َوثَا‬3‫ب َحتَّى إِ َذا أَ ْثخَ ْنتُ ُموهُ ْم فَ ُش ُّدوا‬ِ ‫ب ال ِّرقَا‬ 3َ ْ‫ضر‬َ َ‫فَإِ َذا لَقِيتُ ُم الَّ ِذينَ َكفَرُوا ف‬
‫ فِي َسبِي ِل هَّللا ِ فَلَ ْن‬3‫ْض َوالَّ ِذينَ قُتِلُوا‬
ٍ ‫م بِبَع‬3ْ ‫ْض ُك‬ َ ‫ك َولَوْ يَ َشا ُء هَّللا ُ اَل ْنت‬
َ ‫َص َر ِم ْنهُ ْم َولَ ِك ْن لِيَ ْبلُ َو بَع‬ َ ْ‫ْال َحرْ بُ أَو‬
َ ِ‫زَارهَا َذل‬
‫ض َّل أَ ْع َمالَهُ ْم‬
ِ ُ‫ي‬
"Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang
leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan
sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir.
Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah
hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang syahid
pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. " (QS. Muhammad: 4)
Al Baghowi menjelaskan salah satu tafsiran ayat di atas, "Mereka mengalahkan orang-orang
musyrik dengan membunuh dan memenjara mereka sampai seluruh agama yang ada memeluk
Islam. Seluruh agama akhirnya milik Allah. Dan setelah itu tidak ada lagi jihad dan tidak ada lagi
peperangan. Hal ini terjadi ketika turunnya Isa bin Maryam (di akhir zaman)."10

Hadits yang Berbicara Tentang Turunnya Isa bin Maryam


Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Katsir, hadits yang membicarakan mengenai turunnya Nabi
Isa di akhir zaman adalah hadits yang mutawatir (mutawatir makna) yaitu terdiri dari banyak
hadits dan membicarakan satu maksud yaitu bahwa Nabi Isa akan turun menjelang hari kiamat.11
Dalam kesempatan yang lain, Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Hadits-hadits tersebut
(yang membicarakan turunnya Isa di akhir zaman, pen) adalah hadits yang mutawatir dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari riwayat Abu Hurairah, Ibnu Mas'ud, Utsman bin
Abil 'Ash, Abu Umamah, An Nawas bin Sam'an, Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash, Mujammi' bin
Jariyah, Abu Sarihah, dan Hudzaifah bin Usaid.”12
Di antara bukti dari hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu dari Abu Hurairah, beliau
bersabda,
« ‫ض َع‬ َ َ‫ َوي‬، ‫ير‬ 3َ ‫ َويَ ْقتُ َل ْال ِخ ْن ِز‬، ‫يب‬
َ ِ ‫صل‬ َّ ‫ر ال‬3َ ‫ فَيَ ْك ِس‬، ً‫ لَيُو ِش َك َّن أَ ْن يَ ْن ِز َل فِي ُك ُم ابْنُ َمرْ يَ َم َح َك ًما َع ْدال‬، ‫َوالَّ ِذى نَ ْف ِسى بِيَ ِد ِه‬
‫ ثُ َّم يَقُو ُل أَبُو‬. » ‫اح َدةُ َخ ْيرًا ِمنَ ال ُّد ْنيَا َو َما فِيهَا‬ ِ ‫ َحتَّى تَ ُكونَ السَّجْ َدةُ ْال َو‬، ‫يض ْال َما ُل َحتَّى الَ يَ ْقبَلَهُ أَ َح ٌد‬ َ ِ‫ َويَف‬، َ‫ْال ِج ْزيَة‬
) ‫م ْالقِيَا َم ِة يَ ُكونُ َعلَ ْي ِه ْم َش ِهيدًا‬3َ ْ‫ب إِالَّ لَي ُْؤ ِمن ََّن بِ ِه قَب َْل َموْ تِ ِه َويَو‬
ِ ‫هُ َر ْي َرةَ َوا ْق َر ُءوا إِ ْن ِش ْئتُ ْم ( َوإِ ْن ِم ْن أَ ْه ِل ْال ِكتَا‬
“Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya. Sebentar lagi Isa bin Maryam akan turun di tengah-
tengah kalian sebagai hakim yang adil. Beliau akan menghancurkan salib, membunuh babi,
menghapus jizyah (upeti)13, harta semakin banyak dan semakin berkah sampai seseorang tidak
ada yang menerima harta itu lagi (sebagai sedekah, pen), dan sujud seseorang lebih disukai
daripada dunia dan seisinya.” Abu Hurairah lalu mengatakan, “Bacalah jika kalian suka:
‫م ْالقِيَا َم ِة يَ ُكونُ َعلَ ْي ِه ْم َش ِهيدًا‬3َ ْ‫ب إِاَّل لَي ُْؤ ِمن ََّن بِ ِه قَب َْل َموْ تِ ِه َويَو‬
ِ ‫َوإِ ْن ِم ْن أَ ْه ِل ْال ِكتَا‬
“Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum
kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (QS. An
Nisa': 159)”14

Dari Jabir bin 'Abdillah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


‫صلى هللا‬- ‫ فَيَ ْن ِز ُل ِعي َسى ابْنُ َمرْ يَ َم‬- ‫ال‬ َ َ‫ ق‬- ‫ظا ِه ِرينَ إِلَى يَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة‬
َ ‫ق‬ ِّ ‫طائِفَةٌ ِم ْن أُ َّمتِى يُقَاتِلُونَ َعلَى ْال َح‬
َ ‫الَ تَ َزا ُل‬
ُ ‫هَّللا‬ ُ
َ‫ تَ ْك ِر َمةَ ِ هَ ِذ ِه األ َّمة‬.‫ْض أ َم َرا ُء‬ َ ‫ إِ َّن بَع‬.َ‫ فَيَقُو ُل ال‬.‫ص ِّل لَنَا‬ َ
َ ‫ فَيَقُو ُل أ ِمي ُرهُ ْم تَ َعا َل‬-‫عليه وسلم‬
ٍ ‫ْض ُك ْم َعلَى بَع‬
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berperang memperjuangkan kebenaran dan
meraih kemenangan hingga hari kiamat.” Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun mengatakan,
“Kemudia Isa bin Maryam turun ke muka bumi. Lalu pemimpin mereka-mereka tadi mengatakan
pada Isa, “Jadilah imam shalat bersama kami.” “Tidak. Sesungguhnya di antara kalian sudah
menjadi pemimpin bagi yang lain. Allah betul-betul telah memuliakan umat ini”, jawab Isa.”15
Dan masih banyak sekali hadits-hadits yang membicarakan mengenai hal ini, bahkan sampai
derajat mutawatir (jalur yang sangat banyak). Insya Allah akan dipaparkan lagi ketika penjelasan
ciri-ciri Isa bin Maryam dan misinya ketika turun kembali ke muka bumi.

Berita Turunnya Isa di Akhir Zaman Menjadi Konsensus Para Ulama


Di samping beberapa ayat Al Qur'an dan hadits membenarkan bahwa Isa bin Maryam akan turun
di akhir zaman, turunnya beliau ke muka bumi juga didasari pada ijma' (konsensus atau
kesepakatan) ulama. Yang menyelisihi pendapat ini hanyalah orang yang “nyleneh”
perkataannya dan tidak perlu dianggap.
As Safarini mengatakan, “Umat Islam telah sepakat bahwa Isa betul-betul akan turun kembali
dan tidak ada satu pun yang menyelisihi pendapat ini. Yang mengingkari hal ini hanyalah para
filosof dan kelompok yang menyimpang. Mereka-mereka ini sebenarnya tidak perlu dianggap
perkataannya. Para ulama telah menyepakati hal ini dan mereka yakini bahwa Isa akan berhukum
dengan syariat Muhammad dan bukan membawa ajaran baru yang berdiri sendiri ketika ia turun
dari langit.”16
Setelah pemaparan berbagai dalil tadi, maka hal ini menunjukkan bahwa turunnya Nabi Isa ke
muka bumi setelah sebelumnya diangkat ke langit adalah suatu keniscayaan. Sehingga orang-
orang yang menafikan dan tidak meyakini hal ini sangat jauh dari kebenaran.

Demikian pembahasan kami dalam serial pertama. Insya Allah dalam kesempatan berikutnya,
kami akan mengangkat mengenai ciri-ciri Isa bin Maryam dan misinya ketika turun di muka
bumi.
Semoga Allah memudahkan hal ini. Semoga Allah memberikan pemahaman dan keyakinan yang
mantap untuk menyongsong hari kiamat yang semakin dekat menghampiri kita.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.com
Diselesiakan di Panggang-Gunung Kidul, 30 Muharram 1431 H

Referensi:
1. Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,Yahya bin Syarf An Nawawi, Dar Ihya' At Turots.
2. Al Yaumull Akhir (1) – Al Qiyamatush Shugro wal 'Alamatu Qiyamatul Qubro, Dr. 'Umar
Sulaiman Al Asyqor, Darun Nafais.
3. Asyrotus Saa'ah, 'Abdullah bin Sulaiman Al Ghofili, Mawqi' Al Islam.
4. Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Musthofa bin Al 'Adawi, Darul Fawa-id & Darul Ibni Rojab,
cetakan pertama, tahun 1427 H.
5. Jaami' Al Bayan fii Ta'wilil Qur'an (Tafsir Ath Thobari), Ibnu Jarir Ath Thobari,
Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1420 H.
6. Ma'alimut Tanzil (Tafsir Al Baghowi), Al Husain bin Mas'ud Al Baghowi, Dar Thoyibah,
1409 H.
7. Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, Ibnu Katsir, Darul Qurthubah.
8. Taisir Al Karimir Rahman fii Tafsir Kalamil Mannan, Muassasah Ar Risalah, cetakan
pertama, tahun 1420 H.

Footnote:

1 Taisir Al Karimir Rahman, hal. 132.

2 Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim (4/1110), An Nasa-i dalam tafsirnya (611), dan Ath Thobari
(34066). Syaikh Musthofa Al 'Adawi dalam Shahih Tafsir Ibni Katsir (1/559) mengatakan bahwa
sanad riwayat ini hasan.

3 Lihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 4/336-337.

4 Tafsir Ath Thobari, 21/631.

5 Lihat Tafsir Ath Thobari, 21/631-632.

6Tafsir Ath Thobari, 9/379.

7 Lihat dua tafsiran ini di Tafsir Ath Thobari, 9/379-383.

8 Lihat Taisir Al Karimir Rahman, hal. 213.

9 Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 4/244-245.

10 Ma'alimut Tanzil, 7/279-280.

11 Lihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 4/244-245.


12 Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 4/363

13 An Nawawi menjelaskan, “Maksudnya, jizyah tidak akan diterima lagi. Dan tidak akan
diterima dari orang kafir kecuali Islam. Dengan sekedar menyerahkan jizyah, maka itu tidaklah
cukup. Yang diterima hanyalah Islam atau dibunuh.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 2/190)

14 HR. Bukhari no. 3448 dan Muslim no. 155.

15 HR. Muslim no. 156

16 Lawami'ul Anwar Al Bahiyah, 1/94-95. Dinukil dari Asyrotus Saa'ah, 1/150.

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad,
keluarga dan sahabatnya.
Tulisan kali ini adalah kelanjutan dari tulisan sebelumnya mengenai Turunnya Nabi Isa 'alaihis
salam. Di antara yang dibahas adalah apa hikmah diturunkannya Nabi Isa 'alaihis salam di akhir
zaman. Semoga bermanfaat.
Tempat Turunnya Nabi Isa ‘alaihis salam
Dari An Nawwas bin Sam'an berkata, “Pada suatu pagi, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam
menyebut Dajjal, beliau melirihkan suara dan mengeraskannya hingga kami mengiranya berada
di sekelompok pohon kurma. ...
‫اضعًا‬ ِ ‫ق بَ ْينَ َم ْهرُو َدتَي ِْن َو‬ َ ‫ى ِد َم ْش‬
َّ ِ‫ْضا ِء شَرْ ق‬ َ ‫َار ِة ْالبَي‬ َ ‫ث هَّللا ُ ْال َم ِسي َح ا ْبنَ َمرْ يَ َم فَيَ ْن ِز ُل ِع ْن َد ْال َمن‬
َ ‫ك إِ ْذ بَ َع‬
َ ِ‫ هُ َو َك َذل‬3‫فَبَ ْينَ َما‬
‫ر يَ ِج ُد ِري َح نَفَ ِس ِه‬3ٍ ِ‫ان َكاللُّ ْؤلُ ِؤ فَالَ يَ ِحلُّ لِ َكاف‬ ٌ ‫َكفَّ ْي ِه َعلَى أَجْ نِ َح ِة َملَ َك ْي ِن إِ َذا طَأْطَأ َ َرأَ َسهُ قَطَ َر َوإِ َذا َرفَ َعهُ ت ََح َّد َر ِم ْنهُ ُج َم‬
‫ب لُ ٍّد فَيَ ْقتُلُهُ ثُ َّم يَأْتِى ِعي َسى ا ْبنَ َمرْ يَ َم قَوْ ٌم قَ ْد‬ ِ ‫طلُبُهُ َحتَّى يُ ْد ِر َكهُ بِبَا‬ ْ َ‫ْث يَ ْنتَ ِهى طَرْ فُهُ فَي‬ ُ ‫إِالَّ َماتَ َونَفَ ُسهُ يَ ْنتَ ِهى َحي‬
‫م فِى ْال َجنَّ ِة‬3ْ ‫م بِ َد َر َجاتِ ِه‬3ُْ‫م َوي َُح ِّدثُه‬3ْ ‫م هَّللا ُ ِم ْنهُ فَيَ ْم َس ُح ع َْن ُوجُو ِه ِه‬3ُ ُ‫َص َمه‬َ ‫ع‬
“Saat Dajjal seperti itu, tiba-tiba 'Isa putra Maryam turun di sebelah timur Damaskus di
menara putih dengan mengenakan dua baju (yang dicelup wars dan za'faran)[1] seraya
meletakkan kedua tangannya di atas sayap dua malaikat, bila ia menundukkan kepala, air pun
menetas. Bila ia mengangkat kepala, air pun bercucuran seperti mutiara. Tidaklah orang kafir
mencium bau dirinya melainkan ia akan mati. Sungguh bau nafasnya sejauh mata memandang.
Isa mencari Dajjal hingga menemuinya di pintu Ludd lalu membunuhnya. Setelah itu Isa bin
Maryam mendatangi suatu kaum yang dijaga oleh Allah dari Dajjal. Ia mengusap wajah-wajah
mereka dan menceritakan tingkatan-tingkatan mereka di surga. ... (HR. Muslim no. 2937)
Yang dimaksud menara putih sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah. Beliau
berkata, “Aku telah melihat di beberapa kitab bahwa sebenarnya turun Isa bin Maryam adalah di
menara putih yang terletak di sebelah timur Jaami’ Damaskus. Inilah riwayat yang benar dan
lebih kuat. Adapun riwayat yang menyatakan bahwasanya Isa turun di menara putih di sebelah
timur Damaskus, maka itu hanya ungkapan perowi saja dari apa yang ia pahami. Yang benar, di
Damaskus tidak ada menara yang dikatakan di sebelah timurnya. Yang ada hanyalah menara
yang ada di sebelah timur Jaami’ Al Umawi. Inilah penyebutan yang lebih tepat. Karena ketika
Nabi Isa turun, maka akan ditegakkan shalat.”[2]
Berapa Lama Nabi Isa ‘alaihis salam Tinggal di Muka Bumi?
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ْس بَ ْينَ ْاثنَ ْي ِن‬
َ ‫ث النَّاسُ َس ْب َع ِسنِينَ لَي‬ ْ َ‫ث هَّللا ُ ِعي َسى ا ْبنَ َمرْ يَ َم َكأَنَّهُ عُرْ َوةُ بْنُ َم ْسعُو ٍد فَي‬
ُ ‫طلُبُهُ فَيُ ْهلِ ُكهُ ثُ َّم يَ ْم ُك‬ ُ ‫فَيَ ْب َع‬
ْ‫ض أَ َح ٌد فِى قَ ْلبِ ِه ِم ْثقَا ُل َذ َّر ٍة ِم ْن َخي ٍْر أَو‬ ْ
ِ ْ‫ار َدةً ِم ْن قِبَ ِل ال َّشأ ِم فَالَ يَ ْبقَى َعلَى َوجْ ِه األَر‬ ِ َ‫َعدَا َوةٌ ثُ َّم يُرْ ِس ُل هَّللا ُ ِريحًا ب‬
ُ‫ض ْته‬َ َ‫إِي َما ٍن إِالَّ قَب‬
“Lalu Allah mengutus Isa bin Maryam seperti Urwah bin Mas'ud, ia mencari Dajjal dan
membunuhnya. Setelah itu selama tujuh tahun, manusia tinggal dan tidak ada permusuhan di
antara dua orang pun. Kemudian Allah mengirim angin sejuk dari arah Syam lalu tidak tersisa
seorang yang dihatinya ada kebaikan atau keimanan seberat biji sawi pun yang tersisa kecuali
mencabut nyawanya” (HR. Muslim no. 2940)
Sedangkan dalam riwayat Abu Daud yang telah disebutkan, “Pada masa beliau, Allah akan
membinasakan semua agama selain Islam, Isa akan membunuh Dajjal, dan beliau akan tinggal
di muka bumi selama empat puluh tahun. Setelah itu ia meninggal dan kaum muslimin
menshalatinya.” (HR. Abu Daud no. 4324 dan Ahmad 2/437. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih)
Dalam riwayat Ahmad, dari ‘Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ْس بِأ َ ْع َو َر إِنَّهُ يَ ْخ ُر ُج فِى‬ ِ ‫ُج ال َّدجَّا ُل َوأَنَا َح ٌّى َكفَ ْيتُ ُك ُموهُ َوإِ ْن يَ ْخر‬
َ ‫ُج ال َّدجَّا ُل بَ ْع ِدى فَإِ َّن َربَّ ُك ْم َع َّز َو َج َّل لَي‬ ِ ‫إِ ْن يَ ْخر‬
َ ‫ان فَيَ ْخر‬
‫ُج إِلَ ْي ِه‬ ِ ‫ب ِم ْنهَا َملَ َك‬ٍ ‫ب َعلَى ُك ِّل نَ ْق‬ٍ ‫ل نَا ِحيَتَهَا َولَهَا يَوْ َمئِ ٍذ َس ْب َعةُ أَ ْب َوا‬3َ ‫يَهُو ِديَّ ِة أَصْ بَهَانَ َحتَّى يَأْتِ َى ْال َم ِدينَةَ فَيَ ْن ِز‬
‫ل ِعي َسى‬3َ ‫ فَيَ ْن ِز‬- ‫اب لُ ٍّد‬ َ َ‫ْطينَ ب‬ ِ ‫ال أَبُو دَا ُو َد َم َّرةً َحتَّى يَأْتِ َى فِلَس‬ َ َ‫ َوق‬- ‫ب لُ ٍّد‬ ِ ‫ْطينَ بِبَا‬ ِ ‫ِش َرا ُر أَ ْهلِهَا َحتَّى ال َّش ِام َم ِدينَ ٍة بِفِلَس‬
ً ‫ض أَرْ بَ ِعينَ َسنَةً إِ َماما ً َع ْدالً َو َح َكما ً ُم ْق ِسطا‬ ِ ْ‫ث ِعي َسى َعلَ ْي ِه ال َّسالَ ُم فِى األَر‬ َ ‫َعلَ ْي ِه ال َّسالَ ُم فَيَ ْقتُلَهُ ثُ َّم يَ ْم ُك‬
“Jika Dajjal telah keluar dan saya masih hidup maka saya akan membela (menjaga) kalian,
namun Dajjal keluar sesudahku. Sesungguhnya Rabb kalian 'azza wajalla tidaklah buta sebelah
(bermata satu) dan Dajjal akan keluar di Yahudi Ashbahan hingga ia datang ke Madinah dan
turun di tepinya yang mana Madinah pada waktu itu memiliki tujuh pintu. Pada setiap pintu
terdapat malaikat yang menjaga, lalu akan keluar (menuju) kepada Dajjal sejelek-jelek
penduduk madinah darinya hingga ke Syam tepat di kota palestina di pintu Lud." Sesekali Abu
Daud berkata, "Hingga Dajjal datang (tiba) di palestina di pintu Lud, lalu Isa ‘alaihis salam
turun dan membunuhnya, kemudian Isa ‘alaihis salam tinggal di bumi selama empat puluh
tahun dan menjadi imam yang adil dan hakim yang adil.” (HR. Ahmad, 6/75. Syaikh Syu’aib Al
Arnauth mengatakan bahwa sanadnya hasan)
Dalam riwayat pertama dan lainnya seolah-olah bertentangan. Pada hadits pertama dikatakan
bahwa Nabi Isa tinggal di muka bumi selama 7 tahun (namun tidak secara tegas) dan hadits
kedua dikatakan 40 tahun.
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Disebutkan dalam hadits bahwa Nabi ‘Isa tinggal di
muka bumi selama 40 tahun. Namun dalam Shahih Muslim disebutkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar
bahwa beliau menetap selama 7 tahun. Seolah-olah di sini ada yang rancu. Maka kita bisa
maknakan bahwa maksud beliau tinggal di muka bumi selama tujuh tahun adalah waktu tinggal
setelah beliau turun ke muka bumi (sebelumnya diangkat ke langit). Sedangkan sisanya adalah
waktu beliau menetap di muka bumi sebelum diangkat ke langit. Oleh karena itu dari sini kita
dapat mengatakan bahwa umur Nabi ‘Isa adalah 33 tahun (sebelum beliau diangkat ke langit),
inilah yang masyhur.”[3]
Namun apa yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir dengan jalan mengkompromikan riwayat yang ada
disanggah oleh As Safarini. As Safarini menjelaskan, “Hadits ‘Aisyah yang dikeluarkan oleh
Imam Ahmad dan lainnya yang menyatakan, “Isa akan membunuh Dajjal, lalu akan tinggal di
muka bumi selama 40 tahun”, hadits tersebut sama sekali tidak bermasalah. Al Baihaqi pun
berpegang dengan riwayat yang menyatakan bahwa Isa akan tinggal di muka bumi selama 40
tahun. Sebagaimana pula dinukil dari As Suyuthi, beliau pun menguatkan salah satu pendapat
(dan bukan lewat jalan kompromi). Karena jika ada tambahan penjelasan dari perowi yang tsiqoh
(ziyadah tsiqoh) tentu saja bisa dijadikan argumen. Mereka yang menyatakan bahwa setelah Isa
turun akan tinggal selama 40 tahun berpegang dengan riwayat yang banyak, sehingga mereka
mendahulukannya dari riwayat yang dibilang sedikit karena adanya tambahan yakin di
dalamnya. Hadits yang menyatakan bahwa Isa tinggal selama 40 tahun itulah hadits mutsbit
(yang menyatakan secara tegas), tentu saja ini yang mesti didahulukan.”[4]
Dari sini pendapat yang lebih tepat adalah riwayat yang menyatakan bahwa setelah Isa turun ia
akan tinggal di muka bumi selama 40 tahun karena riwayat ini yang lebih banyak sebagaimana
diisyaratkan tadi oleh As Safarini. Namun boleh jadi 40 tahun seakan-akan dirasakan begitu
cepat seperti tujuh tahun.[5]
Misi Isa bin Maryam Lainnya, Memusnahkan Ya’juj dan Ma’juj
Sebagaimana nanti dijelaskan tersendiri bahwa di antara misi Nabi Isa ‘alaihis salam ketika
turun di muka bumi adalah memusnahkan Ya’juj dan Ma’juj. Beliau bersama sahabatnya akan
memusnahkan Ya’juj dan Ma’juj, kaum yang jumlahnya amat banyak dan terkenal amat rakus.
Disebutkan dalam hadits Nawwas bin Sam’an yang amat panjang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
ُّ‫ُون َما فِيهَا َويَ ُمر‬ 3َ ‫ب يَ ْن ِسلُونَ فَيَ ُمرُّ أَ َوائِلُهُ ْم َعلَى بُ َحي َْر ِة طَبَ ِريَّةَ فَيَ ْش َرب‬ ٍ ‫ج َوهُ ْم ِم ْن ُك ِّل َح َد‬3َ ‫ث هَّللا ُ يَأْجُو َج َو َمأْجُو‬ ُ ‫َويَ ْب َع‬
‫ر نَبِ ُّى هَّللا ُ ِعي َسى َوأَصْ َحابُهُ َحتَّى يَ ُكونَ َر ْأسُ الثَّوْ ِر ألَ َح ِد ِه ْم خَ ْيرًا‬3ُ ‫ص‬ َ ْ‫ َويُح‬.‫آ ِخ ُرهُ ْم فَيَقُولُونَ لَقَ ْد َكانَ بِهَ ِذ ِه َم َّرةً َما ٌء‬
َ‫ل هَّللا ُ َعلَ ْيهُ ُم النَّ َغفَ فِى ِرقَابِ ِه ْم فَيُصْ بِحُون‬3ُ ‫َار ألَ َح ِد ُك ُم ْاليَوْ َم فَيَرْ َغبُ نَبِ ُّى هَّللا ِ ِعي َسى َوأَصْ َحابُهُ فَيُرْ ِس‬ ٍ ‫ِم ْن ِمائَ ِة ِدين‬
‫ض َع ِشب ٍْر‬ ِ ْ‫ض َمو‬ ِ ْ‫ض فَالَ يَ ِج ُدونَ فِى األَر‬ ِ ْ‫س َوا ِح َد ٍة ثُ َّم يَ ْهبِطُ نَبِ ُّى هَّللا ِ ِعي َسى َوأَصْ َحابُهُ إِلَى األَر‬ ٍ ‫ت نَ ْف‬ِ ْ‫فَرْ َسى َك َمو‬
ِ ‫َاق ْالب ُْخ‬
‫ت فَتَحْ ِملُهُ ْم‬ ِ ‫م فَيَرْ َغبُ نَبِ ُّى هَّللا ِ ِعي َسى َوأَصْ َحابُهُ إِلَى هَّللا ِ فَيُرْ ِس ُل هَّللا ُ طَ ْيرًا َكأ َ ْعن‬3ُْ‫إِالَّ َمألَهُ زَ هَ ُمهُ ْم َونَ ْتنُه‬
‫ض َحتَّى يَ ْت ُر َكهَا َكال َّزلَفَ ِة‬ َ ْ‫َر َوالَ َوبَ ٍر فَيَ ْغ ِس ُل األَر‬ ٍ ‫ْت َمد‬ُ ‫ْث َشا َء هَّللا ُ ثُ َّم يُرْ ِس ُل هَّللا ُ َمطَرًا الَ يَ ُك ُّن ِم ْنهُ بَي‬ ُ ‫َط َر ُحهُ ْم َحي‬ ْ ‫فَت‬
3.‫ك‬ِ َ‫ض أَ ْنبِتِى ثَ َم َرت َِك َو ُردِّى بَ َر َكت‬ ِ ْ‫ثُ َّم يُقَا ُل لِألَر‬
‫اإلبِ ِل لَتَ ْكفِى ْالفِئَا َم‬ ِ َ‫ك فِى الرِّ س ِْل َحتَّى أَ َّن اللِّ ْق َحةَ ِمن‬ 3ُ ‫صابَةُ ِمنَ الرُّ َّمانَ ِة َويَ ْست َِظلُّونَ بِقِحْ فِهَا َويُبَا َر‬ َ ‫فَيَوْ َمئِ ٍذ تَأْ ُك ُل ْال ِع‬
‫ك إِ ْذ‬ ِ َّ‫اس َواللِّ ْق َحةَ ِمنَ ْال َغن َِم لَتَ ْكفِى ْالفَ ِخ َذ ِمنَ الن‬
َ ِ‫ هُ ْم َك َذل‬3‫اس فَبَ ْينَ َما‬ ِ َّ‫اس َواللِّ ْق َحةَ ِمنَ ْالبَقَ ِر لَتَ ْكفِى ْالقَبِيلَةَ ِمنَ الن‬ ِ َّ‫ِمنَ الن‬
ْ
َ‫اس يَتَهَا َرجُون‬ ِ َّ‫م فَتَ ْقبِضُ رُو َح ُك ِّل ُم ْؤ ِم ٍن َو ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم َويَ ْبقَى ِش َرا ُر الن‬3ْ ‫ث هَّللا ُ ِريحًا طَيِّبَةً فَتَأ ُخ ُذهُ ْم تَحْ تَ آبَا ِط ِه‬ َ ‫بَ َع‬
.» ُ‫م تَقُو ُم السَّا َعة‬3ْ ‫ُج ْال ُح ُم ِر فَ َعلَ ْي ِه‬َ ‫فِيهَا تَهَار‬
“Allah mengirim Ya'juj dan Ma'juj, 'Dari segala penjuru mereka datang dengan cepat.' (Al
Anbiyaa`: 96) Lalu yang terdepan melintasi danau Thabari dan minum kemudian yang belakang
melintasi, mereka berkata: 'Tadi disini ada airnya.' nabi Allah Isa dan para sahabatnya
dikepung hingga kepala kerbau milik salah seorang dari mereka lebih baik dari seratus dinar
milik salah seorang dari kalian saat ini, lalu nabi Allah Isa dan para sahabatnya menginginkan
Allah mengirimkan cacing di leher mereka lalu mereka mati seperti matinya satu jiwa, lalu 'Isa
dan para sahabatnya datang, tidak ada satu sejengkal tempat pun melainkan telah dipenuhi oleh
bangkai dan bau busuk darah mereka. Lalu Isa dan para sahabatnya berdoa kepada Allah lalu
Allah mengirim burung seperti leher unta. Burung itu membawa mereka dan melemparkan
mereka seperti yang dikehendaki Allah, lalu Allah mengirim hujan kepada mereka, tidak ada
rumah dari bulu atau rumah dari tanah yang menghalangi turunnya hujan, hujan itu membasahi
bumi hingga dan meninggalkan genangan dimana-mana. Allah memberkahi kesuburannya
hingga hingga sekelompok manusia cukup dengan unta perahan, satu kabilah cukup dengan
sapi perahan dan beberapa kerabat mencukupkan diri dengan kambing perahan. Saat mereka
seperti itu, tiba-tiba Allah mengirim angin sepoi-sepoi lalu mencabut nyawa setiap orang
mu`min dan muslim di bawah ketiak mereka, dan orang-orang yang tersisa adalah manusia-
manusia buruk, mereka melakukan hubungan badan secara tenang-terangan seperti keledai
kawin. Maka atas mereka itulah kiamat terjadi.” (HR. Muslim no. 2937)
Intinya, misi Isa bin Maryam ketika turun ke muka bumi sebagaimana diterangkan dalam
berbagai hadits adalah:
(1) membunuh Dajjal,
(2) menghancurkan salib-salib,
(3) membunuh babi,
(4) menghapuskan jizyah atau upeti (cuma ada satu pilihan yaitu masuk Islam),
(5) menghancurkan agama selain Islam dan yang tersisa di muka bumi hanyalah Islam,
(6) memusnahkan Ya’juj dan Ma’juj, serta
(7) menjadi imam dan hakim yang adil dengan menegakkan syari’at Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lima Hikmah Turunnya Nabi Isa di Akhir Zaman
Pertama: Sebagai bantahan bagi Yahudi yang mengklaim bahwa mereka telah membunuh Isa
bin Marya. Sungguh Allah akan mengungkap kedustaan mereka. Isa nantinya yang akan
membunuh mereka dan membunuh pemimpin mereka, yaitu Dajjal.
Kedua: Isa bin Maryam telah menemukan dalam Injil mengenai keutamaan umat Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,
ْ ‫ع أَ ْخ َر َج َش‬
‫ َعلَى سُوقِ ِه‬3‫ فَا ْست ََوى‬3َ‫طأَهُ فَآزَ َرهُ فَا ْستَ ْغلَظ‬ ٍ ْ‫م فِي اإْل ِ ْن ِجي ِل كَزَر‬3ُْ‫َو َمثَلُه‬
“Dan sifat-sifat mereka (para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) dalam Injil, yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu
menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya” (QS. Al Fath: 29). Dari sini, Nabi Isa
memohon kepada Allah agar menjadi bagian dari mereka (para sahabat). Allah pun mengabulkan
do’anya. Allah membiarkan beliau hidup hingga akhir zaman. Beliau pun akan menjadi pengikut
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika Dajjal muncul, beliau pun yang
menumpasnya.
Ketiga:  Turunnya Isa dari langit semakin dekat dengan ajal beliau. Beliau pun akan
dimakamkan di muka bumi. Oleh karena itu, ini menunjukkan bahwa tidak ada makhluk yang
terbuat dari tanah yang mati di tempat lain selain bumi.
Keempat: Turunnya Nabi Isa juga adalah untuk membungkam Nashoro. Sungguh Allah akan
membinasakan berbagai agama di masa Isa turun kecuali satu agama saja yang tersisa yaitu
Islam. Isa pun akan menghancurkan salib-salib, membunuh babi dan menghapuskan jizyah
(artinya tidak ada pilihan jizyah, yang ada hanyalah pilihan untuk masuk Islam).
Kelima: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
‫م َوا ِح ٌد‬3ُْ‫ َو ِدينُه‬، ‫ أُ َّمهَاتُهُ ْم َشتَّى‬، ‫ت‬
ٍ َّ‫ َواألَ ْنبِيَا ُء إِ ْخ َوةٌ لِ َعال‬، ‫اس بِ ِعي َسى ا ْب ِن َمرْ يَ َم فِى ال ُّد ْنيَا َواآل ِخ َر ِة‬
ِ َّ‫أَنَا أَوْ لَى الن‬
“Aku orang yang paling dekat dengan 'Isa bin Maryam 'alaihis salam di dunia dan akhirat, dan
para Nabi adalah bersaudara (dari keturunan) satu ayah dengan ibu yang berbeda, sedangkan
agama mereka satu” (HR. Bukhari no. 3443 dan Muslim no. 2365, dari Abu Hurairah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang terspesial dan yang paling dekat dengan
beliau. Isa bin Maryam sendiri telah memberi kabar gembira bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam akan datang setelah beliau. Beliau pun mengajak umatnya untuk membenarkan
dan beriman terhadap hal itu. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
َ ‫ل هَّللا ِ إِلَ ْي ُك ْم ُم‬3ُ ‫َوإِ ْذ قَا َل ِعي َسى ابْنُ َمرْ يَ َم يَا بَنِي إِ ْس َرائِي َل إِنِّي َرسُو‬
َّ ‫ لِ َما بَ ْينَ يَ َد‬3‫ص ِّدقًا‬
‫ بِ َرسُو ٍل‬3‫ي ِمنَ التَّوْ َرا ِة َو ُمبَ ِّش ًرا‬
‫يَأْتِي ِم ْن بَ ْع ِدي ا ْس ُمهُ أَحْ َم ُد‬
“Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar
gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya
Ahmad (Muhammad)." (QS. Ash Shaff: 6)[6]
Segala puji bagi Allah, selesai sudah pembahasan kami tentang turunnya Isa di akhir zaman.
Insya Allah pada kesempatan lainnya, kami akan melanjutkan dengan tanda kiamat besar
lainnya, yaitu datangnya Dajjal.
Segala puji bagi Allah atas segala nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Munculnya Dajjal

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam
kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Beberapa saat lalu, web rumaysho.com –alhamdulillah- telah membahas beberapa tanda kiamat.
Dimulai dengan munculnya Imam Mahdi dan Turunnya Nabi Isa ‘alaihis salam di akhir zaman.
Saat ini kita akan membahas tanda datangnya kiamat lainnya, yaitu munculnya Dajjal. Insya
Allah tulisan ini akan kami sajikan dalam beberapa seri tulisan. Semoga Allah memberikan kita
keyakinan dan aqidah yang benar.
Dajjal asalnya berarti “‫”التَّ ْغ ِطيَة‬, bermakna menutupi. Orang yang berdusta disebut Dajjal karena ia
menutupi kebenaran dengan kebatilan.[1]
Dajjal yang dimaksud dalam bahasan ini adalah Dajjal akbar yang akan muncul menjelang hari
kiamat di zaman Imam Mahdi dan Nabi Isa ‘alaihis salam.
Dajjal, Seberat-Beratnya Ujian
Keluarnya Dajjal merupakan di antara tanda datangnya kiamat. Fitnah (cobaan) yang
ditimbulkan oleh Dajjal adalah seberat-beratanya ujian yang akan dihadapi manusia.
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan,
ِ ‫ق أَ ْكبَ ُر ِمنَ ال َّدج‬
‫َّال‬ ٌ ‫ق آ َد َم إِلَى قِيَ ِام السَّا َع ِة خَ ْل‬
ِ ‫َما بَ ْينَ خَ ْل‬
"Tidak ada satu pun makhluk sejak Adam diciptakan hingga terjadinya kiamat yang fitnahnya
(cobaannya) lebih besar dari Dajjal." (HR. Muslim no. 2946) An Nawawi rahimahullah
menerangkan, “Yang dimaksud di sini adalah tidak ada fitnah dan masalah yang lebih besar
daripada fitnah Dajjal.”[2]
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
berdiri di hadapan manusia lalu memuji Allah karena memang Dialah satu-satunya yang berhak
atas pujian kemudian beliau menceritakan Dajjal. Beliau bersabda,
‫ َولَ ِكنِّى أَقُو ُل لَ ُك ْم فِي ِه قَوْ الً لَ ْم يَقُ ْلهُ نَبِ ٌّى لِقَوْ ِم ِه‬، ُ‫ لَقَ ْد أَ ْن َذ َر نُو ٌح قَوْ َمه‬، ُ‫ َو َما ِم ْن نَبِ ٍّى إِالَّ أَ ْن َذ َرهُ قَوْ َمه‬، ُ‫إِنِّى ألُ ْن ِذ ُر ُك ُموه‬
‫ْس بِأ َ ْع َو َر‬
َ ‫ َوأَ َّن هَّللا َ لَي‬، ‫ تَ ْعلَ ُمونَ أَنَّهُ أَ ْع َو ُر‬،
"Aku akan menceritakannya kepada kalian dan tidak ada seorang Nabi pun melainkan telah
menceritakan tentang Dajjal kepada kaumnya. Sungguh Nabi Nuh ‘alaihis salam telah
mengingatkan kaumnya. Akan tetapi aku katakan kepada kalian tentangnya yang tidak pernah
dikatakan oleh seorang Nabi pun kepada kaumnya, yaitu Dajjal itu buta sebelah matanya
sedangkan Allah sama sekali tidaklah buta". (HR. Bukhari no. 3337 dan Muslim no. 169)
Dari Anas, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ٌ‫ َوإِ َّن بَ ْينَ َع ْينَ ْي ِه َم ْكتُوب‬، ‫ْس بِأ َ ْع َو َر‬ َ ‫ث نَبِ ٌّى إِالَّ أَ ْن َذ َر أُ َّمتَهُ األَ ْع َو َر ْال َك َّذ‬
َ ‫م لَي‬3ْ ‫ َوإِ َّن َربَّ ُك‬، ‫ أَالَ إِنَّهُ أَ ْع َو ُر‬، ‫اب‬ َ ‫َما ب ُِع‬
‫ر‬3ٌ ِ‫َكاف‬
“Tidaklah seorang Nabi pun diutus selain telah memperingatkan kaumnya terhadap yang buta
sebelah lagi pendusta. Ketahuilah bahwasanya dajjal itu buta sebelah, sedangkan Rabb kalian
tidak buta sebelah. Tertulis di antara kedua matanya “KAAFIR”.” (HR. Bukhari no. 7131)
Dalam sebuah hadits shahih, dari Abu Umamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
‫يا أيها الناس ! إنها لم تكن فتنة على وجه األرض منذ ذرأ هللا ذرية آدم أعظم من فتنة الدجال و إن هللا عز و‬
‫جل لم يبعث نبيا إال حذر أمته الدجال و أنا آخر األنبياء و أنتم آخر األمم و هو خارج فيكم ال محالة‬
"Wahai sekalian manusia, sungguh tidak ada fitnah yang lebih besar dari fitnah Dajjal di muka
bumi ini semenjak Allah menciptakan anak cucu Adam. Tidak ada satu Nabi pun yang diutus
oleh Allah melainkan ia akan memperingatkan kepada umatnya mengenai fitnah Dajjal.
Sedangkan Aku adalah Nabi yang paling terakhir dan kalian juga ummat yang paling terakhir,
maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Dajjal akan muncul di tengah-tengah kalian.”
(Dikeluarkan dalam Shahih Al Jaami’ Ash Shoghir no. 13833. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih)
Dajjal Dinamakan Al Masih
Dajjal dinamakan Al Masih karena salah satu matanya terusap/ tertutup (artinya: buta sebelah).
Disebutkan pula bahwa ia dinamakan Al Masih karena  dia mengusap/ melewati bumi selama
empatpuluh hari.[3]
Al Masih sendiri kadang ditujukan pada orang yang shidiq (jujur) yaitu ‘Isa ‘alaihis salam dan
kadang pula Al Masih dimaksudkan untuk orang yang sesat lagi dusta yaitu Dajjal yang matanya
buta sebelah.[4]
Berita Tentang Kemunculan Dajjal adalah Berita Mutawatir
Sebagian hadits mengenai Dajjal telah dikemukakan di atas. Sebagian lainnya akan kita temukan
pada bahasan selanjutnya mengenai Dajjal. Intinya, semua hadits-hadits tersebut menunjukkan
bahwa di akhir zaman, akan muncul Dajjal. Berita tentang Dajjal ini diriwayatkan dalam riwayat
yang amat banyak, sampai derajat mutawatir. Hadits-hadits yang membicarakan tentang Dajjal
pun berasal dari kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Oleh karena itu, orang yang meragukan
tentang hal ini, dialah yang sungguh aneh.
Al Qodhi mengatakan, “Hadits-hadits yang disebutkan oleh Imam Muslim dan selainnya
mengenai kisah Dajjal benar-benar sebagai hujjah bagi madzhab yang berada di atas kebenaran
bahwa Dajjal benar adanya. Dajjal adalah benar-benar manusia. Allah mendatangkannya untuk
menguji para hamba-Nya. Allah memberikan pada Dajjal berbagai ilahiyah (ketuhanan), yaitu
dengan menghidupkan mayit yang sebelumnya ia matikan, menumbuhkan tanaman,
menyuburkan tanah dan kebun, menjadikan api dan dua macam sungai. Kemudian Dajjal pun
akan mengeluarkan berbagai macam perbendaharaan di dalam bumi, ia akan menurunkan hujan
dari langit, dan tanah pun akan tumbuh tanaman. Ini semua dilakukan atas kuasa dan kehendak
Allah. Kemudian setelah itu, Allah Ta’ala membuat ia tidak bisa berbuat apa-apa. Namun tidak
ada yang bisa membunuh Dajjal dan menghancurkan berbagai urusannya melainkan ‘Isa ‘alaihis
salam. Allah pun akhirnya mengokohkan hati orang beriman. Inilah madzhab Ahlus Sunnah,
keyakinan para pakar hadits, para fuqoha dan para ulama peneliti lainnya.”[5]
Mengapa Berita Tentang Dajjal Tidak Disebutkan dalam Al Qur’an?
Ada beberapa versi jawaban yang dapat diberikan dalam hal ini:
Pertama, Allah Ta’ala berfirman,
‫ك اَل يَ ْنفَ ُع نَ ْفسًا إِي َمانُهَا‬ ِ ‫يَوْ َم يَأْتِي بَعْضُ آيَا‬
َ ِّ‫ت َرب‬
“Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada
dirinya sendiri.” (QS. Al An’am: 158). Padahal dalam hadits disebutkan,
ِ ‫س ِمنَ ْال َم ْغ ِر‬
‫ب‬ 3ُ ‫َت ِم ْن قَ ْبلُ) اآليَةَ ال َّدجَّا ُل َوال َّدابَّةُ َوطُلُو‬
ِ ‫ع ال َّش ْم‬ ْ ‫ث إِ َذا خَ َرجْ نَ (لَ ْم يَ ْنفَ ْع نَ ْفسًا إِي َمانُهَا لَ ْم تَ ُك ْن آ َمن‬
ٌ َ‫ثَال‬
‫أَوْ ِم ْن َم ْغ ِربِهَا‬
“Tiga tanda, jika semuanya telah terjadi, maka tidak akan berguna lagi keimanan seseorang
sebelumnya, yaitu; keluarnya Dajjal, binatang melata, dan terbitnya matahari dari barat atau
dari tempat terbenamnya” (HR. Tirmidzi no. 3072 dan Ahmad 2/445. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih). Hadits ini menunjukkan adanya korelasi dengan ayat di
atas, sehingga sangat tepat sekali menunjukkan adanya Dajjal di akhir zaman.
Kedua, Al Qur’an sendiri mengisyaratkan bahwa ‘Isa bin Maryam akan turun di akhir zaman
seperti pada firman Allah Ta’ala,
ِ ‫َوإِ ْن ِم ْن أَ ْه ِل ْال ِكتَا‬
‫ب إِاَّل لَي ُْؤ ِمن ََّن بِ ِه قَب َْل َموْ تِ ِه‬
“Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum
kematiannya.” (QS. An Nisa': 159). Dan pada firman Allah Ta’ala,
‫َوإِنَّهُ لَ ِع ْل ٌم لِلسَّا َع ِة‬
“Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat.” (QS.
Az Zukhruf: 61). Jika benar Isa akan turun di akhir zaman dan misi beliau adalah membunuh
Dajjal, maka cukup dengan kita menyebut turunnya Isa, itu menandakan akan munculnya Dajjal.
Apalagi antara Isa dan Dajjal sama-sama disebut Al Masih.
Inilah di antara alasan mengapa Dajjal tidak disebutkan dalam Al Qur’an sebagaimana
diterangkan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani.[6]
Alasan ketiga yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
Ketiga: Berita tentang Dajjal juga sudah disebutkan dalam ayat Al Qur’an,
ِ َّ‫اس َولَ ِك َّن أَ ْكثَ َر الن‬
َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُمون‬ ِ ‫ض أَ ْكبَ ُر ِم ْن خَ ْل‬
ِ َّ‫ق الن‬ ِ ْ‫ت َواأْل َر‬ ُ ‫لَخَ ْل‬
َ ‫ق ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ghofir/Al Mu’min: 57) Yang dimaksud
dengan penciptaan manusia di sini adalah Dajjal. Sebagaimana yang mendukung hal ini adalah
hadits,
ِ ‫ق أَ ْكبَ ُر ِمنَ ال َّدج‬
‫َّال‬ ٌ ‫ق آ َد َم إِلَى قِيَ ِام السَّا َع ِة خَ ْل‬
ِ ‫َما بَ ْينَ خَ ْل‬
"Tidak ada satu pun makhluk sejak Adam diciptakan hingga terjadinya kiamat yang fitnahnya
(cobaannya) lebih besar dari Dajjal." (HR. Muslim no. 2946)
Mengenai surat Ghofir ayat 57, Al Baghowi mengatakan, “Sebagian ulama mengatakan: yaitu
yang lebih besar dari ujian dari Dajjal. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya,
yaitu orang Yahudi yang selalu memperdebatkan tentang Dajjal.”[7]
Demikian beberapa sajian awal dari kami mengenai Dajjal. Insya Allah kajian ini masih akan
dilanjutkan pada tulisan serial berikutnya. Semoga Allah mudahkan.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Referensi:
1. Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, Dar Ihya’ At Turots,
cetakan kedua, 1392 H.
2. Al Yaumul Akhir-Al Qiyamatush Shugro, Dr. ‘Umar Sulaiman Al Asyqor, Darun Nafais-
Maktabah Al Falah, cetakan keempat, 1411 H.
3. Asyotusy Sya’ah, ‘Abdullah bin Sulaiman Al Ghofili, Kementrian Urusan Islamiyah,
Waqof, Dakwah, dan Irsyad, Kerajaan Saudi Arabia, cetakan pertama, 1422 H.
4. Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, Darul Ma’rifah, 1379 H.
5. Lisanul ‘Arob, Muhammad bin Makrom bin Manzhur Al Afriqi Al Mishri, Dar Shodir,
cetakan pertama.
6. Ma’alimut Tanzil, Al Husain bin Mas’ud Al Baghowi, Dar Thoyibah, cetakan keempat,
tahun 1417 H.

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam
kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Sudah berselang lama, kami tidak melanjutkan bahasan Dajjal, di antara tanda-tanda kiamat.
Pada kesempatan kali ini, insya Allah kami akan melanjutkannya dengan memohon taufik dan
‘inayah Allah Ta’ala. Semoga bermanfaat.
Keadaan Kaum Muslimin Kala Keluarnya Dajjal
Ketika Dajjal muncul, jumlah kaum muslimin amatlah banyak dan semakin bertambah kuat.[1]
Namun mendekati keluarnya Dajjal, kaum muslimin ditimpa bala’ yang amat berat. Hujan tidak
kunjung turun. Tanaman pun tidak tumbuh. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,
‫ع َش ِدي ٌد يَأْ ُم ُر هَّللا ُ ال َّس َما َء فِى ال َّسنَ ِة األُولَى أَ ْن‬
ٌ ‫اس فِيهَا جُو‬ َ َّ‫ُصيبُ الن‬ ِ ‫ت ِشدَا ٍد ي‬ َ َ‫ُوج ال َّدجَّا ِل ثَال‬
ٍ ‫ث َسن ََوا‬ ِ ‫َوإِ َّن قَ ْب َل ُخر‬
ْ
‫ث نَبَاتِهَا ثُ َّم يَأ ُم ُر ال َّس َما َء فِى ال َّسنَ ِة الثَّانِيَ ِة فَتَحْ بِسُ ثُلُثَ ْى َمطَ ِرهَا‬
َ ُ‫ض فَتَحْ بِسُ ثُل‬ ْ
َ ْ‫ر األَر‬3ُ ‫ث َمطَ ِرهَا َويَأ ُم‬
َ ُ‫س ثُل‬
َ ِ‫تَحْ ب‬
ٌ‫ط َرة‬ْ َ‫ض فَتَحْ بِسُ ثُلُثَ ْى نَبَاتِهَا ثُ َّم يَأْ ُم ُر هَّللا ُ ال َّس َما َء فِى ال َّسنَ ِة الثَّالِثَ ِة فَتَحْ بِسُ َمطَ َرهَا ُكلَّهُ فَالَ تَ ْقطُ ُر ق‬
َ ْ‫َويَأْ ُم ُر األَر‬
‫يل فَ َما‬ َ ِ‫ ق‬.» ُ ‫ت إِالَّ َما َشا َء هَّللا‬ ٍ ‫ات ِظ ْل‬
ْ ‫ف إِالَّ هَلَ َك‬ ُ ‫ت خَضْ َرا َء فَالَ تَ ْبقَى َذ‬ ُ ِ‫ض فَتَحْ بِسُ نَبَاتَهَا ُكلَّهُ فَالَ تُ ْنب‬ َ ْ‫ر األَر‬3ُ ‫َويَأْ ُم‬
‫ك َعلَ ْي ِه ْم َمجْ َرى الطَّ َع ِام‬ َ ِ‫د َويُجْ َرى َذل‬3ُ ‫ان قَا َل « التَّ ْهلِي ُل َوالتَّ ْكبِي ُر َوالتَّ ْسبِي ُح َوالتَّحْ ِمي‬ ِ ‫ك ال َّز َم‬ َ َّ‫يُ ِعيشُ الن‬
َ ِ‫اس فِى َذل‬
“Sesungguhnya tiga tahun sebelum munculnya Dajjal, adalah waktu yang sangat sulit, di mana
manusia akan ditimpa oleh kelaparan yang sangat, Allah akan memerintahkan kepada langit
pada tahun pertama untuk menahan sepertiga dari hujannya, dan memerintahkan kepada bumi
untuk menahan sepertiga dari tanaman-tanamannya. Dan pada tahun kedua Allah akan
memerintahkan kepada langit untuk menahan dua pertiga dari hujannya dan memerintahkan
kepada bumi untuk menahan duapertiga dari tumbuh-tumbuhannya. Kemudian di tahun yang
ketiga, Allah memerintahkan kepada langit untuk menahan semua air hujannya, maka ia tidak
meneteskan setetes air pun dan Allah memerintahkan kepada bumi untuk menahan semua
tanaman-tanamannya, maka setelah itu tidak dijumpai satu tanaman hijau yang tumbuh dan
semua binatang yang berkuku akan mati, kecuali yang tidak dikehendaki oleh Allah." Kemudian
para sahabat bertanya, "Dengan apakah manusia akan hidup pada saat itu?" Beliau menjawab,
"Tahlil, takbir dan tahmid akan sama artinya bagi mereka dengan makanan."[2]
Sifat-Sifat Dajjal
Beberapa sifat Dajjal disebutkan dalam beberapa hadits berikut ini.
Dari 'Abdullah bin Umar, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
ُ‫ت َم ْن هَ َذا قَالُوا ابْن‬ُ ‫ َر ْأ ُسهُ َما ًء قُ ْل‬- ‫ق‬ ُ ‫ أَوْ يُهَ َرا‬- ُ‫ فَإِ َذا َر ُج ٌل آ َد ُم َس ْبطُ ال َّش َع ِر يَ ْنطُف‬، ‫« بَ ْينَا أَنَا نَائِ ٌم أَطُوفُ بِ ْال َك ْعبَ ِة‬
‫ َكأ َ َّن َع ْينَهُ ِعنَبَةٌ طَافِيَةٌ قَالُوا هَ َذا‬، ‫س أَ ْع َو ُر ْال َع ْي ِن‬ ْ
ِ ‫ فَإِ َذا َر ُج ٌل َج ِسي ٌم أَحْ َم ُر َج ْع ُد الرَّأ‬، ‫ت‬ ُ ِ‫ْت أَ ْلتَف‬
ُ ‫ ثُ َّم َذهَب‬. ‫َمرْ يَ َم‬
َ‫ َر ُج ٌل ِم ْن ُخزَ ا َعة‬. » ‫اس بِ ِه َشبَهًا ابْنُ قَطَ ٍن‬ ِ َّ‫ أَ ْق َربُ الن‬. ‫ال َّدجَّا ُل‬
"Ketika aku tidur, aku bermimpi thawaf di ka'bah, tak tahunya ada seseorang yang rambutnya
lurus, kepalanya meneteskan atau mengalirkan air. Maka saya bertanya, 'Siapakah ini? '
Mereka mengatakan, 'Ini Isa bin Maryam'. Kemudian aku menoleh, tak tahunya ada seseorang
yang berbadan besar, warnanya kemerah-merahan, rambutnya keriting, matanya buta sebelah
kanan, seolah-olah matanya anggur yang menjorok. Mereka menjelaskan, 'Sedang ini adalah
Dajjal. Manusia yang paling mirip dengannya adalah Ibnu Qaththan, laki-laki dari bani
Khuza'ah.'"[3]
Dari ‘Ubadah bin Ash Shoomit, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ ‫ر أَ ْف َح ُج َج ْع ٌد أَ ْع َو ُر َم‬3ٌ ‫صي‬
ُ‫ط ُموس‬ ِ َ‫َّال َر ُج ٌل ق‬ ِ ‫يح ال َّدج‬ َ ‫يت أَ ْن الَ تَ ْعقِلُوا إِ َّن َم ِس‬ ُ ‫إِنِّى قَ ْد َح َّد ْثتُ ُك ْم َع ِن ال َّدجَّا ِل َحتَّى َخ ِش‬
‫ْس بِأ َ ْع َو َر‬ َ ِ‫ْس بِنَاتِئَ ٍة َوالَ َجحْ َرا َء فَإِ ْن أُ ْلب‬
َ ‫س َعلَ ْي ُك ْم فَا ْعلَ ُموا أَ َّن َربَّ ُك ْم لَي‬ َ ‫ْال َع ْي ِن لَي‬
“Sungguh, aku telah menceritakan perihal Dajjal kepada kalian, hingga aku kawatir kalian
tidak lagi mampu memahaminya. Sesungguhnya Al Masih Dajjal adalah seorang laki-laki yang
pendek, berkaki bengkok, berambut keriting, buta sebelah dan matanya tidak terlalu menonjol
dan tidak pula terlalu tenggelam. Jika kalian merasa bingung, maka ketahuilah bahwa Rabb
kalian tidak bermata juling.”[4]
Dari Ibnu 'Abbas, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda tentang Dajjal,
ُ َّ‫اس بِ َع ْب ِد ْال ُع َّزى ْب ِن قَطَ ٍن فَإِ َّما هَلَكَ ْالهُل‬
َ ‫ك فَإِ َّن َربَّ ُك ْم تَ َعالَى لَي‬
‫ْس‬ َ َ‫ان أَ ْزهَ ُر َكأ َ َّن َر ْأ َسهُ أ‬
ِ َّ‫صلَةٌ أَ ْشبَهُ الن‬ ٌ ‫أَ ْع َو ُر ِه َج‬
‫بِأ َ ْع َو َر‬
"(Dajjal) buta sebelah, putih dan berkilau, seolah kepalanya adalah (kepala) ular, dan (dia)
adalah orang yang paling mirip dengan Abdul 'Uzza bin Qathan. Jika dia itu celaka dan sesat,
maka ketahuilah bahwa Tuhan kalian tidaklah buta sebelah."[5]
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
َ ‫ث نَبِ ٌّى يُتَّبَ ُع إِالَّ قَ ْد َح َّذ َر أُ َّمتَهُ ال َّدج‬
‫َّال َوإِنِّى قَ ْد بُيِّنَ لِى ِم ْن أَ ْم ِر ِه َما لَ ْم يُبَي َّْن‬ َ ‫ف نَبِ ٍّى أَوْ أَ ْكثَ ُر َما بُ ِع‬ِ ‫« إِنِّى خَاتَ ُم أَ ْل‬
‫احظَةٌ َوالَ ت َْخفَى َكأَنَّهَا نُخَا َمةٌ فِى َحائِ ٍط‬ ِ ‫ْس بِأ َ ْع َو َر َو َع ْينُهُ ْاليُ ْمنَى عَوْ َرا ُء َج‬ َ ‫ألَ َح ٍد َوإِنَّهُ أَ ْع َو ُر َوإِ َّن َربَّ ُك ْم لَي‬
‫ُورةُ ْال َجنَّ ِة خَضْ َرا ُء يَجْ ِرى فِيهَا ْال َما ُء‬ َ ‫ان َو َم َعهُ ص‬ ٍ ‫ى َم َعهُ ِم ْن ُك ِّل لِ َس‬ ٌّ ‫َّص َو َع ْينُهُ ْاليُ ْس َرى َكأَنَّهَا َكوْ َكبٌ ُد ِّر‬ ٍ ‫ُم َجص‬
» ُ‫ار َسوْ دَا ُء تَ ْد َخن‬ ِ َّ‫ُورةُ الن‬ َ ‫َوص‬
"Sesungguhnya aku adalah penutup dari seribu Nabi yang telah diutus, dan tidaklah ada
seorang Nabi yang diutus kecuali telah memperingatkan kepada umatnya tentang Dajjal, dan
sungguh aku telah diberi penjelasan berkenaan dengannya yang tidak diberikan kepada seorang
pun. Sesungguhnya ia adalah seorang yang bermata juling, sedang Rabb kalian bukanlah
bermata juling. Mata kanannya melotot -tidak bisa dipungkiri- seakan-akan dahak yang
menempel pada tembok yang dicat, sedang mata kirinya seperti bintang yang terang. Dan aku
juga diberi penjelasan tentang semua ucapan, dan gambaran surga yang berwarna hijau yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya. Serta gambaran neraka yang berwarna hitam berasap.”[6]
Di antara dua mata Dajjal tertulis KAFIR, sebagaimana disebutkan dalam hadits,
‫ر يَ ْق َر ُؤهُ َم ْن َك ِرهَ َع َملَهُ أَوْ يَ ْق َر ُؤهُ ُكلُّ ُم ْؤ ِم ٍن‬3ٌ ِ‫إِنَّهُ َم ْكتُوبٌ بَ ْينَ َع ْينَ ْي ِه َكاف‬
“Di antara kedua matanya tertulis KAFIR yang bisa dibaca oleh orang yang membenci
perbuatannya atau bisa dibaca oleh setiap orang mu`min.”[7]
Dalam hadits diceritakan mengenai Dajjal bahwa ia tidak memiliki keturunan. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ‫هُ َو َعقِي ٌم الَ يُولَ ُد لَه‬
“Dajjal itu mandul.”[8]
Demikian penjelasan ringkas mengenai Dajjal dari beberapa hadits, terkhusus mengenai ciri-ciri
Dajjal. Jika tidak ditemukan ciri-ciri demikian, maka tidak bisa disebut Dajjal Akbar yang akan
muncul menjelang hari kiamat. Jadi tidak bisa kita katakan--misalnya--George Bush itu adalah
Dajjal karena memang tidak ada ciri-ciri tersebut di atas.
Bahasan lainnya tentang Dajjal, masih dilanjutkan pada tulisan lainnya. Mudah-mudahan Allah
beri kelonggaran waktu untuk membahasnya. Bahasan sebelumnya tentang Dajjal, silakan lihat
di sini.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam
kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Di antara bagian keimanan terhadap hari akhir yang wajib diimani adalah beriman kepada Dajjal.
Tentang hal ini Rumaysho.com telah membahas dalam dua tulisan sebelumnya beberapa waktu
yang silam. Di tulisan pertama, Rumaysho.com telah tunjukkan bahwa Dajjal benar-benar akan
muncul di akhir zaman berdasarkan dalil Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma’ ulama. Bahasan
kedua, diangkat bahasan ciri-ciri Dajjal. Pada bahasan ketiga ini, kami akan membahas aib pada
Dajjal dan fitnah (derita) yang akan beliau bawa di akhir zaman. Allahumma yassir wa a’in.
Dajjal yang Penuh Aib, Mustahil Dia adalah Tuhan
Ciri-ciri Dajjal telah diterangkan dalam tulisan sebelumnya. Dari ‘Ubadah bin Ash Shoomit,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ ‫ر أَ ْف َح ُج َج ْع ٌد أَ ْع َو ُر َم‬3ٌ ‫صي‬
ُ‫ط ُموس‬ ِ َ‫َّال َر ُج ٌل ق‬ ِ ‫يح ال َّدج‬ َ ‫يت أَ ْن الَ تَ ْعقِلُوا إِ َّن َم ِس‬ ُ ‫إِنِّى قَ ْد َح َّد ْثتُ ُك ْم َع ِن ال َّدجَّا ِل َحتَّى َخ ِش‬
‫ْس بِأ َ ْع َو َر‬ َ ِ‫ْس بِنَاتِئَ ٍة َوالَ َجحْ َرا َء فَإِ ْن أُ ْلب‬
َ ‫س َعلَ ْي ُك ْم فَا ْعلَ ُموا أَ َّن َربَّ ُك ْم لَي‬ َ ‫ْال َع ْي ِن لَي‬
“Sungguh, aku telah menceritakan perihal Dajjal kepada kalian, hingga aku khawatir kalian
tidak lagi mampu memahaminya. Sesungguhnya Al Masih Dajjal adalah seorang laki-laki yang
pendek, berkaki bengkok, berambut keriting, buta sebelah, matanya tidak terlalu menonjol dan
tidak pula terlalu tenggelam. Jika kalian merasa bingung, maka ketahuilah bahwa Rabb kalian
tidak buta sebelah.”[1]
Nampak jelas bahwa Dajjal sangat memiliki kekurangan yang besar dan memiliki aib yang tidak
bisa ia sembunyikan. Maka sangat mustahil jika Dajjal mengklaim dirinya memiliki rububiyah.
Sangat tidak masuk akal jika ia mengaku sebagai tuhan manusia. Tuhan manusia tidak mungkin
buta di dunia. Padahal Allah tidaklah buta sebelah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ٌ‫ َكأ َ َّن َع ْينَهُ ِعنَبَةٌ طَافِيَة‬، ‫َّال أَ ْع َو ُر ْال َعي ِْن ْاليُ ْمنَى‬ َ ‫ أَالَ إِ َّن ْال َم ِس‬، ‫ْس بِأ َ ْع َو َر‬
َ ‫يح ال َّدج‬ َ ‫إِ َّن هَّللا َ لَي‬
“Sesungguhnya Allah tidak buta sebelah. Ingatlah bahwa Al Masih Ad Dajjal buta sebelah
kanan, seakan matanya seperti buah anggur yang menjorok”[2]
Di antara aib Dajjal yang lainnya adalah kakinya yang cacat, yaitu kakinya yang bengkok
(lututnya saling menjauh seperti membentuk huruf “O”).
Penjelasan ini menunjukkan bahwa seandainya Dajjal itu adalah tuhan, maka tentu saja ia bisa
menghilangkan aib pada dirinya sendiri. Jika ia tidak bisa menghilangkan aibnya sendiri, ini
menunjukkan bahwa ia bukanlah Rabb, namun sekedar makhluk biasa. Keadaan Dajjal yang buta
sebelah adalah keadaan yang begitu nampak dan tidak bisa dipungkiri. Aib ini begitu nampak
terlihat bagi orang alim atau orang awam sekali pun, sehingga tidak butuh pada dalil logika
lainnya.[3]
Berbagai Fitnah Dajjal
(1) Cepat berpindah-pindah di muka bumi.
Diceritakan dalam hadits mengenai kecepatan Dajjal di muka bumi,
ِ ‫َك ْال َغ ْي‬
‫ث ا ْستَ ْدبَ َر ْتهُ الرِّي ُح‬
“Seperti hujan yang diakhiri angin”[4]
Dajjal akan mengitari seluruh muka bumi kecuali Makkah dan Madinah. Disebutkan dalam
hadits,
َ ُ‫ْس لَهُ ِم ْن نِقَابِهَا نَ ْقبٌ إِالَّ َعلَ ْي ِه ْال َمالَئِ َكة‬
، َ‫صافِّين‬ َ ‫ لَي‬، َ‫ إِالَّ َم َّكةَ َو ْال َم ِدينَة‬، ‫ْس ِم ْن بَلَ ٍد إِالَّ َسيَطَ ُؤهُ ال َّدجَّا ُل‬
َ ‫لَي‬
ٍ ِ‫ فَي ُْخ ِر ُج هَّللا ُ ُك َّل َكافِ ٍر َو ُمنَاف‬، ‫ت‬
‫ق‬ ٍ ‫ث َر َجفَا‬َ َ‫ ثُ َّم تَرْ ُجفُ ْال َم ِدينَةُ بِأ َ ْهلِهَا ثَال‬، ‫يَحْ ُرسُونَهَا‬
“Tidak ada suatu negeri pun yang tidak akan dimasuki Dajjal kecuali Makkah dan Madinah,
karena tidak ada satu pintu masuk pun dari pintu-pintu gerbangnya kecuali ada para malaikat
yang berbaris menjaganya. Kemudian Madinah akan berguncang sebanyak tiga kali sehingga
Allah mengeluarkan orang-orang kafir dan munafiq daripadanya”[5]
(2) Fitnah dengan jannah (surga) dan naar (neraka)
Dalam hadits disebutkan,
‫ار ٌد َو َما ُؤهُ نَا ٌر فَالَ تَ ْهلِ ُكوا‬
ِ َ‫إِ َّن َم َعهُ َما ًء َونَارًا فَنَا ُرهُ َما ٌء ب‬
“Sesungguhnya bersamanya ada air dan api, apanya adalah air dingin dan airnya adalah api,
karena itu janganlah kalian binasa.”[6]
Dalam hadits lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ‫ى ْال َعي ِْن َما ٌء أَ ْبيَضُ َواآلخَ ُر َر ْأ‬
‫ى ْال َع ْي ِن نَا ٌر تَأ َ َّج ُج‬ َ ‫ان أَ َح ُدهُ َما َر ْأ‬ِ َ‫ألَنَا أَ ْعلَ ُم بِ َما َم َع ال َّدجَّا ِل ِم ْنهُ َم َعهُ نَ ْه َرا ِن يَجْ ِري‬
َ ‫ار ٌد َوإِ َّن ال َّدج‬
‫َّال‬ ِ َ‫ب ِم ْنهُ فَإِنَّهُ َما ٌء ب‬3َ ‫ت النَّه َْر الَّ ِذى يَ َراهُ نَارًا َو ْليُ َغ ِّمضْ ثُ َّم ْليُطَأْ ِطئْ َر ْأ َسهُ فَيَ ْش َر‬ ِ ْ‫فَإِ َّما أَ ْد َر َك َّن أَ َح ٌد فَ ْليَأ‬
ٍ ِ‫ب َو َغي ِْر َكات‬
‫ب‬ ٍ ِ‫ر يَ ْق َر ُؤهُ ُكلُّ ُم ْؤ ِم ٍن َكات‬3ٌ ِ‫َم ْمسُو ُح ْال َعي ِْن َعلَ ْيهَا ظَفَ َرةٌ َغلِيظَةٌ َم ْكتُوبٌ بَ ْينَ َع ْينَ ْي ِه َكاف‬
“Sungguh aku tahu apa yang ada bersama Dajjal, bersamanya ada dua sungai yang mengalir.
Salah satunya secara kasat mata berupa air putih dan yang lainnya secara kasat mata berupa
api yang bergejolak. Bila ada yang menjumpainya, hendaklah mendatangi surga yang ia lihat
berupa api dan hendaklah menutup mata, kemudian hendaklah menundukkan kepala lalu
meminumnya karena sesungguhnya itu adalah air dingin.”[7]
(3) Meminta tolong pada syaithon
Tidak diragukan lagi bahwa Dajjal telah berkongsi dengan setan. Sudah amat maklum bahwa
setan tidaklah mungkin mengabdi kecuali pada orang yang benar-benar sesat dan mengabdi pada
selain Allah. Perhatikan hadits berikut ini,
‫ فَيَتَ َمثَّ ُل لَهُ َش ْيطَانَا ِن‬.‫ك فَيَقُو ُل نَ َع ْم‬َ ُّ‫ك أَتَ ْشهَ ُد أَنِّى َرب‬ َ ‫ك َوأُ َّم‬
َ ‫ت لَكَ أَبَا‬ ُ ‫َوإِ َّن ِم ْن فِ ْتنَتِ ِه أَ ْن يَقُو َل ألَ ْع َرابِ ٍّى أَ َرأَيْتَ إِ ْن بَ َع ْث‬
َّ َ‫فِى صُو َر ِة أَبِي ِه َوأُ ِّم ِه فَيَقُوالَ ِن يَا بُن‬
. َ‫ى اتَّبِ ْعهُ فَإِنَّهُ َربُّك‬
“Di antara fitnah Dajjal adalah, ia akan berkata kepada seorang Arab, 'Pikirkanlah olehmu,
sekiranya aku dapat membangkitkan ayah dan ibumu yang telah mati, apakah kamu akan
bersaksi bahwa aku adalah Rabbmu? ' Laki-laki arab tersebut menjawab, 'Ya.' Kemudian
muncullah setan yang menjelma di hadapannya dalam bentuk ayah dan ibunya, maka keduanya
berkata, 'Wahai anakku, ikutilah ia, sesungguhnya dia adalah Rabbmu.'”[8]
(4) Benda mati dan hewan patuh akan perintah Dajjal
Disebutkan dalam hadits,
‫ت فَتَرُو ُح َعلَ ْي ِه ْم‬ ُ ِ‫ض فَتُ ْنب‬َ ْ‫ر َواألَر‬3ُ ‫ر ال َّس َما َء فَتُ ْم ِط‬3ُ ‫ون بِ ِه َويَ ْستَ ِجيبُونَ لَهُ فَيَأْ ُم‬ 3َ ُ‫فَيَأْتِى َعلَى ْالقَوْ ِم فَيَ ْدعُوهُ ْم فَي ُْؤ ِمن‬
ُ‫م فَيَ ُر ُّدونَ َعلَ ْي ِه قَوْ لَه‬3ُْ‫ر ثُ َّم يَأْتِى ْالقَوْ َم فَيَ ْدعُوه‬3َ ‫اص‬
ِ ‫ َوأَ َم َّدهُ َخ َو‬3‫ضرُو ًعا‬ ُ ُ‫َت ُذرًا َوأَ ْسبَ َغه‬ ْ ‫ط َو َل َما َكان‬ ْ َ‫م أ‬3ُْ‫ار َحتُه‬
ِ ‫َس‬
ِ ُ‫خَربَ ِة فَيَقُو ُل لَهَا أَ ْخ ِر ِجى ُكن‬
.‫وزَك‬ ِ ‫م َش ْى ٌء ِم ْن أَ ْم َوالِ ِه ْم َويَ ُمرُّ بِ ْال‬3ْ ‫ْس بِأ َ ْي ِدي ِه‬
َ ‫ف َع ْنهُ ْم فَيُصْ بِحُونَ ُم ْم ِحلِينَ لَي‬ 3ُ ‫ص ِر‬َ ‫فَيَ ْن‬
‫ب النَّحْ ِل‬ ِ ‫ َكيَ َع‬3‫فَتَ ْتبَ ُعهُ ُكنُو ُزهَا‬
ِ ‫اسي‬
“Ia mendatangi kaum dan menyeru mereka, mereka menerimanya. Ia memerintahkan langit
agar menurunkan hujan, lalu langit menurunkan hujan. Ia memerintahkan bumi agar
mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, lalu bumi mengeluarkan tumbuh-tumbuhan. Lalu binatang
ternak mereka pergi dengan punuk yang panjang, lambung yang lebar dan kantong susu yang
berisi lalu kehancuran datang lalu ia berkata padanya: 'Keluarkan harta simpananmu.' Lalu
harta simpanannya mengikutinya seperti lebah-lebah jantan.”[9]
(5) Dajjal membunuh seorang pemuda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berbicara panjang lebar tentang Dajjal
sebagiannya disebutkan dalam hadits,
‫ فَيَ ْخ ُر ُج إِلَ ْي ِه‬، َ‫اخ الَّتِى تَلِى ْال َم ِدينَة‬ َ َ‫يَأْتِى ال َّدجَّا ُل َوه َُو ُم َح َّر ٌم َعلَ ْي ِه أَ ْن يَ ْد ُخ َل نِق‬
َ ‫ فَيَ ْن ِز ُل بَع‬، ‫اب ْال َم ِدينَ ِة‬
ِ َ‫ْض ال ِّسب‬
‫ صلى هللا‬- ِ ‫ك ال َّدجَّا ُل الَّ ِذى َح َّدثَنَا َرسُو ُل هَّللا‬ َ َّ‫ فَيَقُو ُل أَ ْشهَ ُد أَن‬، ‫اس‬ ِ َ‫اس أَوْ ِم ْن ِخي‬
ِ َّ‫ار الن‬ ِ َّ‫يَوْ َمئِ ٍذ َر ُج ٌل َو ْه َو َخ ْي ُر الن‬
‫ فَيَ ْقتُلُهُ ثُ َّم‬. َ‫ هَلْ تَ ُش ُّكونَ فِى األَ ْم ِر فَيَقُولُونَ ال‬، ُ‫ت هَ َذا ثُ َّم أَحْ يَ ْيتُه‬ ُ ‫ فَيَقُو ُل ال َّدجَّا ُل أَ َرأَ ْيتُ ْم إِ ْن قَت َْل‬، ُ‫ َح ِديثَه‬- ‫عليه وسلم‬
‫د ال َّدجَّا ُل أَ ْن يَ ْقتُلَهُ فَالَ يُ َسلَّطُ َعلَ ْي ِه‬3ُ ‫ فَي ُِري‬. ‫يرةً ِمنِّى ْاليَوْ َم‬
َ ‫ص‬ ِ َ‫ك أَ َش َّد ب‬ َ ‫ت فِي‬ ُ ‫يُحْ يِي ِه فَيَقُو ُل َوهَّللا ِ َما ُك ْن‬
“Dajjal datang dan diharamkan masuk jalan Madinah.  Lantas ia singgah di lokasi yang tak
ada tetumbuhan dekat Madinah. Kemudian ada seseorang yang mendatanginya yang ia adalah
sebaik-baik manusia atau di antara manusia terbaik, dia berkata, 'Saya bersaksi bahwa engkau
adalah Dajjal yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah ceritakan kepada kami.'
Kemudian Dajjal mengatakan, 'Apa pendapat kalian jika aku membunuh orang ini lantas aku
menghidupkannya, apakah kalian masih ragu terhadap perkara ini?' Mereka menjawab, 'Tidak'.
Maka Dajjal membunuh orang tersebut kemudian menghidupkannya, namun orang tersebut
tiba-tiba mengatakan, 'Ketahuilah bahwa hari ini, kewaspadaanku terhadap diriku tidak sebesar
kewaspadaanku terhadapmu! ' Lantas Dajjal ingin membunuh orang itu, namun ia tak bisa lagi
menguasainya.”[10]
Disebutkan dalam hadits Abu Sa’id Al Khudri,
‫َّال فَيَقُولُونَ لَهُ أَ ْينَ تَ ْع ِم ُد فَيَقُو ُل أَ ْع ِم ُد‬ِ ‫يَ ْخ ُر ُج ال َّدجَّا ُل فَيَت ََو َّجهُ قِبَلَهُ َر ُج ٌل ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِينَ فَت َْلقَاهُ ْال َم َسالِ ُح َم َسالِ ُح ال َّدج‬
‫ضهُ ْم‬ ُ ‫ فَيَقُو ُل بَ ْع‬. ُ‫ فَيَقُولُونَ ا ْقتُلُوه‬.‫ فَيَقُولُونَ لَهُ أَ َو َما تُ ْؤ ِمنُ بِ َربِّنَا فَيَقُو ُل َما بِ َربِّنَا خَ فَا ٌء‬- ‫ قَا َل‬- ‫خَر َج‬ َ ‫إِلَى هَ َذا الَّ ِذى‬
‫ فَيَ ْنطَلِقُونَ بِ ِه إِلَى ال َّدجَّا ِل فَإِ َذا َرآهُ ْال ُم ْؤ ِمنُ قَا َل يَا أَيُّهَا‬- ‫ قَا َل‬- ُ‫ْس قَ ْد نَهَا ُك ْم َربُّ ُك ْم أَ ْن تَ ْقتُلُوا أَ َحدًا دُونَه‬ َ ‫ْض أَلَي‬ ٍ ‫لِبَع‬
ُ ُ ُ َ َ ْ َ َ ‫هَّللا‬
.ُ‫ر ال َّدجَّا ُل بِ ِه فيُ َشبَّ ُح فيَقو ُل خذوهُ َوشجُّ وه‬3ُ ‫ قا َل فيَأ ُم‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫النَّاسُ هَذا ال َّدجَّا ُل ال ِذى ذ َك َر َرسُو ُل‬
ُ َ َّ َ
‫ر بِ ِه‬3ُ ‫ فَي ُْؤ َم‬- ‫ قَا َل‬- ُ‫ فَيَقُو ُل أَ َو َما تُ ْؤ ِمنُ بِى قَا َل فَيَقُو ُل أَ ْنتَ ْال َم ِسي ُح ْال َك َّذاب‬- ‫ال‬ َ َ‫ ق‬- ‫ضرْ بًا‬ َ ُ‫طنُه‬ ْ َ‫فَيُو َس ُع ظَ ْه ُرهُ َوب‬
ْ ِ‫ ثُ َّم يَ ْم ِشى ال َّدجَّا ُل بَ ْينَ ْالق‬- ‫ قَا َل‬- ‫ق بَ ْينَ ِرجْ لَ ْي ِه‬
.‫ط َعتَي ِْن ثُ َّم يَقُو ُل لَهُ قُ ْم‬ َ ‫ار ِم ْن َم ْف ِرقِ ِه َحتَّى يُفَ َّر‬ ِ ‫ر بِ ْال ِم ْئ َش‬3ُ ‫فَي ُْؤ َش‬
ُ‫ ثُ َّم يَقُو ُل يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّه‬- ‫ال‬ َ َ‫ ق‬- ً‫يرة‬ َ ‫ص‬ ِ َ‫ك إِالَّ ب‬َ ‫ت فِي‬ ْ ‫ ثُ َّم يَقُو ُل لَهُ أَتُ ْؤ ِمنُ بِى فَيَقُو ُل َما‬- ‫ قَا َل‬- ‫ قَائِ ًما‬3‫فَيَ ْست َِوى‬
ُ ‫از َد ْد‬
‫ فَيَأْ ُخ ُذهُ ال َّدجَّا ُل لِيَ ْذبَ َحهُ فَيُجْ َع َل َما بَ ْينَ َرقَبَتِ ِه إِلَى تَرْ قُ َوتِ ِه نُ َحاسًا فَالَ يَ ْست َِطي ُع‬- ‫ قَا َل‬- ‫اس‬ ِ َّ‫الَ يَ ْف َع ُل بَ ْع ِدى بِأ َ َح ٍد ِمنَ الن‬
‫ فَقَا َل‬.» ‫ار َوإِنَّ َما أُ ْلقِ َى فِى ْال َجنَّ ِة‬ ْ
ِ َّ‫ فَيَأ ُخ ُذ بِيَ َد ْي ِه َو ِرجْ لَ ْي ِه فَيَ ْق ِذفُ بِ ِه فَيَحْ ِسبُ النَّاسُ أَنَّ َما قَ َذفَهُ إِلَى الن‬- ‫ قَا َل‬- ً‫إِلَ ْي ِه َسبِيال‬
َ‫اس َشهَا َدةً ِع ْن َد َربِّ ْال َعالَ ِمين‬
ِ َّ‫ « هَ َذا أَ ْعظَ ُم الن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫َرسُو ُل هَّللا‬
“Dajjal muncul lalu seseorang dari kalangan kaum mu`minin menuju ke arahnya lalu bala
tentara Dajjal yang bersenjata menemuinya, mereka bertanya, 'Kau mau kemana? ' Mu`min itu
menjawab, 'Hendak ke orang yang muncul itu.' Mereka bertanya, 'Apa kau tidak beriman ada
tuhan kami? ' Mu`min itu menjawab: 'Rabb kami tidaklah samar.' Mereka berkata, 'Bunuh dia.'
Lalu mereka saling berkata satu sama lain, 'Bukankah tuhan kita melarang kalian membunuh
seorang pun selain dia.' Mereka membawanya menuju Dajjal. Saat orang mu`min melihatnya, ia
berkata, 'Wahai sekalian manusia, inilah Dajjal yang disebut oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam.' Lalu Dajjal memerintahkan agar dibelah. Ia berkata, 'Ambil dan belahlah dia.'
Punggung dan perutnya dipenuhi pukulan lalu Dajjal bertanya, 'Apa kau tidak beriman padaku?
' Mu`min itu menjawab, 'Kau adalah Al Masih pendusta? ' Lalu Dajjal memerintahkannya
digergaji dari ujung kepala hingga pertengahan antara kedua kaki. Setelah itu Dajjal berjalan
di antara dua potongan tubuh itu lalu berkata, 'Berdirilah!' Tubuh itu pun berdiri. Selanjutnya
Dajjal bertanya padanya, 'Apa kau beriman padaku?' Ia menjawab, 'Aku semakin
mengetahuimu.' Setelah itu Dajjal berkata, 'Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak ada
seorang pun yang dilakukan seperti ini setelahku.' Lalu Dajjal mengambilnya untuk disembelih,
kemudian antara leher dan tulang selangkanya diberi perak, tapi Dajjal tidak mampu
membunuhnya. Kemudian kedua tangan dan kaki orang itu diambil lalu dilemparkan, orang-
orang mengiranya dilempari ke neraka, tapi sesungguhnya ia dilemparkan ke surga." Setelah itu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Dia adalah manusia yang kesaksiannya
paling agung di sisi Rabb seluruh alam."[11]
Bahasan tentang Dajjal belumlah usai. Kita masih akan melanjutkan dalam bahasan selanjutnya.
Smeoga Allah mudahkan.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Wanita yang berpakaian tapi telanjang…


Sadarlah!

Saat ini sangat berbeda dengan beberapa tahun silam. Sekarang


para wanita sudah banyak yang mulai membuka aurat. Bukan hanya kepala yang dibuka atau
telapak kaki, yang di mana kedua bagian ini wajib ditutupi. Namun, sekarang ini sudah banyak
yang berani membuka paha dengan memakai celana atau rok setinggi betis. Ya Allah, kepada
Engkaulah kami mengadu, melihat kondisi zaman yang semakin rusak ini. Kami tidak tahu
beberapa tahun mendatang, mungkin kondisinya akan semakin parah dan lebih parah dari saat
ini. Mungkin beberapa tahun lagi, berpakaian ala barat yang transparan dan sangat memamerkan
aurat akan menjadi budaya kaum muslimin. Semoga Allah melindungi keluarga kita dan
generasi kaum muslimin dari musibah ini.
Tanda Benarnya Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ٌ َ‫َاري‬
‫ات‬ ِ ‫ات ع‬ ٌ َ‫اسي‬
ِ ‫اس َونِ َسا ٌء َك‬َ َّ‫ب ْالبَقَ ِر يَضْ ِربُونَ بِهَا الن‬ ِ ‫ار لَ ْم أَ َرهُ َما قَوْ ٌم َم َعهُ ْم ِسيَاطٌ َكأ َ ْذنَا‬
ِ َّ‫ان ِم ْن أَ ْه ِل الن‬
ِ َ‫ص ْنف‬
ِ
َ ‫يحهَا لَي‬
‫ُوج ُد ِم ْن َم ِسي َر ِة‬ َّ ْ ْ ْ
َ ‫ت ال َمائِلَ ِة الَ يَ ْد ُخلنَ ال َجنةَ َوالَ يَ ِج ْدنَ ِر‬
َ ‫يحهَا َوإِ َّن ِر‬ ْ ْ َ ٌ ٌ
ِ ‫ُم ِميالَت َمائِالَت ُر ُءو ُسه َُّن َكأ ْسنِ َم ِة البُخ‬
‫َك َذا َو َك َذا‬
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang
memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang
berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring.
Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya
tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)
Hadits ini merupakan tanda mukjizat kenabian. Kedua golongan ini sudah ada di zaman kita saat
ini. Hadits ini sangat mencela dua golongan semacam ini. Kerusakan seperti ini tidak muncul di
zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sucinya zaman beliau, namun kerusakan ini
baru terjadi setelah masa beliau hidup (Lihat Syarh Muslim, 9/240 dan Faidul Qodir, 4/275).
Wahai Rabbku. Dan zaman ini lebih nyata lagi terjadi dan kerusakannya lebih parah.
Saudariku, pahamilah makna ‘kasiyatun ‘ariyatun’
An Nawawi dalam Syarh Muslim ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan bahwa ada
beberapa makna kasiyatun ‘ariyatun.
Makna pertama: wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan bersyukur kepada-Nya.
Makna kedua: wanita yang mengenakan pakaian, namun kosong dari amalan kebaikan dan
tidak mau mengutamakan akhiratnya serta enggan melakukan ketaatan kepada Allah.
Makna ketiga: wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan
keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang.
Makna keempat: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya.
Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Pengertian yang disampaikan An Nawawi di atas, ada yang bermakna konkrit dan ada yang
bermakna maknawi (abstrak). Begitu pula dijelaskan oleh ulama lainnya sebagai berikut.
Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Makna kasiyatun ‘ariyatun adalah para wanita
yang memakai pakaian yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut
belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutupi dengan sempurna). Mereka memang
berpakaian, namun pada hakikatnya mereka telanjang.” (Jilbab Al Mar’ah Muslimah, 125-126)
Al Munawi dalam Faidul Qodir mengatakan mengenai makna kasiyatun ‘ariyatun, “Senyatanya
memang wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya dia telanjang. Karena wanita tersebut
mengenakan pakaian yang tipis sehingga dapat menampakkan kulitnya. Makna lainnya adalah
dia menampakkan perhiasannya, namun tidak mau mengenakan pakaian takwa. Makna lainnya
adalah dia mendapatkan nikmat, namun enggan untuk bersyukur pada Allah. Makna lainnya lagi
adalah dia berpakaian, namun kosong dari amalan kebaikan. Makna lainnya lagi adalah dia
menutup sebagian badannya, namun dia membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib
ditutupi) untuk menampakkan keindahan dirinya.” (Faidul Qodir, 4/275)
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibnul Jauziy. Beliau mengatakan bahwa makna kasiyatun
‘ariyatun ada tiga makna.
Pertama: wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita
seperti ini memang memakai jilbab, namun sebenarnya dia telanjang.
Kedua: wanita yang membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutup). Wanita ini
sebenarnya telanjang.
Ketiga: wanita yang mendapatkan nikmat Allah, namun kosong dari syukur kepada-Nya.
(Kasyful Musykil min Haditsi Ash Shohihain, 1/1031)
Kesimpulannya adalah kasiyatun ‘ariyat dapat kita maknakan: wanita yang memakai pakaian
tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya dan wanita yang membuka sebagian aurat yang
wajib dia tutup.
Tidakkah Engkau Takut dengan Ancaman Ini
Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memakaian pakaian tetapi sebenarnya
telanjang, dikatakan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “wanita seperti itu tidak akan
masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan
sekian dan sekian.”
Perhatikanlah saudariku, ancaman ini bukanlah ancaman biasa. Perkara ini bukan perkara sepele.
Dosanya bukan hanya dosa kecil. Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas.
Wanita seperti ini dikatakan tidak akan masuk surga dan bau surga saja tidak akan dicium.
Tidakkah kita takut dengan ancaman seperti ini?
An Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘wanita
tersebut tidak akan masuk surga’. Inti dari penjelasan beliau rahimahullah:
Jika wanita tersebut menghalalkan perbuatan ini yang sebenarnya haram dan dia pun sudah
mengetahui keharaman hal ini, namun masih menganggap halal untuk membuka anggota
tubuhnya yang wajib ditutup (atau menghalalkan memakai pakaian yang tipis), maka wanita
seperti ini kafir, kekal dalam neraka dan dia tidak akan masuk surga selamanya.
Dapat kita maknakan juga bahwa wanita seperti ini tidak akan masuk surga untuk pertama
kalinya. Jika memang dia ahlu tauhid, dia nantinya juga akan masuk surga. Wallahu Ta’ala
a’lam. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Jika ancaman ini telah jelas, lalu kenapa sebagian wanita masih membuka auratnya di khalayak
ramai dengan memakai rok hanya setinggi betis? Kenapa mereka begitu senangnya memamerkan
paha di depan orang lain? Kenapa mereka masih senang memperlihatkan rambut yang wajib
ditutupi? Kenapa mereka masih menampakkan telapak kaki yang juga harus ditutupi? Kenapa
pula masih memperlihatkan leher?!
Sadarlah, wahai saudariku! Bangkitlah dari kemalasanmu! Taatilah Allah dan Rasul-Nya!
Mulailah dari sekarang untuk merubah diri menjadi yang lebih baik ....

Pakaian yang mesti engkau pakai,saudariku

Betapa banyak kita lihat saat ini, wanita-wanita berbusana muslimah, namun masih dalam
keadaan ketat. Sungguh kadang hati terasa perih. Apa bedanya penampilan mereka yang
berkerudung dengan penampilan wanita lain yang tidak berkerudung jika sama-sama ketatnya[?]
Oleh karena itu, pembahasan kita saat ini adalah mengenai pakaian wanita muslimah yang
seharusnya mereka pakai. Pembahasan kali ini adalah lanjutan dari pembahasan "Wanita yang
Berpakaian Tetapi Telanjang". Semoga bermanfaat. Hanya Allah lah yang dapat memberi taufik
dan hidayah. 

Allah Ta’ala berfirman,


َ‫ك َوبَنَاتِكَ َونِ َسا ِء ْال ُم ْؤ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َجاَل بِيبِ ِه َّن َذلِكَ أَ ْدنَى أَ ْن يُع َْر ْفنَ فَاَل ي ُْؤ َذ ْين‬
3َ ‫يَا أَيُّهَا النَّبِ ُّي قُلْ أِل َ ْز َوا ِج‬
‫َو َكانَ هَّللا ُ َغفُورًا َر ِحي ًما‬
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mu'min: "Hendaklah mereka mendekatkan jilbabnya  ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab [33] : 59). Jilbab bukanlah
penutup wajah, namun jilbab adalah kain yang dipakai oleh wanita setelah memakai khimar.
Sedangkan khimar adalah penutup kepala.
Allah Ta’ala juga berfirman,
ْ َ‫ار ِه َّن َويَحْ ف‬
‫ظنَ فُرُو َجه َُّن َواَل يُ ْب ِدينَ ِزينَتَه َُّن إِاَّل َما ظَهَ َر ِم ْنهَا‬ ِ ‫ص‬َ ‫ت يَ ْغضُضْ نَ ِم ْن أَ ْب‬
ِ ‫َوقُلْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنَا‬
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
dari padanya.” (QS. An Nuur [24] : 31). Berdasarkan tafsiran Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Atho’ bin
Abi Robbah, dan Mahkul Ad Dimasqiy bahwa yang boleh ditampakkan adalah wajah dan kedua
telapak tangan.
Dari tafsiran yang shohih ini terlihat bahwa wajah bukanlah aurat. Jadi, hukum menutup wajah
adalah mustahab (dianjurkan). (Lihat Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah, Amru Abdul Mun’im, hal.
14)
Syarat Pakaian Wanita yang Harus Diperhatikan
Pakaian wanita yang benar dan sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya memiliki syarat-
syarat. Jadi belum tentu setiap pakaian yang dikatakan sebagai pakaian muslimah atau dijual di
toko muslimah dapat kita sebut sebagai pakaian yang syar’i. Semua pakaian tadi harus kita
kembalikan pada syarat-syarat pakaian muslimah.
Para ulama telah menyebutkan syarat-syarat ini dan ini semua tidak menunjukkan bahwa pakaian
yang memenuhi syarat seperti ini adalah pakaian golongan atau aliran tertentu. Tidak sama
sekali. Semua syarat pakaian wanita ini adalah syarat yang berasal dari Al Qur’an dan hadits
yang shohih, bukan pemahaman golongan atau aliran tertentu. Kami mohon jangan disalah
pahami.
Ulama yang merinci syarat ini dan sangat bagus penjelasannya adalah Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al Albani rahimahullah –ulama pakar hadits abad ini-. Lalu ada ulama yang
melengkapi syarat yang beliau sampaikan yaitu Syaikh Amru Abdul Mun’im hafizhohullah.
Ingat sekali lagi, syarat yang para ulama sebutkan bukan mereka karang-karang sendiri. Namun
semua yang mereka sampaikan berdasarkan Al Qur’an dan hadits yang shohih.
Syarat pertama: pakaian wanita harus menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak
tangan. Ingat, selain kedua anggota tubuh ini wajib ditutupi termasuk juga telapak kaki.
Syarat kedua: bukan pakaian untuk berhias seperti yang banyak dihiasi dengan gambar bunga
apalagi yang warna-warni, atau disertai gambar makhluk bernyawa, apalagi gambarnya lambang
partai politik! Yang terkahir ini bahkan bisa menimbulkan perpecahan di antara kaum muslimin.
Allah Ta’ala berfirman,
‫َوقَرْ نَ فِي بُيُوتِ ُك َّن َواَل تَبَرَّجْ نَ تَبَرُّ َج ْال َجا ِهلِيَّ ِة اأْل ُولَى‬
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu ber-tabarruj seperti orang-orang
jahiliyyah pertama.” (QS. Al Ahzab : 33). Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampakkan
perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang mestinya ditutup karena hal itu dapat
menggoda kaum lelaki.
Ingatlah, bahwa maksud perintah untuk mengenakan jilbab adalah perintah untuk menutupi
perhiasan wanita. Dengan demikian, tidak masuk akal bila jilbab yang berfungsi untuk menutup
perhiasan wanita malah menjadi pakaian untuk berhias sebagaimana yang sering kita temukan.
Syarat ketiga: pakaian tersebut tidak tipis dan tidak tembus pandang yang dapat menampakkan
bentuk lekuk tubuh. Pakaian muslimah juga harus longgar dan tidak ketat sehingga tidak
menggambarkan bentuk lekuk tubuh.
Dalam sebuah hadits shohih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua golongan
dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu : Suatu kaum yang memiliki cambuk,
seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita berpakaian tapi telanjang,
berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring, wanita seperti itu tidak
akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama
perjalanan ini dan ini.” (HR.Muslim)
Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Makna kasiyatun ‘ariyatun adalah para wanita
yang memakai pakaian yang tipis sehingga dapat menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian
tersebut belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutupi dengan sempurna). Mereka
memang berpakaian, namun pada hakikatnya mereka telanjang.” (Jilbab Al Mar’ah Al
Muslimah, 125-126)
Cermatilah, dari sini kita bisa menilai apakah jilbab gaul yang tipis dan ketat yang banyak
dikenakan para mahasiswi maupun ibu-ibu di sekitar kita dan bahkan para artis itu sesuai syari’at
atau tidak.
Syarat keempat: tidak diberi wewangian atau parfum.
Dari Abu Musa Al Asy’ary bahwanya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ٌ‫يحهَا فَ ِه َي زَ انِيَة‬ ْ ‫أَيُّ َما ا ْم َرأَ ٍة ا ْستَ ْعطَ َر‬
ْ ‫ت فَ َمر‬
ِ ‫َّت َعلَى قَوْ ٍم لِيَ ِجدُوا ِم ْن ِر‬
“Perempuan mana saja yang memakai wewangian, lalu melewati kaum pria agar mereka
mendapatkan baunya, maka ia adalah wanita pezina.” (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan
Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 323 mengatakan bahwa hadits ini shohih).
Lihatlah ancaman yang keras ini!
Syarat kelima: tidak boleh menyerupai pakaian pria atau pakaian non muslim.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata,
ِ َ‫ َو ْال ُمت ََر ِّجال‬، ‫ال‬
‫ت ِمنَ النِّ َسا ِء‬ ِ ‫الرِّج‬
َ َ‫ ْال ُم َخنَّثِينَ ِمن‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫لَ َعنَ النَّبِ ُّى‬
“Rasulullah melaknat kaum pria yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang
menyerupai kaum pria.” (HR. Bukhari no. 6834)
Sungguh meremukkan hati kita, bagaimana kaum wanita masa kini berbondong-bondong
merampas sekian banyak jenis pakaian pria. Hampir tidak ada jenis pakaian pria satu pun kecuali
wanita bebas-bebas saja memakainya, sehingga terkadang seseorang tak mampu membedakan
lagi, mana yang pria dan wanita dikarenakan mengenakan celana panjang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫َم ْن تَ َشبَّهَ بِقَوْ ٍم فَهُ َو ِم ْنهُ ْم‬
”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR.
Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ mengatakan bahwa sanad hadits ini
jayid/bagus)
Betapa sedih hati ini melihat kaum hawa sekarang ini begitu antusias menggandrungi mode-
mode busana barat baik melalui majalah, televisi, dan foto-foto tata rias para artis dan bintang
film. Laa haula walaa quwwata illa billah.
Syarat keenam: bukan pakaian untuk mencari ketenaran atau popularitas (baca: pakaian
syuhroh).
Dari Abdullah bin ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ َ‫ب َم َذلَّ ٍة يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة ثُ َّم أَ ْله‬
‫ب فِي ِه نَارًا‬ َ ْ‫ب ُش ْه َر ٍة فِى ال ُّد ْنيَا أَ ْلبَ َسهُ هَّللا ُ ثَو‬
َ ْ‫س ثَو‬
َ ِ‫َم ْن لَب‬
“Barangsiapa mengenakan pakaian syuhroh di dunia, niscaya Allah akan mengenakan pakaian
kehinaan padanya pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api neraka.” (HR. Abu
Daud dan Ibnu Majah. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini hasan)
Pakaian syuhroh di sini bisa bentuknya adalah pakaian yang paling mewah atau pakaian yang
paling kere atau kumuh sehingga terlihat sebagai orang yang zuhud. Kadang pula maksud
pakaian syuhroh adalah pakaian yang berbeda dengan pakaian yang biasa dipakai di negeri
tersebut dan tidak digunakan di zaman itu. Semua pakaian syuhroh seperti ini terlarang.
Syarat ketujuh: pakaian tersebut terbebas dari salib.
Dari Diqroh Ummu Abdirrahman bin Udzainah, dia berkata,
‫اط َر ِحي ِه فَإِ َّن‬ ْ َ‫ت أُ ُّم ْال ُم ْؤ ِمنِين‬
ْ ‫اط َر ِحي ِه‬ ْ َ‫ت َم َع أُ ِّم ْال ُم ْؤ ِمنِينَ فَ َرأ‬
ْ َ‫ت َعلَى ا ْم َرأَ ٍة بُرْ داً فِي ِه تَصْ لِيبٌ فَقَال‬ ِ ‫ُكنَّا نَطُوفُ بِ ْالبَ ْي‬
ُ‫ضبَه‬َ َ‫ َكانَ إِ َذا َرأَى نَحْ َو هَ َذا ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫َرسُو َل هَّللا‬
“Dulu kami pernah berthowaf di Ka’bah bersama Ummul Mukminin (Aisyah), lalu beliau
melihat wanita yang mengenakan burdah yang terdapat salib. Ummul Mukminin lantas
mengatakan, “Lepaskanlah salib tersebut. Lepaskanlah salib tersebut. Sungguh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat semacam itu, beliau menghilangkannya.” (HR.
Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Ibnu Muflih dalam Al Adabusy Syar’iyyah mengatakan, “Salib di pakaian dan lainnya adalah
sesuatu yang terlarang. Ibnu Hamdan memaksudkan bahwa hukumnya haram.”
Syarat kedelapan: pakaian tersebut tidak terdapat gambar makhluk bernyawa (manusia dan
hewan).
Gambar makhluk juga termasuk perhiasan. Jadi, hal ini sudah termasuk dalam larangan
bertabaruj sebagaimana yang disebutkan dalam syarat kedua di atas. Ada pula dalil lain yang
mendukung hal ini.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki
rumahku, lalu di sana ada kain yang tertutup gambar (makhluk bernyawa yang memiliki ruh,
pen). Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatnya, beliau langsung merubah warnanya
dan menyobeknya. Setelah itu beliau bersabda,
ِ ‫اس َع َذابًا يَوْ َم القِيَا َم ِة ال ِّذ ْينَ يُ َشبِّهُوْ نَ ِبخَ ْل‬
ِ‫ق هللا‬ ِ َّ‫إِ َّن أَ َش َّد الن‬
”Sesungguhnya manusia yang paling keras siksaannya pada hari kiamat adalah yang
menyerupakan ciptaan Allah.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan ini adalah lafazhnya.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, An Nasa’i dan Ahmad)
Syarat kesembilan: pakaian tersebut berasal dari bahan yang suci dan halal.
Syarat kesepuluh: pakaian tersebut bukan pakaian kesombongan.
Syarat kesebelas: pakaian tersebut bukan pakaian pemborosan .
Syarat keduabelas: bukan pakaian yang mencocoki pakaian ahlu bid’ah. Seperti mengharuskan
memakai pakaian hitam ketika mendapat musibah sebagaimana yang dilakukan oleh Syi’ah
Rofidhoh pada wanita mereka ketika berada di bulan Muharram. Syaikh Ibnu Utsaimin
mengatakan bahwa pengharusan seperti ini adalah syi’ar batil yang tidak ada landasannya.
Inilah penjelasan ringkas mengenai syarat-syarat jilbab. Jika pembaca ingin melihat penjelasan
selengkapnya, silakan lihat kitab Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah yang ditulis oleh Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al Albani. Kitab ini sudah diterjemahkan dengan judul ‘Jilbab Wanita
Muslimah’. Juga bisa dilengkapi lagi dengan kitab Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah yang ditulis
oleh Syaikh Amru Abdul Mun’im yang melengkapi pembahasan Syaikh Al Albani.

Terakhir, kami nasehatkan kepada kaum pria untuk memperingatkan istri, anggota keluarga atau
saudaranya mengeanai masalah pakaian ini. Sungguh kita selaku kaum pria sering lalai dari hal
ini. Semoga ayat ini dapat menjadi nasehatkan bagi kita semua.
‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َماَل ئِ َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَل يَ ْعصُونَ هَّللا َ َما‬
3َ ‫أَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُونَ َما ي ُْؤ َمر‬
‫ُون‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)
Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua dalam mematuhi setiap perintah-Nya dan
menjauhi setiap larangan-Nya.
Alhamdullillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihat.
Rujukan:
1. Faidul Qodir Syarh Al Jami’ Ash Shogir, Al Munawi, Mawqi’ Ya’sub, Asy Syamilah
2. Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Maktabah Al
Islamiyah-Amman, Asy Syamilah
3. Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah, Syaikh ‘Amru Abdul Mun’im Salim, Maktabah Al Iman
4. Kasyful Musykil min Haditsi Ash Shohihain, Ibnul Jauziy, Darun Nasyr/Darul Wathon, Asy
Syamilah
5. Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, An Nawawi, Mawqi’ Al Islam, Asy Syamilah

Kebiasaan Tidur Pagi Ternyata Berbahaya

Kita telah ketahui bersama bahwa waktu pagi adalah waktu yang
penuh berkah dan di antara waktu yang kita diperintahkan untuk memanfaatkannya. Akan tetapi,
pada kenyataannya kita banyak melihat orang-orang melalaikan waktu yang mulia ini. Waktu
yang seharusnya dipergunakan untuk bekerja, melakukan ketaatan dan beribadah, ternyata
dipergunakaan untuk tidur dan bermalas-malasan.
Saudaraku, ingatlah bahwa orang-orang sholih terdahulu sangat membenci tidur pagi. Kita dapat
melihat ini dari penuturan Ibnul Qayyim ketika menjelaskan masalah banyak tidur yaitu bahwa
banyak tidur dapat mematikan hati dan membuat badan merasa malas serta membuang-buang
waktu. Beliau rahimahullah mengatakan,
“Banyak tidur dapat mengakibatkan lalai dan malas-malasan. Banyak tidur ada yang termasuk
dilarang dan ada pula yang dapat menimbulkan bahaya bagi badan.
Waktu tidur yang paling bermanfaat yaitu :
[1] tidur ketika sangat butuh,
[2] tidur di awal malam –ini lebih manfaat daripada tidur di akhir malam-,
[3] tidur di pertengahan siang –ini lebih bermanfaat daripada tidur di waktu pagi dan sore-.
Apalagi di waktu pagi dan sore sangat sedikit sekali manfaatnya bahkan lebih banyak bahaya
yang ditimbulkan, lebih-lebih lagi tidur di waktu ‘Ashar dan awal pagi kecuali jika memang
tidak tidur semalaman.
Menurut para salaf, tidur yang terlarang adalah tidur ketika selesai shalat shubuh hingga
matahari terbit. Karena pada waktu tersebut adalah waktu untuk menuai ghonimah (pahala
yang berlimpah). Mengisi waktu tersebut adalah keutamaan yang sangat besar, menurut orang-
orang sholih. Sehingga apabila mereka melakukan perjalanan semalam suntuk, mereka tidak mau
tidur di waktu tersebut hingga terbit matahari. Mereka melakukan demikian karena waktu pagi
adalah waktu terbukanya pintu rizki dan datangnya barokah (banyak kebaikan).” (Madarijus
Salikin, 1/459, Maktabah Syamilah)
BAHAYA TIDUR PAGI [1]
[Pertama] Tidak sesuai dengan petunjuk Al Qur'an dan As Sunnah.
[Kedua] Bukan termasuk akhlak dan kebiasaan para salafush sholih (generasi terbaik umat ini),
bahkan merupakan perbuatan yang dibenci.
[Ketiga] Tidak mendapatkan barokah di dalam waktu dan amalannya.
[Keempat] Menyebabkan malas dan tidak bersemangat di sisa harinya.
Maksud dari hal ini dapat dilihat dari perkataan Ibnul Qayyim. Beliau rahimahullah berkata,
"Pagi hari bagi seseorang itu seperti waktu muda dan akhir harinya seperti waktu tuanya."
(Miftah Daris Sa'adah, 2/216). Amalan seseorang di waktu muda berpengaruh terhadap
amalannya di waktu tua. Jadi jika seseorang di awal pagi sudah malas-malasan dengan sering
tidur, maka di sore harinya dia juga akan malas-malasan pula.
[Kelima] Menghambat datangnya rizki.
Ibnul Qayyim berkata, "Empat hal yang menghambat datangnya rizki adalah [1] tidur di waktu
pagi, [2] sedikit sholat, [3] malas-malasan dan [4] berkhianat." (Zaadul Ma’ad, 4/378)
[Keenam] Menyebabkan berbagai penyakit badan, di antaranya adalah melemahkan syahwat.
(Zaadul Ma’ad, 4/222)

[1] Pembahasan berikut disarikan dari tulisan Ustadz Abu Maryam Abdullah Roy, Lc yang
berjudul ‘Tholabul ‘Ilmi di Waktu Pagi’ dan ada sedikit tambahan dari kami.

Anda mungkin juga menyukai