Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Pengertian Rekam Medis Elektronik

Rekam Medis Elektronik adalah Penggunaan perangkat teknologi informasi

untuk pengumpulan, penyimpanan, pengolahan serta peng-akses-an data yang

tersimpan pada rekam medis pasien dirumah sakit dalam suatu sistem manajemen

basis data yang menghimpun berbagai sumber data medis 1.

Dalam pengertian lain, Rekam Medis Elektronik adalah rekam catatan rekam

medis pasien seumur hidup pasien dalam format elektronik tentang informasi

kesehatan seseorang yang dituliskan oleh satu atau lebih petugas kesehatan secara

terpadu dalam tiap kali pertemuan antar petugas kesehatan dengan klien. Rekam

medis elektronik bisa diakses dengan komputer dari satu jaringan dengan tujuan

utama menyediakan atau meningkatkan perawatan serta pelayanan kesehatan yang

efisien dan terpadu 2.

2.1.2 Manfaat Rekam Medis Elektronik

1. Manfaat Umum

Rekam Medis Elektronik akan meningkatkan profesionalisme dan kinerja


manajemen rumah sakit. Para stakeholder seperti pasien akan menikmati kemudahan,
kecepatan, dan kenyamanan pelayanan kesehatan. Bagi para dokter, rekam medis
elektronik memungkinkan diberlakukannya standart prakter kedokteran yang baik
dan benar. Sementara bagi pengelola rumah sakit, rekam medis elektronik menolong
8
9

menghasilkan dokumentasi yang auditable dan accountable sehingga mendukung


koordinasi antar bagian dalam rumah sakit. Disamping itu rekam medis elektronik
membuat setiap unit akan bekerja sesuai fungsi, tanggung jawab dan wewenangnya.

2. Manfaat Operasional

Manakala rekam medis elektronik diimplementasikan paling tidak ada empat


faktor operasional yang akan dirasakan.

a. Faktor yang pertama adalah kecepatan penyelesaian pekerjaan-pekerjaan


administrasi. Ketika dengan sistem manual pengerjaan penelusuran berkas sampai
dengan pengembaliannya ketempat yang seharusnya pastilah memakan waktu,
terlebih jika pasiennya cukup banyak. Kecepatan ini berdampak membuat
efektivitas kerja meningkat.

b. Yang kedua adal faktor akurasi khususnya akurasi data, apabila dulu dengan
sistem manual orang harus mencek satu demi satu berkas, namun sekarang dengan
rekam medis elektronik data pasien akan lebih tepat dan benar karena campur
tangan manusia lebih sedikit, hal lain yang dapat dicegah adalah terjadinya
duplikasi data untuk pasien yang sama. Misalnya, pasien yang sama diregistrasi 2
kali pada waktu yang berbeda, maka sistem akan menolaknya, rekam medis
elektronik akan memberikan peringatan jika tindakan yang sama untuk pasien
yang sama dicatat dua kali, hal ini menjaga agar data lebih akurat dan user lebih
teliti.

c. Ketiga adalah faktor efisiensi, karena kecepatan dan akurasi data meningkat, maka
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi
berkurang jauh, sehingga karyawan dapat lebih focus pada pekerjaan utamanya.

d. Keempat adalah kemudahan pelaporan, pekerjaan pelaporan adalah pekerjaan


yang menyita waktu namun sangat penting. dengan adanya rekam medis
elektronik, proses pelaporan tentang kondisi kesehatan pasien dapat disajikan
10

hanya memakan waktu dalam hitungan menit sehingga kita dapat lebih konsentrasi
untuk menganalisa laporan tersebut.

3. Manfaat Organisasi

Karena SIMRS ini mensyaratkan kedisplinan dalam pemasukan data, baik


ketepatan waktu maupun kebenaran data, maka budaya kerja yang sebelumnya
menangguhkan hal-hal seperti itu, menjadi berubah. Seringkali data rekam medis
diperlukan juga oleh unit layanan yang lain. Misal resep obat yang ditulis di rekam
medis elektronik akan sangat dibutuhkan oleh bagian obat, sementara semua tindakan
yang dilakukan yang ada di rekam medis elektronik juga diperlukan oleh bagian
keuangan untuk menghitung besarnya biaya pengobatan. Jadi rekam medis elektronik
menciptakan koordinasi antar unit semakin meningkat. Seringkali orang menyatakan
bahwa dengan adanya komputerisasi biaya administrasi meningkat. Padahal dalam
jangka panjang yang terjadi adalah sebaliknya, jika dengan sistem manual kita harus
membuat laporan lebih dulu diatas kertas, baru kemudian dianalisa, maka dengan
rekam medis elektronik analisa cukup dilakukan dilayar komputer, dan jika sudah
benar baru datanya dicetak. Hal ini menjadi penghematan biaya yang cukup
signifikan dalam jangka panjang 1.

2.1.3 Persiapan Penggunaan Rekam Medis Elektronik

1. Sumber Daya Manusia

Pengembangan rekam medis elektronik akan sangat tergantung pada sumber


daya manusia sebagai pengguna rekam medis elektronik maupun sebagai
penyusun kebijakan. Menurut WHO 2016, RME merupakan sistem otomatis
yang terdiri dari identifikasi pasien, pengobatan, peresepan, hasil labolatorium
dan didokumentasikan oleh dokter saat pasien berkunjung. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2013 tentang Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit menyebutkan bahwa Sumber Daya
Manusia teknologi informasi untuk SIMRS minimal terdiri dari staff yang
11

memiliki kualifikasi dalam bidang analisis sistem, programmer, hardware dan


maintenance jaringan. Menurut WHO 2006, Salah satu isu penting yang
memerlukan perencanaan matang adalah terkait denganketersediaan sumber
daya manusiabeserta kemampuannya. Untuk itu perencanaan SDM harus
terdokumentasi dan di usulkan pada pihak kepegawaian. Kemampuan staf
dalam mengoperasikan komputer juga menjadi komponen penting dalam
mendukung pengembangan rekam medis elektronik.

2. Budaya Organisasi

Menurut Carroll et all 2012, staf medis dan administrasi maupun pihak jajaran
manajemen juga menganggap rekam medis elektronik dapat memberikan
peningkatan kualitas pelayanan namun harus didukung dengan sistem kerja
yang jelas dan SDM IT yang handal. Keberhasilan pengembangan rekam
medis elektronik tidak hanya terlepas dari sistem yang sudah dibuat. Sistem
yang disusun harus sesuai dengan kebutuhan pengguna. Salah satu kesuksesan
dalam implementasi rekam medis elektronik adalah dengan adanya
keikutsertaan staf klinis maupun administrasi dalam proses desain dan
perencanaan implementasi. Untuk menuju pada perubahan tersebut, dokter
maupun staff medis perawat menyadari bahwa sebagai pengguna memiliki
peran yang penting dalam memberikan masukan. Alur kerja proses ini
menyangkut proses administrasi klinis termasuk perkiraan pasien dan staff
yang dibutuhkan.

3. Tata Kelola Kepemimpinan

Kesuksesan dalam implementasi rekam medis elektronik dipengaruhi oleh


dukungan kepemimpinan yang kuat, keikutsertaan dari staff klinis dalam
desain dan implementasi, proses pelatihan pada staff, serta proses perencanaan
yang sesuai jadwal serta penyediaan anggaran yang memadai. Critical element
pertama untuk keberhasilan rekam medis elektronik adalah terkait team
12

leadership. Leadership merupakan komite yang mengkomando proses


pengembangan. Didalam tim tersebut terdiri dari beberapa pihak
interdisipliner yang bersedia meluangkan waktu untuk ikut serta dalam proses
pengembangan sistem. Tim eksekutif tersebut harus benar-benar terlibat
dalam semua tahap implementasi dengan menyediakan pendapat dari berbagai
pengguna, inovasi, waktu dan komitmen. Selain itu juga dibutuhkan manajer
yang kuat dan pemimpin senior manajer klinis dan tenaga klinis.

4. Infrastruktur

Dalam penggunaan rekam medis elektronik secara menyeluruh memerlukan


biaya yang banyak dan memerlukan proses yang panjang. Untuk itu
diperlukan adanya kesiapan dari sis infrastruktur TI maupun anggarannya.
Area penilaian infrastruktur terdiri dan infrastruktur TI serta keuangan dan
anggaran. Salah satu kendala dalam pengembangan rekam medis elektronik
adalah kaitannya dengan anggaran untuk teknologi informasi dirumah sakit
cendrung terbatas. Aspek finansial menjadi persoalan penting karena rumah
sakit harus menyiapkan infrastruktur teknologi informasi (Komputer, jaringan
kabel maupun nirkabel, listrik, sistem pengamanan, konsultan dan pelatihan3.

2.1.4 Komponen Rekam Medis Elektronik

Komponen Penting yang mengacu pada kebutuhan :

1. Record Format

Bentuk yang sesuai contoh berbagai pelayanan sesuai kebutuhan.

2. Sistem Performance

Seperti pemanggilan kembali, serta mudah dalam pengubahan data.

3. Reporting Capabilities

Kelengkapan dokumen, mudah untuk dimengerti dan standar laporan.


13

4. Training and Implementation

Pelatihan yang minimal untuk menggunakan dengan benar.

5. Control and Acces

Untuk mengakses bagi yang berwenang tapi terlindung dari


penyalahgunaan.

6. Intelegence

Seperti sistem bantu keputusan, sistem tanda baca yang sesuai.

7. Linkages

Terkait dengan berbagai pelayanan lain, perpustakaan, database pasien dan


keuangan.

8. Record Content

Meliputi standarisasi formulir da nisi, sesuai dengan kode penyakit dan


tujuan layanan4.

2.1.5 Konsep Rekam Medis Elektronik

Konsep dasar dalam rekam medis sistem rekam medik elektronik adalah
menambahkan alat-alat manajemen informasi untuk dapat menghasilkan hal-hal
sebagai berikut :

1. Peringatan dan pewaspadaan klinik

a. Pewaspadaan meliputi adanya hasil pemeriksaan labolatorium atau


pemeriksaan penunjang lain yang abnormal.

b. Peringatan meliputi hasil pengecekan farmakologis terhadap perintah


pemberian obat, adanya riwayat reaksi alergi obat, kontraindikasi pemberian
obat, dosis obat yang tidak sesuai.
14

2. Hubungan dengan sumber pengetahuan untuk penunjang keputusan layanan


kesehatan. Dalam pelaksanaannya, klinikus melakukan pencarian dan penarikan
hasil analisis meta yang sesuai dengan kondisi pasien yang ditangani pada web
program pengambilan keputusan dapat diinkorporasikan dalam rekam medik
elektronik, pengguna memasukkan data pasiennya dan memeperoleh saran untuk
penanganan pasien.

3. Analisis data Agregat

a. Uji klinik konvensional, data dikumpulkan dari pasien, dimasukkan kedalam


basis-basis komputer dan dianalisis dengan program statistic.

b. Rekam medis elektronik memungkinkan klinikus memperoleh data rutin dan


non rutin. Data utin dapat langsung diperoleh dari basis data rekam medis,
sedangkan data non rutin dapat dikumpulkan pada waktu pemeriksaan pasien
dan dimasukkan dalam rekam medik.

4. Perintah dokter melalui komputer dilakukan baik itu melalui data bentuk bebas
(informasi teks) maupun bentuk kode (data terstruktur).

5. Pengambilan data sinyal biologis secara otomatis :

a. Sinyal digital, menampilkan nilai-nilai diskret dari suatu himpunan nilai


tertentu, misalnya : tekanan darah, frekuensi nadi, dan densitas jaringan (CT-
Scan, MRI).

b. Sinyal analog, menampilkan nilai-nilai dalam rentang kontinu, misalnya


elektrokardiogram (EKG), dan densitas jaringan (radiologi konvensional).
Sistem komputer hanya dapat mengakuisisi data digital. Oleh karena itu, sinyal
analog harus dikonversi terlebih dahulu menjadi sinyal digital dengan ADC
(Analog-to-digital conversion)4.

2.1.6 Sistem Data Klinis Rekam Medis Elektronik


15

1. Rekam Medis masing-masing pasien

Isi rekam medis individual hendaknya mencerminkan sejarah perjalanan


kondisi kesehatan pasien dari pasien lahir sampai berlangsungnya interaksi
mutakhir antara pasien dengan rumah sakit. Pada umumnya struktur rekam
medis individual ini terdiri dari daftar masalah sekarang dan masalalu
serta catatan-catatan dokter untuk masalah yang masih aktif.

2. Rangkuman data klinis untuk konsumsi manajer rumah sakit

Pihak asuransi, kepala unit klinis, dan institusi terkait sebagai pelaporan.
Suatu rangkuman data klinis yang penting misalnya mengandung jumlah
parawat inap, menurut ciri-ciri demografis, cara membayar, diagnosis dan
prosedur operatif

3. Registrasi Penyakit

Merupakan sistem informasi yang berbasis pada suatu komunitas atau


wilayah administratif, mencakup semua kejadian penyakit tertentu
(misalnya segala jenis kanker) diantara penduduk yang hidup diwilayah
yang bersangkutan.

4. Data Unit Spesifik

Suatu sistem informasi mungkin diperlukan untuk mengelola unit tertentu


dirumah sakit. Sebagai contoh unit-unit farmasi, laboratorium, radiologi
dan perawatan memerlukan data inventory bahan-bahan habis pakai dan
utilisasi jenis pelayanan untuk merencanakan dan mengefisiensikan
penggunaan sumber daya.

5. Sistem kepustakaan medik dan pendukung pengambilan keputusan klinis.


Untuk menunjang keberhasilan pelayanan klinis kepada pasien diperlukan
sistem untuk mengarahkan klinis pada masalah spesifik,
16

merekomendasikan keputusan klinis berbasis pada probabilitas kejadian


tertentu.

6. Paspor Kesehatan

Rangkuman medik yang dibawa pasien memungkinkan pelayanan


kesehatan darurat ditempat yang jauh dari rumahnya. Rekam medik ini
mungkin dalam bentuk kertas, microfiche atau smartcard format4.

2.1.7 Aspek Hukum Rekam Medis Elektronik

Rekam medis merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penyelenggaraan

pelayanan kesehatan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang – undangan

yang menjadi dasar hukum pelaksanaan kegiatan rekam medik. Dasar hukum

pelaksanaan rekam medis elektronik disamping peraturan perundang – undangan

yang mengatur mengenai rekam medik, lebih khusus lagi diatur dalam Permenkes

Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis Pasal 2 : “Rekam Medik harus dibuat

secara tertulis lengkap, dan jelas atau secara elektronik. Penyelenggaraan rekam

medik dengan menggunakan teknologi informasi elektronik diatur lebih lanjut dengan

peraturan tersendiri”.

Selama ini rekam medik mengacu pada Pasal 46 dan Pasal 47 UU RI Nomor

29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Permenkes Nomor

269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sebagai pengganti dari Permenkes

Nomor 749a/Menkes/PER/XII/1989. Undang – Undang RI Nomor 29 Tahun 2004

sebenarnya telah digunakan saat Rekam Medis Elektronik sudah banyak digunakan di

luar negeri, namun belum mengatur mengenai Rekam Medis Elektronik. Begitu pula
17

Permenkes Nomor 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis belum

sepenuhnya mengatur mengenai Rekam Medis Elektronik. Hanya pada Bab II Pasal 2

ayat 1 dijelaskan bahwa “Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas

atau secara elektronik”. Secara tersirat pada ayat tersebut memberikan ijin kepada

sarana pelayanan kesehatan membuat rekam medis secara elektronik (RME).

Sehingga sesuai dengan dasar – dasar di atas maka membuat catatan rekam medis

pasien adalah kewajiban setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan pemeriksaan

kepada pasien baik dicatat secara manual maupun secara elektronik.

Belum ada satu perundangan menyebutkan secara spesifik istilah rekam medis

elektronik atau rekam kesehatan elektronik. Ada berbagai perundangan yang

sebenarnya berkaitan dengan keberadaan Rekam Medis Elektronik tersebut. Beberapa

perundangan tersebut adalah :

1. UU RI Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran

2. UU RI Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

3. UU RI Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

4. UU RI Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

5. UU RI Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

6. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

7. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

8. Permenkes Nomor 511 Tahun 2002 Tentang Strategi Pengembangan SIKNAS

dan SIKDA

9. Kepmenkes Nomor 844 Tahun 2006 Tentang Kodefikasi Data.


18

10. Kepmenkes Nomor 269 Tahun 2008 Tentang Rekam Medik

Adanya Undang – Undang baru tentang Infomasi dan Transaksi Elektronik pada

Tahun 2008 ternyata juga membantu untuk perkembangan RME di Indonesia sendiri,

selain Undang – Undang ITE itu sendiri, berbagai peraturan dan Undang – Undang

yang sudah dibuat sangat membantu dalam pengelolaan Rekam Medis Elektronik itu

sendiri, seperti dalam pasal 13 ayat (1) huruf b Permenkes Nomor 269 Tahun 2008

tentang Pemanfaatan Rekam Medik “sebagai alat bukti hukum dalam proses

penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakkan etika

kedokteran dan etika kedokteran gigi”. Karena rekam medik merupakan dokumen

hukum, maka keamanan berkas sangatlah penting untuk menjaga keotentikandata

baik Rekam Kesehatan Konvensional maupun Rekam Medik Elektronik (RME).

Sejak dikeluarkannya Undang – Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU

ITE) Nomor 11 Tahun 2008 telah memberikan jawaban atas keraguan yang ada. UU

ITE telah memberikan peluang untuk implementasi Rekam Medis Elektronik. Rekam

Medis Elektronik juga merupakan alat bukti hukum yang sah. Hal tersebut juga

ditunjang dengan Undang – Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) 10

dalam pasal 5 dan 6 yaitu :

Pasal 5 :

1. Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya

merupakan alat bukti hukum yang sah.


19

2. Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang

sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.

3. Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dinyatakan sah apabila

menggunakan sistem elektronik yang sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam

Undang – Undang ini.

Pasal 6 :

Dalam terdapat ketentuan lain selain yang diatur dalam pasal 5 ayat (4) yang

mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli, informasi

elektronik dan/atau dokumen elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang

tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan

dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan5.

2.1.8 Kelebihan dan Kekurangan Rekam Medis Elektronik

1. Kelebihan

a. Kepemilikan RME tetap menjadi milik dokter atau sarana pelayanan

kesehatan seperti yang tertulis dalam pasal 47 (1) UU RI Nomor 29 Tahun

2004 bahwa dokumen rekam medik adalah milik dokter atau sarana

pelayanan kesehatan, sama seperti rekam medik konvensional.

b. Isi rekam medik sesuai pasal 47 (1) UU RI Nomor 29 Tahun 2004 yang

merupakan milik pasien dapat diberikan salinannya dalam bentuk

elektronik atau dicetak untuk diberikan kepada pasien.


20

c. Tingkat kerahasiaan dan keamanan dokumen elektronik semakin tinggi dan

aman. Salah satu bentuk pengamanan yang umum adalah Rekam Medis

Elektronik dapat dilindungi dengan sandi sehingga hanya orang tertentu

yang dapat membuka berkas asli atau salinannya yang diberikan pada

pasien, ini membuat keamanannya lebih terjamin dibandingkan dengan

rekam medis konvensional.

d. Penyalinan atau pencetakan RME juga dapat dibatasi, seperti yang telah

dilakukan pada berkas multimedia (lagu atau video) yang dilindungi hak

cipta, sehingga hanya orang tertentu yang telah ditentukan yang dapat

menyalin atau mencetaknya.

e. Rekam Medis Elektronik memiliki tingkat keamanan lebih tinggi dalam

mencegah kehilangan atau kerusakan dokumen elektronik, karena dokumen

elektronik jauh lebih mudah dilakukan “back-up” dibandingkan dokumen

konvensional.

f. Rekam Medis Elektronik memiliki kemampuan lebih tinggi dari hal – hal

yang telah ditentukan oleh Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, misalnya

penyimpanan rekam medis sekurangnya 5 tahun dari tanggal pasien

berobat (pasal 7), rekam medis elektronik dapat disimpan selama puluhan

tahun dalam bentuk media penyimpanan cakram padat (CD/DVD) dengan

tempat penyimpanan yang lebih ringkas dari rekam medik konvensional

yang membutuhkan banyak tempat dan perawatan khusus.


21

g. Kebutuhan penggunaan rekam medis untuk penelitian pendidikan,

penghitungan statistic, dan pembayaran biaya pelayanan kesehatan lebih

mudah dilakukan dengan Rekam Medis Elektronik karena isi Rekam Medis

Elektronik dapat dengan mudah diintegrasikan dengan program atau

software sistem informasi rumah sakit atau klinik atau praktik tanpa

mengabaikan aspek kerahasiaan. Hal ini tidak mudah dilakukan dengan

rekam medis konvensional.

h. Rekam Medis Elektronik memudahkan penelusuran dan pengiriman

informasi membuat penyimpanan lebih ringkas. Dengan demikian, data

dapat ditampilkan dengan cepat sesuai kebutuhan.

i. Rekam Medis Elektronik dapat menyimpan data dengan kapasitas yang

besar, sehingga dokter dan staff medik mengetahui rekam jejak dari kondisi

pasien berupa riwayat kesehatan sebelumnya, tekanan darah, obat yang

telah diminum dan tindakan sebelumnya sehingga tindakan lanjutan dapat

dilakukan dengan tepat dan berpotensi menghindari medical error.

j. UU ITE juga telah mengatur bahwa dokumen elektronik (termasuk Rekam

Medis Elektronik) sah untuk digunakan sebagai bahan pembuktian dalam

perkara hukum.

2. Kekurangan

a. Membutuhkan investasi awal yang lebih besar daripada rekam medik

kertas, untuk perangkat keras, perangkat lunak dan biaya penunjang

(seperti listrik).
22

b. Waktu yang diperlukan oleh key person dan dokter untuk mempelajari

sistem dan merancang ulang alur kerja.

c. Konversi rekam medis kertas ke rekam medis elektronik membutuhkan

waktu, sumber daya, tekad dan kepemimpinan.

d. Risiko kegagalan sistem computer.

e. Masalah keterbatasan kemampuan penggunaan computer dari

penggunannya.

f. Belum adanya standard ketetapan Rekam edis Elektronik dari pemerintah 6.

2.1.9 Tantangan Penggunaan Rekam Medis Elektronik

Di Indonesia penggunaan inovasi Rekam Medis Elektronik boleh dikatakan


masih berjalan ditempat. Beberapa alasan mengapa rekam medis elektronik tidak
berkembang cepat adalah :

1. Banyak pihak yang mencurigai bahwa rekam medis elektronik tidak memiliki
paying hukum yang jelas, khususnya berkaitan dengan penjaminan agar data
yang tersimpan terlindungi terhadap user privacy, confidentiality maupun
keamanan informasi secara umum. Secara teknis, teknologi enskripsi termasuk
berbagai penanda biometric (missal: sidik jari) akan lebih protektif melindungi
data dari pada tandatangan biasa. Tetapi masalahnya bukan pada hal-hal teknis
melainkan pada aspek legalitas. Pertanyaan yang sering muncul adalah sejauh
manakah rumah sakit mampu memberikan perlindungan terhadap keamanan
data pasien dari tangan orang-orang yang tidak bertanggungjawab? Sejauh
manakah keabsahan dokumen elektronik? Bagaimana jika terjadi kesalahan
dalam penulisan data medis pasien. Semua pertanyaan itu sering mengganggu
perkembangan rekam medis elektronik. Untuk itu diperlukan rgulasi dan
legalitas yang jelas, namun sayangnya pembuatan regulasi itu sendiri tidak dapat
23

menandingi kecepatan kemajuan teknologi informasi. Dibeberapa Negara


bagian di AS, beberapa rumah sakit hanya mencetak rekam medis jika akan
dijadikan bukti hukum. Di Wan Fang Hospital, Taipei justru sebaliknya, rumah
sakit selalu menyimpan rekam medis tercetak yang harus ditandatangani oleh
dokter sebagai hasil printout dari rekam medis elektronik pasien.

2. Tantangan berikutnya adalah alasan klasik seperti ketersediaan dana. Aspek


finansial menjadi persoalan penting karena rumah sakit harus menyiapkan
infrastruktur teknologi informasi (komputer, jaringan kabel amupun nir kabel,
listrik, sistem pengamanan, konsultan, pelatihan dan lain-lain). Rumah sakit
biasanya memiliki anggaran terbatas, khususnya untuk teknologi informasi.

3. Rekam Medis Elektronik tidak menajdi prioritas karena rumah sakit lebih
mengutamakan sistem lain seperti sistem penagihan elektronik (computerized
billing system), sistem akuntansi, sistem penggajian dsb. Rumah sakit
beranggapan bahwa semua sistem itu lebih diutamakan karena dapat menajamin
manajemen keuangan rumah sakit yang cepat, transparan dan
bertanggungjawab. Rekam medis elektronik bisa dinomorduakan karena sistem
pengolahan transaksi untuk fungsi pelayanan medis masih dapat dilakukan
secara manual. Tidak ada kasir rumah sakit yang menolak pendapat bahwa
komputer mampu meberikan pelayanan penagihan lebih cepat dan efektif
disbanding sistem manual. Sebaliknya, berapa banyak dokter dan perawat yang
percaya bahwa pekerjaan mereka akan menjadi lebih cepat, lebih mudah dan
lebih aman dengan adanya komputer 1.
24

2.2 Kerangka Teoritis

Berdasarkan Teoritis diatas maka dapat disusun kerangka teoritis sebagai


berikut.

Input Proses Output

Persiapan Penggunaan Payung Hukum


Rekam Medis
Ketersediaan Dana
Kekurangan dan
Rekam Medis Sumber Daya
kelebihan penggunaan
Elektronik Manusia
Rekam Medis Elektronik
Tantangan dalam
implementasi rekam
medis elektronik

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis


25

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tantangan


dalam implementasi rekam medis elektronik di RSU Royal Prima. Adapun kerangka
konsep penelitian tentang tantangan dalam implementasi rekam medis elektronik di
RSU Royal Prima adalah sebagai berikut :

Ketersediaan Dana

Tantangan dalam Implementasi


Sumber Daya Manusia Rekam Medis Elektronik

Payung Hukum

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


26

Anda mungkin juga menyukai