Pengertian EMR
Rekam medis yang memuat informasi evaluasi keadaan fisik dan riwayat
penyakit pasien amat penting dalam perencanaan dan koordinasi pelayanan pasien,
bagi evaluasi lanjut serta menjamin kontinuitas pelayanan yang diberikan. Oleh
karena itu kelengkapan, keakuratan dan ketepatan waktu pengisian harus diupayakan
dalam organisasi kesehatan karena amat penting bagi kelayakan tindakan pelayanan
dan rujukan.
EMR bukanlah sistem informasi yang dapat dibeli dan diinstall seperti
paket word-processing atau sistem informasi pembayaran dan laboratorium yang
secara langsung dapat dihubungkan dengan sistem informasi lain dan alat yang sesuai
dalam lingkungan tertentu. EMR merupakan sistem informasi yang memiliki
framework lebih luas dan memenuhi satu set fungsi, menurut Amatayakul Magret K
dalam bukunya Electronic Health Records: A Practical, Guide for Professionals and
Organizations harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Sedangkan Gemala Hatta menjelaskan bahwa EMR terdapat dalam sistem yang
secara khusus dirancang untuk mendukung pengguna dengan berbagai kemudahan
fasilitas untuk kelengkapan dan keakuratan data, memberi tanda waspada, peringatan,
memiliki sistem untuk mendukung keputusan klinik dan menghubungkan data dengan
pengetahuan medis serta alat bantu lainnya. WHO juga memiliki pandangan yang
berbeda tentang pengertian EMR, yang berlandaskan pada beberapa perbedaan
penerapan EMR di beberapa negara. Namun demikian, WHO menjelaskan bahwa
EMR idealnya harus mampu:
1. Collect clinical, administrative and financial data at the point time
2. Exchange data more easily between health professionals to facilitate
continuing care
3. Measure clinical improvement and health outcomes, compare the outcomes
againts benchmarks and facilitate research and clinical trials
4. Provide valuable statistical data in a timely and efficient manner to public
health and goverment ministries (such reporting of health data is important in
the detection and monitoring of disease outbreaks, as well as providing
meaningful and accurate statistics to measure the health status of the
population; and Support management in administrative and financial
reporting and other processes.
Komponen EMR
Rules engine, yang menyediakan program logic yang dapat dipakai untuk
menunjang keputusan seperti: kewaspadaan dan pernyataan, daftar permintaan
(order set) dan protokol klinis.
Gudang data (data warehouse) data spesifik yang dapat diproses (yakni
data agregat dan data yang akan dianalisis) yang menghasilkan informasi yang
amat berguna. Pengambilan keputusan untuk menunjang pelayanan kesehatan.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara apapun termasuk memasukkan dan
mengeluarkan data melalui: terminal komputer, komputer pribadi, PC,
Notebook, PDA, sistem pengenalan suara, tanda tangan dll.
Salah satu aspek yang paling sulit dalam menerapkan EMR adalah pada
tahapan implementasi. Ada beberapa alternatif implementasi yaitu:
1. Implementasi seluruh fungsi di semua unit (instalasi) pada saat yang sama
secara menyeluruh di rumah sakit.
2. Implementasi seluruh fungsi pada satu unit (instalasi). Jika di lokasi tersebut
sudah stabil, kemudian dilanjutkan ke seluruh lokasi lain pada saat yang sama.
3. Implementasi fungsi-fungsi terbatas pada seluruh unit (instalasi), misalnya
permintaan tes laboratorium secara elektronik. Jika fungsi ini sudah menjadi
bagian dari kegiatan klinik secara rutin, kemudian menerapkan lebih banyak
fungsi lagi.
4. Kombinasi dari pendekatan-pendekatan di atas, misalnya menerapkan fungsi
terbatas pada satu lokasi. Jika fungsi tersebut sudah stabil, kemudian
memperluas berbagai fungsi pada lokasi tersebut dan kemudian diperluas ke
berbagai unit di seluruh rumah sakit.
1. Pencegahan adverse event.
2. Memberikan respon cepat segera setelah terjadinya adverse event.
3. Melacak serta menyediakan umpan balik mengenai adverse event. (Anis
Fuad)
1. Membutuhkan investasi awal yang lebih besar daripada rekam medis kertas,
untuk perangkat keras, perangkat lunak dan biaya penunjang.
2. Waktu yang diperlukan oleh key person dan dokter untuk mempelajari sistem
dan merancang ulang alur kerja.
3. Konversi rekam medis kertas ke EMR membutuhkan waktu, sumber daya,
tekad dan kepemimpinan.
4. Risiko kegagalan sistem komputer.
5. Masalah pemasukan data oleh dokter.
6. Analisis data agregat
1. Pemasukan data (data entry), meliputi: pengambilan data (data capture), input
data, pencegahan error, data entry oleh dokter.
2. Tampilan data (data display), meliputi: flowsheet data pasien, Ringkasan dan
abstrak, turnaround documents, tampilan dinamik.
3. Sistem kuiri (tanya; query) dan surveilans, meliputi pelayanan klinik,
penelitian klinik, studi retrospektif dan administrasi.
Isu utama yang harus di atasi menurut Johan Harlan, yaitu: (1) Kebutuhan
terhadap standar di bidang terminology klinik, (2) Keperdulian terhadap privacy,
kerahasiaan, dan keamanan data, (3) Penentangan terhadap pemasukan data (data
entry) oleh dokter dan (4) Kesulitan sehubungan dengan integrasi system rekam
medis dengan sumber informasi lain dalam pelayanan kesehatan.
1. Pihak Manajemen RS
2. Ketidakmatangan teknologi, termasuk disparitas antara tingkat pertumbuhan
kapasitas perangkat keras dengan tingkat produktivitas pengembangan
perangkat lunak.
3. Butuh modal awal untuk investasi.
4. Penyelesaian dan instalasi perangkat lunak seringkali terlambat dari yang
direncanakan
5. Perbaikan untuk implementasi butuh tambahan biaya besar dan wakt yang
lama.
6. Permasalahan pada pengembangan perangkat lunak meningkatkan resistensi
lokal dan menurunkan produktivitas klininikus.
7. Pihak Klinikus
8. Aplikasi tidak ramah pada pengguna.
9. Fokus utama administrator kesehatan tertuju pada sistem keuangan.
10. Membutuhkan waktu yang lama untuk penanganan pasien khususnya dalam
pengisian data.
11. Sistem EMR meningkatkan dokter menyelesaikan pengumpulan informasi
secara intensif, tetapi sulit memfokuskan perhatian pada aspek komunikasi
lain dengan pasien.
12. EMR memerlukan terlalu banyak langkah untu menyelesaikan tugas
sederhana.
13. EMR tidak efektif mengakomodasi dengan masalah berganda.
14. Dekstop di ruang periksa mengganggu arah posisi duduk dokter dan pasien.
15. Keamanan desktop di ruang periksa tidak terjamin jika pengunjung membawa
anak-anak yang sangat aktif.
Berdasarkan beberapa hal yang diketahui dalam implementasi EMR, maka
diperlukan standar EMR untuk meningkatkan kualitas dan pengembangan kebijakan
kesehatan, yaitu (1) Mengurangi biaya pengembangan, (2) Meningkatkan keterpaduan
data, (3) Memfasilitasi pengumpulan data agregat yang bermakna. Sebagai strategi
dalam implementasi EMR yang pertama, yaitu perlu adanya pemilihan Sistem EMR
di sarana pelayanan kesehatan, melalui tahapan:
Penelusuran kebutuhan
1. Tim kerja/komite
Merupakan komponen yang esensial dalam asesmen dan seleksi sistem.
Kepemimpinan tim ini bisa berdampak pada kesuksesan atau kegagalan
proyek. Tim ini umumnya dipimpin oleh seorang manajer atau direktur
pelayanan informasi atau orang yang memiliki posisi administratif yang
menentukan dalam struktur di organisasi tersebut
2. Konsultan
Pengembangan visi
Pada tahap ini sudah harus bisa direfleksikan visi, misi, tujuan, lingkup
pelayanan dari organisasi. Hal-hal ini harus mengidentifikasi bagaimana
langkah pengembangan dari organisasi akan dapat meningkatkan pelayanan
terhadap konsumen/klien (termasuk misalnya meningkatkan arti dan
keakuratan data klien, peningkatan kualitas dan juga peningkatan kenyamanan
kerja karyawan).
Tujuan yang ingin dicapai dalam tahap ini adalah untuk mengetahui:
Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan sistem
adalah dengan interview terhadap staf dari setiap unit atau area kerja yang terkait.
Interviewer harus menanyakan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh unit
tersebut dan apa yang diinginkan tapi tidak bersifat esensial (tidak harus ada). Hal
yang”dibutuhkan” selanjutnya akan termasuk dalam
kriteria necessary/must sedangkan hal yang ”diinginkan” akan termasuk dalam
kriteria desired/wants. Contoh informasi yang esensial tentang klien misalnya
nama pasien, dokter yang merawat, dan informasi tentang asuransinya. Hal yang
tidak dibutuhkan saat ini (wants) bisa ditelaah lagi apakah memang akan menjadi
penting pada saat yang akan datang, misalnya penerapan teknologi pengenal
suara/voice recognation.
Sebagai strategi lain dalam implementasi EMR, yaitu harus diantisipasi adanya
kesalahan (error) yang mungkin terjadi, yakni error within dan error without.
1. The Errors Within (Intrinsic risk factors): Intrinsic risk factors are anticipated
sources of errors, which are within the control of the information producer or
u ser, include:
2. Design: Proses disain mendefinisikan kebutuhan users, fungsi sistem dan alur
kerja sistem
3. Data; perlu adanya standarisasi (alur data)
4. Deployment; ujicoba sistem baru
5. Development; fase pengembangan konstruksi dan verifikasi disain system
6. Detection; Deteksi kesalahan perlu dilakukan
7. The Errors Without (Extrinsic risk factors): Extrinsic risk factors are
unanticipated errors caused by factors outsides of the system and beyond the
control of information producers or users, include:
8. Change; perlu adanya perubahan-perubahan sesuai perkembangan
9. Communication; diperlukan antar para pengguna (users)
10. Complexity; banyaknya variasi komponen dan interface pada sistem RME
11. Corruption
12. Conversion; terjadi pada penyatuan, pemisahan dan transformasi informasi ke
media lain.
1. Teknologi dan Kualitas Data; teknologi dan database serta manajemen basis
data Aplikasi.
2. Pelayanan rawat jalan
3. Pelayanan rawat inap.
4. Penunjang diagnostik.
5. Lain-lain: registrasi, statistik kesehatan, riset dan epidemiologi dll.
6. Tipe Data, Perangkat Keras dan Perangkat Lunak
7. Tipe Data: tulisan, angka, suara, image/film, video, gambar, tanda (EEG dan
ECT).
8. Perangkat keras (Hardware); pheriperal equipment (CD Rom), Data input
device (workstation dan PC), Output Devicenya (printer dan modem).
9. Perangkat lunak (Software); programming language, database.
10. Lain-lain.
Dalam pasal 13 ayat (1) huruf b permenkes 269 tahun 2008 tentang pemanfaatan
rekam medis “sebagai alat bukti hokum dalam proses penegakkan hokum, disiplin
kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika
kedokteran gigi”. Karena rekam medis merupakan dokumen hukum.maka keaman
berkas sangatlah penting untuk menjaga keotentikan data baik Rekam Kesehatan
kertas maupun Rekam Kesehatan Elektronik (RKE). RKE juga merupakan alat bukti
hokum yang sah. Hal tersebut juga ditunjang dengan Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) pada pasal 5 dan 6 yaitu:
Pasal 5
Pasal 6
Dalam hal terdapat ketentuan lain selain yang diatur dalam pasal 5 ayat (4) yang
mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli, Informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik dianggab sah sepanjang informasi yang
tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan. Dalam Sabarguna
2008 menyebutkan bahwasanya keamanan computer mencakup empat aspek yaitu
privacy, integrity, authentication, availability, sedangkan untuk dunia kedokteran
maka terdapat aspek lain yang harus juga diperhatikan yaitu access control dan non-
repudiation.
Hal utama dari aspek Privacy atau confidentiality adalah bagaimana untuk
menjaga informasi dari pihak-pihak yang tidak memiliki hak untuk mengakses
informasi tersebut. Data rekam medis yang berisi riwayat kesehatan pasien
yang bersifat rahasia harus dapat dijaga kerahasiaanya, karena infomasi
tersebut merupakan milik pasien. Sedangkan dokumennya merupakan milik
dokter,dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan . seperti yang tertuang
pasa pasal 47 UU praktik kedokteran no 29 tahun 2004.
2. Integrity
3. Authentication
Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum akibat hukum yang sah
selama memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Data pembuatan tanda tangan elektronik terkait hanya kepada penanda tangan.
2. Data pembuatan tanda tangan elektronik pada saat proses penandatanganan
elektronik hanya berada dalam kuasa penanda tangan.
3. Segala perubahan terhadap tanda tangan elektronik yang terjadi setelah waktu
penandatanganan dapat diketahui.
4. Segala perubahan terhadap informasi elektronik yang terkait tanda tangan
elektronik tersebut setelah waktu penandatanganan dapat diketahui.
5. Terdapat cara tertentu yang dipakai untuk mengidentifikasi siapa
penandatanganannya.
6. Terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa penanda tangan telah
memberikan persetujuan terhadap informasi elektronik terkait.
4. Availability
5. Access Control
Access control adalah aspek yang menekankan pada cara pengaturan akses
terhadap informasi. access control dapat mengatur siapa-siapa saja yang berhak untuk
mengakses infomasi atau siapa-siapa saja yang tidaak berhak mengakses informasi.
6. Non-Repudiation.
Aspek ini erat kaitannya dengan suatu transaksi atau perubahan informasi. Aspek
ini mencegah agar seseorang tidak dapat menyangkal telah melakukan transaksi atau
perubahan terhadap suatu informasi.
Membutuhkan investasi awal yang lebih besar daripada Rekam Medis kertas
untuk:
Perangkat keras
Perangkat lunak
Biaya penunjang
Waktu yang harus disediakan oleh key persons & okter untuk mempelajari
sistem& merancangulang alur-kerja.
Konversi Rekam Medis kertas ke Rekam Medis elektronik membutuhkan
waktu, sumberdaya, tekad, dan kepemimpinan.
Resiko kegagalan system computer
Masalah pemasukan(entry) data oleh dokter
Video ilustrasi
https://www.youtube.com/watch?v=maUkUfS1XdY