Anda di halaman 1dari 16

MEDICAL RECORD ELECTRONIC

Electronic Medical Record (EMR) bukan sistem baru dalam dokumentasi catatan


medik pasien. Electronic Medical Record adalah sebuah sistem yang berisi riwayat
kesehatan dan penyakit pasien, hasil tes diagnostik, data-data medis yang lain dan
informasi biaya perawatan. EMR akan meningkatkan pelayanan kesehatan oleh
pemberi pelayanan dalam perawatan pasien, tetapi pengelola pelayanan kesehatan
harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi untuk menyediakan sistem teknologi
informasi untuk menggunakan EMR. Implementasi tidak dapat terjadi dengan tiba-
tiba tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama. Implementasi EMR merupakan
sebuah proses dan proyek besar dari sisitem teknologi informasi karena penuh dengan
tantangan. Pengelola tidak selalu dapat menerima tantangan dan mengatur dengan
efektif dan kritis agar dapat melakukan perubahan sistem informasi dan teknologi
yang baru. Pada akhirnya teknologi informasi elektronik yang baru diharapkan dapat
meningkatkan privacy dan confidentiality. EMR sudah digunakan di berbagai rumah
sakit di dunia sebagai pengganti atau pelengkap rekam kesehatan berbentuk kertas. Di
Indonesia dikenal dengan Rekam Medis Elektronik (RME).
Sejak berkembangnya e-Health, EMR menjadi pusat informasi dalam sistem
informasi rumah sakit. EMR sudah mulai digunakan di beberapa rumah sakit di
Indonesia khususnya rumah sakit dengan penanam modal asing (PMA), namun
demikian para tenaga kesehatan dan pengelola sarana pelayanan kesehatan masih ragu
untuk menggunakannya karena belum ada peraturan perundangan yang secara khusus
mengatur penggunaannya. Sejak dikeluarkannya Undang-undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) Nomor 11 Tahun 2008 telah memberikan jawaban
atas keraguan yang ada. UU ITE telah memberikan peluang untuk implemetasi EMR.

 Pengertian EMR

EMR merupakan kegiatan mengkomputerisasikan isi rekam medis dan proses


yang berhubungan dengannya. Pada awalnya rekam medis di Indonesia masih dikenal
dengan istilah rekam medis yang sampai saat ini pun sebagian Rumah Sakit di
Indonesia masih menggunakan istilah yang sama. Rekam Medis Kesehatan menurut
Lampiran SK PB IDI No 315/PB/A.4/88 adalah rekaman dalam bentuk tulisan atau
gambaran aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medis /
kesehatan kepada seorang pasien. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan
Nomor:269/Menkes/PER/III/2008 tentang rekam medis menjelaskan bahwa rekam
medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien.

Rekam medis yang memuat informasi evaluasi keadaan fisik dan riwayat
penyakit pasien amat penting dalam perencanaan dan koordinasi pelayanan pasien,
bagi evaluasi lanjut serta menjamin kontinuitas pelayanan yang diberikan. Oleh
karena itu kelengkapan, keakuratan dan ketepatan waktu pengisian harus diupayakan
dalam organisasi kesehatan karena amat penting bagi kelayakan tindakan pelayanan
dan rujukan.

EMR bukanlah sistem informasi yang dapat dibeli dan diinstall seperti
paket word-processing atau sistem informasi pembayaran dan laboratorium yang
secara langsung dapat dihubungkan dengan sistem informasi lain dan alat yang sesuai
dalam lingkungan tertentu. EMR merupakan sistem informasi yang memiliki
framework lebih luas dan memenuhi satu set fungsi, menurut Amatayakul Magret K
dalam bukunya Electronic Health Records: A Practical, Guide for Professionals and
Organizations harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Mengintegrasikan data dari berbagai sumber  (Integrated data from multiple


source)
2. Mengumpulkan data pada titik pelayanan (Capture data at the point of care)
3. Mendukung pemberi pelayanan dalam pengambilan keputusan (Support
caregiver decision making).

Sedangkan Gemala Hatta menjelaskan bahwa EMR terdapat dalam sistem yang
secara khusus dirancang untuk mendukung pengguna dengan berbagai kemudahan
fasilitas untuk kelengkapan dan keakuratan data, memberi tanda waspada, peringatan,
memiliki sistem untuk mendukung keputusan klinik dan menghubungkan data dengan
pengetahuan medis serta alat bantu lainnya. WHO juga memiliki pandangan yang
berbeda tentang pengertian EMR, yang berlandaskan pada beberapa perbedaan
penerapan EMR di beberapa negara. Namun demikian, WHO menjelaskan bahwa
EMR idealnya harus mampu:
1. Collect clinical, administrative and financial data at the point time
2. Exchange data more easily between health professionals to facilitate
continuing care
3. Measure clinical improvement and health outcomes, compare the outcomes
againts benchmarks and facilitate research and clinical trials
4. Provide valuable statistical data in a timely and efficient manner to public
health and goverment ministries (such reporting of health data is important in
the detection and monitoring of disease outbreaks, as well as providing
meaningful and accurate statistics to measure the health status of the
population; and Support management in administrative and financial
reporting and other processes.

 Komponen EMR

Menurut Johan Harlan, komponen fungsional EMR, meliputi:

1. Data pasien terintegrasi

Repository (gudang data) yang memusatkan data dari berbagai komponen


lain atau cara lain untuk mengintegrasikan data.

2. Dukungan keputusan klinik

Rules engine, yang menyediakan program logic yang dapat dipakai untuk
menunjang keputusan seperti: kewaspadaan dan pernyataan, daftar permintaan
(order set) dan protokol klinis.

3. Pemasukan perintah klinikus

Human interface, memperoleh data dalam waktu yang tepat bagi


pelayanan (at the point of care) dan kemampuan untuk mengakses data, aturan
dan proses data (mined data) melalui data agregat dan analisis data.

4. Akses terhadap sumber pengetahuan


Sumber pengetahuan, yakni membuat informasi yang selalu tersedia bagi
kepentingan sumber-sumber luar.

5. Dukungan komunikasi terpadu

Gudang data (data warehouse) data spesifik yang dapat diproses (yakni
data agregat dan data yang akan dianalisis) yang menghasilkan informasi yang
amat berguna. Pengambilan keputusan untuk menunjang pelayanan kesehatan.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara apapun termasuk memasukkan dan
mengeluarkan data melalui: terminal komputer, komputer pribadi, PC,
Notebook, PDA, sistem pengenalan suara, tanda tangan dll.

Salah satu aspek yang paling sulit dalam menerapkan EMR adalah pada
tahapan implementasi. Ada beberapa alternatif implementasi yaitu:

1. Implementasi seluruh fungsi di semua unit (instalasi) pada saat yang sama
secara menyeluruh di rumah sakit.
2. Implementasi seluruh fungsi pada satu unit (instalasi). Jika di lokasi tersebut
sudah stabil, kemudian dilanjutkan ke seluruh lokasi lain pada saat yang sama.
3. Implementasi fungsi-fungsi terbatas pada seluruh unit (instalasi), misalnya
permintaan tes laboratorium secara elektronik. Jika fungsi ini sudah menjadi
bagian dari kegiatan klinik secara rutin, kemudian menerapkan lebih banyak
fungsi lagi.
4. Kombinasi dari pendekatan-pendekatan di atas, misalnya menerapkan fungsi
terbatas pada satu lokasi. Jika fungsi tersebut sudah stabil, kemudian
memperluas berbagai fungsi pada lokasi tersebut dan kemudian diperluas ke
berbagai unit di seluruh rumah sakit.

Keuntungan yang dapat diperoleh dengan EMR yaitu mencegah


kejadian medical error melalui tiga mekanisme yaitu:

1. Pencegahan adverse event.
2. Memberikan respon cepat segera setelah terjadinya adverse event.
3. Melacak serta menyediakan umpan balik mengenai adverse event. (Anis
Fuad)

Kelemahan EMR di Sarana Pelayanan Kesehatan:

1. Membutuhkan investasi awal yang lebih besar daripada rekam medis kertas,
untuk perangkat keras, perangkat lunak dan biaya penunjang.
2. Waktu yang diperlukan oleh key person dan dokter untuk mempelajari sistem
dan merancang ulang alur kerja.
3. Konversi rekam medis kertas ke EMR membutuhkan waktu, sumber daya,
tekad dan kepemimpinan.
4. Risiko kegagalan sistem komputer.
5. Masalah pemasukan data oleh dokter.
6. Analisis data agregat

Beberapa permasalahan yang akan muncul pada sistem EMR, yaitu

1. Pemasukan data (data entry), meliputi: pengambilan data (data capture), input
data, pencegahan error, data entry oleh dokter.
2. Tampilan data (data display), meliputi: flowsheet data pasien, Ringkasan dan
abstrak, turnaround documents, tampilan dinamik.
3. Sistem kuiri (tanya; query) dan surveilans, meliputi pelayanan klinik,
penelitian klinik, studi retrospektif dan administrasi.

Isu utama yang harus di atasi menurut Johan Harlan, yaitu: (1) Kebutuhan
terhadap standar di bidang terminology klinik, (2) Keperdulian terhadap privacy,
kerahasiaan, dan keamanan data, (3) Penentangan terhadap pemasukan data (data
entry) oleh dokter dan (4) Kesulitan sehubungan dengan integrasi system rekam
medis dengan sumber informasi lain dalam pelayanan kesehatan.

Faktor yang mendukung adopsi EMR di sarana pelayanan kesehatan:

1. Perubahan ekonomi kesehatan dengan adanya trend untuk melakukan


penghematan.
2. Peningkatan komputer literacy dalam populasi umum, termasuk generasi baru
Klinikus.
3. Perubahan kebijakan pemerintah.
4. Peningkatan dukungan terhadap komputasi klinik.

Faktor-faktor yang menghambat adopsi EMR:

1. Pihak Manajemen RS
2. Ketidakmatangan teknologi, termasuk disparitas antara tingkat pertumbuhan
kapasitas perangkat keras dengan tingkat produktivitas pengembangan
perangkat lunak.
3. Butuh modal awal untuk investasi.
4. Penyelesaian dan instalasi perangkat lunak seringkali terlambat dari yang
direncanakan
5. Perbaikan untuk implementasi butuh tambahan biaya besar dan wakt yang
lama.
6. Permasalahan pada pengembangan perangkat lunak meningkatkan resistensi
lokal dan menurunkan produktivitas klininikus.
7. Pihak Klinikus
8. Aplikasi tidak ramah pada pengguna.
9. Fokus utama administrator kesehatan tertuju pada sistem keuangan.
10. Membutuhkan waktu yang lama untuk penanganan pasien khususnya dalam
pengisian data.
11. Sistem EMR meningkatkan dokter menyelesaikan pengumpulan informasi
secara intensif, tetapi sulit memfokuskan perhatian pada aspek komunikasi
lain dengan pasien.
12. EMR memerlukan terlalu banyak langkah untu menyelesaikan tugas
sederhana.
13. EMR tidak efektif mengakomodasi dengan masalah berganda.
14. Dekstop di ruang periksa mengganggu arah posisi duduk dokter dan pasien.
15. Keamanan desktop di ruang periksa tidak terjamin jika pengunjung membawa
anak-anak yang sangat aktif.
Berdasarkan beberapa hal yang diketahui dalam implementasi EMR, maka
diperlukan standar EMR untuk meningkatkan kualitas dan pengembangan kebijakan
kesehatan, yaitu (1) Mengurangi biaya pengembangan, (2) Meningkatkan keterpaduan
data, (3) Memfasilitasi pengumpulan data agregat yang bermakna. Sebagai strategi
dalam implementasi EMR yang pertama, yaitu perlu adanya pemilihan Sistem EMR
di sarana pelayanan kesehatan, melalui tahapan:

 Penelusuran kebutuhan
1. Tim kerja/komite
Merupakan komponen yang esensial dalam asesmen dan seleksi sistem.
Kepemimpinan tim ini bisa berdampak pada kesuksesan atau kegagalan
proyek. Tim ini umumnya dipimpin oleh seorang manajer atau direktur
pelayanan informasi atau orang yang memiliki posisi administratif yang
menentukan dalam struktur di organisasi tersebut
2. Konsultan

Konsultan dapat dibutuhkan dan dilibatkan dalam setiap tahap seleksi


sistem termasuk tahap penelusuran kebutuhan.

 Pengembangan visi

Pada tahap ini sudah harus bisa direfleksikan visi, misi, tujuan, lingkup
pelayanan dari organisasi. Hal-hal ini harus mengidentifikasi bagaimana
langkah pengembangan dari organisasi akan dapat meningkatkan pelayanan
terhadap konsumen/klien (termasuk misalnya meningkatkan arti dan
keakuratan data klien, peningkatan kualitas dan juga peningkatan kenyamanan
kerja karyawan).

 Pemahaman sistem yang ada

Dengan memahami keadaan tentang bagaimana saat ini proses pencatatan


data, pemrosesan dan pendayagunaan informasinya bisa menjadi ”starting point”
dalam penelusuran kebutuhan. Metode yang dapat digunakan untuk kebutuhan ini
meliputi wawancara (dengan atau tanpa kuesioner) dan observasi terhadap
kegiatan harian dalam lingkup yang akan dikembangkan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam tahap ini adalah untuk mengetahui:

1. jenis informasi apa saja yang dibutuhkan oleh setiap pengguna


2. siapa saja yang menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem
3. bagaimana informasi tersebut didayagunakan
4. di tingkat mana saja dan dalam konteks apa saja informasi tersebut dibutuhkan
5. media apa saja yang dibutuhkan dalam penangkapan data dan penyampaian
informasinya.
 Penentuan kebutuhan sistem

Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan sistem
adalah dengan interview terhadap staf dari setiap unit atau area kerja yang terkait.
Interviewer harus menanyakan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh unit
tersebut dan apa yang diinginkan tapi tidak bersifat esensial (tidak harus ada). Hal
yang”dibutuhkan” selanjutnya akan termasuk dalam
kriteria necessary/must sedangkan hal yang ”diinginkan” akan termasuk dalam
kriteria desired/wants. Contoh informasi yang esensial tentang klien misalnya
nama pasien, dokter yang merawat, dan informasi tentang asuransinya. Hal yang
tidak dibutuhkan saat ini (wants) bisa ditelaah lagi apakah memang akan menjadi
penting pada saat yang akan datang, misalnya penerapan teknologi pengenal
suara/voice recognation.

Sebagai strategi lain dalam implementasi EMR, yaitu harus diantisipasi adanya
kesalahan (error) yang mungkin terjadi, yakni error within dan error without.

1. The Errors Within (Intrinsic risk factors): Intrinsic risk factors are anticipated
sources of errors, which are within the control of the information producer or
u ser, include:
2. Design: Proses disain mendefinisikan kebutuhan users, fungsi sistem dan alur
kerja sistem
3. Data; perlu adanya standarisasi (alur data)
4. Deployment; ujicoba sistem baru
5. Development; fase pengembangan konstruksi dan verifikasi disain system
6. Detection; Deteksi kesalahan perlu dilakukan
7. The Errors Without (Extrinsic risk factors): Extrinsic risk factors are
unanticipated errors caused by factors outsides of the system and beyond the
control of information producers or users, include:
8. Change; perlu adanya perubahan-perubahan sesuai perkembangan
9. Communication; diperlukan antar para pengguna (users)
10. Complexity; banyaknya variasi komponen dan interface pada sistem RME
11. Corruption
12. Conversion; terjadi pada penyatuan, pemisahan dan transformasi informasi ke
media lain.

Teknologi penunjang EMR merupakan strategi keberhasilan implementasi EMR,


yaitu:

1. Teknologi dan Kualitas Data; teknologi dan database serta manajemen basis
data Aplikasi.
2. Pelayanan rawat jalan
3. Pelayanan rawat inap.
4. Penunjang diagnostik.
5. Lain-lain: registrasi, statistik kesehatan, riset dan epidemiologi dll.
6. Tipe Data, Perangkat Keras dan Perangkat Lunak
7. Tipe Data: tulisan, angka, suara, image/film, video, gambar, tanda (EEG dan
ECT).
8. Perangkat keras (Hardware); pheriperal equipment (CD Rom), Data input
device (workstation dan PC), Output Devicenya (printer dan modem).
9. Perangkat lunak (Software); programming language, database.
10. Lain-lain.

Hasil survey Capgemini seperti dijelaskan pada jurnal American Health


Information Management Association (AHIMA) Januari 2005 bahwa 90% pimpinan
dari sarana pelayanan kesehatan merencanakan untuk menerapkan EMR dalam enam
bulan yang akan datang. Lebih dari 50% responden mengatakan sudah melakukan
diskusi internal atau rapat yang membahas tentang penerapan EMR serta para
pimpinan tersebut telah mengembangkan analisis keuangan terhadap dampak
penerapan EMR. Pada survey tersebut juga diperoleh informasi bahwa lebih dari 70%
responden setuju bahwa penerapan EMR akan memberikan keuntungan finansial.
Modal atau investasi awal merupakan barrier utama dalam penerapan EMR. Kendala
kendala lain dalam penerapan EMR meliputi: (1) Physician resistance, (2) Lack of
technology standards, (3) Staff workload. Beberapa renponden juga menyatakan
bahwa budaya pelayanan kesehatan masa kini merupakan barrier pada EMR.
Berdasarkan survey ini juga dijelaskan bahwa perbedaan luas adopsi EMR
memerlukan perubahan utama perilaku, aliran kerja (workflows), hubungan antara
organisasi kesehatan. Para pimpinan menyarankan kepada pemerintah untuk:

1. Mengembangkan standar teknologi (developed technology standards).


2. Menyediakan subsidi keuangan untuk mendorong penerapan EMR (provide
subsidies or tax credits to encourage adoption of EMRs).
3. Menjalankan tugas (mandate compliance).
4. Mengedukasi para dokter dan masyarakat tentang keuntungan EMR (educate
physicians and the public about EMR benefits).
5. Menetapkan departemen pusat untuk menyediakan pandangan secara nasional
(establish a federal department to provide national oversight).

Dalam pasal 13 ayat (1) huruf b permenkes 269 tahun 2008 tentang pemanfaatan
rekam medis “sebagai alat bukti hokum dalam proses penegakkan hokum, disiplin
kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika
kedokteran gigi”. Karena rekam medis merupakan dokumen hukum.maka keaman
berkas sangatlah penting untuk menjaga keotentikan data baik Rekam Kesehatan
kertas maupun Rekam Kesehatan Elektronik (RKE). RKE juga merupakan alat bukti
hokum yang sah. Hal tersebut juga ditunjang dengan Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) pada pasal 5 dan 6 yaitu:

Pasal 5

 Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya


merupakan alat bukti hokum yang sah.
 Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang
sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.
 Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dinyatakan sah apabila
menggunakan system elektronik yang sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang ini.

Pasal 6

Dalam hal terdapat ketentuan lain selain yang diatur dalam pasal 5 ayat (4) yang
mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli, Informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik dianggab sah sepanjang informasi yang
tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan. Dalam Sabarguna
2008 menyebutkan bahwasanya keamanan computer mencakup empat aspek yaitu
privacy, integrity, authentication, availability, sedangkan untuk dunia kedokteran
maka terdapat aspek lain yang harus juga diperhatikan yaitu access control dan non-
repudiation.

1. Privacy atau confidentiality

Hal utama dari aspek Privacy atau confidentiality adalah bagaimana untuk
menjaga informasi dari pihak-pihak yang tidak memiliki hak untuk mengakses
informasi tersebut. Data rekam medis yang berisi riwayat kesehatan pasien
yang bersifat rahasia harus dapat dijaga kerahasiaanya, karena infomasi
tersebut merupakan milik pasien. Sedangkan dokumennya merupakan milik
dokter,dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan . seperti yang tertuang
pasa pasal 47 UU praktik kedokteran no 29 tahun 2004.

2. Integrity

Integrity berkaitan mengenai perubahan informasi. Seperti yang tertuang


dalan permenkes 269 tahun 2009, pasal 5 ayat 6 “Pembetulan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) hanya dapat dilakukan dengan cara pencoretan tanpa
menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi
atau tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan.” Pencoretan tentu saja tidak
bias dilakukan dalam rekam kesehatan elektronik. Oleh karena itu diperlukan
pengamanan atau proteksi yang lebih yaitu tidak begitu saja menghapus data
yang tersimpan dalam rekam kesehatan elektronik tersebut dan segala
perubahanya dapat diketahui.

3. Authentication

Authentication berhubungan dengan akses terhadap informasi. Dalam


rekam medis tidak semua tenaga kesehatan dapat memasukkan data atau
melakukan perubahan data. Setiap tenaga kesehatan mempunyai kapasitanya
masing-masing. Oleh karena itu perlu adanya pembatasan akses. Setiap
perubahan harus ada pertanggungjawaban. Pada pasal 46 UU praktik
kedokteran no 29 tahun 2004 menyebutkan bahwa “ setiap catatan rekam
medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang
memberikan pelayanan atau tindakan”. Dan pada pasal yang sama ayat (3)
menyebutkan “apabila dalam pencatatc rekam medic menggunakan teknologi
informasi elektronik, kewajiban membubuhi tanda tangan dapat diganti
dengan menggunakan nomor identitas pribadi (PIN)”. Pada Rekam Kesehatan
Elektronik juga wajib diberi tanda tangan untuk pertanggungjawaban. Hal
tersebut diatur dalam pasal 11 UU ITE yaitu :

Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum akibat hukum yang sah
selama memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Data pembuatan tanda tangan elektronik terkait hanya kepada penanda tangan.
2. Data pembuatan tanda tangan elektronik pada saat proses penandatanganan
elektronik hanya berada dalam kuasa penanda tangan.
3. Segala perubahan terhadap tanda tangan elektronik yang terjadi setelah waktu
penandatanganan dapat diketahui.
4. Segala perubahan terhadap informasi elektronik yang terkait tanda tangan
elektronik tersebut setelah waktu penandatanganan dapat diketahui.
5. Terdapat cara tertentu yang dipakai untuk mengidentifikasi siapa
penandatanganannya.
6. Terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa penanda tangan telah
memberikan persetujuan terhadap informasi elektronik terkait.

4. Availability

Availability atau ketersediaan adalah aspek yang menekan pasa tersediaan


informasi ketika dihubungkan oleh pihak-pihak yang terkait.
Sebagai alat kominikasi rekam medis harus selalu terseedia secara capet dan
dapat mempilkan kembali data yang telah tersimpan sebelumnya. Untuk
rekam kesehatan ekektronik juga harus mempunyai sifat ketersediaan. Hal
tersebut diatur dalam UU ITE pasal 16 yaitu : (1) Sepanjang tidak ditentukan
lain oleh undang undang tersendiri, setiap Penyelengaraan Sistem Elektronik
wajib mengoperasikan sisten elektronik yang memenuhi persyaratan minimum
sebagai berikut :

1. Dapat menampilkan kembali Informasi elektronik dan/atau dokumen


elektronik secara utuh sesuai dengan masa retensi yang diterapkan dalam
peraturan perundang-undangan.
2. Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan. Keoutentikan, kerahasiaan. Dan
keteraksesan informasi elektronk dalam Penyelengaraan Sistem Elektronik
tersebut.
3. Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam Penyelengaraan
Sistem Elektronik tersebut.
4. Dilengkapi dangan prosedur atau petunjuk yang diumumkan dengan bahasa,
informasi, atau symbol yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan
dengan Penyelengaraan Sistem Elektronik tersebut.
5. Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan, kejelasan,
dan kebertanggungjawaban prosedur atau petunjuk.

5. Access Control

Access control adalah aspek yang menekankan pada cara pengaturan akses
terhadap informasi. access control dapat mengatur siapa-siapa saja yang berhak untuk
mengakses infomasi atau siapa-siapa saja yang tidaak berhak mengakses informasi.
6. Non-Repudiation.

Aspek ini erat kaitannya dengan suatu transaksi atau perubahan informasi. Aspek
ini mencegah agar seseorang tidak dapat menyangkal telah melakukan transaksi atau
perubahan terhadap suatu informasi.

Manfaat teknologi informasi dalam rekam kesehatan elektronik yang paling


tinggi adalah mengurangi medical error danmeningkatkan keamanan pasien (patient
safety). Salah satu peranan kecil teknologi informasi dalam tindakan pencegahan
medical error, yakni dengan melakukan pengaturan rekam medis pada suatu sistem
aplikasi manajemen rekam medis. Dengan adanya sistem aplikasi manajemen rekam
medis, maka medical error dalam pengambilan keputusan oleh tenaga kesehatan dapat
dikurangi karena setiap pengambilan keputusan akan berdasarkan rekam medis pasien
yang telah ada.

Salah satu cara meningkatkan pelayanan kesehatan adalah dengan menggunakan


Teknologi Informasi untuk melakukan tindakan pencegahan medical error melalui 3
mekanisme, yakni :

 Pencegahan adverse event.

Salah satu contoh pencegahan adverse event adalah dengan penerapan


system penunjang keputusan dimana dokter bisa diberikan peringatan
mengenai kemungkinan terjadinya hal-hal yang membahayakan keselamatan
pasien mulai dari kemungkinan alergi, kontraindikasi pengobatan, maupun
kegagalan prosedur tertentu.

 Memberikan respon cepat setelah terjadinya adverse event.


Dengan adanya respon cepat untuk penanggulangan adverse event, maka hal-
hal yang tidak diinginkan akan cepat dihindari. Misalkan adanya penarikan
obat karena telah ditemukan adanya kontraindikasi yang tidak diharapkan.
Maka, sistem informasi yang telah dibangun, bisa saling berinteraksi untuk
mencegah pemakaian obat tersebut lebih lanjut.

 Melacak dan menyediakan feedback secara cepat.


 Teknologi Informasi saat ini memungkinkan komputer untuk melakukan
pengolahan terhadap data pasien dalam jumlah besar dan menghasilkan
analisa secara lebih cepat dan akurat. Dengan metode datamining maka
komputer bias mendeteksi pola-pola tertentu dan mencurigakan dari data
klinis pasien. Teknik analisa ini relatif tidak memerlukan para tenaga
kesehatan untuk melakukan analisa, melainkan komputer sendiri yang
melakukan analisa dan memberikan hasil interpretasinya.

 Kekuatan dan kelemahan Rekam Kesehatan Elektronik


A. Kekuatan RKE
1. Memungkinkan akses informasi secara cepat dan mudah
2. Memungkinkan adanya copy cadangan(duplikat) informasi yang dapat
diambil bila yang asli hilang atau rusak
3. Memproses transaksi dalam jumlah besar dan sulit secara cepat
4. Memungkinkan siap mengakses seara cepet untuk beragam sumber
professional
5. Memungkinkan mengakses secara lebih canggih dan dapat melihat
rancang yang sesuai dengan kehendak(customization).
B. Kelemahan RKE
a. Kurang definisi yang jelas
b. Sulit memenuhi kebutuhan pengguna yang beragam
c. Kurangnya standarisasi
d. Adanya potensi ancaman terhadap provasi dan sekuritas Biaya (Hatta, 2008).

Menurut Johan Harlan, Kelemahan RKE adalah

 Membutuhkan investasi awal yang lebih besar daripada Rekam Medis kertas
untuk:
 Perangkat keras
 Perangkat lunak
 Biaya penunjang
 Waktu yang harus disediakan oleh key persons & okter untuk mempelajari
sistem& merancangulang alur-kerja.
 Konversi Rekam Medis kertas ke Rekam Medis elektronik membutuhkan
waktu, sumberdaya, tekad, dan kepemimpinan.
 Resiko kegagalan system computer
 Masalah pemasukan(entry) data oleh dokter

Video ilustrasi
https://www.youtube.com/watch?v=maUkUfS1XdY

Anda mungkin juga menyukai