MUHAMMADIYAH PROBOLINGGO
Abstrak
Informasi adalah dasar untuk pembuatan kebijakan, perencanaan, pemrograman, dan akuntabilitas.
Sistem informasi yang baik dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari organisasi. Studi
Probolinggo ini untuk mengetahui kesesuaian regulasi atau standar yang berlaku dibandingkan
dalam studi ini adalah kualitatif. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan SIMRS
di RSIA Muhammadiyah Probolinggo belum berjalan dengan baik. Rumah sakit belum
melaksanakan tahapan & siklus pengembangan SIMRS dengan baik. Efektifitas dari penggunaan
Pendahuluan
memproduksi suatu item material bagi efektifitas dan efisisensi proses komunikasi. Teknologi
komunikasi merupakan suatu sistem makro yang di dalamnya meliputi teknologi telekomunikasi,
teknologi elektronika, dan teknologi informasi (Setyawan, 2018). Penerapan Teknologi Informasi
sudah masuk ke berbagai bidang dan mulai dirasakan manfaatnya. Teknologi informasi digunakan
dari berbagai sektor diantaranya administrasi rumah sakit, antrian pasien rumah sakit, manajemen
menyediakan manajemen dengan informasi yang berguna atau diperlukan untuk membuat
keputusan. Kontrol manajerial berdasarkan informasi yang valid membuat SI yang efektif menjadi
bagian tak terpisahkan dari sistem kontrol apa pun. (Laudon 2010).
Manajemen informasi dalam layanan kesehatan khususnya ditunjukkan dalam upaya yang
berkembang untuk menggantikan dokumen klinis kuno dan sistem administrasi warisan dengan
informasi yang maju dan inovatif, termasuk namun tidak terbatas pada (Laudon, 2010):
1. Sistem manajemen data yang berpusat pada pasien, seperti catatan medis elektronik,
3. Komunitas virtual dan jaringan sosial berbasis internet, seperti jaringan informasi
4. Layanan Web yang saling beroperasi, kesehatan seluler, kesehatan jarak jauh, dan
Jelas bahwa penggunaan system manajemen informasi ini pasti akan mengarah pada transformasi
kesehatan yang lebih akuntabel, tersedia, dapat diakses, dan terjangkau. Selain itu informasi adalah
2013).
Sebagai salah satu penyedia layanan jasa kesehatan, RSIA Muhammadiyah Probolinggo tidak
ketinggalan dengan kemajuan teknologi dan sistem perumahsakitan telah melakukan implementasi
teknologi informasi dalam proses layanan yang diberikan sejak tahun 2016.
Tentunya implementasi SIMRS di rumah sakit harus mengikuti regulasi dan standar yang berlaku,
baik regulasi yang ditentukan oleh pemerintah dan ketentuan dari standar akreditasi rumah sakit.
Selain itu implementasi SIMRS juga harus dapat memenuhi tujuannya yaitu pelayanan yang bisa
berjalan dengan lebih efektif. Oleh karena itu perlu dilakukan studi tentang apakah implementasi
SIMRS di RSIA Muhammadiyah Probolinggo telah memenuhi kaidah regulasi dan tujuannya.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) dan Rekam Medis Elektronik
Kesehatan adalah bagian yang sangat penting dari masyarakat kita. Dengan kata lain, Salah satu
isu terpenting adalah pelayanan kesehatan. Belakangan ini, konsep pelayanan kesehatan
masyarakat telah mengalami perubahan besar yang menyebabkan ekspektasi yang lebih tinggi dan
permintaan yang meningkat akan fasilitas medis berkualitas tinggi. Organisasi layanan kesehatan
dari semua tingkat menghadapi kebutuhan kritis untuk mengelola dan mengintegrasikan informasi
klinis, keuangan, dan operasional. Untuk menyelesaikan tugas ini, Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS) harus dikembangkan. Secara umum SIMRS didefinisikan sebagai sistem
mengambil, dan mengkomunikasikan perawatan pasien dan informasi administrasi untuk semua
kegiatan yang berafiliasi dengan rumah sakit dan untuk memenuhi persyaratan fungsional dari
semua pengguna yang berwenang di rumah sakit (Van Bemmel J.H., Musen M.A. 1999). Oleh
karena itu, Sistem Informasi adalah sistem komputer yang mengumpulkan, menyimpan,
Manfaat menggunakan Sistem Informasi sangat banyak, tidak hanya mengurangi kesalahan dan
meningkatkan kecepatan dan akurasi perawatan tetapi juga dapat menurunkan biaya kesehatan
informasi rumah sakit diperkenalkan dengan baik tahun 2011 pada Konferensi Internasional
tentang Ilmu Sosial dan Kemanusiaan, yaitu: “Sistem Informasi Rumah Sakit dapat didefinisikan
sebagai sistem masif dan terintegrasi yang mendukung persyaratan informasi rumah sakit yang
komprehensif, termasuk pasien, klinis, tambahan dan manajemen keuangan” (Mehdipour, 2013).
Pada periode 1970-1980, istilah rekam medis terkomputerisasi digunakan untuk menggambarkan
upaya otomatisasi rekam medis awal. Upaya otomasi awal berfokus pada pengembangan
peringatan, catatan pemberian obat, komunikasi pesanan penyedia, dan catatan. Otomasi terutama
digunakan dalam jenis sistem berikut: pendaftaran pasien, keuangan, laboratorium, radiologi,
farmasi, keperawatan, dan terapi pernapasan. Selama tahun 1970-an, sebagian besar rekam medis
dengan kebutuhan entitas yang sedang berkembang; oleh karena itu, sistem awal ini tidak dapat
Langkah selanjutnya dalam evolusi catatan elektronik mencakup penggabungan data dari sistem
data yang berbeda ke dalam satu database terpusat yang dikenal sebagai gudang data klinis, yang
menyediakan akses mudah ke data dalam bentuk elektronik atau cetak. Istilah rekam medis
elektronik (RME) digunakan pada akhir 1990-an untuk menggambarkan sistem yang didasarkan
pada pencitraan dan penggabungan data dari berbagai sistem yang berdiri sendiri (Green, 2011).
Dengan semakin banyaknya fasilitas pelayanan kesehatan yang mengembangkan sistem rekam
kesehatan elektronik, jaringan informasi elektronik antar fasilitas telah menjadi kenyataan di
banyak daerah dengan didirikannya organisasi informasi kesehatan regional (RHIO: Regional
Health Information Organization). RHIO adalah jaringan elektronik informasi medis pasien yang
dikumpulkan dari beberapa organisasi kesehatan di suatu wilayah geografis. Tujuan dari RHIO
adalah untuk memberikan kesempatan kepada penyedia layanan kesehatan untuk mengakses
informasi pasien yang dihasilkan di fasilitas lain, sehingga memungkinkan pertukaran informasi
kesehatan (HIE: Health Information Exchange). RHIO memungkinkan akses ke berbagai jenis
informasi pasien seperti laporan laboratorium, hasil tes, informasi pertemuan, dan sebagainya, di
Pelaksanaan catatan kesehatan elektronik (EHR) telah secara signifikan mempengaruhi semua
sistem catatan yang terlibat dengan pengarsipan, pelacakan grafik, dan sejenisnya. EHR memiliki
kemampuan untuk menghasilkan catatan lengkap tentang pertemuan pasien klinis — serta
mendukung aktivitas terkait perawatan lainnya secara langsung atau tidak langsung melalui
antarmuka — termasuk dukungan keputusan berbasis bukti, manajemen kualitas, dan pelaporan
Kemajuan teknologi telah mengubah cara profesional manajemen informasi kesehatan melakukan
pekerjaan mereka, tetapi itu tidak mengubah “pekerjaan”. Rekam medis yang tepat waktu, akurat,
dan lengkap masih menjadi dasar bagi departemen informasi kesehatan yang berfungsi dengan
baik, yang berkontribusi terhadap keberhasilan rumah sakit secara keseluruhan (Skurka, 2017).
Oleh karena itu pemerintah menetapkan regulasi dan kebijakan untuk menjamin penyelenggaraan
SIMRS di rumah sakit sesuai standar dan mendukung tercapainya tujuan. Diantara peraturan-
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1171 Tahun 2011 Tentang Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS)
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Nomor 24 Tahun 2022 Tentang
Rekam Medis
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2013, pasal 3 ayat 1 : setiap Rumah Sakit wajib
menyelenggarakan SIMRS; dan juga pasal 52 ayat 1 Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit yang menyatakan bahwa setiap Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit. Pembentukan SIMRS dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi
Kerangka Konseptual
Metode
Ontologi dari tulisan ini dibangun dari kerangka teori sistem informasi manajemen rumah sakit
(SIMRS) dan regulasi atau standar yang berlaku dibandingkan terhadap penyelenggaraan SIMRS
di RSIA Muhammadiyah Probolinggo. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah kualitatif
dengan pendekatan strategi deskriptif analitik. Pengumpulan data dilakukan dalam waktu 2
minggu menggunakan survey wawancara dan data sekunder terkait implementasi SIMRS di RSIA
Muhammadiyah Probolinggo.
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Muhammadiyah berdiri pada tahun 1977, yang awalnya
berbentuk Balai Pengobatan dan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BP/BKIA) ‘Siti Aisyah’. Pada
tahun 2004, berubah status menjadi Rumah Sakit Anak dan Bersalin (RSAB) Siti Aisyah sesuai
dengan surat ijin Menteri Kesehatan RI No YM. 02.04.3.5.1340 pertanggal 9 Juli 2004.
informasi dalam proses layanan yang diberikan sejak tahun 2016 dengan memakai aplikasi yang
dikembangkan sendiri oleh tenaga IT. Aplikasi tersebut terbatas pada sistem registrasi, pencatatan
rekam medis pasien dan billing pasien. Pada tahun 2019 rumah sakit mengganti SIMRS dengan
aplikasi KHANZA dan menambahkan aplikasi keuangan yang terpisah AIS. Lalu pada tahun 2020
RSIA Muhammadiyah Probolinggo mulai menggunakan aplikasi pendaftaran dan antrian online.
Dilanjutkan tahun 2022 mulai membuat aplikasi rekam medis rawat jalan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa RSIA Muhammadiyah Probolinggo telah melakukan
upaya yang berkembang untuk menggantikan dokumen klinis kuno dan sistem administrasi
Life Cycle Model merupakan salah satu metode untuk pengembangan Sistem Informasi. Metode
ini berisi tujuh fase berbeda berikut: definisi kebutuhan pengguna, analisis sistem saat ini, desain
sistem baru, kodifikasi sistem baru, penerimaan dan evaluasi, implementasi, dan pemeliharaan
sistem. sistem baru (Damigou et al., 2006 dalam Mehdipour, 2013). Sedangkan menurut Allan dan
Englebright (2000), tahapan penerapan HIS adalah: 1. Tahap perencanaan 2. Tahap analisis 3.
Dari wawancara pada tim IT di RSIA Muhammadiyah Probolinggo mengenai tahap implementasi
SIMRS di rumah sakit didapatkan bahwa pengembangan SIMRS awalnya dilakukan oleh IT
rumah sakit pada tahun 2016, namun penyelenggaraan SIMRS ini tidak melalui tahapan
perencanaan dan analisis yang adekuat. Sehingga pada pengembangan selanjutnya belum bisa
memenuhi harapan dan kebutuhan rumah sakit. Pada tahun 2019, rumah sakit beralih
menggunakan aplikasi SIMRS Khanza yang merupakan aplikasi open source dan aplikasi
keuangan AIS yang dibeli dari pengembang luar rumah sakit. Permasalahan yang bisa timbul dari
pengembangan SIMRS yang tidak dilakukan oleh tenaga IT di internal rumah sakit adalah
kompatibilitas dengan pengguna dan lingkungan rumah sakit karena dalam proses pengembangan
tidak melalui interaksi dengan pengguna langsung. Hal ini juga dikarenakan pada tahap
perencanaan dan analisis memerlukan penentuan masalah sistem informasi yang memerlukan
input data dari internal rumah sakit, sedangkan pengembang dari luar melihat permasalahan dari
data banyak rumah sakit secara umum, sehingga akan menjadi kurang fokus dalam penentuan
Kling dkk. (2000) mengatakan bahwa cara pandang yang berfokus pada teknologi sistem informasi
semata akan menyebabkan kegagalan, karena hal tersebut tidak cukup menjelaskan interaksi antara
organisasi di mana teknologi dan personelnya berada. Banyak implementasi SIMRS yang gagal,
dan biasanya disebabkan tidak hanya satu faktor. Abreu dan Conrath (1993) mengatakan bahwa
alasan kegagalan sistem informasi dapat sebanyak jumlah kegagalan itu sendiri, dan terdapat
proporsi yang signifikan bahwa sistem baru tersebut kurang dimanfaatkan, tidak memenuhi
Kelemahan dalam pengembangan ini dapat diatasi apabila siklus atau fase pengembangan sistem
melakukan evaluasi dan perbaikan/peningkatan sistem aplikasi Khanza dari tim internal rumah
sakit.
tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang berbunyi setiap Rumah Sakit wajib melakukan
pencatatan dan pelaporan semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk
b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1171 Tahun 2011 Tentang Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS)
Tahun 2011 Tentang SIRS ayat 1 dengan melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan
penyajian data rumah sakit, dan pasal 2 dengan melakukan pelaporan SIRS menggunakan
aplikasi sistem pelaporan rumah sakit kepada Kementerian Kesehatan yang meliputi :
efektivitas, profesionalisme, kinerja, serta akses dan pelayanan Rumah Sakit. Pelaksanaan
dalam pengolahan data & pelaporan, mulai dari laporan kunjungan, diagnose penyakit
terbanyak, logistic, keuangan dan lain-lain. Aplikasi keuangan AIS terbukti dapat
meningkatkan efektifitas pelaporan keuangan secara lebih tepat dan cepat, serta efisiensi
tenaga. Dalam aspek peningkatan profesionalisme dan efektifitas pelayanan oleh SIMRS
masih belum tercapai karena belum berjalannya implementasi rekam medik elektronik di
banyak yang bisa dilakukan, seperti efisiensi kertas, efisiensi ruang berkas, akses data
pasien lebih cepat, review pengobatan lebih mudah, pencarian berkas rekam medis lebih
Penyelenggaraan SIMRS Khanza di rumah sakit sesuai pasal 4 telah menggunakan aplikasi
pendukung strategic decision, namun penyusunan strategi bisnis belum semua berbasis
data SIMRS, masih terdapat unit-unit yang masih memakai pencatatan dan pelaporan
manual. Juga belum terdapat bukti bahwa SIMRS telah mendukung transparansi dan
meliputi pelayanan pasien dan administrasi. Namun masih ada modul yang belum dipakai
secara maksimal, seperti fitur rekam medik elektronik, pengelola logistik & inventaris
secara fisik, jaringan, dan sistem aplikasi. Rumah sakit telah memiliki kebijakan
pembatasan hak akses untuk masing-masing unit namun belum sampai pada tingkat
individu misalnya dengan username dan password untuk masing-masing karyawan. Untuk
melindungi dari peretasan setiap data SIMRS dienkripsi dan dilindungi dengan anti virus.
Data disimpan di server yang berada dalam ruangan yang terkunci, yang hanya dapat
diakses oleh IT rumah sakit. Perlindungan data back up di server cadangan atau di cloud
masih belum tersedia. Bila terjadi gangguan dengan SIMRS (down time) maka
diberlakukan “code white”, dan petugas akan melakukan input data secara manual di kertas
dan saat SIMRS sudah bekerja kembali akann dilakukan input data digital.
struktural yang terdiri dari kepala unit, 1 programer, 1 teknisi hardware, dan 1 teknisi
jaringan.
Regulasi ini mengatur Sistem Informasi Kesehatan secara umum untuk semua jenis
regulasi yang mengatur Sistem Informasi Rumah Sakit dengan pokok bahasan yang hampir
kesehatan; informasi sumber daya manusia kesehatan; informasi manajemen dan regulasi
kesehatan; dan informasi pemberdayaan masyarakat, masih belum tersedia dalam SIMRS
rumah sakit. Indikator mutu disyaratkan harus terbuka dan bisa diakses oleh intansi
SIMRS, saat ini informasi indicator mutu nasional dapat diakses melalui website rumah
sakit.
Sistem rekam medik yang digunakan sebagai sumber data di RSIA Muhammadiyah
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Nomor 24 Tahun 2022 Tentang
Rekam Medis
elektronik. Di Tahun 2023 ini ada rencana dari rumah sakit untuk implementasi rekam
medis elektronik di rumah sakit sesuai perintah dari regulasi yang dalam pelaksanaannya
rumah sakit dengan aplikasi yang dikembangkan oleh kemenkes sebagaimana yang
disebutkan dalam regulasi masih belum diketahui. Oleh karena itu perlu bagi rumah sakit
untuk senantiasa melakukan pengembangan sehingga regulasi bisa dipenuhi. Selain itu
Meskipun fitur rekam medis elektronik telah tersedia di Khanza namun pelaksanaan pasal
Medis Elektronik; penjaminan mutu Rekam Medis Elektronik; dan transfer isi Rekam
Medis Elektronik.
tanda tangan elektronik sebagaimana disebutkan dalam pasal 31 bahwa dalam rangka
Pelayanan Kesehatan dapat dilengkapi dengan tanda tangan elektronik. Saat ini di RSIA
Probolinggo
Balanced Scorecard adalah kerangka kerja untuk menerjemahkan tujuan strategis menjadi
serangkaian ukuran kinerja yang terbatas dan koheren (Kaplan & Norton, 1992; Kaplan & Norton,
Dengan demikian Balanced Scorecard dapat digunakan untuk mengukur dan melakukan evaluasi
berdasarkan 4 perspektif pada penerapan SIMRS di RSIA Muhammadiyah Probolinggo dari hasil
Dari hasil analisa keempat perspektif menunjukkan bahwa pelaksanaan SIMRS di RSIA
Muhammadiyah Probolinggo masih belum efektif. Perlu dilakukan perbaikan – perbaikan lebih
lanjut agar penyelenggaraan SIMRS dapat menunjang tercapainya tujuan strategis rumah sakit.
Probolinggo baru terlaksana dengan baik pada sistem administrasi dan jejaring social dengan
BPJS, sedangkan dalam sistem perawatan pasien dan layanan web belum berjalan. Rumah sakit
belum melaksanakan tahapan & siklus pengembangan SIMRS dengan baik. Efektifitas dari
penggunaan SIMRS di rumah sakit masih belum memenuhi semua tujuan strategis dari perspektif
pelanggan, innovasi, internal proses dan finansial. Studi ini belum menilai factor – factor yang
berpengaruh pada keberhasilan implementasi SIMRS di rumah sakit, perlu dilakukan studi
lanjutan untuk mengetahui factor-faktor tersebut seperti resistensi dari karyawan terhadap
Referensi
Green, Michelle A. 2011. Essentials of Health Information Management: Principles and Practices
Laudon, K., Laudon, J. 2010. Management Information Systems, 11th Edition. USA: Prentice Hall
Mehdipour, Y., Zerehkafi, H. 2013. Hospital Information System (HIS):At a Glance. Asian Journal
Nippak, Pria MD. 2016. Designing and evaluating a balanced scorecard for a health information
Seed Ahmed, Ehab. (2018). Health Information System Critical Success Factors (HISCFs): A
10(1), 29-39
Skurka, M.A. 2017. Health Information Management Principles and Organization for Health
Information Services. Six Edition. San Francisko: JohnWiley & Sons, Inc.