Anda di halaman 1dari 2

Makanan-makanan yang mengandung zat aditif berbahaya seperti tekstil dan

formalin masih banyak ditemukan di Pasaran di Kota Magelang Jawa Tengah. Hasil uji
lap yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Magelang menunjukan dari 20 sampel
makanan dan jajanan yang di uji tiga diantaranya positif mengandung zat berbahaya.
Hasil uji laboratorium tersebut menunjukan makanan cendol dan kue wajik positif
mengandung pewarna tekstil jenis Rhodamin B. Lalu Ikan teri juga positif mengandung
formalin.

Perlu diketahui bersama bahwa zat adiktif merupakan senyawa/bahan kimia


yang dicampurkan pada produk pangan guna meningkatkan cita rasa, warna, aroma,
tesktur dan untuk mengawetkan jajanan tersebut. Zat aditif dicampurkan pada jajanan
baik pada proses pengolahan, penyimpanan, maupun pengemasannya (Rorong dan
Wilar, 2019).

Zat aditif pada produk pangan terbagi atas zat aditif alami dan zat aditif sintesis.
Zat aditif alami adalah segala zat tambahan pada makanan/minuman yang berasal dari
tumbuhan, hewan, maupun mineral alam misalnya warna kuning bisa diperoleh dari
kunyit, zat aditif alami lebih disaran kan untuk digunakan karena aman dan tidak
mengandung zat berbahaya. Sedangkan zat aditif sintesis adalah zat aditif yang
diperoleh dari berbagai campuran bahan dengan komposisi tertentu, misalnya Tartrazin
yang merupakan pewarna makanan sintesis yang berwarna kuning (Adrian, 2020).

Zat aditif umumnya aman dikonsumsi terutama zat aditif alami. Namun, jenis
zat aditif yang saat ini umum digunakan oleh produsen adalah zat aditif buatan
dikarenakan harganya yang murah dan memberikan efek yang sangat kuat pada produk
makanan maupun minuman sehingga jika dikonsumsi secara berlebihan akan
berdampak buruk terhadap kesehatan. Misalnya Monosodium Glutamate (MSG) yang
dikenal sebagai micin/vetsin digunakan sebagai penyedap rasa karena memberi rasa
gurih pada makanan misalnya pada keripik kentang, bakso, dan bumbu mie instan.

Pada dasarnya, bahan aditif tidak berbahaya jika tidak dikonsumsi secara
berlebihan. Terkait hal ini, BPOM sebenarnya sudah menentukan takaran maksimum
untuk berbagai jenis bahan aditif yang akan ditambahkan pada makanan. Kalau
konsumsi tidak melebihi takaran maksimum tersebut, sudah tentu bahan aditif tidak
akan berbahaya. Hanya saja, kalau secara spesifik menyinggung soal efek samping
bahan aditif, diantaranya sebagai berikut.

Muncul masalah pada otak yang diakibatkan oleh natrium benzoat dalam jumlah
yang tinggi. Bagian otak yang sangat terpengaruh oleh bahan ini ialah bagian yang
mengatur perhatian serta perilaku sehingga nantinya penderita akan kesulitan fokus
serta hiperaktif. Berpotensi munculnya kanker yang diakibatkan oleh natrium nitrit yang
terpapar suhu panas cukup tinggi. Muncul masalah metabolisme, berpotensi
meningkatkan berat badan, berpotensi meningkatkan kadar gula darah sehingga dapat
berujung pada diabetes. Sejatinya, zat aditif merupakan bahan yang bermanfaat. Hanya
saja takaran penggunaannya harus benar-benar diperhatikan untuk menghindari efek
samping yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu, penting juga untuk selalu mencermati
daftar bahan yang biasanya tertera pada kemasan produk. Tujuannya ya itu tadi, untuk
menghindari dampak buruk bahan aditif yang tidak diinginkan

Mengingat maraknya pengunaan zat aditif tersebut dimasayrakat dan sangat


membahayakan kesehatan masayrakat, maka perlunya pengawasan dan pengecekan
rutin yang harus dilakukan oleh pemerintah khususnya dinas terkait terhadap peredaran
zat zat tersebut. Selain edukasi dan kesadaran masayrakat itu sendiri juga sangat
berperan mencegah peredaran zat berbahaya tersebut. Masayrakat di edukasi dan
diarahkan untuk menggunakan zat aditif alami atau zat yang aditif yang tidak berbahaya
dalam mengelola makanan.

Anda mungkin juga menyukai