Anda di halaman 1dari 19

Kelompok : V (Lima)

Nama : Nur Sadikin


NIM : 1812042013
Nama anggota kelompok:
1. Bs. Elmha Istiqamah (1812042009)
2. Hernasih Aulia Ramadhani (1812042017)
3. Siti Febyola Ramdhani B. (1812042021)
Nama Asisten : Hangger Citra Aryo K.

LABORATORIUM FISIKA
UNIT FISIKA MODERN JURUSAN FISIKA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
VIII. EFEK COMPTON

A. PENDAHULUA
N Satu hal yang sering membingungkan saat mulai
melakukan percobaan menggunakan spektrometer
gamma adalah meskipun garis gamma diskrit
tercantum dalam pembacaan pemancar gamma
radioisotop, pengukuran spektral biasanya
menunjukkan banyak fitur lain yang muncul selain garis
yang diharapkan. Sebagai contoh, suatu sumber
gamma tertentu diketahui dapat menghasilkan garis
Arthur Holly diskrit pada 30 dan 661,6 keV. Namun, seperti yang
Compton
(1892-1962)
ditunjukkan pada Gambar 9.1, fitur dan puncak lainnya muncul dalam spektrum
gamma diukur dari sumber, yang terpenting adalah daerah plateau yang
memanjang hingga 477 keV dan puncaknya pada 185 keV.
Untuk memahami asal usul fitur spektral yang terukur pada percobaan
ini, kita perlu merujuk pada sebuah pecobaan penting yang dilakukan oleh Dr.
Arthur Compton di Universitas Washington di St. Louis pada tahun 1923. Dalam
percobaan ini, cahaya (dalam bentuk sinar gamma) dibuat untuk berinteraksi
dengan elektron bebas. Fisika Klasik meramalkan bahwa elektron seharusnya
menyerap energi dari sinar gamma, dan kemudian memancarkan kembali sinar
gamma pada frekuensi yang sama. Namun, percobaan Compton sebenarnya
menunjukkan bahwa sinar gamma memantul dari elektron dengan energi yang
lebih rendah, seperti halnya sinar gamma adalah aliran partikel (foton) yang
bertabrakan dengan elektron. Artinya, foton sinar gamma mampu mentransfer
momentum ke partikel lain. Pemahaman baru tentang sifat-sifat cahaya ini
(dalam kasus ini sinar gamma), mengantar Compton meraih Hadiah Nobel Fisika
tahun 1927.

1
Ketika sebuah sinar gamma (yang dipancarkan selama perubahan
keadaan inti atom) berinteraksi dengan sodium iodide Nal(Tl), sinar gamma
kebanyakan akan memberikan semua energinya pada elektron atomic
(elektron yang terikat pada atom) melalui efek fotolistrik. Elektron ini melalui
lintasan pendek yang tidak menentu dalam Kristal, mengkonversi energinya
menjadi foton-foton cahaya melalui tumbukan dengan banyak atom-atom
dalam Kristal. Semakin banyak energi yang dimiliki sinar gamma, maka semakin
banyak pula foton-foton cahaya yang terbentuk.
Photomultiplier tube (PMT) mengkonversi masing-masing foton menjadi
sebuah arus kecil. Foton-foton datang ke PMT nyaris pada waktu yang sama,
sehingga arus tunggal akan bergabung membentuk pulsa arus yang lebih besar.
Pulsa ini kemudian dikonversi menjadi suatu pulsa tegangan yang ukurannya
sebanding dengan energi sinar gamma.
Pulsa tegangan kemudian dikuatkan (amplified) dan diukur melalui proses
Analog to Digital Conversion (ADC). Kalibrasi dengan sumber inti yang diketahui
energinya memungkinkan kita untuk memperoleh grafik frekuensi gamma
(cacahan) sebagai fungsi dari energi sinar-gamma. Spektrum yang dihasilkan
memiliki puncak-puncak yang memberikan kita suatu informasi. Selanjutnya,
puncak dari spektrum tersebut kita sebut dengan photopeak.
Terdapat banyak struktur dalam spektrum yang dapat menarik untuk
diinterpretasi. Sebagai contoh, gambar 9.1 memperlihatkan contoh spektrum
dari sumber, anda akan melihat sebuah puncak kecil, atau lebih tepatnya
sebuah ‘tepi’, yang berada sekitar 477 keV. Ini dinamakan Compton Edge atau
tepi Compton. Anda kemungkinan akan melihat sebuah puncak sekitar 185 keV.
Hanya terdapat satu energi gamma dari sumber, spektrum teramati memiliki
photopeak pada 661,6 keV, dan kedua struktur Compton, yakni tepi pada 477
keV dan puncak pada 185 keV. Mengapa ini bisa terjadi? Ini dikarenakan adanya
hamburan Compton oleh elektron-elektron.

2
Gambar 9.1. Spektrum gamma dari peluruhan atom tertentu.
Efek Compton merupakan “tumbukan” dari foton gamma dengan sebuah
elektron atomik, dimana energi dan momentum relatvistiknya terkonservasi.
Setelah tumbukan, elektron dapat memililiki sebuah “energi kinetik” yang
fraksinya (perbandingannya) terhadap “energi gamma E mula-mula”

sangatlah besar. Gamma kehilangan energinya, memiliki frekuensi gelombang


yang lebih rendah dengan energi E ' . Hubungan antara energi gamma sebelum

tumbukan dan setelah tumbukan yakni


1 1 (1−cos ) (9.1)
− =
E ' E me c2

dimana me c2 merupakan energi diam elektron (511 keV) dan  merupakan

sudut dimana gamma dibelokkan. Penggambaran hamburan Compton


diperlihatkan dalam gambar 9.2.

Gambar 9.2. Tumbukan hamburan Compton antara foton datang, E dan sebuah elektron
diam. Ini menghasilkan energi foton yang lebih rendah E ' , yang dihamburan dengan  , dan
elektron dihamburkan dengan sudut .

3
Dari mana asal mula tepi Compton sebesar 477 keV? Sebuah gamma
memasuki kristal detektor dan menghamburkan (melalui hamburan Compton)
elektron. Gamma yang terhambur meninggalkan detector, sehingga besar
energi yang terdeteksi merupakan energi kinetik yang diberikan oleh elektron.
Energi kinetik maksimum yang diberikan elektron, Emax , akan menghasilkan

tumbukan antar muka dengan gamma, yang kemudian akan menghamburkan


foton gamma ke arah yang sebaliknya (  =180o ). Berdasarkan persamaan 9.1,
energi elektron maksimum dinyatakan dengan
2E 2
Emax = E − E '= (9.2)
2E  + me c2

Tepi Compton merepresentasikan energi maksimum yang diberikan


elektron ini. Namun elektron tersebut bisa mengalami tumbukan yang agak
lemah dan energinya sedikit lebih rendah dari energi maksimum tersebut. Ini
menjelaskan distribusi melebar untuk situasi energi yang lebih rendah dari tepi
Compton (Compton edge), atau yang kita kenal dengan daerah plateau.
Sebuah puncak pada 185 keV dikarenakan gamma yang berinteraksi
dengan sebuah elektron di luar detektor. Gamma yang dihamburkan kembali
menuju ke detektor, dimana mereka terdeteksi melalui efek fotolistrik. Hanya
beberapa sudut hamburan yang mendekati 180o yang mengarah kembali ke
(
detektor, inilah yang menyebabkan munculnya puncak tersebut EBS = E ' . )
Subskrip BS menandakan hamburan balik (back scattering). Ini ditunjukkan
pada gambar 9.1 sebagai puncak hamburan balik (Compton backscattering
peak).
Berdasarkan konservasi energi, maka energi tepi Compton (Compton
edge) ditambah energi hamburan balik (backscattering) harus sama dengan
energi gamma mula-mula (photopeak). Setiap sumber memiliki puncak energi
(photopeak), E , tepi Compton (Compton edge), Emax , dan energi puncak

hamburan balik (backscatter), EBS . Tepi Compton dipilih tepat di tengah laju

4
penurunan frekuensi cacahan (perhatikn gambar 9.1). Energi photopeak dipilih
tepat pada energi yang menunjukkan puncak. Puncak backscatter berbentuk
tidak simetrik dengan puncak yang agak datar ataupun sedikit melengkung.
Puncak Energi backscatter yang dipilih merupakan energi terendah pada puncak
tersebut (dapat dilihat dalam gambar 9.1).
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa
E = E '+Emax = EBS + Emax (9.3)

Jika persamaan 9.2 dimodifikasi menjadi


 E 2 
m c = 2
2
−E  (9.4)
e
E  
 max 
Dengan menggunakan energi photopeak dan energi Compton-edge, maka kita
dapat menentukan massa diam elektron. Penggunaan lembaran timbal dapat
mengubah intensitas photopeak menjadi semakin jelas.
Kita juga dapat memperoleh me c2 melalui energi backscatter dan energi

photopeak dengan menggunaan persamaan


 E 2 
mec = 2 − E 
2
  (9.5)
E −E
  BS 
Selain itu, kita juga dapat memperoleh m ec2 melalui energi Compton-edge dan

energi backscatter dengan menggunakan persamaan


 E BS 2 
m c = 2
2
+E  (9.6)
e BS
 Emax 
Persamaan 9.4, 9.5, dan 9.6 diturunkan melalui hukum konservasi massa
dan momentum linear secara relativistik. Dengan mengetahui minimal dua dari
tiga nilai energi yang dapat diperoleh dari spektrum, maka kita dapat
memperoleh massa diam elektron.
Berdasarkan hubungan energi kinetik relativistik, maka kita juga dapat
menentukan kecepatan elektron:

5
1
v = c 1− (9.7)

2
 E max
 2
+1
 mec 
Kita telah mengetahui bahwa semua persamaan yang kita turunkan di atas
bermula dari hamburan Compton, di mana kita tahu persamaan Compton ini
diturunkan berdasarkan momentum dan energi relativistik. Jika kita
menggunakan persamaan energi dan momentum klasik berikut:
E = EBS + Emax
p = pe − pBS (9.8)
Dan kita tetap menggunakan hubungan energi dan momentum untuk foton,
yakni E = pc , maka diperoleh:

me c2
=
(2E − E ) max
2

(9.9)
2Emax
Tentu saja kita telah mengetahui bahwa massa diam yang diperoleh dari
persamaan 9.9 tidak akan sesuai dengan kenyataan yang kita temui, karena
tidak memperhatikan energi dan momentum relativistik.

TUGAS PENDAHULUAN:
1. Jelaskan prinsip kerja dari sintilasi NaI(Tl) dan photomultiplier tube (PTM)
berdasarkan skema detektor di bawah!

6
2. Jelaskan karakteristik foton gamma!
3. Jelaskan bagaimana interaksi foton dan materi!
4. Dengan menggunakan konservasi momentum dan energi relativistik,
turunkanlah persamaan 9.1!
5. Jelaskan apa yang dimaksud photopeak, Compton-edge, backscatter yang
ada dalam gambar 9.1!

6. Buktikan bahwa untuk sudut hamburan  =180o , maka persamaan 9.1


dapat dijabarkan menjadi persamaan 9.2!
7. Dengan menggunakan persamaan 9.3 dan 9.4, turunkanlah persamaan 9.5
dan 9.6!
8. Dengan menggunakan energi kinetik relativistic, turunkan persamaan 9.7!
9. Dengan menggunakan persamaan 9.8 dan asumsi momentum foton
E = pc , turunkan persamaan 9.9!

REFERENSI:
Peterson, Randolp S. 1996. Experimental ɣ Ray Spectroscopy and Investigations
of Environmental Radioactivity. Tennessee: Spectrum Techniques.
S.B. Patel. 2010. Nuclear Physics: An Introduction. New Delhi: New Age
International Limited.

B. TUJUAN
1. Memahami pengaruh kecepatan elektron terhadap massa elektron
menurut pandangan klasik dan modern.
2. Mengestimasi massa diam elektron melalui pengamatan hamburan
Compton.

7
C. ALAT DAN BAHAN

Sumber radioaktif Perisai detektor


pemancar gamma Nal(Tl) dari bahan
Dudukan Sampel (10 Timbal/Aluminium
Posisi)

Penghalang radiasi (dari


Kabel Konektor bahan Timbal)
BNC- BNC Kabel USB

Kabel Konektor MHV-MHV Detektor Sintilasi Nal(Tl)

PC dengan sistem operasi


Universal Computer Spectrometer
Windows 98 atau yang lebih
(UCS30)
tinggi dilengkapi aplikasi USX
Spectrum Tecnique

D. METODE PRAKTIKUM
1. Hubungkan kabel tegangan tinggi antara detektor sintilator dan Interface
UCS30.
2. Hubungkan kabel data dari interface ke perangkat komputer.

8
3. Jalankan program USX , dan pastikan tanda yang dilingkari berubah menjadi
warna hijau (*hanya memastikan saja, jangan ditekan)

4. Atur ‘high voltage’ menjadi 550 V , ‘coarse gain’ menjadi 4, dan ‘fine gain’
menjadi 1,5. Hidupkan sumber tegangan tinggi dengan menekan tombol ‘on’
pada layar komputer.
5. Letakkan Sumber 22Na di dudukan sampel yang terdekat dengan detektor,
disertai keping timbal tepat di bawah sampel tersebut.
6. Ambil data dengan menekan tombol hijau pada layar.

7. Naikkan ‘coarse gain’ dengan kelipatan 2 hingga spektrum yang terlihat


mirip dengan gambar 9.3. Jika belum terlihat jelas, maka Anda dapat
menaikkan tegangan tinggi dengan kelipatan 25 V.

Gambar 9.3 Tampilan spektrum saat pengambilan data.


8. Amati setiap daerah energi-energi tertentu yang tertulis dalam tabel 9.1.
9. Ulangi percobaan untuk sumber radioaktif yang berbeda.

9
PENTING!
1. Hindari menyentuh kabel tegangan tinggi serta UCS30!
2. Hindari menaikkan High Voltage, Coarse Gain, Fine Gain secara mendadak
saat pengambilan data!

E. HASIL PENGAMATAN/PENGUKUR
Setelah dilakukan percobaan efek compton diperoleh data yang dituliskan pada
tabel berikut

Tabel 1. Hasil Pengamatan Energi Pada Spektrum


Sumber Energi Maksimum
Energi Gamma Energi Maksimum
Radiasi Elektron Emax
Awal Eϒ (KeV) Elektron EBS (KeV)
Gamma (KeV)
Cs - 137 658.212 451.591 180.612
Na - 22 509.174 340.876 160.289
Co - 60 1179.846 946.127 224.646

F. ANALISIS
1. Pendekatan Modern
a. Cs – 137

1) Massa Diam Elektron

a) Dengan Energi Photopeak dan compton-edge (mec21)


𝐸𝛾2
𝑚𝑒 𝑐 2 1 = 2 ( − 𝐸𝛾 )
𝐸𝑚𝑎𝑥
(658.212 𝐾𝑒𝑉)2
𝑚𝑒 𝑐 2 1 = 2 ( − 658.212 𝐾𝑒𝑉)
451.591 𝐾𝑒𝑉

𝑚𝑒 𝑐 21 = 602.31679 𝐾𝑒𝑉

b) Dengan Energi Backscatter dan Photopeak (mec22)


𝐸𝛾 2
𝑚𝑒 𝑐 2 2 = 2 ( − 𝐸𝛾 )
𝐸𝛾 − 𝐸𝐵𝑆
(658.212 𝐾𝑒𝑉)2
𝑚𝑒 𝑐 2 2 = 2 ( − 658.212 𝐾𝑒𝑉)
658.212 𝐾𝑒𝑉 − 180.612 𝐾𝑒𝑉

𝑚𝑒 𝑐 2 2 = 497.82657 𝐾𝑒𝑉

c) Dengan Energi Compton-edge dan backscatter (mec23)


10
𝐸𝐵𝑆2
𝑚𝑒 𝑐 2 3 = 2 ( − 𝐸𝐵𝑆 )
𝐸𝑚𝑎𝑥

(180.612 𝐾𝑒𝑉)2
𝑚𝑒 𝑐 2 3 = 2 ( − 180.612 𝐾𝑒𝑉)
451.591 𝐾𝑒𝑉

𝑚𝑒 𝑐 2 3 = 505.69408 𝐾𝑒𝑉

2) Massa Diam Elektron Rata – rata

̅̅̅̅̅̅̅ 𝑚𝑒 𝑐 2 1 + 𝑚𝑒 𝑐 2 2 + 𝑚𝑒 𝑐 2 3
𝑚𝑒 𝑐 2 =
3

̅̅̅̅̅̅̅ 602.31679 𝐾𝑒𝑉 + 497.82657 𝐾𝑒𝑉 + 505.69408 𝐾𝑒𝑉


𝑚𝑒 𝑐 2 =
3
̅̅̅̅̅̅̅
𝑚𝑒 𝑐 2 = 535.27915 𝐾𝑒𝑉

3) Massa Diam Secara Teori

5.61 × 1035 𝑒𝑉
𝑚𝑒 𝑐 2 = 9.11 × 10−31 𝑘𝑔 ×
1 𝑘𝑔

𝑚𝑒 𝑐 2 = 51.1071 × 104 𝑒𝑉

𝑚𝑒 𝑐 2 = 5.11071 × 102 𝐾𝑒𝑉

𝑚𝑒 𝑐 2 = 511.071 𝐾𝑒𝑉

4) Persentase Perbedaan
𝑚𝑒 𝑐 2 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑚𝑒 𝑐 2 𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
% 𝑑𝑖𝑓𝑓 = | | × 100 %
𝑚𝑒 𝑐 2 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 + 𝑚𝑒 𝑐 2 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
2

511.071 𝐾𝑒𝑉 − 535.27915 𝐾𝑒𝑉


% 𝑑𝑖𝑓𝑓 = | | × 100 %
511.071 𝐾𝑒𝑉 + 535.27915 𝐾𝑒
2
% 𝑑𝑖𝑓𝑓 = 4.63%

b. Na – 22

1) Massa Diam Elektron

a) Dengan Energi Photopeak dan compton-edge (mec21)


𝐸𝛾2
𝑚𝑒 𝑐 2 1 = 2 ( − 𝐸𝛾 )
𝐸𝑚𝑎𝑥
(509.174 𝐾𝑒𝑉)2
𝑚𝑒 𝑐 2 1 = 2 ( − 509.174 𝐾𝑒𝑉)
340.876𝐾𝑒𝑉
11
𝑚𝑒 𝑐 21 = 502.78087 𝐾𝑒𝑉

b) Dengan Energi Backscatter dan Photopeak (mec22)


𝐸𝛾 2
𝑚𝑒 𝑐 2 2 = 2 ( − 𝐸𝛾 )
𝐸𝛾 − 𝐸𝐵𝑆

2
(509.174 𝐾𝑒𝑉)2
𝑚𝑒 𝑐 2 = 2( − 509.174 𝐾𝑒𝑉)
509.174 𝐾𝑒𝑉 − 160.289𝐾𝑒𝑉

𝑚𝑒 𝑐 2 2 = 467. 86185 𝐾𝑒𝑉

c) Dengan Energi Compton-edge dan backscatter (mec23)

𝐸𝐵𝑆2
𝑚𝑒 𝑐 2 3 = 2 ( − 𝐸𝐵𝑆 )
𝐸𝑚𝑎𝑥

(160.289 𝐾𝑒𝑉)2
𝑚𝑒 𝑐 2 3 = 2 ( − 160.289 𝐾𝑒𝑉)
340.876 𝐾𝑒𝑉

𝑚𝑒 𝑐 2 3 = 471.32234 𝐾𝑒𝑉

2) Massa Diam Elektron Rata – rata

̅̅̅̅̅̅̅ 𝑚𝑒 𝑐 2 1 + 𝑚𝑒 𝑐 2 2 + 𝑚𝑒 𝑐 2 3
𝑚𝑒 𝑐 2 =
3

̅̅̅̅̅̅̅ 502.78087 𝐾𝑒𝑉 + 467. 86185 𝐾𝑒𝑉 + 471.32234 𝐾𝑒𝑉


𝑚𝑒 𝑐 2 =
3
̅̅̅̅̅̅̅
𝑚𝑒 𝑐 2 = 480.65502 𝐾𝑒𝑉

3) Massa Diam Secara Teori

5.61 × 1035 𝑒𝑉
𝑚𝑒 𝑐 2 = 9.11 × 10−31 𝑘𝑔 ×
1 𝑘𝑔

𝑚𝑒 𝑐 2 = 51.1071 × 104 𝑒𝑉

𝑚𝑒 𝑐 2 = 5.11071 × 102 𝐾𝑒𝑉

𝑚𝑒 𝑐 2 = 511.071 𝐾𝑒𝑉

4) Persentase Perbedaan
𝑚𝑒 𝑐 2 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑚𝑒 𝑐 2 𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
% 𝑑𝑖𝑓𝑓 = | | × 100 %
𝑚𝑒 𝑐 2 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 + 𝑚𝑒 𝑐 2 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
2

511.071 𝐾𝑒𝑉 − 480.65502 𝐾𝑒𝑉


% 𝑑𝑖𝑓𝑓 = | | × 100 %
511.071 𝐾𝑒𝑉 + 480.65502 𝐾𝑒
12
2
% 𝑑𝑖𝑓𝑓 = 6.13%

c. Co – 60

1) Massa Diam Elektron

a) Dengan Energi Photopeak dan compton-edge (mec21)


𝐸𝛾2
𝑚𝑒 𝑐 2 1 = 2 ( − 𝐸𝛾 )
𝐸𝑚𝑎𝑥

2
(1179.846 𝐾𝑒𝑉)2
𝑚𝑒 𝑐 1 = 2( − 1179.846 𝐾𝑒𝑉)
946.127 𝐾𝑒𝑉

𝑚𝑒 𝑐 21 = 582.90785 𝐾𝑒𝑉

b) Dengan Energi Backscatter dan Photopeak (mec22)


𝐸𝛾 2
𝑚𝑒 𝑐 2 2 = 2 ( − 𝐸𝛾 )
𝐸𝛾 − 𝐸𝐵𝑆

2
(1179.846 𝐾𝑒𝑉)2
𝑚𝑒 𝑐 2 = 2( − 1179.846 𝐾𝑒𝑉)
1179.846 𝐾𝑒𝑉 − 224.646𝐾𝑒𝑉

𝑚𝑒 𝑐 2 2 = 554.95746 𝐾𝑒𝑉

c) Dengan Energi Compton-edge dan backscatter (mec23)

𝐸𝐵𝑆2
𝑚𝑒 𝑐 2 3 = 2 ( − 𝐸𝐵𝑆 )
𝐸𝑚𝑎𝑥

(224.646 𝐾𝑒𝑉)2
𝑚𝑒 𝑐 2 3 = 2 ( − 224.646 𝐾𝑒𝑉)
946.127 𝐾𝑒𝑉

𝑚𝑒 𝑐 2 3 = 555.97076 𝐾𝑒𝑉

2) Massa Diam Elektron Rata – rata

̅̅̅̅̅̅̅ 𝑚𝑒 𝑐 2 1 + 𝑚𝑒 𝑐 2 2 + 𝑚𝑒 𝑐 2 3
𝑚𝑒 𝑐 2 =
3

̅̅̅̅̅̅̅ 582.90785 𝐾𝑒𝑉 + 554.95746 𝐾𝑒𝑉 + 555.97076 𝐾𝑒𝑉


𝑚𝑒 𝑐 2 =
3
̅̅̅̅̅̅̅
𝑚𝑒 𝑐 2 = 564.61202 𝐾𝑒𝑉

3) Massa Diam Secara Teori

5.61 × 1035 𝑒𝑉
𝑚𝑒 𝑐 2 = 9.11 × 10−31 𝑘𝑔 ×
1 𝑘𝑔

𝑚𝑒 𝑐 2 = 51.1071 × 104 𝑒𝑉13


𝑚𝑒 𝑐 2 = 5.11071 × 102 𝐾𝑒𝑉

𝑚𝑒 𝑐 2 = 511.071 𝐾𝑒𝑉

4) Persentase Perbedaan
𝑚𝑒 𝑐 2 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑚𝑒 𝑐 2 𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
% 𝑑𝑖𝑓𝑓 = | | × 100 %
𝑚𝑒 𝑐 2 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 + 𝑚𝑒 𝑐 2 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
2

511.071 𝐾𝑒𝑉 − 564.61202 𝐾𝑒𝑉


% 𝑑𝑖𝑓𝑓 = | | × 100 %
511.071 𝐾𝑒𝑉 + 564.61202 𝐾𝑒
2
% 𝑑𝑖𝑓𝑓 = 9.95%

d. Grafik

Pada tabel 1 dan hasil analisis data yaitu menentukan rata rata dari massa
diam elektron dapat dibuat grafik hubungan antara Energi Maksimum
setiap sumber radiasi (Emax) dan Massa diam elektron (mec2) berdasarkan
pendekatan modern

570
560
Co-60
550 Cs-137 564.6120226
540 535.27915
530
mec2

520
510
500
Na-22
490 480.6550203
480
470
0 200 400 600 800 1000
Emax

Grafik 1 Hubungan antara energi maksimum(Emax) dan Massa diam


elektron (mec2)

e. Kecepatan Elektron

1) Cs – 137

14
1
𝑣 = 𝑐 √1 −
𝐸
( 𝑚𝑎𝑥 + 1)2
𝑚𝑒 𝑐 2 1

1
𝑣 = 3 × 108 𝑚/𝑠√1 −
451.591 𝐾𝑒𝑉
( + 1)2
535.27915 𝐾𝑒𝑉

𝑚
𝑣 = 252035958
𝑠
𝑚
𝑣 = 2.5204 × 108
𝑠
2) Na – 22

1
𝑣 = 𝑐 √1 −
𝐸
( 𝑚𝑎𝑥 + 1)2
𝑚𝑒 𝑐 2 2

1
𝑣 = 3 × 108 𝑚/𝑠√1 −
340.876 𝐾𝑒𝑉
( + 1)2
480.65502 𝐾𝑒𝑉
𝑚
𝑣 = 243294347
𝑠
𝑚
𝑣 = 2.4329 × 108
𝑠
3) Co – 60

1
𝑣 = 𝑐 √1 −
𝐸
( 𝑚𝑎𝑥 + 1)2
𝑚𝑒 𝑐 2 2

1
𝑣 = 3 × 108 𝑚/𝑠√1 −
340.876 𝐾𝑒𝑉
( + 1)2
480.65502 𝐾𝑒𝑉
𝑚
𝑣 = 243294347
𝑠
𝑚
𝑣 = 2.4329 × 108
𝑠
2. Pendekatan Klasik

a. Massa Diam Elektron

1) Cs – 137
15
2
(2𝐸𝛾 − 𝐸𝑚𝑎𝑥 )2
𝑚𝑒 𝑐 =
2𝐸𝑚𝑎𝑥

2
(2(658.212 𝐾𝑒𝑉) − 451.591 𝐾𝑒𝑉)2
𝑚𝑒 𝑐 =
2(451.591 𝐾𝑒𝑉)
𝑚𝑒 𝑐 2 = 828.11229 𝐾𝑒𝑉

2) Na – 22

2
(2𝐸𝛾 − 𝐸𝑚𝑎𝑥 )2
𝑚𝑒 𝑐 =
2𝐸𝑚𝑎𝑥
(2(509.174 𝐾𝑒𝑉) − 340.876 𝐾𝑒𝑉)2
𝑚𝑒 𝑐 2 =
2(340.876 𝐾𝑒𝑉)
𝑚𝑒 𝑐 2 = 673.21887 𝐾𝑒𝑉

3) Co – 60
(2𝐸𝛾 − 𝐸𝑚𝑎𝑥 )2
𝑚𝑒 𝑐 2 =
2𝐸𝑚𝑎𝑥
(2(1179.846 𝐾𝑒𝑉) − 946.127 𝐾𝑒𝑉)2
𝑚𝑒 𝑐 2 =
2(946.127 𝐾𝑒𝑉)
𝑚𝑒 𝑐 2 = 1055.9713 𝐾𝑒𝑉

b. Grafik

Pada tabel 1 dan hasil analisis data yaitu menentukan rata rata dari massa
diam elektron dapat dibuat grafik hubungan antara Energi Maksimum
setiap sumber radiasi (Emax) dan Massa diam elektron (mec2) berdasarkan
pendekatan klasik

1200

1000 Cs-137 Co-60


828.112294 1055.971349
800
mec2

600 Na-22
673.2188696
400

200

0
0 200 400 600 800 1000

Emax
16
G. PEMBAHASAN
Telah dilakukan eksperimen yang berjudul Efek Compton. Nama dari judul
eksperimen ini diberikan oleh fisikawan pada keadaan dimana foton yang bergerak
menabrak sebuah elektron yang diam kemudian elektron tersebut bergerak terlepas
dari inti atom hal ini dikarenakan energi awal foton lebih besar dari energi yang
menahan suatu elektron pada inti atom yang disebut energi ikatan. Setelah tabrakan
terjadi, energi awal foton berkurang dan ditransferkan kepada elektron. Sehingga
dapat diketahui bahwa foto dapat mentransferkan momentum ke partikel lain.

Eksperimen ini dilakukan dengan dua tujuan yaitu yang pertama memahami
pengaruh kecepatan elektron terhadap massa elektron menurut pandangan klasik dan
modern dan yang kedua mengestimasi massa diam elektron melalui pengamatan
hamburan compton. Pada percobaan ini digunakan tiga sumber radiasi yaitu Cs – 137,
Na – 22, dan Co – 60.

Dari hasil analisis dengan pendekatan modern diperoleh rata rata dari massa diam
elektron untuk sumber Cs – 137, Na – 22, dan Co – 60 berturut – turut 535.27915
KeV, 480.65502 KeV, dan 564.61202 KeV. Diperoleh pula massa diam elektron
secara teori yaitu 511.071 KeV. Nilai hasil praktikum dan teori yang diperoleh
dibandingkan dan dapat dilihat bahwa besar perbedaannya masing masing adalah
4.63%, 6.13%, dan 9.95%. Dari semua yang dipaparkan diatas dapat diketahui bahwa
massa diam elektron secara teori harusnya sama tetapi dari praktikum diperoleh massa
diam elektron berbeda – beda. Ini dikarenakan sumber radiasi yang digunakan sudah
habis masa peluruhannya.

Pada pendekatan klasik, massa diam elektron tidak sama (tidak konstan) untuk
semua sumber radiasi. Selain itu energi maksimum juga berbeda sehingga energi
kinetik juga berbeda. Ini dikarenakan pada pendekatan klasik, energi dan momentum
relativistik diabaikan. Diketahui pada relativitas Einstein dijelaskan bahwa massa
benda bertambah pada saat benda tersebut bergerak mendekati kecepatan cahaya
tetapi hal ini diabaikan pada pendekatan klasik.

17
H. KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengamatan dan analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa
1. Berdasarkan pendekatan klasik, kecepatan dari suatu elektron tidak
mempengaruhi massanya, tetapi pada pendekatan modern itu dipengaruhi
2. Massa diam elektron secara teori untuk semua sumber radiasi sama yaitu
511.071 KeV sedangkan pada praktikum nilai massa diam elektron untuk
tiap sumber Cs – 137, Na – 22, dan Co – 60 berturut – turut 535.27915
KeV, 480.65502 KeV, dan 564.61202 KeV.

18

Anda mungkin juga menyukai