Arti geometri dari turunan fungsi di satu tititk adalah gradien garis singgung
pada grafik fungsinya. Jika suatu fungsi terdiferensialkan di satu titik dan
turunan pertamanya kontinu di sekitar titik itu, maka persamaan garis
singgung di titik itu dapat ditentukan. Turunan pertamanya ditentukan dengan
aturan menentukan turunan, definisi turunan, turunan implisit, atau turunan
parameter. Garis singgung dan garis normal pada suatu fungsi didefinisikan
sebagai berikut di bawah ini.
Definisi
Misalkan fungsi f terdiferensialkan pada selang terbuka I yang memuat c dan fungsi
turunan pertama f ’ kontinu pada I.
Garis singgung pada fungsi f di c didefinisikan sebagai garis yang melalui titik (c, f(c))
dengan gradien
mgs = 𝒇′ (𝒄)
Garis normal pada grafik fungsi f di c didefinisikan sebagai garis yang melalui (c, f(c))
dan tegak lurus pada garis singgungnya.
Catatan Dari syarat dua garis saling tegak lurus, jika mgs = 𝑓 ′ (𝑐), dan 𝑓 ′ (𝑐) ≠ 0, maka
gradien garis normalnya adalah
Jika titik P (x1, y1) terletak pada kurva y = f(x), maka persamaan garis singgung kurva
yang memlaui titik tersebut adalah :
𝒚 − 𝒚𝟏 = 𝒎(𝒙 − 𝒙𝟏 )
Tentukan persamaan garis singgung pada kurva y = x³ – 3x di titik (2, 2) dan gambarkan
grafiknya.
Penyelesaian :
f(x) = x³ – 3x
f ‘(x) = 3x² – 3
m = f ‘(2) = 12 – 3 = 9
y – y1 = m(x – x1)
y – 2 = 9 (x – 2)
y – 2 = 9x – 18
y = 9x – 16
20
15
10
5
0
-3 -2 -1 -5 0 1 2 3 4
-10
-15
-20
-25
-30
-35
-40
Kurva Persamaan Garis Singgung
CONTOH SOAL
Tentukan persamaan garis singgung pada kurva y = x4 – 7x2 + 20 di titik yang berabsis 2
dan gambarkan grafiknya.
Penyelesaian :
y – y1 = m(x – x1)
y – 8 = 4(x – 2)
y – 8 = 4x – 8
y = 4x
10000
8000
6000
4000
2000
0
-15 -10 -5 0 5 10 15
-2000
CONTOH SOAL
Tentukan persamaan garis singgung dan garis normal pada kurva y = x2 + x + 1 dan
melalui titik yang berabsis −1 serta gambarkan grafiknya.
Penyelesaian :
Pada kurva y = x2 + x + 1 dan melalui titik yang berabsis −1 titik singgungnya adalah
(−1,y) karena baru diketahui absis x = −1
y = (−1)2 + (−1) + 1 = 1
y = x2 + x + 1 , y' = 2x + 1 → m = 2(−1) + 1 = −1
y − y1 = m(x − x1)
y – 1 = −1(x + 1)
y=−x
−𝟏
Gradien garis normalnya yang melalui titik (-1, 1) adalah 𝒎𝒈𝒏 = −𝟏⁄𝒇′ (𝒄) = −𝟏 = 𝟏
𝑦 − 𝑦1 = 𝑚𝑔𝑛 (𝑥 − 𝑥1 )
𝑦 − 1 = 1(𝑥 + 1)
𝒚=𝒙+𝟐
120
100
80
60
40
20
0
-15 -10 -5 0 5 10 15
-20
Untuk memberikan gambaran dari definisi tersebut, andaikan P (x0, y0) adalah titik tetap
pada grafik y = f(x), seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
y = f(x)
dy
y
P (x0, y0)
dx
garis
singgung
x
𝑑𝑦 = 𝑓 ′ (𝑥0 )𝑑𝑥
Kegunaan gagasan ini terletak pada kenyataan dasar bahwa garis singgung tersebut sangat
dekat pada kurva y = f(x) di sekitar P (x0, y0). Lihat gambar di bawah ini!
y = f(x)
y
∆y
dy
P (x0, y0)
∆x
garis
singgung
x0 x0 + ∆x x
Jadi jika x mendapatkan pertambahan kecil ∆x = dx, pertambahan yang berpadanan dalam
y pada kurva adalah ∆y = f(x0 + ∆x) – f(x0), sedangkan pada garis singgung adalah dy =
𝑓 ′ (𝑥0 )∆𝑥. Tetapi dy merupakan suatu hampiran terhadap ∆y dan hanya berupa konstanta
kali ∆x, yang secara normal lebih mudah di hitung.
Definisi
𝑑𝑦 = 𝑓 ′ (𝑥)𝑑𝑥
Sekarang anda perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, karena dy = 𝑓′ (x) dx,
𝒅𝒚
pembagian kedua ruas oleh dx menghasilkan 𝒇′ (𝒙) = anda dapat melakukannya;
𝒅𝒙
Kedua, bersesuaian dengan setiap aturan turunan, ada aturan diferensial yang diperoleh
dari bentuk sebelumnya dengan mengalikannya pada dx.
𝑑𝑘
1. =0 1. 𝑑𝑘 = 0
𝑑𝑥
𝑑(𝑘𝑢) 𝑑𝑢
2. =𝑘 2. 𝑑 (𝑘𝑢) = 𝑘 𝑑𝑢
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑(𝑢+𝑣) 𝑑𝑢 𝑑𝑣
3. = + 3. 𝑑 (𝑢 + 𝑣 ) = 𝑑𝑢 + 𝑑𝑣
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑(𝑢𝑣) 𝑑𝑣 𝑑𝑢
4. =𝑢 +𝑣 4. 𝑑 (𝑢𝑣 ) = 𝑢 𝑑𝑣 + 𝑣 𝑑𝑢
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑢 𝑑𝑣
𝑑(𝑢/𝑣) 𝑣( )−𝑢( ) 𝑢 𝑣 𝑑𝑢−𝑢 𝑑𝑣
5. = 𝑑𝑥 𝑑𝑥 5. 𝑑( ) =
𝑑𝑥 𝑣2 𝑣 𝑣2
𝑑(𝑢𝑛 ) 𝑑𝑢
6. = 𝑛𝑢𝑛−1 6. 𝑑 (𝑢𝑛 ) = 𝑛𝑢𝑛−1 𝑑𝑢
𝑑𝑥 𝑑𝑥
Ketiga, meskipun definisi dy menganggap bahwa x y adalah sebuah peubah bebas,
anggapan tersebut tidak penting. Andaikan y = f(x), dengan x = g(t). Maka t adalah peubah
bebas dan x dan y keduanya bergantung padanya. Sekarang
𝑑𝑥 = 𝑔′ (𝑡) 𝑑𝑡
dan karena
𝑦 = 𝑓(𝑔(𝑡))
𝑑𝑦 = 𝑓 ′ (𝑔(𝑡)) 𝑔′ (𝑡) 𝑑𝑡
= 𝑓 ′ (𝑥) 𝑑𝑥
Perhatikan bahwa dy ternyata adalah 𝑓 ′ (𝑥) 𝑑𝑥, sama halnya seperti jika x adalah peubah
bebas.
Akhirnya, Hati-hatilah membedakan turunan dan diferensial. Mereka tidak sama. Bila
𝑑𝑦
anda menulis Dxy atau 𝑑𝑥
, berarti anda menggunakan lambang untuk turunan, sebaliknya
CONTOH SOAL
Cari dy jika
(a) y = x3 – 3x + 1
(b) 𝑦 = √𝑥 2 + 3𝑥
(c) 𝑦 = sin(𝑥 4 − 3𝑥 2 − 11)
(a) dy = (3x2 – 3) dx
1
1 2𝑥+3
(b) 𝑑𝑦 = 2 (𝑥 2 + 3𝑥)−2 (2𝑥 + 3)𝑑𝑥 = 𝑑𝑥
2√𝑥 2 +3𝑥
Diferensial akan memainkan beberapa peranan, tetapi untuk sekarang ini penggunaan
utamanya adalah dalam peyediaan hampiran-hampiran.
y y = f(x)
∆y
dy
f(x+∆x)
f(x)
x x + ∆x x
Bilamana x diberikan tambahan ∆x, maka y menerima tambahan yang berpadanan ∆y, yang
dapat dihampiri oleh dy. Jadi , f(x + ∆x) dihampiri oleh :
CONTOH SOAL
Andaikan anda memerlukan hampiran yang baik terhadap √4.6 dan √8.2 , tanpa
menggunakan kalkulator. Apa yang mungkin anda kerjakan ?
Penyelesaian.
2 dy = 0.15
√9 = 3
1 √4 = 2
1 2 3 4 4.6 5 6 7 8 8.2 9 10
Sekarang
1 1
𝑑𝑦 = 𝑥 −1/2 𝑑𝑥 = 𝑑𝑥
2 2√𝑥
1 0.6
𝑑𝑦 = (0.6) = = 0.15
2√4 4
jadi : √𝟒. 𝟔 ≈ √𝟒 + 𝒅𝒚 = 𝟐 + 𝟎. 𝟏𝟓 = 𝟐. 𝟏𝟓
1 −0.8
𝑑𝑦 = (−0.8) = = 0.133
2√9 6
karena itu,
Berikut adalah masalah khas dalam sains. Seseorang peneliti mengukur peubah x
tertentu yang bernilai x0 dengan galat yang mungkin berukuran ±∆x. Nilai x0 kemudian
dipakai menghitung nilai y0 untuk y yang tergantung pada x. Nilai y0 tercemar oleh galat
dalam x, tetapi seberapa buruk? Prosedur baku adalah menaksir galat ini dengan
memakai sarana diferensial.
CONTOH SOAL
Rusuk kubus diukur dengan panjang 11.4 cm dengan kemungkinan galat ± 0.05 cm.
Hitung volume kubus dan berikan suatu taksiran galat dalam nilai ini.
Penyelesaian
Volume kubus V yang rusuknya x adalah V = x3. Jadi dV = 3x2 dx. Jika x = 11.4 dan dx =
0.05, maka V = (11.4)3 ≈ 1482 dan
dV = 3 (11.4)2 (0.05) ≈ 19
HAMPIRAN LINEAR
𝑦 = 𝑓(𝑎) + 𝑓 ′ (𝑎)(𝑥 − 𝑎)
y y = f(x)
y = f(a) + f’(a)(x-a)
(a, f(a))
a x x
Secara langsung ini menuju ke Hampiran Linear
Polinom Linear 𝑃1 (𝑥) = 𝑓(𝑎) + 𝑓 ′ (𝑎)(𝑥 − 𝑎) disebut Polinom Taylor Orde 1 pada a untuk
f(x), menurut matematikawan Inggris, Brook Taylor (1658-1731). Kita dapat
mengharapkan P1(x) merupakan suatu hampiran yang baik terhadap f(x) hanya di dekat x
= a.
CONTOH SOAL
Carilah P1(x) pada a = 1 untuk f(x) = ln x dan gunakan untuk menghampiri ln (0.9) dan ln
(1.5)
Penyelesaian :
1
Karena f(x) = ln x, maka 𝑓′(x) = ; maka f(1) = 0 dan 𝑓 ′ (1) = 1. Karenanya :
𝑥
𝑃1 (𝑥) = 0 + 1(𝑥 − 1) = 𝑥 − 1
Akibatnya :
ln 𝑥 ≈ 𝑥 − 1
Polinom kuadrat unik yang memenuhi kondisi-kondisi ini (Polinom Taylor orde 2
pada a) adalah :
𝑓"(𝑎)
𝑃2 (𝑥) = 𝑓(𝑎) + 𝑓 ′ (𝑎)(𝑥 − 𝑎) + (𝑥 − 𝑎)2
2
Hampiran kuadrat yang berpadanan adalah
𝒇"(𝒂)
𝒇(𝒙) ≈ 𝒇(𝒂) + 𝒇′ (𝒂)(𝒙 − 𝒂) + (𝒙 − 𝒂)𝟐
𝟐
CONTOH SOAL
Carilah P2(x) pada a = 1 untuk f(x) = ln x dan gunakan untuk menghampiri ln (0.9) dan ln
(1.5)
Penyelesaian :
1 −1
Karena f(x) = ln x, maka 𝑓′(x) = 𝑥 ; dan 𝑓"(𝑥) = 𝑥2
maka f(1) = 0 , 𝑓 ′ (1) = 1 , 𝑓"(1) = −1
Jadi :
1
𝑃2 (𝑥) = 0 + 1(𝑥 − 1) − (𝑥 − 1)2
2
Akibatnya :
1
ln 𝑥 ≈ (𝑥 − 1) − (𝑥 − 1)2
2
1
ln(0.9) ≈ (0.9 − 1) − (0.9 − 1)2 = −0.1050
2
1
ln(1.5) ≈ (1.5 − 1) − (1.5 − 1)2 = 0.3750
2
CONTOH SOAL
Cari polinom-polinom Maclaurin orde n untuk ex dan cos x. Kemudian hampiri e-0.2 dan
cos (0.2) dengan menggunakan n = 4.
pada x = 0 pada x = 0
f(x) ex 1 cos x 1
f ’ (x) ex 1 - sin x 0
f “ (x) ex 1 - cos x -1
f(3) ex 1 sin x 0
f(4) ex 1 cos x 1
f(5) ex 1 - sin x 0
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
Diperoleh bahwa
1 2 1 3 1 4 1
𝑒𝑥 ≈ 1 + 𝑥 + 𝑥 + 𝑥 + 𝑥 + ⋯ + 𝑥𝑛
2! 3! 4! 𝑛!
1 1 1
cos 𝑥 = 1 − 2! 𝑥 2 + 4! 𝑥 4 − ⋯ + (−1)𝑛/2 𝑛! 𝑥 𝑛 (n genap)
Jadi dengan menggunakan n = 4 dan x = 0.2, kita peroleh
1 1 1
𝑒 0.2 ≈ 1 + 0.2 + (0.2)2 + (0.2)3 + (0.2)4 = 1.2214
2! 3! 4!
1 1
cos(0.2) = 1 − (0.2)2 + (0.2)4 ≈ 0.9800667
2! 4!
DaftarPustaka