Kata Pengantar................................................................................................................................2
1. Latar Belakang..........................................................................................................................3
2. Tujuan.......................................................................................................................................3
3. Definisi......................................................................................................................................4
4. Ruang Lingkup..........................................................................................................................4
5. Prinsip Dasar.............................................................................................................................4
6. Kerangka Pengelolaan Risiko....................................................................................................5
7. Perencanaan Pengelolaan Risiko..............................................................................................5
8. Implementasi Pengelolaan Risiko.............................................................................................7
9. Perbaikan Berkelanjutan..........................................................................................................8
10. Komunikasi dan Konsultasi...................................................................................................9
Lampiran 1 - Probabilitas dan Dampak.........................................................................................10
Lampiran 2 - Tingkat Eksposure dan Toleransi Risiko...................................................................11
Lampiran 3 – Metode Penyusunan Prioritas Risiko.......................................................................12
Kata Pengantar
.......
Kebijakan Manajemen Risiko dalam
Pengadaan Barang dan Jasa
Provinsi ……………
1. Latar Belakang
Proses pengadaan barang dan jasa memiliki andil yang cukup signifikan dalam mendukung
keberhasilan program pembangunan. Proses tersebut merupakan sebuah mata rantai proses
yang saling terkait dan dilaksanakan oleh banyak pihak, mulai dari tahap perencanaan,
pemrograman, penganggaran, pemilihan penyedia, pelaksanaan kontrak dan pembayaran,
penyerahan pekerjaan/barang dan diakhiri dengan pemanfaatan dan pemeliharaan.
Pada prakteknya, proses Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) di pemerintah saat ini dipandang
sebagai sebuah proses yang memiliki tingkat risiko yang tinggi, berisiko bagi pencapaian tujuan
pengadaan dan berisiko bagi para pelaku proses.
Bagi para pelaku, pengelolaan risiko sebenarnya sudah menjadi praktek yang umum dilakukan,
namun penerapannya masih sangat beragam dan tidak terkelola serta terdokumentasikan
dengan baik. Sedangkan pengalaman atas penanganan setiap risiko yang telah terjadi di masa
lalu merupakan bekal yang sangat berharga dan sepantasnya dijadikan pembelajaran untuk
pelaksanaan proses di masa yang akan datang.
Kebijakan pengelolaan risiko ini akan memberikan pedoman bagi para pelaku PBJ dalam
menerapkan praktek pengelolaan risiko proses pengadaan untuk memastikan pencapaian
tujuan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses PBJ.
2. Tujuan
2.1. Tersedianya kebijakan yang menunjang upaya standarisasi atau kesamaan prosedur
pengelolaan risiko proses PBJ;
2.2. Terjaganya pencapaian tujuan PBJ secara efektif dan efisien melalui implementasi
manajemen risiko;
2.3. Tersedianya sebuah sistem pelaporan yang mudah dibaca dan dimengerti oleh
stakeholder untuk pengendalian risiko serta pengambilan keputusan.
3. Definisi
3.1. Risiko: sebuah potensi kejadian atau peristiwa yang dapat mempengaruhi pencapaian
obyektif.
3.2. Probabilitas: tingkatan kemungkinan terjadinya sebuah risiko.
3.3. Dampak: tingkatan akibat yang akan ditimbulkan seandainya risiko terjadi.
3.4. Toleransi: penyataan batas penerimaan yang bisa diterima oleh organisasi atas risiko-
risiko yang telah diidentifikasi.
3.5. Tingkat Eksposure: Hasil analisis sebuah risiko berdasarkan nilai probabilitas dan dampak.
3.6. Initial Risk: Tingkat eksposure sebuah risiko sebelum dilakukan penanganan.
3.7. Residual Risk: Tingkat eksposure sebuah risiko setelah dilakukan penanganan.
3.8. Prioritas: Peringkat risiko berdasarkan perbandingan tingkat eskposure antar risiko yang
teridentifikasi.
3.9. Risk Breakdown Structure: pengelompokan risiko dalam suatu hirarki yang logis,
sistematis dan terstruktur.
4. Ruang Lingkup
4.1. Komitmen pencapaian obyektif PBJ melalui penerapan pengelolaan risiko;
4.2. Pendefinisian dan pemaknaan berbagai terminologi dalam pengelolaan risiko PBJ;
4.3. Kerangka pengelolaan risiko untuk standarisasi proses.
5. Prinsip Dasar
5.1. Aksi preventif
Pengelolaan risiko di PBJ mendorong upaya-upaya yang bersifat pencegahan (preventif)
untuk mengurangi dan menghilangkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang tidak
diinginkan dibanding upaya untuk meminimalisir atau menghilangkan dampak atas
sebuah kejadian (kuratif).
5.2. Efektifitas eksekusi
Pengelolaan risiko mempersyaratkan eksekusi yang efektif atas setiap rencana
penanganan yang dilakukan untuk mengurangi tingkat probabilitas dan dampak atas
sebuah risiko yang teridentifikasi.
5.3. Pengetahuan sebagai aset
Pengelolaan risiko merupakan aset organisasi yang perlu dikelola dan didokumentasikan
sehingga akan menjadi pengetahuan yang sangat berharga.
5.4. Kolaborasi
Implementasi pengelolaan risiko mempersyaratkan pemahaman antar pemangku
kepentingan guna menciptakan proses kolaborasi yang efektif.
5.5. Optimalisasi teknologi
Sejalan dengan penerapan pengelolaan risiko maka optimalisasi teknologi informasi
dalam penerapannya akan sangat membantu dalam hal pendistribusian informasi dan
monitoring proses.
7.4. Toleransi
Suatu pernyataan organisasi mengenai batas penerimaan organisasi atas suatu tingkat
eksposur risiko tertentu yang dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan PBJ.
9. Perbaikan Berkelanjutan
Perbaikan berkelanjutan dalam pengelolaan risiko PBJ didasari oleh pembelajaran atas hasil
peninjauan kerangka pengelolaan risiko. Dapat terdiri atas 4 hal berikut:
9.1. Praktek apa saja yang sudah baik pelaksanaannya dan perlu dipertahankan;
9.2. Praktek apa saja yang kurang optimal dalam pelaksanaannya sehingga perlu ditingkatkan;
9.3. Hal apa saja yang perlu disempurnakan untuk meningkatkan efektifitas hasil;
9.4. Hal apa saja yang perlu dikurangi atau ditiadakan untuk menyederhanakan proses.
2. Dampak
1 – Insignificant: Pengaruhnya kecil dan dapat segera diatasi.
2 – Minor: Menyebabkan keterlambatan penyelesaian proses pengadaan.
3 – Moderate: Mempengaruhi kualitas penyedia yang terpilih.
4 – Major: Menyebabkan pengadaan gagal.
5 – Catastrophic: Menyebabkan pengadaan gagal dan menimbulkan masalah di kemudian
hari.
Lampiran 2 - Tingkat Eksposure dan Toleransi Risiko
Low risk
Jika nilai Probabilitas dikalikan Dampak lebih kecil sama dengan 3;
Risiko dapat diterima tanpa perlu pemantauan.
Medium risk
Jika nilai Probabilitas dikalikan Dampak antara 3 sampai dengan 7;
Risiko dapat diterima dengan pemantauan, kecuali untuk risiko
dengan Dampak Major atau Catastrophic.
High risk
Jika nilai Probabilitas dikalikan Dampak antara 7 sampai dengan 15;
Risiko tidak dapat diterima dengan mitigasi prioritas menengah.
Extreme risk
Jika nilai Probabilitas dikalikan Dampak lebih besar sama dengan 15;
Risiko tidak dapat diterima dengan mitigasi prioritas tinggi.
Lampiran 3 – Metode Penyusunan Prioritas Risiko
Metode untuk melakukan pemeringkatan atau menyusun skala prioritas atas setiap risiko yang
teridentifikasi adalah sebagai berikut :
Metode 1 - Urutan peringkat level risiko
Metode 2 - Urutan berdasarkan probabilitas tertinggi
Metode 3 - Urutan berdasarkan dampak tertinggi
Metode 4 - Urutan berdasarkan waktu
Metode 5 - Kombinasi dengan menggunakan lebih dari satu metode yang disebutkan di
atas.