Anda di halaman 1dari 12

Gerak Melingkar, Gravitasi Universal

Newton dan Hukum-hukum Kepler


Oleh : A Momang Yusuf

Dinamika Gerak Melingkar


Sesuai dengan hukum II Newton tentang gerak, sebuah benda yang sedang mengalami
percepatan haruslah mengalami gaya yang menjadi penyebab terjadinya percepatan tersebut.
Untuk benda yang bergerak melingkar, seperti bola di ujung tali yang diputar, harus ada gaya yang
bekerja pada bola tersebut agar bola dapat bergerak melingkar. Gaya neto ini harus selalu
mengarah ke pusat lingkaran agar menghasilkan percepatan sentripetal yang arahnya juga ke
pusat lingkaran. Karena arah gaya ini selalu ke pusat lingkaran, maka sering disebut dengan gaya
sentripetal. Perhatikan bahwa gaya sentripetal bukanlah sebuah jenis gaya tetapi hanya sekadar
penamaan yang merujuk ke gaya apa pun yang arahnya ke pusat lintasan gerak. Jadi gaya gesek,
gaya dorong, gaya berat, dan sebagainya bisa merupakan gaya sentripetal, bergantung pada
apakah gaya tersebut arahnya ke pusat lingkaran lintasan benda dimana gaya tersebut bekerja.

Besarnya gaya yang diperlukan agar benda tetap bergerak melingkar dapat dihitung dari hukum II
Newton tentang gerak:  F = masp dengan asp adalah percepatan sentripetal yang diberikan
oleh persamaan : asp = v
2
r , dan F adalah gaya neto.

Dengan demikian dapat dituliskan:

v2
 F = masp = m r
(0.1)

Contoh 1. Gaya yang bekerja pada bola yang diputar dalam lintasan melingkar (secara horizontal)

Perkirakanlah gaya yang harus dikerjakan pada tali yang di ujungnya diikatkan bola bermassa
0,150 kg kemudian diputar secara horizontal seperti gambar. Anggap jari-jari lintasan bola 0,600
m. Bola melakukan dua kali putaran penuh tiap sekon.

Jawaban :

Gaya-gaya yang bekerja pada bola diperlihatkan dalam gambar, yakni gaya berat mg dan gaya
tegangan tali FT. Gaya berat tidak memberi pengaruh pada gerak melingkar karena arahnya tegak
lurus terhadap lintasan benda. Satu-satunya gaya yang memberi percepatan sentripetal pada bola
ini adalah gaya tegangan tali FT. Gaya tegangan tali inilah yang bertindak sebagai gaya sentripetal.

Dengan menggunakan hukum II Newton untuk gerak melingkar bola dapat dituliskan:

v2 v2
F = m r
 FT = m
r
Dari persamaan di atas, kita membutuhkan nilai kecepatan bola, yang bisa dihitung sebagai
berikut.

Karena bola melakukan 2 kali putaran penuh dalam satu detik, maka periode bola tersebut adalah
0,5 detik. Karena untuk satu periode bola menempuh jarak satu kali keliling lintasan berjari-jari
0,600 m, maka jarak tempuh satu periode ini adalah 2r = 2(3,14)(0,600) = 3,77 m.

Dengan demikian, kecepatan bola mengelilingi lintasannya adalah

s 3, 77
v= = = 7,54 m/s
t 0,5
Jadi besarnya gaya FT yang diperlukan adalah

( 7,54 )  14 N
2
v2
FT = m = ( 0,150 )
r ( 0, 600 )
Contoh 2: Bola yang diputar dalam lintasan melingkar secara vertikal

Sebuah bola bermassa 0,150 kg diikatkan di ujung tali yang panjangnya 1,10 m kemudian diputar
sehingga membentuk lintasan berupa lingkaran vertikal seperti pada gambar.

(a) Tentukanlah kelajuan minimum bola yang harus dimiliki pada saat berada di titik tertinggi
lintasannya sehingga bola tersebut tetap bergerak mengikuti lintasan yang melingkar
(b) Hitunglah tegangan tali pada titik terbawah lintasannya, anggap kecepatan bola pada titik
terbawah adalah dua kali kecepatan yang diperoleh pada bagian (a).

Penyelesaian :
Pada kasus soal ini, benda tidak bergerak melingkar dengan kecepatan konstan akibat pengaruh
gravitasi. Karena benda dipertahankan agar tetap mengikuti lintasannya yang melingkar, berarti
jari-jari lintasan kita anggap konstan.

Untuk menjawab pertanyaan (a), kita gambarkan gaya-gaya yang bekerja pada saat bola berada
pada titik puncak untuk kita masukkan ke dalam ruas kiri persamaan hukum II Newton. Gaya-gaya
yang bekerja pada bola saat berada di titik tertingginya diperlihatkan dalam gambar di atas. Ada
dua gaya yaitu gaya tegangan tali FT dan gaya berat mg yang keduanya mengarah ke bawah.

Dengan menggunakan hukum II Newton, dengan mengambil arah ke bawah sebagai arah positif
(sesuai dengan arah percepatannya), maka dapat dituliskan:

 v2 
 F = ma sp  mg + FT = m  
 r 
Dari persamaan di atas, tampak bahwa tegangan tali FT akan bertambah besar jika v bertambah
besar.

Dalam pertanyaan (a) ini kita diminta menghitung kecepatan minimum bola agar lintasan bola
tetap berupa lingkaran. Perhatikan bahwa sepanjang terdapat tegangan tali FT maka bola akan
terus bergerak melingkar dengan lintasan berupa lingkaran. Jika FT = 0, maka bola akan jatuh
sehingga lintasannya tidak akan berbentuk lingkaran lagi. Dengan demikian, untuk menentukan
kecepatan minimum agar lintasan bola tetap berupa lingkaran maka FT diambil bernilai nol.

Dengan kata lain, kecepatan minimum yang diperlukan akan tercapai jika FT = 0, sehingga
persamaan di atas akan menjadi:

 v2 
mg = m    v = rg
 r 
Dengan memasukkan nilai-nilai yang diberikan diperoleh

v= ( 9,8)(1,10 )  3, 28 m/s

Untuk bagian (b), gaya-gaya yang bekerja juga adalah tegangan tali FT dan berat mg. Namun
demikian, pada titik terendah ini arah gaya FT ke atas, sedangkan arah mg ke bawah. Dengan
menggunakan hukum II Newton, dan mengambil arah ke atas positif (sesuai arah percepatan)
maka dapat dituliskan:

 v2 
 F = ma sp  FT − mg = m  
 r 
Atau

 v2 
FT = mg + m  
 r 
Dengan memasukkan nilai-nilai yang diberikan: m = 0,150 kg, v = (2)(3,28) = 6,56 m/s, r = 1,10 m
dan g = 9,80 m/s2 maka akan diperoleh FT = 7,35 N.
Hukum Gravitasi Newton
Selain hukum-hukum geraknya, Newton juga mencetuskan hukum gravitasi universal.

Newton tahu bahwa bulan bergerak mengorbit bumi dengan lintasan yang hampir bulat. Fakta ini
kemudian merangsangnya memikirkan gaya apa yang menyebabkan sehingga bulan dapat
bergerak melingkar mengelilingi bumi.

Alkisah, Newton sedang memperhatikan sebuah apel yang jatuh dari pohonnya. Tiba-tiba dia
mendapatkan inspirasi: jika gravitasi bekerja pada puncak pepohonan, bahkan pada puncak
gunung, maka mungkin pula gravitasi itu juga bekerja terhadap bulan!

Berangkat dari ide inilah Newton kemudian mengembangkan teori gravitasinya, meskipun pada
saat itu terdapat kontroversi terhadap teori yang dikemukakannya. Para fisikawan pada masa itu
kesulitan menerima ide mengenai gaya “yang bekerja dari suatu jarak”. Gaya-gaya yang sudah kita
ketahui sejauh ini bekerja melalui kontak dengan benda lain. Misalnya, tangan kita mendorong
meja, menarik kereta, memukul bola, dan sebagainya. Tetapi gravitasi menurut Newton bekerja
tanpa adanya kontak, karena itu disebut dengan istilah “aksi dari suatu jarak”. Menurut Newton:
bumi mengerjakan sebuah gaya pada buah apel yang jatuh dan juga pada bulan, meskipun antara
bumi dan benda-benda tersebut terbentang jarak yang boleh jadi sangat jauh.

Newton mulai menentukan besar gaya gravitasi yang dikerjakan bumi pada bulan dan
membandingkannya dengan gaya gravitasi yang bekerja pada benda-benda yang berada di atas
permukaan bumi.

Pertama, mari kita hitung percepatan sentripetal yang dialami oleh bulan. Bulan mengorbit bumi
dengan lintasan yang hampir berbentuk lingkaran dengan jari-jari 384 000 km dengan periode
revolusi 27,3 hari.

Percepatan sentripetal dinyatakan oleh persamaan

v2
as =
r
Dengan v adalah kelajuan bulan dalam bergerak melintasi lintasan orbitnya, dan r adalah jari-jari
orbitnya. Karena lintasan bulan berbentuk menyerupai lingkaran, maka kelajuannya dapat
dihitung dengan mengambil jarak tempuhnya sebesar satu putaran penuh lintasannya. Waktu
tempuh satu putaran penuh lintasannya ini sama dengan periodenya yaitu 27,3 hari. Jadi:

Jarak tempuh = satu putaran penuh lintasan lingkaran berjari-jari 384 000 km =

2 r = 2(3,14)(384 106 ) = 2 411,52 106 = 2, 41109 m

Waktu tempuh satu putaran penuh adalah periode yang untuk bulan lamanya adalah 27,3 hari =
27,3 x 24 x 3600 detik = 2,36 x 106 detik

Sehingga :

s 2, 41109
v= = = 1,02 103 m/s
t 2,36 10 6

Dengan demikian, percepatan sentripetal bulan adalah


v 2 (1, 02 10 )
3 2

as = = = 2, 7110−3 m/s 2
r 3,84 108
Jika dinyatakan dalam percepatan gravitasi bumi (g) dengan g = 9,8 m/s2 maka

g 0,00271 1
as = 2,7110−3  = g g
9,8 9,8 3600
Hasil di atas menunjukkan bahwa percepatan sentripetal yang dialami oleh bulan akibat gaya
gravitasi bumi adalah 1/3600 kali percepatan yang dialami oleh benda-benda dekat permukaan
bumi.

Perhatikan bahwa jarak bulan ke bumi adalah 384 000 km dan diketahui bahwa jari-jari bumi
adalah 6380 km sehingga dapat dikatakan bahwa jarak bulan ke bumi adalah 60 kali lebih jauh
daripada jarak benda-benda di permukaan bumi ke pusat bumi.

Dari hasil perhitungan yang dilakukannya, Newton kemudian menyimpulkan bahwa gaya gravitasi
atau FG yang dikerjakan oleh bumi pada sebuah benda berkurang secara kuadrat dari jaraknya ke
pusat bumi, yaitu:

1
FG 
r2
Dengan r adalah jarak benda ke pusat bumi. Jarak bulan ke bumi adalah sekitar 60 kali jari-jari
bumi, sehingga gaya gravitasi yang akan dirasakan oleh bulan hanya 1/602 = 1/3600 kali gaya
gravitasi yang dirasakan oleh sebuah benda atau titik pada permukaan bumi.

Newton menyadari bahwa gaya gravitasi pada benda tidak hanya bergantung pada jarak benda
tersebut tetapi juga pada massanya. Menurut hukum III Newton, jika gaya bumi mengerjakan
gaya gravitasi pada bulan, maka bulan juga akan mengerjakan gaya gravitasi pada bumi yang
besarnya sama tetapi berlawanan arah. Karena sifat simetri ini, Newton bernalar bahwa besar
gaya gravitasi haruslah sebanding dengan massa kedua benda yang terlibat, yang dapat dituliskan
sebagai:

mB mob
FG 
r2
Dimana mB dan mob masing-masing menyatakan massa bumi dan massa benda yang mengalami
gravitasi oleh bumi sedangkan r menyatakan jarak titik pusat bumi ke titik pusat benda yang
mengalami gravitasi bumi.

Newton kemudian memeriksa data-data orbit planet-planet yang telah terdokumentasi untuk
menguji teori gravitasinya. Dari analisis data-data orbit tersebut Newton menyimpulkan bahwa
gaya yang diperlukan untuk mempertahankan planet-planet agar tetap pada orbit masing-masing
mengelilingi matahari kelihatannya mengalami pengurangan sebesar kuadrat terbalik dari
jaraknya dari matahari. Fakta ini akhirnya membuatnya yakin bahwa gaya gravitasi pulalah yang
bekerja matahari dan masing-masing planet sehingga planet-planet tersebut tetap berada dalam
orbitnya. Dan jika gravitasi bekerja antar objek-objek ini, mengapa gaya gravitasi tidak bekerja
pada semua benda?

Menjawab pertanyaan ini, Newton kemudian mengajukan hukum gravitasi universalnya, yang
berbunyi:
Setiap partikel di alam semesta ini menarik partikel-partikel lainnya dengan gaya yang sebanding
dengan perkalian massa partikel-partikel tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
di antara kedua partikel tersebut. Gaya ini bekerja sepanjang garis yang menghubungkan kedua
partikel tersebut.

Besar gaya gravitasi dapat dituliskan dalam bentuk persamaan

m1m2
FG = G (6.1)
r2
Dengan m1 dan m2 adalah massa dari masing-masing partikel, r adalah jarak antara kedua partikel
tersebut, dan G adalah konstanta universal yang harus diukur secara eksperimental.

Henry Cavendish adalah orang yang pertama kali mengukur gaya yang bekerja antara dua benda
biasa pada tahun 1798, seratus tahun setelah Newton mempublikasikan hukum gravitasinya. Untuk
mendeteksi dan mengukur gaya yang sangat kecil antara dua benda ini, Cavendish menggunakan
alat seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut.

Melalui eksperimennya ini, Cavendish akhirnya mengonfirmasi hipotesis Newton yang mengatakan
bahwa dua buah benda saling tarik menarik dan besarnya gaya tarik menarik itu secara akurat
diberikan oleh persamaan (6.1). Selain itu, karena Cavendish dapat mengukur FG, m1, m2, dan r
secara akurat, dia dapat menentukan nilai konstanta G, yang besarnya adalah

G = 6,67 x 10-11 N . m2/kg2

Persamaan (6.1) di atas sering pula disebut hukum kuadrat terbalik karena gaya dalam persamaan
tersebut berbanding terbalik dengan kuadrat jarak, r2. Pada persamaan ini, jarak r adalah jarak
antara titik pusat kedua benda yang saling berinteraksi.

Berapa gaya gravitasi yang kita hasilkan terhadap orang lain yang ada di dekat kita?
Misalkan seseorang dengan massa 50 kg sedang duduk persis di samping seseorang yang lain yang
bermassa 70 kg. Anda bisa membayangkan letak titik pusat kedua orang dan memperkirakan jarak
antara kedua titik pusat massa mereka. Misalkan jarak kedua pusat massanya adalah 0,5 m, maka
gaya gravitasi antara kedua orang ini adalah

FG = G
m1m2
= 6, 67 10−11
( 50)( 70 )  10−6 N
2
r 0,52
Nilai ini sangatlah kecil dan tidak dapat dideteksi kecuali dengan sebuah alat yang sangat-sangat
peka.

Perhatikan baik-baik bahwa gaya F dalam hukum gravitasi universal Newton ini menggambarkan
sebuah jenis gaya yang disebut dengan gaya gravitasi. Sedangkan gaya pada hukum gerak II
Newton, yaitu F = ma, merupakan gambaran tentang bagaimana sebuah benda akan mengalami
percepatan akibat adanya gaya (atau resultan gaya) yang bekerja pada benda tersebut.

Gravitasi pada Daerah Dekat ke Permukaan Bumi


Jika persamaan (6.1) digunakan untuk menghitung gravitasi pada benda yang berada dekat ke
permukaan bumi, maka salah satu dari kedua massa dalam persamaan adalah massa bumi yang
akan disimbolkan dengan mB dan massa lainnya adalah massa benda yang akan ditentukan
gravitasi yang dialaminya yang akan disimbol m saja tanpa subskrip. Jarak r tentu saja adalah jarak
benda ke pusat bumi, sehingga jika benda terletak pada permukaan bumi, maka jarak r ini tentu
jari-jari bumi, rB.

Kita tahu bahwa benda-benda yang jatuh di bumi adalah akibat gaya gravitasi bumi pada benda
tersebut. Dan menurut hukum II Newton tentang gerak, harus berlaku bahwa

 F = ma
Karena hanya gaya gravitasi yang bekerja pada benda yang jatuh (sebenarnya ada juga gaya
gesekan, tetapi biasanya gaya gesekan ini nilainya cukup kecil sehingga kita dapat kita abaikan),
maka ruas kanan persamaan di atas dapat digantikan dengan persamaan gravitasi Newton oleh
bumi terhadap benda yang ditinjau, yaitu

mB m mB
G = ma  a=G
( rB + r ) ( rB + r )
2 2

Di mana r pada persamaan di atas adalah ketinggian benda dari permukaan bumi, dan rB adalah
jari-jari bumi. Untuk ketinggian yang cukup dekat ke permukaan bumi, nilai r jauh lebih kecil dari rB
sehingga dapat diabaikan dalam persamaan di atas. Dengan demikian persamaan di atas dapat
dituliskan menjadi

Gm B
a= (6.2)
rB 2

Persamaan (6.2) menyatakan percepatan yang dialami oleh benda yang jatuh. Karena benda jatuh
disebabkan oleh gaya gravitasi bumi yang bekerja pada benda tersebut, dan akibat bekerjanya
gaya tersebut menyebabkan terjadinya percepatan seperti yang diberikan dalam
maka percepatan ini disebut dengan percepatan gravitasi bumi yang biasa diberi simbol khusus g.
Hingga saat konstanta universal G dapat diukur, massa bumi belumlah diketahui. Tetapi begitu G
telah diketahui, persamaan (6.2) dapat digunakan untuk menentukan massa bumi, yang telah
dilakukan untuk pertama kalinya juga oleh Cavendish. Karena percepatan benda jatuh di bumi
adalah g = 9,80 m/s2 dan jari-jari bumi adalah rB = 6,38 x 106 m, maka dapat dihitung massa bumi
sebesar

grB 2 (9,80 m/s 2 )(6,38 106 m) 2


mB = = −11
= 5,98 1024 kg
G 6, 67 10 N.m /kg 2 2

Persamaan (6.2) berlaku untuk semua planet-planet lainnya, di mana nilai-nilai a, m, dan r
merupakan nilai-nilai dari planet tersebut.

Satelit dan Keadaan tanpa Bobot


Gerak Satelit
Keberadaan satelit yang mengorbit bumi dewasa ini sudah menjadi hal yang biasa. Satelit ini
umumnya merupakan infrastruktur telekomunikasi yang semakin berkembang seperti yang
dirasakan saat ini.

Satelit ditempatkan pada orbitnya dengan memberinya percepatan sampai mencapai sebuah nilai
kelajuan tangensial melalui roket yang membawanya. Kecepatan tangensial ini harus pas. Jika
kecepatan tangensial ini lebih besar dari pada kecepatan yang disyaratkan, maka pesawat ruang
angkasa yang membawanya tidak akan tertarik oleh gravitasi bumi dan akan lepas tanpa bisa
kembali lagi. Sebaliknya, jika kecepatan terlalu rendah, maka satelit akan jatuh kembali ke bumi.

Sebagaimana halnya untuk semua benda yang bergerak melingkar, satelit yang bergerak dalam
orbit yang berbentuk lingkaran, mengalami percepatan sentripetal yang besarnya adalah v2/r.
Gaya yang menyebabkan percepatan sentripetal ini adalah gaya gravitasi yang dikerjakan bumi
terhadap satelit. Karena jarak satelit ke bumi cukup besar, maka gaya gravitasi oleh bumi
terhadap satelit ini diberikan oleh hukum gravitasi universal Newton.

Menurut hukum II Newton untuk gerak melingkar,

v2
F = m r
Gaya yang bekerja pada satelit hanya gaya gravitasi, sehingga dapat ditulis:

mmB v2
G 2 =m (6.3)
r r
Di mana m adalah massa satelit, dan r adalah jarak satelit ke pusat bumi. Misalkan satelit
mengorbit pada ketinggian h dari permukaan bumi, maka r dalam persamaan di atas adalah h + rB
di mana rB adalah jari-jari bumi.

Jika persamaan (6.3) diselesaikan untuk v, maka akan diperoleh

GmB
v= (6.4)
r
Tampak bahwa kelajuan satelit tidak bergantung pada massa satelit tersebut.
Hukum-hukum Kepler
Sekitar tahun 1600, setengah abad lebih sebelum Newton mengemukakan tiga hukum geraknya
dan hukum gravitasi universalnya, seorang astronom Jerman Johannes Keppler (1571 – 1630)
telah memberikan gambaran yang jelas dan detail tentang gerak planet-planet mengelilingi
matahari.

Di antara tulisan karya Kepler, terdapat tiga temuan empiris yang sekarang sering disebut sebagai
hukum Kepler tentang gerak planet. Hukum ini dirangkum sebagai berikut.

Hukum I Kepler: lintasan tiap-tiap planet mengelilingi matahari berbentuk elips dan matahari
terletak pada salah satu titik fokusnya, seperti diilustrasikan dalam gambar berikut.

Elips dibentuk oleh kurva tertutup sedemikian sehingga jumlah jarak dari satu titik dalam kurva
tersebut, misalkan titik P, ke dua buah titik tetap yang disebut fokus F1 dan F2 selalu tetap. Pada
gambar di atas, panjang PF1 + panjang PF2 selalu tetap meskipun titik P ini bergerak sepanjang kurva
yang membentuk elips.

Hukum II Kepler: masing-masing planet bergerak sedemikian sehingga garis imajiner yang ditarik
dari matahari ke planet akan menyapu luas area yang sama untuk periode waktu yang sama. Hal ini
ditunjukkan dalam gambar berikut.

Pada gambar di atas ditunjukkan dua buah area yang dibentuk oleh gerakan sebuah planet. Area I
adalah area yang dibentuk saat planet bergerak dari titik 1 ke titik 2 dan area II dibentuk saat planet
bergerak dari titik 3 ke titik 4. Menurut hukum II Kepler, luas kedua area ini harus sama jika selang
waktu planet bergerak dari 1 ke 2 sama dengan selang waktu planet bergerak dari 3 ke 4.

Hukum III Kepler: perbandingan kuadrat periode T dari dua planet mana pun yang mengelilingi
matahari sama dengan perbandingan pangkat tiga dari jarak rata-rata mereka dari matahari. [Jarak
rata-rata planet ke matahari sama dengan sumbu semimayor s (= setengah jarak dari titik dekat
planet N ke titik jauh M dari matahari), seperti yang ditunjukkan dalam dua gambar sebelumnya].

Ini berarti jika T1 dan T2 menyatakan periode (waktu yang diperlukan untuk mengitari matahari
dalam satu putaran penuh) dari sebarang dua planet, serta s1 dan s2 menyatakan jarak rata-rata
mereka dari matahari, maka:

 T12   s13 
 2 = 3 
 T2   s2 
Hukum III Kepler di atas dapat dituliskan menjadi

 s13   s23 
 2 = 2 
 T1   T2 

Persamaan di atas menunjukkan bahwa nilai s 3 T 2 adalah sama untuk semua planet.

Data-data astronomis beberapa planet yang diberikan dalam tabel berikut menunjukkan hukum III
Kepler ini.

Tabel data astronomi beberapa planet

Planet Jarak rata-rata ke Periode T s3/T2


matahari, s (tahun bumi) (10 km3/tahun2)
24

(106 km)
Merkurius 57,9 0,241 3,34
Venus 108,2 0,615 3,35
Bumi 149,6 1,000 3,35
Mars 227,9 1,88 3,35
Jupiter 778,3 11,86 3,35
Saturnus 1427 29,5 3,34
Uranus 2870 84,0 3,35
Neptunus 4497 165 3,34

Penurunan hukum III Kepler, Massa Matahari, Perturbasi


Pada bagian ini, kita akan menurunkan hukum III Kepler untuk kasus khusus yaitu dengan
menganggap orbit planet-planet tersebut berbentuk lingkaran. Dengan anggapan ini, maka jarak
rata-rata planet ke matahari, s, akan konstan yaitu sama dengan jari-jari orbitnya.

Pertama, kita gunakan hukum II Newton

 F = ma
Karena pada kasus ini hanya gaya gravitasi oleh matahari yang bekerja pada planet-planet
sehingga planet bergerak melingkar dengan percepatan berupa percepatan sentripetal, maka kita
dapat menuliskan persamaan :

m1M v2
G = m1
r12 r1
Di mana m1 adalah massa planet 1 yang ditinjau, M adalah massa matahari, v adalah kecepatan
linear planet 1 pada orbitnya, r1 adalah jarak planet 1 tersebut ke matahari, dan G adalah
konstanta gravitasi universal.

Periode planet adalah waktu yang diperlukan oleh planet untuk mengelilingi orbit berupa
lingkaran satu kali putaran penuh. Dengan demikian, kita bisa menghitung kecepatannya dengan
persamaan:

2 r1
v1 =
T1

Jika persamaan kecepatan di atas kita substitusikan ke dalam persamaan sebelumnya, maka
diperoleh:
2
m M m  2 r1 
G 12 = 1  
r1 r1  T1 

Dengan menyusun ulang persamaan dalam bentuk T1/r1 dan mencoret variabel-variabel yang saling
meniadakan, kita dapatkan hasil

T12 4 2
= (6.5)
r13 GM

Persamaan di atas diturunkan untuk planet 1. Dengan prosedur yang sama kita dapat menurunkan
untuk planet lainnya (misalkan planet 2 dengan indikator subskrip 2) dan akan diperoleh hasil yang
sama sehingga dapat dituliskan bahwa
2 3
T12 T2 2 T12 r13  T1   r1 
=  =    =  (6.6)
r13 r23 T22 r23  T2   r2 
Persamaan di atas tidak lain adalah hukum III Kepler. Persamaan (6.5) dan (6.6) juga berlaku untuk
orbit berbentuk elips asalkan kita menggantikan r dengan s yaitu sumbu semimayor elips.

Hasil pengukuran yang akurat terhadap orbit-orbit planet sebenarnya menunjukkan sedikit adanya
penyimpangan dari hukum-hukum Kepler. Misalnya, teramati bahwa orbit planet sedikit
menyimpang dari bentuk elips. Hal ini telah diprediksi oleh Newton sebagai konsekuensi dari fakta
bahwa gravitasi yang dialami oleh planet-planet tersebut tidak hanya berasal dari matahari. Tetapi
juga berasal dari planet-planet lainnya. Penyimpangan seperti ini, yang disebut perturbasi, yang
terjadi pada orbit planet Saturnus sebenarnya telah membantu Newton merumuskan hukum
gravitasi universalnya, yang mengatakan bahwa semua benda-benda saling tarik-menarik satu
sama lain melalui gaya gravitasi.

Pengamatan adanya perturbasi ini selanjutnya mengarahkan penemuan planet Neptunus.


Penyimpangan pada orbit Uranus tidak dapat disebabkan sepenuhnya oleh perturbasi planet-
planet yang telah diketahui keberadaannya. Perhitungan yang akurat pada abad XIX menunjukkan
bahwa penyimpangan ini dapat diterima jika terdapat planet lain yang jauh dari sistem tata surya.
Posisi planet ini kemudian diprediksi dari penyimpangan orbit Uranus, dan teleskop yang
difokuskan pada area langit tersebut dengan segera berhasil menemukan planet baru tersebut,
yang diberi nama Neptunus. Penyimpangan orbit yang serupa, tetapi dengan perturbasi yang lebih
kecil, pada orbit Neptunus mengarahkan penemuan objek langit lainnya yaitu Pluto pada tahun
1930.

Latihan

1. Pilot pesawat jet menerbangkan pesawatnya membentuk lintasan yang melingkar secara
vertikal seperti pada gambar.

(a) Jika pesawat jet bergerak dengan kecepatan 840 km/jam pada titik terendah
lintasannya, tentukanlah jari-jari minimum lingkaran lintasannya sehingga percepatan
sentripetal pada titik terendah tidak melewati 6,0g
(b) Hitunglah berat efektif pilot yang massanya 78 kg (yaitu berapa besar gaya yang
dikerjakan oleh kursi pada pilot tersebut) pada saat berada pada titik paling bawah
lintasan
(c) Pertanyaan yang sama dengan bagian (b) pada titik paling atas lintasan. Anggap
kecepatan pesawat pada kedua titik tersebut sama besar.
2. Hitunglah percepatan sentripetal bumi saat mengorbit matahari dan besar gaya neto yang
bekerja pada bumi. Dari mana asal gaya yang bekerja pada bumi ini? Anggap bahwa orbit
bumi mengelilingi matahari berbentuk lingkaran dengan jari-jari 1,50 x 1011 m. (Anda dapat
mencari data-data lain yang dibutuhkan dengan melakukan googling, misalnya massa
bumi, massa matahari dan lain-lain)
3. Sebuah satelit bermassa 5500 kg mengorbit bumi dengan periode 6600 detik. Tentukanlah
(a) jari-jari orbit melingkarnya, (b) besar gaya gravitasi bumi yang bekerja pada satelit
tersebut, (c) ketinggian satelit tersebut.
4. Planet A dan planet B berada dalam orbit lingkaran yang mengelilingi sebuah bintang yang
jauh. Jarak planet A ke bintang tersebut 7 kali lebih jauh dibandingkan jarak planet B ke
bintang tersebut. Berapakah perbandingan kelajuan vA/vB?

Anda mungkin juga menyukai