Anda di halaman 1dari 26

2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia adalah salah satu bagian yang memengaruhi

keberhasilan suatu organisasi baik organisasi pemerintah maupun organisasi non

pemerintah. Karena sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting

dalam menjalankan organisasi tersebut. Maju atau mundur suatu organisasi

tergantung pembinaan terhadap kelompok suatu organisasi tersebut, maka untuk

itu didalam suatu organisasi hal yang paling dibutuhkan adalah pembinaan dan

pelatihan agar mereka tahu kemana arah organisasi yang mereka bentuk. Di

zaman sekarang kebanyakan keanggotaan organisasi banyak yang tidak

memahami tentang cara beorganisasi dan tidak tau kemana arah organisasi itu

mereka arahkan karena kurangnya pemahaman tentang organisasi. Untuk itu hal

yang perlu dilakukan sebelum membentuk sebuah organisasi terutama kita

lakukan adalah meningkatan sumber daya manusia agar mereka memahami

tentang organisasi yang meraka bentuk. Pembangunan suatu bangsa tidak

terbebas dari masalah pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang paling penting

dalam membentuk sumber daya manusia karena pendidikan merupakan landasan

dalam meningkatan kualiatas sumber daya manusia (SDM) agar mereka mampu

berfungsi sebagai penggerak pembangunan.

Dalam meningkatan sumber manusia hal yang harus kita lakukan adalah

mengadakan pelatihan-pelatihan karena dengan pelatihan kita dapat

mengembangkan sumber daya manusia itu sendiri.


Dalam Pasal 1 Undang-Undang No 20 Tahun 2013 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa: 1) Pendidikan formal adalah pendidikan

yang terstruktur dan berjenjang yang terdapat pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan tinggi. 2) Pendidikan informal adalah jalur pendidikan

keluarga dan lingkungan. 3) Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar

sistem persekolahan yang didapat secara tidak terstruktur dan berjenjang.

Pendidikan nonformal yaitu pendidikan di luar jalur pendidikan formal yang

bertujuan sebagai pengganti, penambah dan pelengkap dari pendidikan formal

yang didapat secara tidak berstruktur dan berjenjang dengan maksud memberikan

layanan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan belajar.

Pemerintah telah melaksanakan pendidikan melalui pendidikan jalur

pendidikan yang terdiri dari pendidikan formal, informal, dan nonformal yang

saling melengkapi dan memperkaya dalam rangka meningkatkan kualitas sumber

daya manusia. Dalam hal ini pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang

diselenggarakan di luar pendidikan (nonformal) yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam pendidikan formal

(persekolahan).

Dalam Undang-undang dasar No 20 tahun 2003 pasal 26 “Pendidikan

nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan

pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan pelengkapan

pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Satuan

pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok


belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan

pendidikan yang sejenis”.

Dalam pasal 9 Undang-Undang Ketenagakerjaan tahun 2003, pendidikan

dan pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,

meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan

kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan.

Penjelasan ini juga sejalan dengan balai pendidikan dan pelatihan Padang

yaitu untuk mensejahterakan masyarakat melalui program-program yang

diselenggrakan oleh PLS. Lembaga pendidikan dan pelatihan ini merupakan suatu

badan yang menyelenggarakan kegiatan bagi pegawai negeri sipil dan masyarakat

guna meningkatkan keterampilan meraka. Sumber daya manusia yang mumpuni

akan memudahkan organisasi mencapai visi, misi, dan tujuannya. Sumber daya

manusia merupakan elemen penting yang harus diperhatikan oleh organisasi,

karena dengan sumber daya manusia yang baiklah dapat menunjang sebuah

keberhasilan dalam menjalankan organisasi. Tanpa adanya sumber daya manusia

organisasi yang dijalankan tidak akan mencapai tujuan yang mereka inginkan.

Berdasarkan keputusan Menteri Sosial (MENSOS) RI Nomor 53/HUK,

2003, BBPPKS salah satu unit pelaksanaan teknis (UPT) di bidang pendidikan

dan kepelatihan kesejahteraan sosial di lingkungan kementrian sosial RI, dengan

eselon kelembagaan II A yang dibawah naungan yang bertanggung jawab

langsung kepada Kepala Badan Pendidikan, Penelitian Penyuluhan Sosial

(BADIKLITPENSOS) Kementerian Sosial RI.


Pada tahun 1970-1974, Kursus Kejuruan Sosial Menengah (KKSM), tahun

1976-1996, Kursus tenaga sosial (KTS) padang setingkat eselon IV A, dan tahun

1997-2000, Balai pendidikan dan pelatihan dan tenaga sosial (BDPTS) padang

setingkat eselon III A dengan wilayah kerja Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan

Sumatera Selatan. Tahun 2000-sekarang, Balai Besar Pendidikan dan Pelaatihan

Kesjahteraan Sosial (BBPPKS) Padang setingkat eselon IIA dengan wilayah kerja

mencakup 7 Provinsi di Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Aceh, Sumatera Utara,

Sumatera Selatan dan Kepulauan Riau yang kemudian di kenal sebagai

BBPPKKS Regional I Sumatera.

Visi dari BBPPKS ”Terwujudnya Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan

Kesejahteraan Soisal (BBPPKS) Regional I Sumatera sebagai lembaga kediklatan

yang berperan strategis dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM)

pembangunan kesejahteraan sosial”. Dan Misi BBPPKS:

1. Mengembangkan manajemen kediklatan yang profesional dalam upaya

mewujudkan sumber daya manusia pembangunan kesejahteraan sosial (Kesos)

yang berkualitas di wilayah Regional I Sumatera.

2. Mengoptimalkan peran BBPPKS Regional I Sumatera sebagai lembaga

kediklatan dalam menunjang desentralisasi pembangunan kesejahteraan sosial

di wilayah Regional I Sumatera.

BBPPKS Regional I Sumatera juga memiliki fungsi dianataranya:

1. Menyusun rencana program serta evaluasi dan pelaporan pendidikan dan

pelatihan kesejahteraan sosial.

2. Persiapan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial.


3. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial.

4. Pelaksanaan advokasi dan pemberian informasi pendidikan dan pelatihan

kesejahteraan sosial.

5. Pengkajian dan penyiapan standarisasi pendidikan dan pelatihan kesejahteraan

sosial.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti pada tanggal 18

Februari 2018 dengan Bapak Agus Wahyudi, S,ST, selaku Kepala Bidang

Penyelenggaraan Diklat menejelaskan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran

pendidikan dan pelatihan berjalan dengan baik, tiap tahun hasil belajar peserta

lebih meningkat. Lembaga ini kinerja yang sangat bagus maka dari itu dapat

peringkat ke-2 kategori ”Kesuksesan dan Keberhasilan Pelaksanan Diklat” setalah

BBPPKS Yogyakarta peringkat ini diumumkan pada rapat pertemuan Kepala

BBPPKS se-Indonesia di Jakarta. Lembaga ini mendapatkan peringkat ke-2 dari 6

Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) se-

Indonesia dibawah Kementerian Sosial Indonesia. Adapun urutan peringkatnya

adalah sebagai berikut: BBPPKS Yogyakarta peringkat ke-1, BBPPKS Padang

peringkat ke-2, BBPPKS Bandung peringkat ke-3, BBPPKS Banjarmasin

peringkat ke-4, BBPPKS Makasar peringkat ke-5, BBPPKS Papua peringkat ke-6.

Berdasarkan uraian diatas yang dimaksud pendidikan dan pelatihan manajemen

kesejahteraan social penelitian ini adalah balai pendidikan diklat yang memiliki

kinerja yang baik dalam hal pelaksanaan evaluasi program pendidikan dan

pelatihan tersebut.
Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial yang dilaksanakan oleh Balai

Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional 1

Sumatera di Kota Padang adalah pelatihan yang ditujukan bagi pengelola agar

dapat mengelola Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dengan lebih baik.

Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 26 Maret s/d 4 April 2018 sebagai

pelatihan reguler yaitu pelatihan yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan

dengan jumlah peserta 30 orang.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, peneliti mendapat

gambaran penguatan dari hasil belajar peserta dalam melaksanakan pendidikan

dan pelatihan yang baik. Adapun gambaran hasil belajar peserta dapat dilihat pada

table 1.

Tabel 1. Hasil Belajar Diklat Manajemen Kesejahteraan Sosial Tahun 2018

No Nilai Pre Test( Awal) Jumlah Nilai Post Test Jumlah Peserta
Peserta ( Akhir)

1. 50-60 1 50-60 -

2. 60-70 8 60-70 1

3. 70-80 19 70-80 17

4. 80-90 2 80-90 12

Total 30 30

Sumber :BBPPKS Hasil Belajar Diklat Manajemen Kesejahteraan Sosia Tahun


2018

Berdasar penjelesan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta

lebih meningkat dari sebelumnya dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan.


Keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) pada pendidikan

dan pelatihan dapat dipengaruhi oleh berbagai factor yaitu faktor internal dan

ekseternal. Menurut Gagne, Briggs, & Wager (dalam Prawiradilaga 2009: 24)

pembelajaran adalah sebuah proses pembinaan secara fisik atau mentalitas yang

dapat diperoleh secara formal maupun nonformal.

Keberhasilan yang diperoleh tidak lepas dari pelaksanaan pembelajaran

yang dilakakukan dari evaluasi meliputi komponen pembelajaran yang terdiri dari

evaluasi input, proses, output, dan dampak. Menurut Undang- Undang Sistem

Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 bahwa evaluasi pendidikan merupakan

evaluasi yang dapat diterapkan kepada peserta didik, lembaga, dan program

pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan

jenis pendidikan.

Proses pendidikan dan pelatihan tidak terlepas dari perananan evaluasi.

Program pelatihan sebagai salah satu strategi pengembangan sumber daya

manusia (SDM) memerlukan evaluasi untuk mengetahui efektifitas program yang

bersangkutan. Evaluasi pelatihan berkaitan dengan strategi evaluasi yang meliputi

terhadap calon perserta pendidikan dan pelatihan, fasilitator pendidikan dan

pelatihan, dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Hasil dari

evaluasi tersebut memberikan gambaran kelebihan dan kekurangan suatu

pelatihan apakah sesuai dengan apa yang diharapkan ataukah tidak.

Standar pengelolaan pendidikan merupakan hal yang menentukan kualitas

pelatihan yang akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, maka dari itu perlu untuk mengetahui proses
evaluasi sejauh bana berjalannya standar pendidikan dan pelatihan itu dikelola

yang telah dilaksanakan.

Berdasarkan uraian diatas pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan

oleh BBPPKS Regional 1 Sumatera Kota Padang, peneliti tertarik untuk meneliti

gambaran evaluasi pendidikan dan pelatihan manajemen kesejahteraan sosial

(BBPPKS) regional 1 Sumatera di Kota Padang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti

mengidentifikasi beberapa faktor:

1. Perencanaan pendidikan dan pelatihan manajemen kesejahteraan dapat

melaksanakan pembelajaran dengan baik.

2. Pengelolaan menentukan pencapaian yang baik.

3. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan dan pelatihan manajemen kesejahteraan

sosial yang baik.

4. Adanya bekerjasama antara pengelola dan widyaiswara.

5. Tingkat persiapan mendukung pembelajaran juga sangat baik menentukan

tujuan pendidikan dan pelatihan itu sendiri.

C. Batasan Masalah

Sehubung dengan waktu yang telah ditentukan, kesempatan, dan

kemampuaan maka peneliti membatasi “Pada Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan

Manajemen Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional 1 Sumatera di Kota

Padang, berbagai aspek evaluasi pembelejaran (input, proses, output, dampak)


D. Rumusahan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah

“Bagaimana Gambaran Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Manajemen

Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional 1 Sumatera di Kota Padang” dalam

evaluasi input, proses, output, dampak.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui:

1. Evaluasi input yang dilakukan pada pendidikan dan pelatihan kesejahteraan

manajemen sosial.

2. Evaluasi proses yang dilakukan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan

manajemen sosial.

3. Evaluasi ouput yang dilakukan pada pendidikan dan pelatihan kesejahteraan

manajemen sosial.

4. Evaluasi dampak yang dilakukan pada pendidikan dan pelatihan

kesejahteraan manajemen sosial.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat penelitian secara teoritis

Untuk dapat memberi bahan masukan yang perkembangan keilmuaan

pendidikan khususnya dalam mata kuliah, Konsep Pendidikan nonformal,

Evaluasi program PLS, Konsep pendidikan dan pelatihan ( Diklat) sehingga dapat
memperkaya khasana pemahaman dan pengalaman dalam kegiatan pendidikan

dan pelatihan.

2. Manfaat penelitian secara praktis

a. Bagi Lembaga Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan

Sosial (BBPPKS) Regional 1 Sumatera Barat

Untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan lebih

menyempurnakan rancangan program serta dalam menyusun pelaksanaan

pendidikan dan pelatihan.

b. Bagi Widyaiswara

Untuk dapat memberikan informasi hasil penelitian sebagai bahan

masukan pengetahuan tentang penyelenggaraan evaluasi diklat dalam penyusunan

standarisasi pengelolaan pendidikan dan pelatihan.

c. Bagi Peserta Pendidikan dan Pelatihan

Untuk meningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam

melaksanakan pendidikan pelatihan dengan baik.

1. Defenisi Operasional

Judul proposal ini adalah gambaran evaluasi pendidikan dan pelatihan

manajemen kesajteraan sosial di (BBPPKS) Regional 1 Sumatera Kota Padang,

maka untuk itu tidak terjadi kesalahan dalam pengertian dalam memahami, maka

penulis menjelasankan pengertian beberapa istilah pokok dalam pembahasan ini

yaitu:
a. Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS)

Regional 1 Sumatera Kota Padang

Berdasarkan pada lembaga Balai besar pendidikan dan pelatihan

kesejahteraan sosial (BBPPKS) adalah setingkat eselon IIA dengan mencakup

wilayah kerja 8 provinsi di wilayah pulau Sumatra, yaitu :Aceh, Sumatera Utara,

Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Kepulauan Riau, yang kemudian di

kenal dengan BBPPKS Regional 1.

Berdasarkan keputusan MENSOS RI nomor 53/HUK/2003, BBPPKS

salah satu unit pelaksana teknis (UPT) di Bidang Pendidikan dan Pelatihan

Kesejahteraan Sosial di Lingkungan Kementrian Sosial RI dengan eselon tingkat

IIA yang berada di bawah yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala

Badan Pendidikan, Penelitian Penyuluhan Sosial (BANDIKLITPENSOS)

Kementerian Sosial RI.

Pendidikan nonformal yang diselenggarakan dimasyarakat pada lembaga

adalah dapat membantu peserta didik sehingga meningkatkan keterampilan hal

yang diperlukan untuk mengaktualisasikan diri dan untuk menjadi masyarakat

yang berkualitas. Menyiapkan tenaga kependidikan luar sekolah yang profesional

perlu dilakukan secara komprehensif. Mereka akan disiapkan sebagai akademis

dan praktis kegiatan pendidikan luar sekolah. Sebagai akademis, mereka harus

disiapkan untuk menguasai berbagai kajian tentang pendidikan luar sekolah.

Sebagai praktis, mereka harus mampu bertindak sebagai perencana, pelaksanaan,

penilai, dan pengembang kegiatan pendidikan luar sekolah.


b. Evaluasi Pembelajaran

Menurut Suparman (dalam Pribadi, 2016:146) Evaluasi adalah suatu

proses menentukan manfaat, harga dan nilai dari suatu program. Berdasarkan

uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah sebuah pengumpulan

data dan informasi yang dilakukan untuk menilai sesuatu objek atau program.

Menurut Knowlew (dalam Sutarto, 2013:86) menambah dengan diagnosis

ulang kebutuhan belajar menuju pada belajar berkelanjutan. Evaluasi dalam

perencanaan program pembelajaran pelatihan bermula dari kegiatan evaluasi

dalam mengidentifikasi dan menetukan evaluasi input, proses, ouput, dan dampak

dan merumuskan langkah-langkah dalam mekanisme proses pembelajaran dan

pendekatan pembelajaran.

Jadi dapat disimpulkan evalusi adalah proses memperbaiki untuk

mengetahui potensi dan efisensi pada sebuah program pelatihan. Proses evaluasi

tidak hanya dilakukan pada akhir kegiatan, tapi juga ada disaat progam pelatihan

sedang berlangsung. Kegiatan pelatihan dapat diselenggarakan apabila terdapat

faktor-faktor pendukung pada suatu kegiatan seperti evaluasi masukan mentah

(raw input), evaluasi masukan instrumental (instrumental input), evaluasi

lingkungan ( environmental input), proses keluaran (input), masukan lain (other

input),

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka

1. Konsep Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan nonformal adalah hal yang dapat diterima pada jalur diluar

(atau system) pendidikan sekolah, baik dilembaga maupun diluar lembaga, yang

tidak harus berjenjang dan berkeseninambungan. Pendidikan nonformal disebut

juga pendidikan luar sekolah yang bertujuan untuk pengganti dan pelengkap dari

pendidikan resmi yang didapat secara tidak berstruktur dan berjenjang dengan

yang diberikan kepada peserta didik untuk memperoleh pelajaran. Menurut

Irmawita (2015:46-47) berpendapat bahwa “pendidikan nonformal adalah obat

mujarab pada penyakit pendidikan masyarakat, sebagai alternatif di luar

pendidikan formal, pendidikan nonformal tumbuh dan berkembang dalam

melayani masyarakat. Sehubungan dengan itu, seperti konsep penyadaran diri

masyarakat terhadap lingkungkanya, pendidikan hanya bias dilakukan melalui

pendidikan pembebasan dari keterbelakang”.

Tujuan dari pendidikan nonformal adalah sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan kemampuan warga belajar agar tumbuh dan berkembang

sedini mungkin dan sepanjang hayat.

b. Untuk mengembangkan potensi pada warga dan belajar agar memiliki

pengetahuan, keterampilan dan mempunyai mental yang bagus.

Menurut Marzuki (2012: 136) pendidikan nonformal adalah proses yang

terstruktur diluar sistem persekolahan disebut pendidikan formal, dengan maksud


untuk melayani dan mengembangan potensi peserta didik sesuai dengan

kebutuhannya.

Jadi dapat disimpulkan pendidikan nonformal itu sangat membantu peran

dari pendidikan formal yang terstrutktur, berjenjang dan sehingga peserta didik

dapat meningkatkan pengetahuaan dan keterampilan.

Menurut Abdulhak, I (2012: 25) pendidikan nonformal memiliki beberapa

fungsi yang sangat fundamental dalam kehidupan sehari-hari antara lain:

a. Pendidikan nonformal berfungsi pengganti dari pendidikan sekolah.

b. Pendidikan nonformal berfungsi pelengkap dari pendidikan sekolah.

c. Pendidikan nonformal berfungsi tambahan dari pendidikan sekolah.

d. Pendidikan nonformal berfungsi sebagai jembatan pendidikan dalam memasuki

dunia kerja.

2. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Bagian Pendidikan Luar Sekolah

a. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Kesadaran yang mengwujudkan untuk mengembangkan perluasan tingkat

keterampilan dan sikap warga belajar dalam bidang disebut pendidikan. Pelatihan

merupakan proses pembelajaran yang difasilitasi guna untuk terciptanya suasana

belajar yang baik. Menurut Davis (dalam: Sutarto, J. 2013: 4) pelatihan adalah

proses untuk mengembangkan dan meningkatkan skill, keterampilan, memperluas

informasi dan mengubah sikap dalam suatu pekerjaan.

b. Tujuan Pendidikan dan Pelatihan

Tujuan dari pelatihan dan pelatihan itu sangat penting dalam sebuah

program, maka dari itu tujuannya tidak hanya sekedar dalam meningkatkan
kemampuan, keahlian dan keterampilan tetapi juga bisa mengembangkan bakat

seseorang dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya tersebut.

Menurut Moekijat (dalam Sutarto, 2013: 9) pelatihan bertujuan 1) Untuk

menambah keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat

dan lebih efektif, 2) Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan

dapat diselesaikan dengan baik, 3) Untuk mengembangkan sikap, sehingga

menimbulkan kemauan kerja sama dalam suatu kelompok.

Jadi tujuan pendidikan dan pelatihan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan keahlian, pengetahuan, keterampilan, dan bakat seseorang dalam

melaksanakan tugas sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.

3. Kaitan Lembaga Pendidikan Luar Sekolah

Pada lembaga Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial

di BBPPKS Regional 1 Sumatera Di Kota Padang merupakan bagian dari

kegiatan pendidikan luar sekolah. Menurut Robinson (dalam Efendi: 2017) salah

satu dari jenis pendidikan nonformal yaitu pelatihan, kegiatan ini memberikan

manfaat untuk bagi peserta pelatihan apabila dikelola dengan baik. Pendidikan

dan pelatihan adalah suatu peranan yang sangat penting untuk meningkatkan

potensi, pengetahuan, dan sikap agar mencapai seseuatu yang diinginkan.

4. Hakikat Pendidikan dan Pelatihan

a. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Dalam pendidikan sekolah belajar sering kita lakukan dengan proses

belajar mengajar, tetapi dalam pendidikan luar sekolah (PLS) tersebut kita kenal
dengan istilah pembelajaran. Yang pada dasarnya kedua hal ini tidak ada

perbedaan.

Dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003

berpendapat bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Suardi (Nurhalim, 2012:

31) bahwa ciri-ciri belajar antara lain:

1) Belajar memiliki tujuan untuk membina perserta didik dalam mengembangkan

pengetahuan.

2) Adanya suatu interaksi dengan satu sama lain.

3) Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan yang khusus.

Jadi dapatkan disimpulkan bahwa apabila dalam meyelenggarakan kegiatan

pendidikan pada BBPPKS haruslah dapat memperhatikan berbagai aspek yang

disesuaikan, maka dalam pembelajaran yang dilaksanakan akan berjalan dengan

baik kedepannya.

b. Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses untuk mengetahui nilai dan mengumpulkan

data tentang keberhasilan atau manfaat dari suatu program. Evaluasi pelatihan

merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran pelatihan,

utamanya berkenaan dengan peran widyaiswara sebagai evaluator, untuk

mengetahui efektivitas peserta pelatihan.

Menurut Wand dan Brown (dalam Nurhalim 2012: 40) evaluasi adalah

suatu proses yang kita lakukan secara sistematis dan menentukan penilai sejauh

mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Kemudian menurut Roestiyah (dalam


Nurhalim 2012: 41) evaluasi adalah suatu proses pengumpulan data atau

informasi yang dilaksnakan sebagai untuk mengetahui dari sebuah program yang

kita lakukan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah pengumpulan data dalam

proses pembelajaran dan kemampuan peserta yang dimilki tersebut sehingga dapat

untuk mengetahui kebutuhan yang dicapai.

Pada prinsipnya, kegiatan evaluasi pelatihan dilaksanakan sebelum, sedang

dan setelah pembelajaran pelatihan dilangsungkan. Menurut Mappa (dalam

Sutarto 2013 : 85) “penilaian program pelatihan sebagai proses pembelajaran

untuk merespon suatu program, yang dilakukan secara langsung pada sebuah

program dan untuk mendapatkan informasi”.

c. Tujuan Evaluasi

Evaluasi pada dasarnya untuk menilaian keberhasilan suatu kegiatan

pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah dapat sebagai pelengkap

dalam penilaian programs, dan meningkatka pengetahuan dan potensi berdasarkan

hasil penilaian pembelajaran tersebut. Tujuan evalusi pada dasarnya untuk menilai

keberhasilan suatu kegiata pembelajaran. Secara umum, tujuan evaluasi

pembelajaran adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang di masa

yang akan datang berdasarkan hasil dari evaluasi tersebut.

Jadi berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi

merupakan mempunyai manfaat yang sangat penting yang dapat kita dilihat dari

pelaksanaanya suatu program yang kita tetapkan dan untuk mendapatkan tujuan

yang baik.
Menurut Donovan (Pribadi 2016: 147) Evaluasi program pelatihan

merupakan suatu tindakan untuk mendesain dan menyelenggarakan sebuah

program pelatihan mempunyai nilai bagi organisasi atau perusahaan.

Evaluasi dilakukan sebuah program memiliki tujuan untuk:

1. Mengetahui efekvitas dan efisien program.

2. Mengumpulkan informasi apakah penyelenggaraan program pelatiahn dapat

diterima oleh peserta.

3. Meningkatkan kualitas penyelenggraan program.

4. Menentapkan pelaksanaan program pelatihan.

5. Mengetahui dampak penyelengaraan program pelatihan.

d. Komponen Penyelenggaran Pendidikan dan Pelatihan

Menurut Piksa (2017 : 20 ) komponen-komponen tersebut sebagai berikut:

1. Evaluasi raw input

Evaluasi masukan mentah adalah peserta dapat meningkatan kemampuan

dan keterampilan, dengan berbagai cara mengikuti sebuah pelatihan.

2. Evaluasi Instrumental Input

Evaluasi masukan instrumental/sarana adalah segala fasilitas yang

disediakan untuk peserta atau kelompok dalam melaksanakan kegiatan belajar.

Hal ini, keseluruhan sumber seperti, kurikulum, metode, bahan ajar, media, sarana

dan prasarana, penyelenggaraan, narasumber/fasilitator.


3. Evaluasi Environmental Input

Evaluasi environmental input adalah sebuah faktor yang mendorong

berjalannya sebuah program seperti lingkungan kerja yang nyaman, tempat kerja,

dan masyarakat.

4. Proses keluaran ( Input )

Evaluasi input adalah jumlah peserta yang lulusan dengan kualitas

tingkaah laku yang baik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Perubahan

tingkah laku ini mencakup beberapa ranah kognitif (pengetahuan), ranah efektif

(sikap), dan ranah psikomotor (keterampilan).

5. Masukan lain ( Other Input)

Othter input adalah salah satu daya dukung yang memungkinkan peserta

pelatihan dan mempunyai kemampuan yang telah dimiliki untuk kemajuan

mendapatkan pengetahuian dan keahlian.

6. Dampak ( Impact )

Dampak ini sangat penting dalam penyelenggaraan dan menyangkut hasil-

hasil yang dicapai oleh peserta. Dampak setelah mengikuti pelatihan yaitu :

a. Peningkatan kompetensi kerja.

b. Peningkatan tugas atau jabatan.

c. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan kerja.


B. Penelitian Relevan

1. Yuli Kartika (2017) dalam penelitiannya tentang Pelaksanaan Program

Pendidikan dan Pelatihan di Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan

Kependudukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, hasil peneilitiannya

menunjukkan evaluasi program dilakukan setelah atau di akhir pelaksanaan

dan bertujuan untuk menilai hasil yang dicapai setelah program terlaksana

dengan baik. Penelitian ini punya kesamaaan yaitu sama-sama membahas

tentang evaluasi tetapi terdapat perbedaan antara kedua peneliti tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuli Kartika (2017) membahas tentang evaluasi

hasil pembelajaran yang akan dicapai oleh peserta dalam mengikuti pendidikan

dan pelatihan tersebut. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh sipeneliti

saat ini adalah menjelaskan tentang evaluasi pendidikan dan pelatihan

manajemen kesejahteraan sosial (BBPPKS) Regional 1 Sumatera di Kota

Padang.

2. Piksa Dewi Ekantiningsih ( 2017) dalam penelitiannya tentang Pelaksanaan

Program Pendidikan dan Pelatihan Family Development Sesion Bagi Program

Keluarga Harapan di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kejahteraan Sosial

Yogyakarta, hasil penelitinya menunjukkan a. Perencanaan diklat FDS PKH

meliputi analisis kebutuhan diklat yang baik, b. Proses evaluasi terdiri dari dua

tahap, yaitu evaluasi yang dilaksanakan ketika diklat berlangsung dan evaluasi

dampak sudah berjalan dengan baik. Menurut peneliti dua penelitian ini

memiliki perbedaan yang signifikan maksud penelitian ini adalah bahwa


perencanaan dalam ini program sesuai dengan yang telah direncanakan dan

dapat meningkatkan hasil belajar peserta lebih baik.

3. Gus Malik (2015) dalam penelitiannya tentang Evaluasi Penyelenggaraan

Program Pendidikan dan Pelatihan Pendamping KUBE Angkatan III Di Balai

Besar Pendidikan dan Pelatihan Kejahteraan Sosial ( BBPPKS) Daerah

Istimewa Jakarta, hasil penelitiannya menunjukkan a. Evaluasi manajemen

penyelenggaraan diklat secara umum sudah dilaksanakan dengan baik dan

sesuai harapan, b. Evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan pendamping KUBE

berjalan dengan baik dan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

Menurut peneliti dua penelitian ini memiliki perbedaan yang signifikan, maka

penelitian yang peniliti lakukan membahas tentang Gambaran Evaluasi

Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Kesejahteraan Sosial BBPPKS Regional

1 Sumatera di Kota Padang, yang dilihat dari dari aspek evaluasi input, proses,

output dan dampak.

C. Kerangka Konseptual

1. Evaluasi Input
Evaluasi Pendidikan dan
Pelatihan 2. Evaluasi Proses

3. Evaluasi Output

4. Evaluasi Dampak

Gambar Kerangka Konseptual


Keberhasilan yang diperoleh tidak lepas dari pelaksanaan pembelajaran

yang dilakakukan yang meliputi evaluasi pembelajaran yang terdiri dari evaluasi

input, proses, ouput, dampak.

Penelitian ini medeksripsikan evaluasi pembelajaran yang terdiri dari

aspek evaluasi input belajar, proses, output, dan dampak pada Balai Besar

Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional 1 Sumatera

di Kota Padang.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana evaluasi input pembelajaran yang dilakukan pada pendidikan dan

pelatihan?

2. Bagaimana evaluasi proses pembelajaran yang dilakukan pada pendidikan dan

pelatihan?

3. Bagaimana evaluasi ouput pembelajaran yang dilakukan pada pendidikan dan

pelatihan?

4. Bagaimana evaluasi dampak yang dilakukan pada pendidikan dan pelatihan?


BAB III
METEDO PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, penelitian ini termasuk

penelitian kuantitatif yang berbentuk penelitianya adalah deskriptif. Penelitian

kuantitatif deskriptif adalah untuk mendapatkan informasi lebih mendalam dan

luas, atau untuk menentukan hubungan beberapa berupahan atau untuk

memperjelas dan mempertanjam konsep yang sudah ada. Menurut Lehman

(dalam Yusuf, 2007: 83) Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian

yang bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena yang faktual dan akurat

untuk mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu.

Adapun penggunaan penelitian kuantitatif deskriptif sebagai untuk

ditujukan tentang Gambaran Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Manajemen

Kesejahteraan Sosial di (BBPPKS) Regional 1 Sumatera Kota Padang.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah semua subyek yang dapat diamati. Menurut Sugioyono

(2003:57) berpendapat bahwa populasi adalah keseluruhan penelitian yang sesuai

dengan informasi yang diinginkan sipeneliti sehingga dapat membedakan mana

yang ditekiti dan yang tidak ikut diteliti.

Menurut Yusuf ( 2007: 180) “populasi adalah suatu yang essensial untuk

mendapat perhatian apabila peneliti ingin menyimpulkan suatu hasil yang dapat

dipercaya dan tepat guna untuk menetukan daerah atau objek penelitiannya”.
Jadi populasi adalah keseluruhan subjek dalam penelitian untuk

memperoleh informasi sesuai dengan tujuan. Yang menjadi populasi dalam

penelitian ini yaitu peserta dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran diklat

manajemen kesejahateraan sosial BBPPKS Regional 1 Sumatera di Kota Padang

yang berjumlah 30 peserta.

Adapun ciri-ciri populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Peserta pendidikan dan pelatihan yang mempunyai pendidikan.

b. Masih tercatat sebagai peserta saat penelitian ini berlangsung.

c. Mengikuti proses kegiatan pendidikan dan pelatihan pada lembaga ini tahun

2018.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian yang mewakili populasi sekaligus

menggambarkan populasi itu sendiri. Menurut Arikunto (2006:131) “sampel

merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Sampel ditentukan

berdasar masalah penelitian dan instrument yang digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan jumlah populasi pada penelitian ini maka teknik pengambil

sampel dilakukan dengan cara Cluster rondom sampling. Dimana populasi

diambil berdasrkan penelitian sebanyak 75%. Adapun sampel dalam penelitian ini

berjumlah 20 peserta.
C. Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis data

Jenis data dalam penelitian ini seperti data gambaran evaluasi pendidikan

dan pelatihan (Diklat). Adapun data yang dibutuhkan adalah data tentang

gambaran evaluasi input, proses, output, dampak.

2. Sumber Data
Adaapun sumber data dalam penelitian ini yaitu peserta diklat, adapun

alasannya adalah karena setiap komponen dalam pelaksanaan diklat ini.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Jenis data yang diperlukan dalam evaluasi pembelajaran diklat, bertitik

tolak dari tujuan penelitian ini berdasarkan jenis data yang digunakan adalah

teknik angket, dengan alat pengmpulan data berupa daftar pertanyaan. Menurut

Arikunto (2006) angket menggunakan skala likert merupakan berupa pengajuan

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain (responden) dan berupa pertanyaan

bersedia memberi respon sesuai dengan penggunaan angket. Daftar pertanyaan

masing-masing alternatif jawaban yang akan diberi skor berikut :

1. Sangat baik

2. Baik

3. Cukup baik

4. Kurang

E. Teknis Analisis Data


Sehubung dengan tujuan peneiliti ini dikemukandengan jenis penelitian

ini adalah teknik dekriptif kuantitatif dengan perhitungan persentase.

P=

Keterangan :
P = jumlah hasil yang diperoleh
f = frekuensi alternatif jawaban
N = jumlah responden
Hasil penelitiann akhir ini dan masing-masing variabel berupa pernyatan

kuantitatif, maka besarnya persentase didasarkan bagi penentuan prosedur yaitu

dengan membandingkan mean masing-masing variabel dengan skor ideal dikali

100%. Kategori sesuai dengan yang dikemukan oleh Ari kunto (2006).

Kategori Skor

Kategori Skor

Sangat baik 76-100%


Baik 51-75%
Cukup baik 26-50%
kurang >25%

Anda mungkin juga menyukai