I
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Proposal Tugas Akhir
dari mahasiswa :
Dosen Pengampu
Dosen Pembimbing
Mata Kuliah Metodologi
Penelitian
(..............Nama Pembimbing...........)
(..............Nama Dosen...........)
NIP......................................
NIP......................................
I
DAFTAR ISI
I. LEBAR PERSETUJUAN I
II. DAFTAR ISI II
1. BAB I LATAR BELAKANG 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................................................
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................................................
1.3 Pembatasan Masalah ...................................................................................................................
1.4 Rumusan Masalah .......................................................................................................................
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................................................
1.6. Sistematika Penulisan ................................................................................................................
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Teori Penelitian Terkait ...................................................................................................................
2.2 Penelitian Terkait .............................................................................................................................
2.3 Critical Review ................................................................................................................................
2.4 Summarize .......................................................................................................................................
2.5 Synthesize ........................................................................................................................................
2.6 Comparison ......................................................................................................................................
2.7 Claim atau Kontribusi Penelitian .....................................................................................................
3. BAB III METODE PENELITIAN 0
3.1 Lokasi Penelitian ..............................................................................................................................
3.2 Sarana Pendukung ............................................................................................................................
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................................................................
3.4 Diagram Alir Penelitian ...................................................................................................................
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
juga sudah diajarkan tentang bagaimana cara membuat sebuah program dan juga
sudah diajarkan soal jaringan sistem komputer. Yang mana kedua metode
pembelajaran ini membutuhkan jaringan internet yang lancar dan stabil, agar murid
bisa dengan cepat paham melalui praktek langsung.
Solusi efektif yang berguna untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
melakukan manajemen bandwidth agar tidak terjadi kemacetan saat permintaan akses
jaringan padat. SMA Negeri 4 Palembang memanfaatkan Internet untuk mendukung
sarana dan prasarana yang digunakan oleh seluruh warga sekolah SMA Negeri 4
Palembang.
2
selanjutnya adalah pengukuran data. Saat pengukuran data dilakukan di ruang staf,
pada saat yang sama terintegrasi ke dalam tiga jenis jaringan sebagai perangkat
transmisi, yaitu instagram.com sebagai perangkat hiburan, palembang.tribunnews.com
sebagai perangkat portal berita, dan terakhir yaitu gmail.com sebagai perangkat
pengiriman surat elektronik.
Berikut hasil pengamatan awal di ruang staff menggunakan aplikasi Axence
nettools pro 5.0
Tabel 1.1 Hasil akhir analisis dari ruang staf
Predik
at
Average Persentas Nilai
e
Web
TIPHO
N
Throughp (%)
ut
palembang.tri 397516 13.2504 Jelek 1
bunnews.com
instagram.co 100606 3.3535 Jelek 1
m
gmail.com 296933 9.8976 Jelek 1
3
Web Average Delay TIPH Nil
ON ai
palembang.tri San
bunnews.com 7 gat 4
1 Bag
us
instagram.co San
m 1 gat 4
3 Bag
5 us
gmail.com San
1 gat 4
0 Bag
8 us
Hasil penjumlaha Nilai 21
n
Dibagi jumlah Parameter yang di
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa kualitas layanan yang ada pada
jaringan internet SMA Negeri 4 Palembang yang saat ini masih menggunakan
manajemen bandwidth simple queue dan mendapatkan predikat kurang memuaskan
jika dibandingkan dengan standarisasi TIPHON.
Simple queue memiliki kelemahan dalam menghadapi user yang dinamis yaitu
user yang bisa online atau offline sesuka hati. Selain itu, antrian sederhana
menghasilkan penundaan dan kehilangan paket yang jauh lebih tinggi daripada pohon
antrian, berdasarkan kertas Pohon Antrian Manajemen Bandwidth VS Simple Queue.
Oleh karena itu, penulis ingin menerapkan pengelolaan bandwidth antrian
melalui metode Hierarchical Token Bucket (HTB). Metode ini dipilih karena
kelebihan metode HTB adalah membatasi trafik pada setiap bagian dan klasifikasi,
sehingga bandwidth yang tidak digunakan oleh level tinggi atau level rendah dapat
4
digunakan (Wijaya, 2013). Jadi jika ada user yang tidak aktif, bandwidth bisa terpakai
oleh user yang sedang aktif. HTB sangat berguna untuk membatasi unduhan dan
unggah peringkat klien. Dengan demikian, pelanggan tidak bisa begitu saja
menggunakan seluruh kapasitas bandwidth.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membuat MPTI yang berjudul
“Analisis dan Perancangan Manajemen Bandwidth Menggunakan Metode HTB
Pada Mikrotik di Jaringan SMA Negeri 4 Palembang”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian Latar Belakang Masalah, maka dapat di identifikasi beberapa
masalah dalam penelitian:
1 Kualitas internet yang kurang baik pada saat warga sekolah dalam mengakses
internet.
2 Hasil Quality of service (QoS) yang buruk belum maksimal jika dibandingkan
dengan standarisasi TIPHON.
5
Hierarchical Token Bucket (HTB) dengan Mikrotik di Lab Komputer SMA Negeri
4 Palembang?
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk menerapkan manajemen bandwidth menggunakan metode
HTB pada Routerboard Mikrotik type RB951Ui-2ND agar kualitas layanan QoS di
SMA Negeri 4 Palembang menjadi lebih baik dan optimal.
2) Manfaat Penelitian
A. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu administrator atau Kepala Lab
Komputer jaringan di SMA Negeri 4 Palembang untuk menerapkan
manajemen bandwidth menggunakan metode HTB.
B. Dapat mengoptimalkan dalam penggunaan bandwidth.
C. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk memperluas wawasan
dalam bidang jaringan komputer bagi penulis.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
yang lebih besar. Misalnya, jaringan banyak cabang bank di kota besar
saling berhubungan.
c. WAN (Wide Area Network)
WAN adalah jaringan yang lebih besar dari jaringan LAN dan
MAN. WAN biasanya menggunakan media nirkabel, layanan satelit,
atau serat optik. Karena cakupannya lebih luas, tidak hanya mencakup
satu kota atau antar kota dalam satu wilayah.
8
jaringan dapat memenuhi kebutuhan layanan. Kualitas layanan internet dapat dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu:
1. QoS internal adalah kualitas layanan jaringan yang dapat dicapai dengan cara-cara
sebagai berikut:
a. Desain teknis jaringan, yang menentukan karakteristik koneksi melalui jaringan.
b. Kondisi akses jaringan, terminal, koneksi antar switch, yang menentukan bahwa
jaringan memiliki kapasitas yang cukup untuk menangani semua permintaan
pengguna.
Dengan kata lain QoS internal dapat digambarkan dengan parameter kinerja
jaringan seperti latency, throughput dan lain-lain. QoS internal digunakan dalam
penelitian ini.
2. Perceived QoS adalah kualitas layanan jaringan yang diukur selama menggunakan
layanan tersebut. Perceived QoS sangat bergantung pada kualitas QoS internal dan
pengalaman pengguna dari layanan serupa, tetapi Perceived QoS diukur dengan Mean
Option Score (MOS) pengguna.
3. Assessed QoS mengacu pada seberapa banyak pengguna masih ingin menikmati
layanan tertentu. Hal ini mempengaruhi kesediaan pengguna untuk membayar layanan
yang mereka gunakan. Assessed QoS sangat bergantung pada QoS yang dirasakan
setiap pengguna.
QoS mengacu pada kemampuan jaringan untuk memberikan layanan yang lebih
baik ke lalulintas jaringan tertentu menggunakan teknologi yang berbeda. QoS
merupakan tantangan utama dalam jaringan berbasis IP dan Internet pada umumnya.
Tujuan QoS adalah untuk memenuhi kebutuhan layanan yang berbeda dengan
infrastruktur yang sama. QoS menawarkan kemungkinan untuk menentukan properti
dari layanan jaringan yang ditawarkan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Mengenai jaringan, Quality of Service (QoS) berarti kemampuan untuk
menawarkan layanan yang berbeda untuk berbagai kategori lalu lintas jaringan.
Tujuan akhir dari Quality of Service (QoS) adalah untuk menyediakan layanan
jaringan yang lebih baik dan terjadwal dengan bandwidth khusus dan latency yang
terkontrol serta peningkatan karakteristik kerugian.
QoS (Quality of Service) adalah teknologi yang diterapkan pada jaringan
WAN (Wide Area Network) yang memungkinkan administrator jaringan untuk
menangani berbagai efek yang disebabkan oleh lalu lintas paket jaringan. Parameter
9
QoS adalah Delay / Latency, Jitter, Packet Loss, Throughput, MOS, Echo
Cancellation dan PDD. QoS diperlukan untuk meminimalkan kehilangan paket,
penundaan, latency, dan variasi penundaan (jitter), memastikan kinerja,
menggabungkan paket suara dan data dalam jaringan yang padat, dan mengoptimalkan
antrian untuk memprioritaskan layanan seperti lalu lintas suara, pembentukan /
penyangga lalu lintas di jaringan WAN.
Table 2.1 Indeks Parameter QoS
Nilai Persentase (%) Indeks
3.8 – 4 95 – 100 Sangat Memuaskan
3 – 3.79 75 – 94.75 Memuaskan
2 – 2.99 50 – 74.75 Kurang Memuaskan
1 – 1.99 25 – 49.75 Jelek
(Sumber: TIPHON)
ditransmisikan melalui saluran komunikasi dalam bit per detik tanpa distorsi.
tertinggi dari rentang frekuensi terukur satuan hertz (Hz) atau siklus per detik
yang menentukan berapa banyak data yang dapat dikirim sekaligus.
Pada dasarnya, bandwidth mewakili kapasitas koneksi, semakin tinggi
kapasitasnya, semakin baik aktivitas biasanya dipantau, meskipun kinerja umum juga
10
bergantung pada faktor lain seperti latency, yaitu waktu tunda antara waktu ketika
perangkat memberikan izin untuk mentransfer.
2. Throughput
Ternyata konsep bandwidth tidak cukup untuk menjelaskan kecepatan jaringan
dan apa yang terjadi pada jaringan. Inilah mengapa konsep Throughput lahir.
Throughput adalah bandwidth aktual yang diukur pada waktu tertentu dalam sehari
pada rute internet tertentu saat mengunduh file. Interval pengukuran terbaik adalah 1-5
menit untuk membuat grafik kinerja harian atau mingguan. (Brownlee N, Loosley C,
2001).
Meskipun throughput memiliki unit dan formula yang sama dengan bandwidth,
throughput lebih menggambarkan bandwidth aktual pada waktu tertentu dan dalam
kondisi tertentu dan di seluruh jaringan internet yang digunakan untuk mengunduh
ukuran file tertentu. Sayangnya, throughput terkadang sangat jauh dari bandwidth
maksimum yang mungkin dari media karena berbagai alasan. Beberapa faktor kinerja
tersebut adalah:
a. Perangkat Jaringan
b. Topologi Jaringan
c. Jumlah Pengguna Online
d. Spesifikasi Komputer Klien/Pengguna
e. Spesifikasi Komputer Server
f. Induksi Listrik dan Cuaca
11
Throughput = Paket data diterima (1)
Lama pengamatan
3. Delay (latency)
Latency adalah waktu yang dibutuhkan data untuk melakukan perjalanan dari
titik asal ke tujuan. Keterlambatan dapat dipengaruhi oleh jarak, disk fisik, kemacetan
atau waktu pemrosesan yang lama. Menurut Khamarullah (2009), delay dan
bandwidth menunjukkan kapasitas dan kecepatan jaringan. Ada beberapa komponen
waktu yang mempengaruhi keterlambatan yaitu:
a. Transport time / propagation delay adalah waktu yang diperlukan untuk paket
data untuk melakukan perjalanan melalui tautan fisik.
b. Queuing / transmission delay adalah waktu yang diperlukan paket data untuk
melakukan perjalanan melalui router.
c. Server response time adalah waktu yang dibutuhkan server untuk memproses
paket data yang masuk dan menghasilkan paket data respon.
4. Packet loss
Packet loss adalah parameter yang menggambarkan kondisi yang menunjukkan
jumlah paket yang hilang yang dapat disebabkan oleh tabrakan jaringan dan
kemacetan, dan ini mempengaruhi semua aplikasi karena pengiriman ulang
12
mengurangi efisiensi jaringan secara keseluruhan bahkan jika bandwidth mencukupi.
tersedia untuk aplikasi ini.
13
Table 2.4 Standarisasi Packet loss
Kategori Packet loss Index
Packet loss (%)
Sangat Bagus 0% 4
Bagus 3% 3
Sedang 15% 2
Jelek 25% 1
(Sumber: TIPHON)
Packet loss = Paket data yang dikirim - paket data yang diterima x100% (3)
Paket data yang dikirim
2.1.5 Mikrotik
Router Mikrotik dirancang dengan sistem modular, sehingga dimungkinkan
untuk menambahkan koneksi nirkabel sesuai kebutuhan, meskipun tersedia banyak
slot mini di PCI. CPU dan memori yang tersedia sebanding dengan kemampuan router
untuk mengirimkan koneksi data dalam bps (bit per second) dan pps (packet per
second).
Dalam standar perangkat keras personal computer (PC), Mikrotik dikenal
dengan stabilitas, kontrol kualitas dan fleksibilitas dalam menangani berbagai jenis
paket data dan proses perutean, atau lebih dikenal dengan perutean. Sedangkan
aplikasi yang dapat diterapkan pada proxy selain routing antara lain kapasitas akses
(bandwidth), manajemen, firewall, wireless access point (WiFi), backhaul link, sistem
hotspot, virtual private network (VPN) server dan masih banyak lagi lainnya.
(http://www.mikrotik.com).
Jenis-jenis Mikrotik
a. Mikrotik RouterOS
Mikrotik RouterOS adalah sistem operasi yang ditujukan sebagai router
jaringan. Mikrotik routerOS sendiri merupakan sistem operasi dan perangkat lunak
yang dapat mengubah komputer biasa menjadi router jaringan yang andal, termasuk
berbagai fungsi untuk jaringan IP dan jaringan nirkabel. Fitur-fitur ini meliputi
14
Firewall dan Nat, Routing, Access Point, Point-to-Point Tunnel Protocol, DNS
Server, DHCP Server, Hotspot dan banyak fitur lainnya.
b. Build in hardware mikrotik
Build in hardware mikrotik adalah perangkat keras khusus yang disebut
RouterBoard, yang telah menginstal sistem operasi Mikrotik RouterOS. Di dalam
RouterBoard juga terdapat processor, RAM, ROM dan memory flash. Dengan router
ini, pengguna dapat mengaksesnya langsung tanpa menginstal sistem operasi apa pun.
RouterBoard ini dikemas dalam berbagai bentuk dan kesempurnaan. Ada yang
berfungsi sebagai indoor router, outdoor router dan ada juga yang dilengkapi dengan
wireless router.
1. Fitur-fitur Mikrotik
Mikrotik memiliki banyak fitur yang bisa digunakan, berikut adalah
beberapa fitur dari mikrotik (http://www.mikrotik.com):
15
rate, SSL, HTTPS.
9. DHCP: mendukung DHCP tiap antar muka; DHCP Relay; DHCP Client,
multiple network DHCP; static and dynamic DHCP leases.
10. Queue: mengatur dan membatasi pemakaian bandwidth internet.
16
data yang dapat ditransfer secara online melalui jaringan.
Berdasarkan pengertian diatas, manajemen bandwidth dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan yang mengatur agar data yang akan dikirimkan tidak melebihi kapasitas
maksimal jaringan komputer yang terhubung dengan internet.
Pembagian bandwidth:
1. Jalur yang dibagi: dengan pembagian kanal (fix/statis)
2. Data yang dibagi: dengan metode antrian (dinamis-tergantung jumlah data
yang ditransfer), yang terdiri dari:
a. Prioritas (internet yang berada di perusahaan)
b. Identitas (tidak ada persaingan, diterapkan di ISP)
c. Kelas (campuran identitas dan prioritas)
Saat melewati jaringan, ukuran data pasti bertambah karena TCP/IP atau UDP
(User Data Protocol) menambahkan informasi lain ke file setelah melewati jaringan.
Untuk mengetahui ukuran sebenarnya dari suatu file yang ditransfer pada jaringan
digunakan yang disebut throughput, yaitu ukuran sebenarnya dari data tersebut (tanpa
tambahan data yang ditambahkan oleh TCP/IP atau UDP).
Manajemen bandwidth merupakan alokasi bandwidth yang tepat untuk
mendukung kebutuhan atau persyaratan aplikasi atau layanan web. Alokasi bandwidth
yang tepat dapat menjadi salah satu cara untuk menjamin kualitas layanan Internet
(QoS = Quality of Services). Manajemen bandwidth melakukan alokasi bandwidth
untuk setiap pengguna di jaringan komputer. Jumlah bandwidth mempengaruhi
kecepatan transmisi Sesuai dengan kontrak sewa pelanggan, penyedia internet
menawarkan sejumlah bandwidth internet. Dengan QoS, dapat dikonfigurasi agar
pengguna tidak menggunakan bandwidth yang disediakan oleh penyedia layanan.
Manajemen bandwidth adalah proses mengukur dan mengendalikan lalu lintas
data pada koneksi jaringan untuk menghindari penggunaan kapasitas koneksi jaringan
yang berlebihan, yang dapat menyebabkan kemacetan jaringan dan kinerja yang buruk.
Manajemen bandwidth memberikan kemampuan untuk mengelola bandwidth jaringan
dan memberikan tingkat pelayanan sesuai kebutuhan dan diprioritaskan sesuai
kebutuhan pelanggan. Manajemen bandwidth dapat diilustrasikan dengan
menggunakan selang atau pipa yang mendistribusikan air ke setiap pengguna, dan
setiap pengguna tidak dapat menerima jumlah air yang sama dari sumber (internet), Itu
tergantung pada bandwidth global. Batasan ini merupakan nilai maksimal yang dapat
diperoleh setiap pengguna dan dapat dikurangi sewaktu-waktu sesuai dengan kondisi
17
dan kecepatan berbagi data. Berikut ini adalah beberapa fitur dari mekanisme kontrol
bandwidth Mikrotik Router OS:
1. Membatasi transfer data untuk alamat IP, subnet, protokol, dan port tertentu.
2. Prioritaskan beberapa aliran paket.
3. Gunakan antrian untuk mempercepat penelusuran.
4. Menambahkan antrian pada interval tertentu.
5. Mendistribusikan lalu lintas yang tersedia antar pengguna secara adil atau
bergantung pada beban saluran.
18
9. Setting sangat sederhana dan biasanya statis, bagus untuk administrator yang tidak
ingin mempersulit kontrol lalu lintas di /firewall mangle.
d. Queue Tree
1. Setiap antrian diproses bersama.
2. Sesuaikan aliran paket kepada satu arah.
3. Memerlukan pengaturan /firewall mangle untuk membatasi alamat IP yang ada.
4. Memerlukan penyesuaian pertama /firewall mangle untuk memisahkan lalu
lintas unduhan dan unggahan.
5. Nomor dua setelah Queue Simple.
6. Mendukung penggunaan PCQ sehingga bandwidth dapat terbagi secara adil dan
merata.
7. Bersihkan manajemen antrian dengan paket yang telah ditandai di file /firewall
mangle.
8. Dapat mengalokasikan bandwidth agar lebih fleksibel dan membutuhkan
pemahaman yang baik tentang /firewall mangle, terutama dalam mengontrol lalu
lintas.
2.1.7 Hierarchical Token Bucket (HTB)
Hierarchical Token Bucket (HTB) adalah metode pengelompokan antrian yang
berguna untuk menangani berbagai jenis lalu lintas. Implementasi QoS (Quality of
Services) di Mikrotik sangat bergantung pada sistem antrian Hierarchical Token
Bucket (HTB). Ada dua jenis antrian di Mikrotik yaitu Simple Queue dan Queue Tree.
Dengan HTB kita bisa membuat antrian lebih terstruktur dengan membuat
pengelompokan pada beberapa level. Yang tidak diketahui banyak orang adalah jika
Anda tidak mengaktifkan HTB dalam antrian (Simple Queue dan Queue Tree),
beberapa parameter ternyata tidak berfungsi seperti yang diharapkan. Beberapa
parameter yang tidak berfungsi adalah Prioritas dan Batasan Ganda (CIR/MIR). CIR
(Committed Information Rate) adalah batas bawah atau lalu lintas minimum (limit-at)
yang dapat diterima antrian. Limit-at membatasi lalu lintas minimum antrian,
meskipun dalam keadaan apa pun antrian tidak akan menerima lalu lintas di bawah
batas ini. MIR (Maximum Information Rate) adalah batas atas atau trafik maksimum
(maximum limit) yang dapat diterima antrian. Batas Maksimum membatasi lalu lintas
maksimum antrian, dan setiap antrian mencapai batas ini ketika antrian induk masih
memiliki bandwidth gratis.
19
Hierarchical Token Bucket (HTB) adalah metode yang mengatur alokasi
bandwidth. Alokasi dilakukan dalam hirarki yang dibagi ke dalam kelas-kelas untuk
memfasilitasi pengelolaan bandwidth yang tepat agar bisa memaksimalkan
penggunaannya. HTB diklaim menawarkan kemudahan penggunaan melalui teknik
peminjaman dan pembagian trafik yang lebih akurat. Teknologi antrian HTB
memberikan batas lalu lintas untuk setiap level dan peringkat, bandwidth yang tidak
terpakai dapat digunakan oleh peringkat yang lebih rendah. HTB berperan dalam
mengontrol penggunaan bandwidth pada koneksi yang diberikan kepada pelanggan.
HTB memungkinkan Anda menggunakan satu tautan fisik untuk menampilkan banyak
tautan dan mengirimkan berbagai jenis lalu lintas pada tautan tampilan yang berbeda.
Dengan kata lain, HTB sangat berguna untuk membatasi peringkat unduhan dan klien
unduhan. Yang dimana pelanggan tidak akan dapat menggunakan seluruh kapasitas
bandwidth sesuka hati.
HTB dibagi menjadi tiga tipe kelas, yaitu: root, inner, dan leaf. Root class
berada diatas dan semua kelas harus melalui trafik ini. Inner Class terbagi menjadi
parent class dan child class. Leaf class adalah kelas akhir yang memiliki superkelas
tetapi tidak memiliki sub-kelas. Sebelum memasuki leaf class, trafik harus menerima
klasifikasi yang akan digunakan sebagai filter untuk membedakan jenis dan prioritas
dalam trafik. Jadi sebelum trafik masuk ke dalam kategori leaf class, trafik harus
diklasifikasikan oleh filter dengan aturan yang berbeda. HTB ditangani oleh algoritma
token bucket. Analogi dari algoritma ini adalah menentukan kapasitas ember (bucket)
dengan jumlah kali (token). Memeriksa bahwa ember hampir penuh memutuskan
kapan harus berhenti mengumpulkan. Ini adalah deskripsi singkat tentang algoritma
token bucket yang kemudian digunakan dalam Hierarchical Token Bucket. Dalam
konsep HTB ini, bucket adalah paket data yang dapat Anda gunakan untuk
menentukan berapa banyak token yang akan dijalankan. Pengoperasian HTB
menyediakan sistem kontrol bandwidth yang digunakan oleh konfigurasi jaringan.
Teknologi penyelarasan metode HTB mirip dengan CBQ, satu-satunya
perbedaan adalah opsinya, HTB memiliki lebih sedikit opsi saat pengaturan dan lebih
akurat. HTB dapat dilihat sebagai struktur organisasi dimana setiap departemen
memiliki kewenangan dan dapat membantu bagian lain yang membutuhkan.
Teknologi antrian HTB bekerja dengan baik untuk perusahaan dengan banyak struktur
organisasi. Secara konseptual, HTB adalah sejumlah variabel token bucket yang diatur
dalam hierarki.
20
Gambar 2.1 HTB Sistem
Root qdisc berisi satu kelas (dalam skenario kompleks, banyak kelas dapat
dikaitkan dengan root qdisc). HTB kelas satu ini dikonfigurasi dengan dua parameter,
kecepatan dan limit. Nilai-nilai ini harus sama untuk tingkat atas dan mewakili total
bandwidth yang tersedia di tautan/jaringan. Di HTB, rate adalah kisaran jaminan yang
tersedia untuk kelas tertentu dan ceil (ceiling) dimaksudkan untuk membatasi berapa
banyak yang dapat dipinjam dari kelas lain.
21
lintas padat berdasarkan hasil pemantauan dan perubahan dalam nilai antrian
minimum dan maksimum.
Pada Gambar 2.2, HTB memiliki parameter ceiling, sehingga kelas selalu
mendapatkan interval antara nilai base rate dan ceiling rate. Parameter ini dianggap
sebagai penaksir kedua, sehingga setiap kelas dapat meminjam bandwidth selama total
nilai bandwidth yang diterima berada di bawah batas yang sudah diterapkan. Jadi
dalam sistem antrian HTB, jika suatu kelas membutuhkan bandwidth yang terbatas,
maka sisa bandwidth akan dialokasikan ke kelas lain. Misalnya, jika bandwidth yang
dikonfigurasi adalah 512 KB dan bandwidth yang tersedia adalah 1 MB, bandwidth
yang tersisa akan dialokasikan ke kelas lain. Jika masih ada bandwidth yang
dialokasikan dan tidak ada kelas yang diterima, yang terjadi adalah sisa bandwidth
akan disimpan kedalam bandwidth utama. Karena pada dasarnya sistem operasi HTB
adalah subdivisi yang berjenjang dengan sistem antrian.
22
Hierarchical Token Bucket (HTB) menggunakan Token Bucket Filter (TBF)
sebagai evaluator untuk menentukan apakah kelas/prioritas adalah under limit, atlimit,
atau overlimit. TBF bekerja berdasarkan algoritma token bucket, setiap paket yang
akan dikirim harus memiliki token yang ada di dalam token bucket, jika tidak ada
token di dalam bucket, maka paket yang akan dikirim harus menunggu hingga tersedia
cukup token.
23
2.2 PENELITIAN TERKAIT
Tabel 2.5 Penelitian Terkait
No. Topik Metode Hasil
1. ANALISA QOS Simple Queue dan Pengujian QoS
DENGAN Queue Tree pada selama 10 hari pada
SIMPLE QUEUE, Mikrotik RB951 serta waktu siang dan
QUEUE TREE, aplikasi winbox yang malam
DAN digunakan untuk menggunakan tool
HIERARCHICAL remote router dan Software Network
TOKEN manajemen Analyzer Wireshark
BUCKET bandwidth pada dengan melakukan
metode HTB berbasis perhitungan manual
Linux. mendapatkan hasil
bahwa manajemen
bandwidth lebih
optimal
menggunakan Queue
Tree pada Mikrotik
dibandingkan
dengan Simple
Queue pada Mikrotik
dan HTB pada Linux
Ubuntu, karena hasil
QoS pada Queue
Tree yang didapat
lebih besar.
24
P
2. ANALISIS HTB (Hierarchical Dengan
QUALITY OF Token Bucket), QOS menggunakan HTB
SERVICES(QOS) (Quality of Server), (Hierarchical Token
PADA CIR (Committed Bucket) parameter
MANAJEMEN Information Rate), dual limitation CIR
BANDWIDTH MIR (Maximum (Committed
MENGGUNAKAN Information Rate), Information Rate) /
METODE Management MIR (Maximum
HIERARCHICAL bandwidth, Mikrotik, Information Rate)
TOKEN BUCKET WinBox, Priority dapat
(HTB) PADA dikombinasikan
SISTEM dengan parameter
JARINGAN priority sehingga
QOS (Quality Of
Services) pada
manajemen
bandwidth lebih
komplek.
P
P
4. IMPLEMENTASI Metode yang
Hasil dari penelitian
MANAJEMEN digunakan adalah
ini adalah.
BANDWIDTH queue tree dengan
Terdistribusinya dan
MENGGUNAKAN menggunakan router
management Fungsi
METODE QUEUE Mikrotik 1100X2 dan
dari Manajemen
TREE PADA 1100X4 yang
bandwidth yaitu
JARINGAN digunakan sebagai
dalam hal
INTERNET perangkat untuk
mengatur bandwidth
pengaturan
sehingga para
konfigurasi
pengguna internet
manajemen
mendapatkan
bandwidth
layanan bandwidth y
ang merata walaupun
penggunanya
banyak.
P
6. MANAJEMEN PPDIOO adalah Sistem pada
BANDWIDTH metode perancangan rancangan jaringan
MENGGUNAKAN dalam suatu jaringan sebelumnya hanya
METODE dari cisco atau biasa dari router TP. link
HIERARCHICAL disebut sebagai siklus dan langsung ke
TOKEN BUCKET hidup suatu layanan HUB sedangkan
(HTB) PADA jaringan cisco yang yang baru, koneksi
PEMBATASAN dirancang untuk internet dari modem
KECEPATAN mendukung yang dihubungkan
INTERNET berkembangnya ke router mikrotik,
jaringan. lalu kemudian dari
router ini nyambung
ke switch atau hub
cisco, lalu dari
switch langsung
dihubungkan ke
komputer komputer
7. OPTIMALISASI metode queue tree Hasil penelitian yang
MANAJEMEN menggunakan aplikasi dilakukan penulis
BANDWIDTH speedtest sebagai pada laboratorium di
BERBASIS media ukur kecepatan lokasi penelitian
MIKROTIK akses jaringan, serta bahwa manajemen
DENGAN aplikasi Wireshark bandwidth
METODE QUEUE untuk mengukur menggunakan
TREE PADA Quality of Service mikrotik dengan
JARINGAN pada jaringan lebih metode queue tree
WIRELESS optimal digunakan menggunakan
SEKOLAH karena pembagian aplikasi speedtest
MENENGAH bandwidth pada setiap sebagai media ukur
KEJURUAN user lebih merata kecepatan akses
NEGERI 11 LUWU terutama terhadap jaringan, serta
kecepatan download aplikasi Wireshark
untuk mengukur
Quality of Service
pada jaringan lebih
P
2.3 CRITICAL REVIEW
Critical review diikuti 4 tahapan proses yaitu, summarize, synthesize, comparison and
claim.
P
Dalam penelitian ini, dilakukan dengan mikrotik RB951Ui-2ND dan menggunakan
metode HTB agar jaringan yang dirancang bisa dengan mudah di manajemen saat
digunakan. Karena saat ada komputer yang tidak terpakai maka jaringan internetnya
dapat dialokasikan ke komputer yang sedang digunakan agar mendapat koneksi yang
stabil bahkan lebih bagus.
2.3.3 Comparison
Membandingkan beberapa jurnal di atas dengan menggunakan HTB sebagai
manajemen bandwidth pada suatu jaringan sudah sangat baik. Namun ada tambahan
dalam penggunaan batasan bandwidth di setiap pengguna dan melakukan manajemen
saat jaringan dipakai berlebihan, ini memudahkan penulis dalam menangani masalah
yang ada untuk melakukan manajemen jaringan agar jaringan tetap stabil saat
digunakan.
2.3.4 CLaim dan Kontribusi Penelitian
Dari referensi jurnal yang penulis jadikan sebagai referensi dalam penelitian ini, dapat
diambil kesimpulan dimana kontribusi penelitian penulis dibandingkan dengan jurnal
diatas dalam bentuk tabel berikut :
Metode
Simple Queue
√ √ √
Metode
Queue Tree
√ √ √ √ √
Metode HTB
√ √ √ √ √
P
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat Penelitian
P
sebagai ISP (Internet Service Provider) dan memiliki total bandwidth sebesar 100
MBPS untuk IIX (Indonesian Internet Exchange) dan 3 MBPS untuk IX
(International Exchange) yang dihubungkan oleh jaringan fiber Metro ISP hingga IP
publik. Berdasarkan alamat. 182.48.191.0 dan sub-jaringan /24 (255.255.255.0).
Kemudian masuk ke jaringan lokal Lab Komputer SMA Negeri 4 Palembang
menggunakan router-proxy type RB951Ui-2ND.
a. Jaringan LAN
Lab Komputer SMA Negeri 4 Palembang memiliki 4 jaringan LAN yaitu;
1. LAN LAB 1
Gateway : 192.168.1.1 /24
Subnet : 255.255.255.0
Konfigurasi IP : Statis
Bandwidth : 20 Mbps
2. LAN LAB 2
Gateway : 192.168.2.1 /24
Subnet : 255.255.255.0
Konfigurasi IP : DHCP
Bandwidth : 20 Mbps
3. LAN LAB 3
Gateway : 192.168.3.1 /24
Subnet : 255.255.255.0
Konfigurasi IP : Statis
Bandwidth :20 Mbps
4. LAN LAB 4
Gateway : 192.168.4.1 /24
Subnet : 255.255.255.0
Konfigurasi IP : Statis
Bandwidth : 20 Mbps
b. Jaringan Wireless
Jaringan wireless di Lab Komputer SMA Negeri 4 Palembang terbagi menjadi 6
hotspot, di antaranya sebagai berikut:
1. AP LAB 1
P
SSID : Wifi-Guru-Lab1
Gateway : 192.168.10.1 /24
Subnet : 255.255.255.0
Konfigurasi IP : DHCP
Bandwidth : 10 Mbps
2. AP LAN LAB 2
SSID : Wifi-Guru-Lab2
Gateway : 192.168.20.1 /24
Subnet : 255.255.255.0
Konfigurasi IP : DHCP
Bandwidth : 10 Mbps
3. AP LAN LAB 3
SSID : Wifi-Guru-Lab3
Gateway : 192.168.30.1 /24
Subnet : 255.255.255.0
Konfigurasi IP : Statis
Bandwidth :10 Mbps
4. AP LAN LAB 4
SSID : Wifi-Guru-Lab4
Gateway : 192.168.40.1 /24
Subnet : 255.255.255.0
Konfigurasi IP : DHCP
Bandwidth : 10 Mbps
P
3.4 Topologi Jaringan
P
Infrastruktur yang digunakan pada topologi
1. Hardware
a. Mikrotik Routerboard RB951Ui-2ND yang berfungsi sebagai router, proxy
server, firewall dan bandwidth limiter.
b. TP Link TL-SG1008 sebagai switch dari IP 192.168.x.x
c. Access Point TL-WA801ND
2. Software
a. Sistem operasi Windows 7
b. RouterOS sebagai sistem operasi dari Mikrotik Routerboard
c. Winbox sebagai alat konfigurasi dan remote dari Router Mikrotik
d. Google Chrome sebagai web browsing
3.4.1.1 Spesifikasi Routerboard Mikrotik
Mikrotik router yang digunakan pada SMA Negeri 4 Palembang adalah type
RB951Ui-2ND. Berikut merupakan spesifikasi dari RB951Ui-2ND:
P
Power Jack 110/220V
802.3af Support No
POE Input 10-24VDC
POE Output No
Serial Port DB9/RS232
Voltage Monitor Yes
Temperature Sensor Yes
Dimentions 1U case: 45x75x440mm
Operating System RouterOS
Temperature Range -20C .. +45C
RouterOS License Level6
Router Mikrotik yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe RB951Ui-2ND.
Di bawah ini adalah spesifikasi RB951Ui-2ND:
P
RAM 256MB
SFP Ports 0
LAN Ports 5
Gigabit Yes
Switch Chip 1
Mini PCI 0
Integrated Wireless No
Mini PCIe 0
SIM Card Slots No
USB Yes
Power on USB Yes
Memory Cards 1
Memory Card Type MicroSD
Power Jack 8-30V
802.3af Support No
POE Input 8-30V
POE Output No
Serial Port No
Voltage Monitor Yes
Temperature Sensor Yes
Dimensions 113x89x28mm
Operating System RouterOS
RouterOS License Level4
P
2.3 Kerangka Berpikir
Seperti yang diuraikan dari kerangka teori sebelumnya, dapat disusun suatu
kerangka berpikir dalam penerapan metode Hierarchical Token Bucket (HTB) pada
jaringan laboratorium SMA Negeri 4 Palembang.
Adapun kerangka berpikir dari penelitian ini divisualisasikan sebagai berikut:
P
3.3.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berguna untuk mengetahui penyebab masalah dan mencari
solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
3.3.3. Pengumpulan Data
Langkah berikutnya adalah pengumpulan data dengan melakukan wawancara
kepada Kepala Lab Komputer SMA Negeri 4 Palembang. Data yang digunakan dalam
penelitian berupa topologi jaringan di Lab Komputer SMA Negeri 4 Palembang,
alokasi Bandwidth, dan spesifikasi peralatan yang digunakan di Lab Komputer SMA
Negeri 4 Palembang.
3.3.4. Penerapan Manajemen Bandwidth Dengan Metode HTB
Setelah observasi lapangan, identifikasi masalah, dan pengumpulan data
dilakukan, selanjutnya adalah menerapkan manajemen bandwidth dengan metode
HTB. HTB (Hierarchical Token Bucket) merupakan metode yang di mana queue atau
antrian yang digunakan untuk menangani berbagai jenis trafik yang dikumpulkan
menjadi satu kelompok. HTB digunakan untuk mengatur pembagian terhadap
bandwidth, agar mudah dan dapat menjalankan bandwidth dengan maksimal maka
dilakukan secara hirarki, yaitu dengan cara dibagi-bagi ke dalam kelas yang sudah
ada.
3.3.5. Pengambilan Data
Setelah manajemen bandwidth diimplementasikan menggunakan metode
Hierarchical Token Bucket (HTB), langkah berikutnya adalah mengambil data yang
diperlukan untuk melakukan analisis perbandingan sebelum dan sesudah
menggunakan metode HTB. Data yang dikumpulkan adalah data bandwidth test,
performance test, delay test, dan packet loss test data.
3.3.6. Analisis Perbandingan Data Sebelum dan Sesudah Menggunakan Manajemen
Bandwidth dengan Metode Hierarchical Token Bucket (HTB)
Setelah melakukan pengumpulan data terhadap hasil yang dibutuhkan seperti
data dari uji bandwidth, uji throughput, uji delay dan uji packet loss, maka langkah
berikutnya adalah membandingkan hasil dari data sebelum menggunakan HTB dan
setelah menggunakan HTB.
3.4. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan MPTI ini adalah :
1. Observasi. Pada tahap ini peneliti melakukan pengajuan berkas-berkas yang
dibutuhkan dan melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian.
P
2. Wawancara. Dilaksanakan selama penelitian berlangsung di SMA Negeri 4
Palembang. Wawancara ditujukan kepada Guru dan Ketua Lab Komputer di
SMA Negeri 4 Palembang.
3. Penelitian Pustaka. Peneliti melakukan pencarian data atau informasi yang
dibutuhkan melalui buku-buku penelitian terdahulu dan bahan-bahan jurnal
publikasi yang relevan.
3.5. Teknik Analisa Data
Pada tahap ini, peneliti melakukan perbandingan data sebelum dan sesudah
menggunakan HTB terhadap parameter kualitas layanan seperti bandwidth,
throughput, delay, dan packet loss pada proses transmisi data dari perangkat pengirim
ke perangkat penerima (destination) dengan menggunakan software monitoring
speedtest.net dan axence net tools pro 5.0. Melakukan pengukuran pada jaringan
hotspot ruang guru sebagai penerima paket data (destination). Penelitian ini dilakukan
dengan jarak waktu mulai dari jam 07.00 sampai 15.00 (waktu jam sekolah).
P
penerima dalam jangka waktu tertentu. Prosedur untuk mendapatkan hasil pengukuran
throughput ialah dengan menggunakan Axence Net Tools Pro 5.0.
P
Gambar 3.7. Contoh Hasil Pengukuran Delay
P
DAFTAR PUSTAKA