Anda di halaman 1dari 6

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Contoh Kasus

Permasalahan yang terjadi saat ini berkaitan dengan penghasilan aparatur

pemerintah adalah:

1. Besarnya gaji yang diterima oleh aparatur pemerintah kurang memenuhi

kebutuhan untuk hidup layak. Saat ini besaran gaji yang diterima adalah

terendah Rp. 760.500 dan tertinggi Rp. 2.405.400.

2. Gaji aparatur pemerintah kurang kompetitif jika dibandingkan dengan gaji di

sektor swasta, khususnya untuk tingkat manajerian dan pimpinan.

3. Besarnya gaji yang diterima tidak memenuhi prinsip “equity” karena gaji tidak

dikaitkan dengan kompetensi dan prestasi, namun didasarkan pada pangkat

dan masa kerja.

4. Struktur gaji kurang mendorong motivasi kerja karena jarak antara gaji

terendah dan gaji tertinggi terlalu pendek (ratio 1:3,3) sehingga kenaikan

pangkat hanya diikuti dengan kenaikan penghasilan dalam jumlah yang tidak

berarti.

5. Tunjangan jabatan struktural yang besar menimbulkan kompetisi yang tidak

sehat.
6. kurang transparan karena disamping gaji PNS masih menerima sejumlah

honorarium dari pos non gaji sehingga:

a. Terjadi distorsi dalam sistem penggajian

b. Jumlah anggaran untuk belanja pegawai sulit diketahui secara pasti dan

sulit dipertanggung jawabkan kepada publik.

Dari point-point diatas terlihat bahwa motivasi kerja para aparatur

pemerintahan akan sulit terbangun karena besaran gaji yang diterima sangat kecil,

yang bisa dikatakan bahwa gaji tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar

saja. Untuk aparatur pemerintah yang sudah mempunyai keluarga dimana ia adalah

pencari nafkah tunggal, maka akan sangat sulit bagi aparatur tersebut untuk bisa

memenuhi kebutuhan selain kebutuhan primernya. Kenaikan gaji yang diperoleh

karena pertambahan masa kerja, kenaikan pangkat dan karena kebijakan

pemerintah setiap tahun dirasa tidak cukup karena kenaikan yang diperoleh kecil,

sementara kenaikan biaya hidup juga setiap tahun terus meningkat. Akibat yang

terjadi karena pendapatan yang kecil adalah motivasi aparatur dalam melakukan

pelayanan publik menjadi rendah serta meningkatkan peluang terjadinya korupsi.

3.2 Tahapan Remunerasi

Prinsip dasar kebijakan Remunerasi adalah adil dan proporsional. Artinya

kalau kebijakan masa lalu menerapkan pola sama rata (generalisir), maka

dengan kebijakan remunerasi, besar penghasilan (reward) yang diterima oleh

seorang pegawai akan sangat ditentukan oleh bobot dan harga jabatan yang

disandangnya.
Pentahapan Remunerasi dari awal kegiatan (pengumpulan data) sampai

dengan tahap legislasi (penerbitan undang-undang) adalah:

1. Analisa jabatan

2. Pengumpulan data jabatan

3. Evaluasi jabatan dan Pembobotan

4. Grading atau penyusunan struktur gaji baru.

5. Job pricing atau penentuan harga jabatan

6. Pengusulan peringkat dan harga jabatan kepada Presiden (oleh Meneg

PAN)

3.3 Rumusan Remunerasi

Program remunerasi diharapkan dapat diarahkan pada sistem remunerasi yang

adil dan transparan dengan:

1. Merumuskan struktur gaji berdasarkan klasifikasi jabatan dan bobot jabatan

(harga jabatan)

2. Merumuskan jenis tunjangan yang dianggap layak untuk diberikan kepada

PNS.

3. Mengkaitkan sistem penggajian dengan sistem penilaian kinerja dengan

tujuan untuk memacu prestasi dan motivasi kerja.

4. Menata sumber-sumber pembiayaan gaji agar tercipta transparansi dalam

system penggajian dan mendorong pengintegrasian anggaran rutin dan

pembangunan agar tersedia dana yang cukup bagi pembayaran gaji PNS

secara layak. Dengan penerapan struktur gaji Pegawai Negeri ini maka tidak
ada lagi honor-honor, dan penghasilan lain diluar gaji dan tunjangan yang

resmi.

5. Mengupayakan agar penghasilan PNS disesuaikan dengan dengan tingkat

inflasi, antara lain dengan membuat indeks untuk dijadikan dasar bagi

penyesuaian gaji dan tunjangan.

6. Agar beban anggaran belanja pegawai tidak terlalu besar maka perlu

dirumuskan kebijakan out sourcing untuk jabatan fungsional umum,

khususnya yang menyangkut masalah rekrutmen dan penggajian.

7. Menyusun Peraturan Pemerintah tentang Dana Pensiun dalam menata

pengelolaan dana pensiun;

Struktur Remunerasi Yang Diusulkan

1. GAJI

Gaji ditetapkan dengan memperhatikan peranan masing-masing PNS

dalam pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan; Dalam struktur

remunerasi tidak digunakan istilah gaji pokok tetapi gaji untuk menghindari

dampak keuangan negara terhadap perubahan uang pensiun Pegawai Negeri

yang telah pensiun sebelum peraturan tentang gaji ini berlaku dan terhadap

penerapan Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

(pasal 16 ayat (2) tentang tunjangan profesi diberikan setara dengan 1 kali

gaji pokok guru)

·
2. TUNJANGAN BIAYA HIDUP (kemahalan)

· Tunjangan ini diberikan untuk kebutuhan pangan, perumahan dan transport

yang berbeda nilainya dari setiap daerah.

· Besarnya tunjangan dihitung dengan memperhatikan kebutuhan tingkat biaya

hidup di masing-masing daerah;

· Tunjangan biaya hidup untuk daerah dibebankan pada APBD masing-masing

3. TUNJANGAN KINERJA (Insentif):

· Tunjangan prestasi diberikan pada akhir tahun;

· jumlahnya tergantung pada tingkat prestasi dan pencapaian target/output yang

dicapai pegawai berdasarkan hasil penilaian kinerja tahunan;

· Jumlah maksimum adalah 3 kali gaji.

4. TUNJANGAN HARI RAYA

· Tunjangan diberikan setahun sekali dan besarnya adalah sama dengan gaji.

· Tunjangan diberikan kepada PNS dan CPNS yang masa kerjanya minimal 6

bulan;

· Tunjangan diberikan menjelang hari besar keagamaan.

5. TUNJANGAN KOMPENSASI

Tunjangan kompensasi diberikan kepada:

· PNS yang ditugaskan di daerah terpencil, daerah yang bergolak;


· PNS yang bekerja di lingkungan yang tidak nyaman, berbahaya atau

beresiko tinggi ;

·Besarnya tunjangan ditetapkan dengan memperhatikan tingkat

ketidaknyamanan atau resiko yang dihadapi pegawai;

6. Iuran bagi pemeliharaan kesehatan PNS dan keluarganya diberikan dalam

jumlah yang minimal sama dengan yang dibayar PNS;

7. Iuran bagi dana pensiun PNS dan THT dengan jumlah yang minimal sama

dengan yang dibayar pegawai.

3.3 Pembahasan Hasil Remunerasi

Remunerasi merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai.Dengan

kebijakan pemberian remunerasi yang tepat dan adil, maka akan meningkatkan

kinerja pegawai dalam mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan pada

permasalahan-permasalahan yang timbul di penulisan makalah ini dimaksudkan

untuk mengetahui apakah remunerasi berpengaruh secara positif dan signifikan

pada kinerja aparatur pemerintah.

 Hasil penelitian menunjukkan bahwa remunerasi mempunyai pengaruh yang

positif terhadap kinerja aparatur pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan daerah-

daerah yang telah memberikan remunerasi kepada aparatur, tingkat kepuasan

masyarakat terhadap kinerja pemerintah meningkat. Contohnya Pemerintah

Kota Surabaya yang telah menerapkan sistem remunerasi, indeks kepuasan

masyarakat meningkat terhadap pelayanan publik. Seringnya Pemerintah Kota

Surabaya memperoleh penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai