PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumah sakit, sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
merupakan suatu usaha padat modal, padat sumber daya manusia (SDM) serta
padat ilmu dan teknologi yang harus mampu mengelola ketiga hal tersebut
dengan baik agar dapat menjalankan perannya dengan baik pula. SDM rumah
sakit yang berperan besar dalam pelayanan kesehatan adalah staf medik
fungsional (SMF) yang meliputi dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan
perawat yang memiliki peranan penting dalam menentukan arah kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan. Pengelolaan sumber daya manusia
(human resources management) merupakan hal yang sangat penting dalam
pegelolaan rumah sakit karena memiliki tingkat kompleksivitas yang tinggi. Hal itu
dsebabkan beragamnya jenis tenaga di rumah sakit, tujuan kerja yang bervariasi,
serta tingkat motvasi, komitmen, dan loyalitas yang berbeda-beda, yang
kesemuanya dinilai dari kinerja masing-masing individu.
Peningkatan pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit sangat dipengaruhi
oleh kinerja karyawan yang baik. Mempertahankan kinerja karyawan agar tetap
baik bukanlah hal yang mudah. Banyakhal yang bisa mendukung agar tercipta
kinerja karyawan yang tetap baik. Dalam ketentuan perundang-undangan (pasal
30 UU Nomor 44 Tahun 2009), rumah sakit berhak menerima imbalan jasa
pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan penghargaan.
Insentif disini maksudnya digunakan untuk memengaruhi karyawan agar
berperilaku baik sesuai budaya dan nilai-nilai perusahaan serta standar prosedur
operasional dalam memberikan pelayanan, sehingga tercapai tujuan rumah
sakit. Pemberian remunerasi atau kompensasi juga diharapkan dapat menjadi
daya tarik bagi pegawai sekaligus memengaruhi motivasinya untuk
meningkatkan kinerja individu yang akan berpengaruh terhadap kinerja
organisasi yang baik pula.
1.1 RumusanMasalah
Beberaparumusanmasalah yang
bisadiangkatdalampembahasaniniadalah :
1. Apakahtujuanditerapkannyasistemremunerasisasi di rumahsakit?
2. Metodeapakah yang diterapkan di rumahsakit?
3. Bagaimanakahsistempembagiandariremunerasitersebut?
Tujuan
Umum
1. Mengetahui data apa saja yang dibutuhkan dalam pemberian
remunerasi di rumah sakit.
2. Mengetahui adakah manfaat bagi peningkatan kinerja rumah
sakit dari pemberian remunerasi terhadap karyawan
Khusus
Untuk lebih memahami materi mata kuliah Manajemen Keuangan
khususnya pembahasan Remunerasi, dengan menyelesaikan tugas dari
program studi Magister Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang tahun ajaran 2019-2020.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Remunerasi
Remunerasi merupakan penghargaan yang diberikan kepada karyawan
berupa uang atau benefit lainnya berdasarkan jabatan, kinerja, dan/atau tempat
kedudukan. Remunerasi dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 73 tahun
2007 diwujudkan dalam bentuk gaji, honorarium, tunjangan tetap, insentif, bonus
atas prestasi, pesangon dan/atau pensiun. Tujuan pemberian remunerasi yaitu
(1) memberikan penghargaan atas capaian kinerja karyawan, (2) meningkatkan
motivasi dan komitmen karyawan, dan (3) memperoleh serta mempertahankan
karyawan terbaik. Sistem remunerasi yang baik akan mampu memotivasi
karyawan dan meningkatkan dedikasi serta rasa memiliki terhadap perusahaan
(Tahar, 2012).
Tahar (2012) mengemukakan bahwa salah satu teori yang menjelaskan
remunerasi dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan adalah teori
pengharapan dari Victor Vroom. Teori ini berpendapat bahwa kekuatan dari
kecenderungan bertindak dengan cara tertentu bergantung pada kekuatan
pengharapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti output tertentu dan
tergantung pada daya tarik output bagi individu tersebut. Teori pengharapan
fokus pada tiga hal, yaitu :
1. Hubungan upaya – kinerja, yaitu kemungkinan yang dipersepsikan
individu yang melakukan upaya tertentu akan mendorong kinerja.
2. Hubungan kinerja – imbalan, yaitu keyakinan individu terhadap kinerja
yang akan mendorong tercapainya output yag diinginkan.
3. Hubungan imbalan – sasaran pribadi, yaitu kemampuan imbalan dalam
memenuhi kebutuhan individu serta potensi daya tarik imbalan tersebut.
Faktor yang mempengaruhi pemberian remunerasi menurut Veithzal Rivai
(2004) dalam Tahar (2012) terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi remunerasi yaitu anggaran tenaga
kerja dan pihak pembuat keputusan. Faktor eksternal pemberian remunerasi
yaitu pasar tenaga kerja, kondisi ekonomi industri terutama tingkat persaingan,
peraturan pemerintah dan serikat pekerja.
Penghitungan Remunerasi
Penentuan remunerasi merupakan bagian dari hak rumah sakit dan
tercantum dalam undang-undang. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 pasal
30 ayat (1) huruf b menyebutkan bahwa setiap rumah sakit memiliki hak
menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif dan
penghargaan sesuai peraturan perundang-undangan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 625 tahun 2010 menyebutkan
bahwa pegawai rumah sakit merupakan sumber daya yang sangat menentukan
keberhasilan rumah sakit. Sudah sepantasnya rumah sakit menyusun sebuah
sistem remunerasi untuk memotivasi karyawan, membangun komitmen dalam
bekerja, meningkatkan kinerja dan mengembangkan kompetensi secara
berkelanjutan. Sistem remunerasi wajib didasarkan pada kesetaraan tiap
komponennya, yaitu :
1. Penghargaan atas pekerjaan sesuai tingkat kompleksitas,
2. Penghargaan atas kinerja berdasarkan pencapaian target kerja.
3. Kesetaraan berdasarkan ketentuan lain berbasis individu.
SISTEM REMUNERASI
A. Sistem BLU
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yang diperbaharui dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2012 yang dimaksud dengan Badan
Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah instansi di lingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip
efisiensi dan produktivitas.(fitra, 2018).
Lebih lanjut dijelaskan pada poin berikutnya Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum atau yang disebut juga PPK-BLU, adalah pola
pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk
menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut menunjukkan jika sebuah satuan
kerja atau instansi di lingkungan pemerintah mendapatkan status BLU, maka
memiliki keunggulan dalam pengelolaan keuangannya, yaitu lebih fleksibel
namun tetap melaksanakan tugas sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang
diamanahkan oleh undang-undang. (senjani 2017).
Tidak semua satker (satuan kerja) yang memiliki PNBP
(Penerimaan Negara Bukan Pajak) bisa menjadi satker BLU. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum ada beberapa persyaratan agar satker yang memiliki
PNBP bisa menjadi satker BLU yaitu :
a) Persyaratan Substantif
Menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi yang berhubungan
dengan:
Penyediaan barang atau jasa layanan umum, seperti pelayanan di
bidang kesehatan, penyelenggaraan pendidikan, serta pelayanan
jasa penelitian dan pengembangan (litbang);
Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan
perekonomian masyarakat atau layanan umum seperti otorita dan
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet); atau
Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi
atau pelayanan kepada masyarakat, seperti pengelola dana
bergulir untuk usaha kecil dan menengah.
Bidang layanan umum bersifat operasional, menghasilkan semi
barang/jasa publik (quasi public goods)
Dalam kegiatannya tidak mengutamakan keuntungan
b) Persyaratan Teknis
Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola
dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana
direkomendasikan oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD
sesuai dengan kewenangannya; dan
Kinerja keuangan satker instansi yang bersangkutan sehat
sebagaimana ditunjukan dalam dokumen usulan penetapan BLU.
c) Persyaratan Administratif
Pernyatan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan,
keuangan, dan mamfaat bagi masyarakat
Pola tata kelola
Rencana strategis
Laporan keuangan pokok
Standar pelayanan minimal
Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk di audit secara
independen
Untuk melaksanakan pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien,
satker BLU dikelola oleh pejabat pengelola dan pegawai serta diawasi oleh
Dewan pengawas. Pejabat pengelola, dewan pengawas dan pegawai BLU dapat
diberikan remunerasi berdasarkan tingkat tanggung jawab dan tuntutan
profesionalisme yang diperlukan. BLU memiliki kewajiban untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik dibanding sebelum menjadi BLU.
Untuk dapat meningkatkan layanan, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah
nomor 74 tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 23
tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum memberikan
ketentuan bahwa Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri atas
pegawai negeri sipil dan/atau tenaga profesional non-pegawai negeri sipil sesuai
dengan kebutuhan BLU. Bahkan, tenaga profesional non-pegawai negeri sipil
dapat berstatus tetap maupun kontrak. Dengan fleksibilitas dalam bidang sumber
daya manusia ini, maka BLU diharapkan dapat memiliki sistem pengelolaan SDM
yang dapat meningkatkan kinerja dan motivasi pegawai agar dapat tercapai
tujuan peningkatan layanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. (senjani 2017)
Dalam menyusun remunerasi di rumah sakit ada 2 model yang bisa diterapkan,
yaitu:
a. Model Remunerasi total; dimana sistem remunerasi
dibuat dan berlaku untuk semua staf rumah sakit,
dandokter menjadi bagian integral dari staf rumah
sakit.
Pada model ini dilakukan tahapan sebagai berikut :
1. Menetapkan tabel Corporate Grade berdasarkan Profesional Grade
2. Membuat tabel kenaikan nilai grade untuk setiap corporate grade
berdasar masa kerja
3. Menetapkan nilai jabatan (job value) setiap staf RS berdasarkan tabel
corporate grade
4. Menentukan Poin Indeks Rupiah (PIR) berdasarkan alokasi anggaran
remunerasi dibagi dengan total nilai jabatan (job value) seluruh staf RS.
5. Penetapan Indikator Kinerja Individu (IKI)dan Indikator Kinerja Unit (IKU)
6. Pembuatan daftar gaji normatif
7. Menetapkan nilai harmonisasi dan kelayakan (local wisdom)
8. Melakukan evaluasi Rekap gaji dan Strata gaji
9. Simulasi dan sosialisasi pada seluruh staf
Distribusi Remunerasi :
a. Dasar pemberian remunerasi berdasarkan fee for performance.
b. Skor individu dihitung oleh atasan yang bersangkutan dan perhitungan total
skor individu yang menjadi skor rumah sakit ditetapkan oleh kepala bagian
personalia rumah sakit.
c. Besaran remunerasi bagi setiap karyawan bisa berbeda setiap bulan
tergantung kepada besar kecilnya POS remunerasi.
d. Direktur rumah sakit memilki wewenang untuk melakukan koreksi atas
konsep remunerasi untuk disesuaikan dengan kemampuan keuangan rumah
sakit.
e. Skor individu dapat berubah setiap bulannya ditentukan dari nilai masing-
masing variabel yang dipakai