BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tunjangan dan insentif merupakan salah satu bentuk hak yang didapatkan oleh pegawai
aparatur sipil negara baik itu pegawai negeri sipil maupun pegawai pemerintah dengan perjanjian
kerja. Tunjangan dan insentif diberikan sesuia dengan posisi dan jabatan PNS tersebut pada
instansi pemerintah.
Pemberian tunjangan dan insentif diharapkan mampu meningkatkan kinerja PNS ke arah
yang lebih baik dan lebih professional. Melalui pemberian tunjangan dan insentif PNS terpacu
untuk melakukan tugas dan kewajibannya dengan semangat dan penuh keloyalitasan.
Tunjangan dan insentif yang diberikan kepada PNS harus dipertanggungjawabkan oleh
PNS tersebut, sehingga mereka tidak dapat berlalai-lalai dalam melaksankan tugasnya.
PNS yang pemalas dan tidak professional tentu mendapatkan tunjangan dan insentif yang
berbeda dengan PNS yang rajin serta berdedikasi tinggi. Dengan demikian tunjangan dan insentif
dapat menjadi motivasi dalam melakukan pekerjaan oleh pegawai negeri sipil di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan insentif?
2. Apa sajakah bentuk-bentuk insentif?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pemberian insentif?
4. Apakah tujuan pemberian insentif?
5. Apakah yang dimaksud dengan tunjangan?
6. Apa sajakah prinsip-prinsip pemberian tunjangan?
7. Apakah tujuan pemberian tunjangan?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan penulis mengenai tunjangan
dan insentif yang diberikan kepada PNS, serta memenuhi tugas perbaikan nilai pada mata kuliah
Administrasi Kepegawaian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INSENTIF
Setiap pekerja baik itu karyawan pada suatu perusahaan maupun PNS sebagai Pegawai
yang bekerja pada instansi pemerintah, tentu mengharapkan suatu imbal jasa atas apa yang telah
didedikasikannya pada pekerjaan tersebut. Melalui imbal jasa tersebut tercipta suatu pekerja
yang ingin bekerja dengan baik dan motivasi yang tinggi. Dengan pemberian imbal jasa berupa
insentif tersebut karyawan ataupun PNS akan lebih semangat dalam bekerja karena merasa
termotivasi oleh insentif tersebut. Ada beberapa pengetian insentif menurut para ahli, yaitu:
Hasibuan (2005) memberikan definisi sebagai berikut: “Insentif adalah daya perangsang
yang diberikan kepada karyawan tertentu berdasarkan prestasi kerjanya agar karyawan terdorong
meningkatkan prestasi kerjanya.”
Harianja (2002) menyatakan : “Insentif diartikan sebagai bentuk pembayaran langsung
yang didasarkan atau dikaitkan langsung dengan kinerja dan gain sharing yang juga dikaitkan
dengan kinerja dan diartikan sebagai pembagian keuntungan bagi karyawan akibat peningkatan
produktivitas atau penghematan biaya.”
Jahrie dan Hariyoto (1999): “Insentif adalah kompensasi yang diberikan kepada
karyawan tertentu karena keberhasilan prestasinya yang diperlihatkan oleh karyawan tersebut
melebihi prestasi rata-rata yang ditentukan.”
Nawawi (2003) menyatakan bahwa : “Insentif adalah penghargaan/ganjaran yang
diberikan untuk memotivasi para pekerja agar produktivitas kerjanya tinggi, sifatnya tidak tetap
atau sewaktu-waktu.”
Dari pengertian beberapa para ahli tersebut, dapat diambil kesimpulan bahhwa insentif
merupakan suatu balas jasa, daya perangsang, kompensasi, dan penghargaan yang diberikan
kepada karyawan atauppun pekerja berdasarkan prestasi yang telah dicapai untuk
meningkatkan motivasi kerjanya sehingga mampu bekerja dengan produktivitas yang tinggi.
Tujuan motivasi menurut Hasibuan (2012:146), yaitu: (1) meningkatkan moral dan
kepuasan kerja; (2) meningkatkan produktivitas karyawan; (3) mempertahankan kestabilan
karyawan perusahaan; (4) meningkatkan kedisiplinan karyawan; (5) mengefektifkan pengadaan
karyawan; (6) menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik; (7) meningkatkan loyalitas,
kreativitas, dan partisipasi karyawan; (8) meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan; (9)
mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya; (10) meningkatkan
efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
Menurut Hasibuan (2012:150) ada dua jenis motivasi, yaitu: (1) motivasi positif,
maksudnya manajer memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah kepada
mereka yang berprestasi di atas prestasi standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja
bawahan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja; (2)
motivasi negatif, maksudnya manajer memotivasi bawahan dengan standar mereka akan
mendapat hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat bekerja bawahan dalam jangka waktu
pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat
berakibat kurang baik.
Pemberian insentif merupakan salah satu bentuk motivasi positif terhadap karyawan
ataupun pegawai. Motivasi yang positif lebih dapat diterima oleh karyawan atau pegawai
dibandingkan motivasi negatif. Dorongan akan motivasi positif lebih kepada kesadaran,
sedangkan motivasi negatif tidak akan menimbulkan motivasi bagi pekerja, sebaliknya mereka
akan merasa tertekan sehingga tidak meningkatkan produktivitas organisasi.
Insentif sangat diperlukan dalam suatu organisasi, terutama organisasi pemerintah.
Dengan intensif karyawan maupun pekerja akan merasa pekerjaan yang telah dilakukannya
dihargai sehingga memacu untuk meningkatkan prestasi yang dapat memberikan dampak baik
terhadap organisasi dan pribadi penerima intensif. Dari tujuan motivasi tersebut dapat dilihat
betapa besarnya pengaruh pemberian insentif terhadap karyawan ataupun pegawai.
Dalam dunia kepegawaian, insentif disebut sebagai remunerasi yang juga merupakan
bentuk penghargaan terhadap Pegawai Negeri Sipil. Remunerasi diberikan disebabkan oleh
kinerja PNS yang selama ini dianggap kurang memuaskan, sehingga dengan adanya remunerasi,
PNS dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Penyebab buruknya kinerja PNS tidak
terlepas dari buruknya kinerja dan tatanan birokrasi.
Sorensen (Budi Setiyono;2004 hlm 111) mengemukakan bahwa setidaknya ada enam
faktor yang menyebabkan peran dan fungsi birokrasi tidak optimal dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat: (1) tiadanya iklim kompetesi dalam model bekerjanyan birokrasi; (2) sumber
pendapatan yang tidak berasal dari usaha organisasinya sendiri; (3) tiadanya ukuran kinerja; (4)
tiadanya insentif; (5) tiadanya tantangan administrative kepada pejabat birokrasi secara personal;
(6) tiadanya kepemimpinan yang aktif.
Buruknya kinerja PNS di Indonesia juga didukung oleh Bappenas (2004) yang
menyatakan bahwa, faktor penyebab buruknya kinerja PNS adalah, sistem gaji PNS hingga saat
ini tidak mempertimbangkan kebutuhan hidup layak dan prestasi kerja. Disamping itu, sistem
penggajian belum tegas mempertimbangkan pegawai dengan tingkat pendidikan, prestasi,
produktivitas tinggi dan displin yang tinggi. Saat ini PNS dengan kedudukan struktural yang
sama, produktif atau tidak produktif dipastikan memiliki gaji yang sama apabila mempunyai
golongan, masa kerja dan ruangan pangkat yang sama. Dengan buruknya kondisi penggajian
PNS, maka diterapkan merit system.
Dalam menerapkan merit system pada manajemen PNS beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain pertama, langkah awal dalam penerapan penggajian merit system, pihak
manajemen perlu memperhatikan bahwa dalam pemberian gaji tidak terlepas dari pada penilaian
terhadap tugas dan tanggung jawab seluruh karyawan disemua unit kerja, sehingga penilaiannya
adalah orang-orang yang mengetahui dengan benar apa yang dikerjakan karyawan yaitu atasan
langsung dan sebagai bahan pertimbangan penilai dapat melakukan konfirmasi kepada bagian
lain yang terkait dengan pekerjaan dan karyawan yang dinilai. Kedua, untuk mensejahterakan
PNS pemerintah seyogyanya juga memperhatikan kemerataan penghasilan. Sudah sepantasnya
pemerintah meningkatkan standar gaji PNS dengan standar yang layak, dengan demikian
kesenjangan akan lebih dapat diminimalisir dan kesejahteraan pun dapat
diperoleh. Ketiga, dalam perhitungan penentuan formula penggajian PNS, perlu diperhatikan
juga tingkat inflasi/kemahalan antara lain dengan membuat indeks untuk dijadikan dasar bagi
penyesuaian gaji dan tunjangan. Keempat, penggajian untuk PNS seharusnya dibuat standar
tertentu, artinya bisa saja dalam golongan yang sama tetapi memiliki gaji yang berbeda
disesuaikan dengan beban kerjanya sehari-hari. Kalau ada PNS yang malas-malasan maka
gajinya akan lebih kecil dari yang memiliki tanggung jawab yang besar, walaupun golongannnya
rendah. Dengan demikian produktifitas PNS akan lebih baik terhadap pelayanan terhadap
masyarakat. Di Indonesia saat ini gaji tidak didasarkan atas kinerja tetapi tanggung jawab,
sedangkan tanggung jawab tidak selalu terkait dengan kinerja. Disamping itu setiap instansi
diberikan kewenangan penuh untuk memberikan reward dan punishment terhadap pegawai
dibawahnya sesuai ketentuan yang berlaku. Reward dan punishment tersebut tidak hanya berlaku
untuk bawahan saja melainkan juga untuk pimpinan. Kelima, reward yang diberikan kepada PNS
yang memiliki prestasi kerja seharusnya dilakukan dengan transparan sehingga memiliki sikap
kompetisi antar departemen dalam memberikan pelayanan, mendorong tegaknya hukum dan
bersedia memberikan pertanggungjawaban terhadap publik (public accountibility) secara
teratur. Keenam, diperlukan pengawasan yang ketat dalam menerapkan merit system dimana
pemerintah perlu membentuk tim merit systemsehingga dapat berjalan secara efektif.
Penerapan merit system juga akan efektif bila terdapat komitmen penuh dari segenap pihak, yaitu
pimpinan dan pegawai (PNS) institusi/organisasi.
Tidak adanya pemberian insentif terhadap kinerja pegawai merupakan salah satu
penyebab buruknya kinerja PNS, sehingga diperlukan suatu remunerasi untuk meningkatkan
kinerja PNS tersebut.
Insentif juga merupakan salah satu metode pengembangan karyawan, hal ini seperti
dijelaskan oleh Hasibuan (2001) dalam Herman (2011), bahwa metode-metode yang diperlukan
dalam pengembangan karyawan adalah:
1. Komunikasi, melalui komunikasi yang baik maka segala yang terjadi di perusahaan dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Insentif, dengan insentif karyawan, maka karyawan menjadi lebih bersemangat dalam bekerja.
3. Kesejahteraan karyawan, pemberian kesejahteraan meningkatkan loyalitas karyawan terhadap
perusahaan.
4. Kesehatan dan keselamatan kerja, hal ini akan terwujud jika pemeliharaan karyawan
berlangsung baik.
5. Hubungan industri pancasila, hubungan antar karyawan, pengusaha, dan pemerintah harus
didasarkan pada nilai-nilai yang merupakan manifestasi sila-sila pancasila dan UUD 1945.
Dengan demikian, insentif memiliki peran penting dalam upaya peningkatan
pengembangan karyawan. Dengan adanya insentif karyawan dapat meningkattkan
kesejahteraannya sehingga dapat bekerja dengan profesional.
B. BENTUK-BENTUK INSENTIF
Insentif dari setiap instansi berbeda-beda, tergantung kebijakan masing-masing instansi
tersebut. Namun ada beberapa macam bentuk insentif yang biasanya diberikan kepada karyawan
ataupun pegawai pada suatu instansi. Bentuk-bentuk terebut antara lain:
Yuniarsih dan Suwatno (2008:122) membagi jenis-jenis insentif menjadi beberapa
kelompok, yaitu: (1) menurut pengaruh yang diberikan terhadap pemenuhan kepuasan, insentif
dibagi menjadi Insentif Positif, yaitu segala sesuatu yang diterima sebagai imbalan yang dapat
meningkatkan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan individual dan Insentif Negatif, yaitu
segala sesuatu yang diterima sebagai imbalan yang dapat menurunkan kepuasan dalam
memenuhi kebutuhan individual; (2) menurut metode pemberiannya, insentif dibagi menjadi
Insentif Formal, yaitu insentif yang ditetapkan berdasarkan tujuan, wewenang, tanggung jawab,
standar, metode dan frekuensi pengukuran kinerja tertentu secara formal dan Insentif Informal,
yaitu insentif yang didasarkan atas pengakuan kinerja dari kelompoknya; (3) menurut bentuknya,
insentif dibagi menjadi Insentif Finansial, yaitu insentif yang diberikan dalam bentuk uang atau
bermakna moneter.
Sarwoto (1996;155) mengemukakan dua jenis insentif secara umum, yaitu:
1. Insentif finansial
Insentif finansial merupakan insentif yang diberikan kepada karyawan atas hasil kerja mereka
dan biasanya diberikan dalam bentuk uang berupa bonus, komisi, pembagian laba, dan
kompensasi yang ditangguhkan, serta dalam bentuk jaminan sosial berupa pemberian rumah
dinas, tunjangan lembur, tunjangan kesehatan dan tunjangan-tunjangan lainnya.
2. Insentif non finansial
Insentif non finansial dapat diberikan dalam berbagai bentuk, antara lain:
a. Pemberian piagam penghargaan
b. Pemberian pujian lisan ataupun tertulis, secara resmi ataupun pribadi
c. Ucapan terima kasih secara formal maupun informal
d. Promosi jabatan kepada karyawan yang baik selama masa tertentu serta dianggap mampu
e. Pemberian tanda jasa/medali kepada karyawan yang telah mencapai masa kerja yang cukup
lama dan mempunyai loyalitas tinggi
f. Pemberian hak untuk menggunakan sesuatu atribut jabatan (misalnya pada mobil atau lainnya)
g. Pemberian perlengkapan khusus pada ruangan kerja
Menurut Hasibuan (2005) menyatakan bahwa bentuk-bentuk insentif adalah:
1. Nonmaterial insentif
Nonmaterial insentif adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan berbentuk
penghargaan/pengukuhan berdasarkan prestasinya, dibawah prestasi standard.
2. Sosial insentif
Sosial insentif adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan berdasarkan prestasi
kerjanya, berupa fasilitas dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya seperti
promosi, mengikuti pendidikan, atau
naik haji.
3. Material insentif
Material insentif adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan berdasarkan prestasi
kerjanya, berbentuk uang dan barang. Material insentif ini bernilai ekonomis sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan karyawan beserta keluarganya.
4. Kurva “Kematangan”
Dalam perusahaan yang mempekerjakan tenaga teknikal dan profesional ilmiah, sering terjadi
bahwa para karyawan, terutama yang merupakan “pekerja otak”, tidak bergairah untuk
menduduki jabatan administrasi atau manajerial. Mereka adakalanya lebih senang terus
menekuni bidang profesinya. Untuk mengatasi hal seperti itu diciptakan apa yang di kenalnya
dengan istilah “kurva kematangan” atau “maturity curve”. Dalam praktek penggunaan kurva ini
berarti bahwa apabila ada tenaga profesional yang karena masa kerjanya dan golongan pangkat
serta gaji tidak bisa mencapai pangkat dan penghasilan yang lebih tinggi lagi, dibuat suatu kurva
prestasi kerja. Jika kurva tersebut menunjukkan bahwa prestasi kerja mereka lebih besar dan
prestasi kerja “normal”, Kepada mereka diberikan insentif tertentu. Dengan demikian, meskipun
golongan pangkat dan ruang gaji, sudah maksimal, penghasilan riil mereka masih dapat
ditingkatkan, dengan demikian diharapkan prestasi kerja mareka tewrus meningkat.
5. Insentif Bagi eksekutif.
Mengingat pentingnya peranan para manajer dalam menjalankan dan mengemudikan roda
perusahaan. Sistem insentif bagi para manajer tersebut pada umumnya mendapatkan perhatian
serius, baik yang diperuntukkan bagi manajer yang relatif muda maupun bagi para manajer yang
lebih senior.
Dalam jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan oleh Dumilah Ayuningtyas, menjelaskan
bahwa Insentif yang diberikan dapat berupa material dan atau nonmaterial. Pemilihan bentuk
insentif didasarkan pada karakteristik daerah dan kemampuan pemda. Bentuk insentif yang
dipilih dapat berupa bentuk tunggal atau kombinasi dari contoh berikut:
1. Material.
Beberapa insentif berbentuk material yang diminati tenaga kesehatan:
a. Uang: tunjangan bulanan, asuransi jiwa, tunjangan cuti
b. Perumahan: rumah dinas, atau disediakan uang kontrak
c. Kendaraan: roda dua, roda empat, kendaraan dinas, Kendaraan operasional
d. Fasilitas komunikasi: telepon, internet
e. Fasilitas hiburan: televisi, VCD
2. Nonmaterial.
Beberapa bentuk insentif nonmaterial yang paling diminati oleh tenaga kesehatan:
a. Peluang pendidikan lanjutan atas biaya pemerintah
b. Peluang mengikuti pendidikan dan latihan
c. Peluang mendapatkan kenaikan pangkat istimewa (untuk PNS)
d. Peluang untuk diangkat menjadi pegawai negeri atau pegawai tetap
e. Peluang peningkatan karir
3. Kombinasi. Insentif diberikan dalam bentuk kombinasi antara material dan nonmaterial sebagai
yang paling sering digunakan.
Bentuk-bentuk insentif lainnya adalah:
1. Insentif finansial
Menurut Handoko sistem insentif menunjukkan hubungan yang paling jelas antara kompensasi
dan prestasi kerja. Sistem kompensasi pada umumnya digunakan untuk menggambarkan
rencana-rencana pembayaran upah yang dikaitkan secara langsung atau tidak langsung dengan
berbagai bentuk rencana insentif mengkaitkan upah dengan produktivitas individual, rencana-
rencana lain dengan produktivitas kelompok dan rencana-rencana lain dengan produktivitas atau
profitabilitas organisasi keseluruhan. Para karyawan yang bekerja di bawah sistem insentif
finansial berarti prestasi kerja mereka menentukan secara keseluruhan atau sebagian, penghasilan
mereka. Rencana insentif terutama cocok untuk penggunaan dengan karyawan operasi, seperti
untuk mereka yang melakukan pekerjaan produksi. Rencana pekerjaan yang dibayar berdasarkan
hasil kerja adalah rencana insentif yang paling tua dan masih paling umum digunakan.
Pendapatan dikaitkan langsung pada apa yang dihasilkan pekerja, orang itu dibayarkan tarif
perpotong untuk masing-masing unit yang ia produksikan. Tujuan sistem insentif pada
hakekatnya adalah untuk meningkatkan motivasi karyawan dalam berupaya mencapai tujuan
organisasi dengan menawarkan perangsang finansial dan melebihi upah dan gaji dasar. Bagi
mayoritas karyawan, uang masih tetap merupakan motivasi kuat atau bahkan paling kuat.
Rencana-rencana insentif bermaksud untuk mengem-bangkan keinginan karyawan akan
pendapatan finansial tambahan dengan kebutuhan organisasi dan efisiensi produksi. Sistem
insentif ini sebenarnya lebih merupakan perluasan atau pelengkap proses penentu upah.
Disamping kebaikan-kebaikan dalam memotivasi karyawan sistem insentif mempunyai banyak
masalah. Administrasi sistem insentif dapat sangat kompleks, seperti halnya sistem pengawasan
lainnya, standar-standar harus ditetapkan dan hasil-hasilnya diukur. Untuk banyak pekerjaan,
berbagai standar dan ukuran adalah sering tidak teliti/tepat atau terlalu mahal untuk
dikembangkan. Ini berarti bahwa sistem insentif bisa menyebabkan ketidakadilan. Masalah lain
adalah mungkin karyawan tidak dapat mencapai standar karena faktor-faktor yang tidak
terkendalikan seperti penundaan-penundaan pekerjaan atau kerusakan-kerusakan mesin. Dan
akhirnya, sistem insentif cenderung hanya memusatkan pada satu aspek (keluaran penjualan atau
harga saham), kadang-kadang mengabaikan berbagai dimensi lain (kualitas, pelayanan dan
sasaran-sasaran jangka panjang).
2. Insentif Jangka Pendek
Menurut Henderson insentif jangka pendek adalah tambahan pembayaran kepada pekerja dalam
tahun pengoperasian saat ini. Insentif jangka pendek terdapat dalam beberapa bentuk, dapat
merupakan tambahan pembayaran upah, dalam jumlah yang terpisah yang diberikan mingguan,
bulanan, kwartalan, tahunan atau dapat diberikan karena prestasi dari kegiatan atau hasil tertentu.
Insentif jangka pendek adalah nilai dari pembayaran premium dan diferensial untuk pekerjaan
yang bekerja dalam situasi-situasi yang tidak biasa, sampai pada bonus untuk pencapaian semua
jenis hasil-hasil yang diinginkan, sampai pada prestasi tujuan organisasi tertentu (perolehan
keuntungan, pengurangan biaya).
3. Insentif Jangka Pendek Tingkat Organisasi
Mungkin jenis program insentif yang paling mudah diimplementasikan adalah memasukkannya
semua orang dalam organisasi. Karena berbagai alasan perusahaan-perusahaan harus
menghasilkan indikatorindikator pelaksanaan yang luas yang paling dapat diinginkan untuk
mendasarkan program insentif tingkat organisasi. Indikator tersebut adalah keuntungan biaya,
penjualan pendapatan pada investor, pendapatan pada aset atau perubahan indikator-indikator ini
dari tahun ke tahun. Dengan menggunakan indikator ini dan keputusan-keputusan dewan direksi/
pelaksana atas bonus dapat ditentukan dengan berbagai formula untuk menentukan pembayaran
aktual pada setiap partisipan. Selama bertahun-tahun, berbagai program perbaikan produktifitas
telah mengalokasikan pada peningkatan keuntungan dan pengurangan biaya. Program-program
ini memungkinkan bagi para pekerja untuk mendapat bagian keuntungan dengan pengusaha yang
didapat dari peningkatan bagian keuntungan dan pengurangan biaya baik dalam kesempatan dan
tanggung jawab pembagian keuntungan dan pengurangan biaya diterima luas dalam organisasi
dan jika setiap anggota mempunyai kesempatan mengurangi biaya, seorang pengusaha dapat
memenuhi hampir setiap tantangan persaingan, setiap anggota akan mendapatkan jaminan
pekerjaan dan mendapat penghargaan yang tinggi atas upah kerja yang dilakukan.
4. Program Insentif Jangka Panjang
Menurut Henderson dalam tahun-tahun terakhir ini, para pengusaha telah menawarkan beberapa
jenis kompensasi pekerja jangka panjang, yang paling umum yaitu yang menyediakan program
pengunduran diri (pensiun) yang menjadi tambahan tunjangan jaminan sosial federal.
Kompensasi jangka panjang dapat juga memasukkan penundaan dari jumlah tertentu
pembayaran saat ini sampai pensiun. Setelah mengundurkan diri, pekerja menerima pembayaran
untuk periode tertentu untuk seumur hidup. Jika yang bersangkutan meninggal sebelum pensiun
atau sebelum pembayaran cicilan yang dinyatakan di dalam kontrak, pewaris dari pekerja
tersebut menerima jumlah terhutang.
Heidjrachman Ranupanjodo dan Suad Husnan (1993,185) mengklasifikasikan jenis-jenis
insentif yang diberikan pada karyawan adalah sebagai berikut:
1. Insentif finansial:
a. Uang, seseorang ingin bekerja karena ingin memperoleh uang, dengan uang seseorang dapat
memuaskan kebutuhannya, bagi kebanyakan karyawan uang dapat merupakan daya rangsang
yang sangat kuat.
b. Keamanan, merupakan sebuah kebutuhan manusia yang fundamental bagi sebagian tenaga
kerja kadang-kadang pekerjaan yang aman lebih penting dari pada uang atau upah. Keamanan
yang dimaksud dalam hal ini adalah kecemasan tarhadap kemungkinan diberhentikan meskipun
pada dasarnya upah yang diberikan rendah tetapi karena pekerjaan itu menjamin kontiunitas
maka hal ini menjadi minat utama seseorang untuk bekerja.
c. Persahabatan, manusia bekerja memerlukan manusia lainnya, adanya persahabatan akan
akan menyatuakan mereka secara kelompok yang bekerja sama dan saling memiliki.
d. pengakuan yang adil, merupakan salah satu kebutuhan sosial yang dapat diperoleh dari
hubungan antara atasan dan bawahan atau sesame mereka. Perlakuan yang adil ini dimaksudkan
tidak pandang bulu dalam pemberian tugas, insentif dan penghargaan serta lainnya yang dapat
mengganggu kosentrasi guru dalam bekerja.
e. Otonomi, merupakan salah satu bentuk insentif dalam memenuhi egoistis guru untuk
melaksanakan suatu pekerjaan dalam batas-batas tertentu akan meningkatkan kreatifitas dan
spontanitas.
f. Prestasi, pemberian kesempatan pada guru untuk berprestasi merupakan salah satu
kebutuhan egoistik dalam hubungan dengan pemberian insentif. Kepala sekolah harus
menghargai hasil pekerjaan mereka dan memberikan kesempatan untuk melakukan suatu tujuan
organisasi sekolah. Seseorang yang merasa bahwa pekerjaannya tidak penting sering tidak
semangat dan sering mengeluh didalam melaksanakan pekerjaannya.
g. bonus, adalah uang yang diberikan sebagai balas jasa yang diberikan secara ikatan dimasa
datang dan diberikan kepada guru yang berhak menerimanya.
h. Komisi, adalah jenis komisi yang diberikan kepada guru yang berprestasi.
2. Insentif non financial
a. Pembelian pujian secara lisan maupun tertulis.
b. Pemberian promosi jabatan
c. Ucapan terima kasih secra rormal maupun tidak formal
d. Pemberian perlengkapan khusus pada ruang kerj
e. Pemberian penghargaan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Insentif sangat diperlukan dalam suatu organisasi, beik itu organisasi publik maupun
organisasi swasta. Insentif memberikan peranan penting dalam meningkatkan motivasi dan
semangat pegawai dalam bekerja. Dengan pemberian insentif yang sesuai dengan prestasi yang
telah dicapainya dalam bekerja akan membuat pegawai merasa dihargai dan menimbulkan rasa
senang dalam diri pegawai tersebut sehingga lebih terpacu untuk meingkatan kinerjanya. Dengan
demikian produktivitas organisasi akan meningkat.
Pemberian insentif yang baik harus memperhatikan prinsip-prinsip pemberian insentif
agar tujuan yang diharapkan dengan pemberian insentif ini dapat tercapai. Dengan begitu
pegawai tidak merasa dirugikan serta organisasi dapat menjadi lebih baik.
Tunjangan dalam suatu pekerjaan sangat diperlukan untuk menjamin keberlangsungan
pegawai. Tunjangan yang diberikan kepada PNS di Indonesia didasarkan atas Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 serta diperjelas oleh Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2014.
Tunjangan yang diberikan kepada PNS di Indonesia harus sesuai dengan peraturan
perundang-undangan agar tunjangan yang diberikan tidak simpang siur serta tepat sasaran.
B. SARAN
1. Dalam pemberian insentif hendaknya setiap instansi memperhatikan prinsip-prinsip dalam
pemberian insentif tersebut, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
2. Dalam pemberian tunjangan kepada pegawai hendaknya selalu mengacu kepada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, untuk meminimalisir hal-hal yang dapat menimbulkan
kernacuan dalam pemberian tunjangan.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Penelitian Pengaruh Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas
Kesehatan Provinsi Gorontalo. 2013. oleh Marni Mardjoen. Diunduh pada 11 Desember 2014.
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS Civil Service. 2010. Oleh Pusat Pengkajian dan Penelitian
Kepegawaian Negara. Diunduh pada 11 Desember 2014.
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2014. Diunduh pada 11 Desember 2014.
Jurnal Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) dan Upaya Peningkatan Kinerja Pegawai: Kasus di Provinsi
Gorontalo dan Provinsi DKI Jakarta. Oleh Wahyudi Kumorotomo. Diunduh pada 11 Desember
2014.
Jurnal Pengaruh Pemberian Insentif terhadap Motivasi Kerja Pustakawan di Perpustakaan Universitas
Bung Hatta Padang. Oleh Nining Sumbangsih dan Malta Nelisa. Diunduh pada 11 Desember
2014.
Jurnal Remunerasi dan Rasa Keadilan Masyarakat. Oleh Rina Martini. Diunduh pada 11 Desember
2014.
Jurnal Pengaruh Insentif terhadap Peningkatan Prestasi Kerja Karyawan pada Departemen Operasional
Pemasaran Dunkin`Donuts Cabang Arteri Jakarta. Oleh Koko Sujatmoko. Diunduh pada 11
Desember 2014.
Jurnal dalam link anywedhiastutyunairbab1. Diunduh pada 11 Desember 2014.
Tesis: Pengaruh Insentif Material dan Non Material terhadap Ketersediaan Tenaga Kesehatan di
Kabupaten Bogor. 2012. Oleh Hadiyanto. Diunduh pada 11 Desember 2014.
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan: Sistem Pemberian Insentif yang Berpihak pada Sumber Daya
Manusia Kesehatan di Daerah Terpencil. 2006. Oleh Dumilah Ayuningtyas. Diunduh pada 11
Desember 2014.
Jurnal Buku Pedoman Pelaksanaan Program Insentif Guru.2012. Oleh Kepala Dinas Pendidikan
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Diunduh pada 11 Desember 2014.
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS: Merit System dalam Manajemen Pegawai Negeri Sipil. 2007.
Oleh Arief Daryanto. Diunduh pada 11 Desember 2014.
Jurnal Pengaruh Insentif terhada Kinerja Pegawai Negeri Sipil. Oleh Mazura, Mujiono, dan Rosmida.
Diunduh pada 11 Desember 2014.
Tesis: Analisis Penetapan Insentif Pelayanan Tenaga Perawat di RSUD Dr.H.Soewondo Kendal. 2008.
Oleh R. Ibnu Darmawan. Diunduh pada 11 Desember 2014.
Skripsi: Pengaruh Pemberian Insentif dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Guru pada SMP PGRI
Kalimulya Depok. 2008. Oleh Marzuki. Diunduh pada 11 Desember 2014.
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2012. Diunduh pada 11 Desember 2014.
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2013. Diunduh pada 11 Desember 2014.