KELOMPOK 5 MARIA NATALIA WAINIP EPIN A062181028 FIA FAUZIA A062181029 YUN ERMALA DEWI A062181030
PASCASARJANA PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN 2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberdayaan sumberdaya manusia (SDM) merupakan alternatif yang baik dalam memaksimalkan kesejahteraan dan produktivitas karyawan. Pemberdayaan ini dapat dilakukan melalui desain pekerjaan yang baik dan lingkungan kerja yang kondusif. Keberhasilan dan peningkatan produksi untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh sebuah perusahaan sangat dipengaruhi oleh suasana individu- individu yang melakukan pekerjaan itu. Jika setiap individu memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja, maka dapat diharapkan tugas yang diberikan kepada mereka akan dilakukan lebih baik dan tepat. Motivasi kerja merupakan suatu hal yang penting dalam pencapaian tujuan. Kuat dan lemahnya motivasi kerja pada karyawan akan sangat mempengaruhi produktivitas perusahaan karena karyawan menunjukkan adanya usaha yang sungguh-sungguh dalam bekerja dan akhirnya menunjukkan hasil atau prestasi kerja yang yang memuaskan. Motivasi kerja menjadi hal yang penting karena dengan ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Menurut Anoraga (1994:92 dalam Koesindratmono dan Septarani, 2011) motivasi kerja merupakan sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan untuk bekerja, sedangkan menurut Hasibuan (1994:92 dalam Koesindratmono dan Septarani, 2011) motivasi mempersoalkan bagaimana mendorong gairah kerja agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keteram pilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Masalah motivasi merupakan masalah utama yang terjadi pada setiap organisasi, karena motivasi dalam suatu organisasi mempunyai pengaruh terhadap efektifitas organisasi. Salah satu faktor penyebab turunnya motivasi kerja karyawan adalah rendahnya insentif ekonomi, sedangkan karyawan sangat berperan penting dalam meningkatkan atau mencapai tujuan perusahaan, maka pemberian insentif yang memadai kepada karyawan perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga mereka dapat melaksanakan tugasnya dan dapat mengembangkan kemampuan mereka semaksimal mungkin. Insentif sangat diperlukan untuk memacu kinerja para karyawan agar selalu berada pada tingkat tertinggi (optimal) sesuai kemampuan masing-masing. Peran insentif cukup besar dalam membentuk karyawan potensial. Insentif merupakan salah satu bentuk pemberian gaji, upah, dan penghargaan yang diberikan kepada karyawan terkait dengan kontribusi karyawan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Pemberian insentif yang tinggi dan relevan pada saat karyawan bekerja akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Pemberian insentif dirasa sangat penting bagi karyawan mengingat terlalu banyak kebutuhan karyawan dan diharapkan insentif mampu meningkatkan kesejahteraan hidup karyawan. Selain itu, insentif dapat memberikan motivasi kepada karyawan agar mampu meningkatkan kinerjanya. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Melania Tjitradjaya dan Joanna (2009 dalam Wasisto 2014) yang menunjukkan hasil bahwa insentif dan motivasi sangat berpengaruh dalam kinerja karyawan. Sehingga perusahaan ada baiknya memberikan insentif dan motivasi yang sesuai sehingga meningkatkan kinerja karyawan. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu: 1. Apa definisi dari Insentif? 2. Apa tujuan dari pemberian insentif? 3. Apa saja jenis-jenis insentif? 4. Apa saja indikator-indikator pemberian insentif? 5. Apa saja keunggulan dan kelemahan pemberian insentif? 6. Apa definisi dari motivasi? 7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi? 8. Bagaimana hubungan motivasi dengan kinerja karyawan? C. Tujuan Makalah Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui definisi dari insentif. 2. Untuk mengetahui tujuan dari pemberian insentif. 3. Untuk mengetahui jenis-jenis insentif. 4. Untuk mengetahui indikator-indikator pemberian insentif. 5. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan pemberian insentif. 6. Untuk mengetahui definisi dari motivasi. 7. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi. 8. Untuk mengetahui bagaimana hubungan motivasi dengan kinerja karyawan. BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Pengertian Insentif Pada mulanya segala bentuk usaha yang dilakukan oleh setiap karyawan pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu, misalnya keinginan untuk lebih maju dan berprestasi serta ingin mendapatkan hasil yang lebih besar dari pada sebelumnya. Untuk dapat melaksanakan maksud dan tujuan tersebut dibutuhkan adanya suatu dorongan yang berasal dari dalam diri karyawan itu sendiri maupun dorongan dari luar. Dorongan yang berasal dari luar tersebut dapat berasal dari pimpinan perusahaan, misalnya dengan adanya pemberian tambahan yang dapat berupa uang, barang dan sebagainya. Dimana hal ini disebut dengan istilah insentif. Beberapa ahli memberikan definisi yang berbeda terhadap istilah Insentif. Hasibuan (2001:117) dalam Pricillia, dkk (2017) “Insentif adalah tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasinya di atas prestasi standar. Insentif ini merupakan alat yang dipergunakan pendukung prinsip adil dalam pemberian kompensasi dan juga insentif sebagai perangsang yang ditawarkan kepada para karyawan untuk melaksanakan kerja sesuai atau lebih tinggi dari standar-standar yang telah ditetapkan”. Menurut Agency theory (Jensen dan Meckling, 1976) dan penelitian kompensasi oleh Gomez dan Balkin,1992; Heneman, 1992) mengatakan bahwa “Insentif digunakan untuk mendorong karyawan dalam memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil kerjanya”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa insentif adalah “tambahan penghasilan (uang, barang dan lain sebagainya) yang diberikan sebagai perangsang gairah kerja”. Menurut Samsudin (2006:194) mendefinisikan insentif adalah “pemberian upah atau gaji yang berbeda, bukan didasarkan pada evaluasi jabatan, namun karena adanya perbedaan prestasi kerja”. Sedangkan menurut Panggabean (2004: 89) “insentif merupakan penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standart yang telah ditentukan”. Menurut Simamora (2004:514) dalam Khairati (2013) yang dimaksud insentif adalah suatu program yang mengaitkan bayaran dengan produktivitas kerja. Selanjutnya Mangkunegara (2001:89) “suatu penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan oleh pihak pemimpin organisasi kepada karyawan agar mereka bekerja dengan motivasi yang tinggi dan berprestasi dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi”. B. Tujuan Pemberian Insentif Dalam suatu perusahaan setiap karyawan dalam melakukan suatu kegiatan mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan karena kebutuhan manusia bermacam-macam dan selalu merasa tidak puas dalam keadaannya sekarang. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya maka diperlukan penghasilan tambahan bagi karyawan. Sehingga hal tersebut perlu diperhatikan oleh pimpinan sebuah perusahaan. Tujuan dari pemberian insentif, yaitu: 1. Tujuan insentif bagi perusahaan Dari sisi perusahaan, memberikan insentif kepada pekerja bertujuan untuk: Menjaga loyalitas para pekerja berkualitas Mempertahankan dan meningkatkan moral kerja para pekerja, dimana hal ini akan terlihat dari absensi dan tingkat perputaran tenaga kerja Meningkatkan produktivitas perusahaan, dengan kata lain hasil produksi bertambah untuk setiap unit per satuan waktu, serta meningkatnya penjualan 2. Tujuan insentif bagi karyawan Dari sisi karyawan, tujuan pemberian insentif adalah: Memperbaiki dan meningkatkan standr hidup dengan adanya pendapatan tambahan selain gaji pokok Memperbaiki dan meningkatkan semangat kerja karyawan sehingga para pekerja berupaya untuk berprestasi di tempat kerja Pada prinsipnya pemberian insentif menguntungkan kedua belah pihak, antara pihak perusahaan dengan karyawan. Perusahaan mengharapkan adanya kekuatan atau semangat yang timbul dalam diri karyawan yang mendorong mereka untuk bekerja dengan lebih baik dalam arti lebih produktif. Hal ini ditujukan agar tujuan yang ingin dicapai perusahaan dapat terpenuhi. Sedangkan bagi karyawan, insentif digunakan sebagai salah satu alat pemuas kebutuhannya. C. Jenis-Jenis Insentif Terdapat dua jenis insentif, yaitu: 1. Insentif Material yaitu Insentif yang memuaskan bawahan dengan memberikan mereka hadiah berupa uang. Uang telah diakui sebagai sumber utama untuk memuaskan kebutuhan orang-orang. Uang juga bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan sosial dengan memiliki berbagai barang material. Karena itu, uang tidak hanya memenuhi kebutuhan psikologis tetapi juga kebutuhan keamanan dan sosial. Oleh karena itu, di banyak perusahaan, berbagai rencana upah dan skema bonus diperkenalkan untuk memotivasi dan merangsang orang untuk bekerja. Pemberian insentif material dapat memotivasi individu untuk berupaya lebih giat lagi, dan pada gilirannya akan meningkatkan kinerja dari individu tersebut 2. Insentif Non-Material-selain insentif Material, ada insentif non-finansial tertentu yang dapat memuaskan ego dan kebutuhan aktualisasi diri karyawan. Insentif yang tidak dapat diukur dalam bentuk uang berada di bawah kategori "Insentif non-material". Setiap kali seorang manajer harus memenuhi kebutuhan psikologis bawahannya, ia memanfaatkan insentif non-finansial. Terdapat beberapa jenis Insentif non-keuangan, yaitu: Security of Service: Keamanan kerja adalah insentif yang memberikan motivasi besar bagi karyawan. Jika pekerjaannya terjamin, ia akan melakukan upaya maksimal untuk mencapai tujuan perusahaan. Ini juga membantu karena dia sangat jauh dari ketegangan mental dan dia dapat memberikan yang terbaik untuk perusahaan. Praise or Recognition: Pujian atau pengakuan adalah insentif non-finansial lain yang memenuhi kebutuhan ego karyawan. Terkadang pujian menjadi lebih efektif daripada insentif lainnya. Para karyawan akan lebih banyak menanggapi pujian dan berusaha memberikan yang terbaik dari kemampuan mereka untuk suatu masalah. Suggestion Scheme: Organisasi harus menantikan untuk mengambil saran dan mengundang skema saran dari bawahan. Ini menanamkan semangat partisipasi dalam karyawan. Ini dapat dilakukan dengan menerbitkan berbagai artikel yang ditulis oleh karyawan untuk meningkatkan lingkungan kerja yang dapat diterbitkan di berbagai majalah perusahaan. Ini juga bermanfaat untuk memotivasi karyawan agar merasa penting dan mereka juga dapat mencari metode inovatif yang dapat diterapkan untuk metode kerja yang lebih baik. Ini pada akhirnya membantu dalam menumbuhkan kepedulian dan mengadaptasi metode operasi baru. Job Enrichment: Pengayaan pekerjaan adalah insentif nonmoneter lain di mana pekerjaan seorang pekerja dapat diperkaya. Ini dapat dilakukan dengan meningkatkan tanggung jawabnya, memberinya sebutan penting, meningkatkan konten dan sifat pekerjaan. Dengan cara ini pekerja yang efisien bisa mendapatkan pekerjaan yang menantang di mana mereka dapat membuktikan nilai mereka. Ini juga membantu dalam motivasi terbesar dari karyawan yang efisien. Promotion Opportunities: Promosi adalah alat yang efektif untuk meningkatkan semangat untuk bekerja dalam suatu masalah. Jika karyawan diberi peluang untuk kemajuan dan pertumbuhan, mereka merasa puas dan semakin puas serta mereka menjadi lebih berkomitmen pada organisasi. Alat non-keuangan di atas dapat dibingkai secara efektif dengan memberikan konsentrasi kepada peran karyawan. Kombinasi insentif keuangan dan non-keuangan membantu bersama dalam membawa motivasi dan semangat untuk bekerja dalam masalah. D. Indikator-Indikator Pemberian Insentif Beberapa cara perhitungan atau pertimbangan dasar penyusunan insentif antara lain sebagai berikut: 1. Kinerja Sistem insentif dengan cara ini langsung mengkaitkan besarnya insentif dengan kinerja yang telah ditunjukkan oleh pegawai yang bersangkutan. Berarti besarnya insentif tergantung pada banyak sedikitnya hasil yang dicapai dalam waktu kerja pegawai. Cara ini dapat diterapkan apabila hasil kerja diukur secara kuantitatif, memang dapat dikatakan bahwa dengan cara ini dapat mendorong pegawai yang kurang produktif menjadi lebih produktif dalam bekerjanya. Di samping itu juga sangat menguntungkan bagi pegawai yang dapat bekerja cepat dan berkemampuan tinggi. Sebaliknya sangat tidak favourable bagi pegawai yang bekerja lamban atau pegawai yang sudah berusia agak lanjut. 2. Lama Kerja Besarnya insentif ditentukan atas dasar lamanya pegawai melaksanakan atau menyelesaikan suatu pekerjaan. Cara perhitungannya dapat menggunakan per jam, per hari, per minggu ataupun per bulan. Umumnya cara yang diterapkan apabila ada kesulitan dalam menerapkan cara pemberian insentif berdasarkan kinerja. 3. Senioritas Sistem insentif ini didasarkan pada masa kerja atau senioritas pegawai yang bersangkutan dalam suatu organisasi. Dasar pemikirannya adalah pegawai senior, menunjukkan adanya kesetiaan yang tinggi dari pegawai yang bersangkutan pada organisasi di mana mereka bekerja. Semakin senior seorang pegawai semakin tinggi loyalitasnya pada organisasi, dan semakin mantap dan tenangnya dalam organisasi. Kelemahan yang menonjol dari cara ini adalah belum tentu mereka yang senior ini memiliki kemampuan yang tinggi atau menonjol, sehingga mungkin sekali pegawai muda (junior) yang menonjol kemampuannya akan dipimpin oleh pegawai senior, tetapi tidak menonjol kemampuannya. Mereka menjadi pimpinan bukan karena kemampuannya tetapi karena masa kerjanya. Dalam situasi demikian dapat timbul di mana para pegawai junior yang energik dan mampu tersebut keluar dari perusahaan/instansi. 4. Kebutuhan Cara ini menunjukkan bahwa insentif pada pegawai didasarkan pada tingkat urgensi kebutuhan hidup yang layak dari pegawai. Ini berarti insentif yang diberikan adalah wajar apabila dapat dipergunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan pokok, tidak berlebihan namun tidak berkekurangan. Hal seperti ini memungkinkan pegawai untuk dapat bertahan dalam perusahaan/instansi. 5. Keadilan dan Kelayakan a. Keadilan Dalam sistem insentif bukanlah harus sama rata tanpa pandang bulu, tetapi harus terkait pada adanya hubungan antara pengorbanan (input) dengan (output), makin tinggi pengorbanan semakin tinggi insentif yang diharapkan, sehingga oleh karenanya yang harus dinilai adalah pengorbanannya yang diperlukan oleh suatu jabatan. Input dari suatu jabatan ditunjukkan oleh spesifikasi yang harus dipenuhi oleh orang yang memangku jabatan tersebut. Oleh karena itu semakin tinggi pula output yang diharapkan. Output ini ditunjukkan oleh insentif yang diterima para pegawai yang bersangkutan, di mana di dalamnya terkandung rasa keadilan yang sangat diperhatikan sekali oleh setiap pegawai penerima insentif tersebut. b. Kelayakan Disamping masalah keadilan dalam pemberian insentif tersebut perlu pula diperhatikan masalah kelayakan. Layak pengertiannya membandingkan besarnya insentif dengan perusahaan lain yang bergerak dalam bidang usaha sejenis. Apabila insentif didalam perusahaan yang bersangkutan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan lain, maka perusahaan/instansi akan mendapat kendala yakni berupa menurunnya kinerja pegawai yang dapat diketahui dari berbagai bentuk akibat ketidakpuasan pegawai mengenai insentif tersebut. 6. Evaluasi Jabatan Evaluasi jabatan adalah suatu usaha untuk menentukan dan membandingkan nilai suatu jabatan tertentu dengan nilai jabatan-jabatan lain dalam suatu organisasi. Ini berarti pula penentuan nilai relatif atau harga dari suatu jabatan guna menyusun rangking dalam penentuan insentif. E. Keunggulan dan Kelemahan Pemberian Insentif Dalam program insentif tentu saja ada keunggulan dan kelemahannya. Dan hal tersebut tidak bisa diabaikan oleh perusahan. Menurut Simamora (2004:520) program insentif memiliki kelemahan dan keunggulan sebagai berikut: a. Keunggulan-keunggulan insentif 1. Sistem ini memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktifitas, memangkas biaya-biaya produksi dan meningkatkan pendapatan 2. Sistem ini memerlukan supervise langsung yang lebih kecil demi mempertahankan tingkat-tingkat keluaran tertentu 3. Sistem ini mendorong karyawan mengurangi waktu yang hilang dan membut penggunaan waktu dan peralatan yang lebih efektif 4. Mereka dapat menghasilkan penentuan biaya-biaya tenaga kerja yang lebih akurat b. Kelemahan-Kelemahan Insentif 1. Kualitas produk mungkin sangat buruk 2. Resiko kecelakaan kerja dapat meningkat 3. Pelaksanaan system memerlukan beberapa biaya tambahan 4. Kemungkinan-kemungkinan sukses mungkin terlalu mudah. F. Pengertian Motivasi Motivasi berangkat dari istilah motif yang artinya suatu alasan untuk melakukan sesuatu. Motivasi berkenaan dengan faktor-faktor yang memengaruhi seseorang untuk berperilaku dalam cara-cara tertentu (Armstrong, 2006). Sedangkan Menurut Martoyo (2000)motivasi pada dasarnya adalah proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan yang kita inginkan. Dengan kata lain adalah dorongan dari luar terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu. Dengan dorongan (driving force) disini dimaksudkan desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan- kebutuhan hidup, dan kecendrungan untuk mempertahankan hidup. Kunci yang terpenting untuk itu tak lain adalah pengertian yang mendalam tentang manusia.Motivasi berasal dari motive atau dengan prakata bahasa latinnya, yaitu movere, yang berarti “mengerahkan”. Seperti yang dikatakan Liang Gie dalam bukunya Martoyo (2000) motive atau dorongan adalah suatu dorongan yang menjadi pangkal seseorang melakukan sesuatu atau bekerja. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Motivasi adalah salah satu konsep psikologi yang paling penting dan vital bagi manajer dalam mengarahkan bawahannya untuk mendapatkan tujuan yang baik bagi perusahaan (Ali, Abrar & Haider, 2012). Motivasi dapat dipandang sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya suatu perasaan dan didahului dengan suatu respon terhadap suatu tujuan (Mahardhika, dkk, 2013). Motivasi kerja merupakan satu aktor yang menentukan jalan tidaknya suatu pekerjaan dari visi dan misi yang dijabarkan dalam pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Berkaitan dengan motivasi kerja, seseorang yang memiliki motivasi kerja yang kuat akan melaksanakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh (kerja keras), sebaliknya seseorang dengan motivasi kerja yang lemah/rendah akan melaksanakan pekerjaan dengan sekedarnya saja. Secara umum, menurut As’ad (2003:125) dalam Khairati (2013) motivasi kerja dapat diartikan sebagai semangat yang mendorong seseorang bekerja. Motivasi adalah kekuatan yang secara konstan mendorong untuk bergerak dan melakukan berbagai hal. Definisi paling praktis dikemukakan oleh ilmuwan sosial bahwa, motivasi adalah proses psikologis yang berasal dari stimulasi, arah, dan kegigihan perilaku (Luthans, 2005). Banyak penulis menambahkan komponen sukarela atau tujuan yang diarahkan pada definisi tersebut (Hellriegel dan Slocum 1976). Dengan demikian motivasi menjadi prosedur psikologis yang menyebabkan gairah, arahan, dan kegigihan tindakan sukarela yang diarahkan pada tujuan. Fitur- fitur seperti insentif dan penghargaan adalah faktor yang paling disukai untuk program motivasi karyawan. Program motivasi adalah komponen kunci dari insentif, penghargaan dan pengakuan karena organisasi yang berbeda menghubungkan faktor keberhasilan dengan kinerja karyawan. Karyawan sepenuhnya termotivasi ketika mereka mencapai kebutuhan mereka. Kiviniemi et,al. (2002) menggambarkan bahwa kepuasan kerja karyawan meningkat dengan penghargaan yang mereka terima dari organisasi. Bayaran dan tanggungan promosi pada kinerja dan memberikan motivasi yang kuat bagi karyawan untuk bekerja lebih keras agar dapat dipromosikan (Lepak dan Snell 1999). Dalam organisasi mana pun, kinerja luar biasa dimungkinkan dengan karyawan yang berkomitmen tinggi yang hanya dapat dicapai dengan motivasi karyawan. Chiu et al. (2002) menggarisbawahi bahwa organisasi menerapkan sistem pembayaran jasa untuk menghargai karyawan untuk memenuhi tujuan tertentu, yang dapat mempengaruhi tingkat motivasi karyawan. Namun sebagian besar organisasi memperoleh kemajuan besar dengan sepenuhnya mematuhi strategi bisnis mereka melalui program hadiah dan motivasi yang seimbang untuk karyawan. Dalam lingkungan yang dinamis, karyawan yang sangat termotivasi memberikan layanan mereka sebagai sinergi untuk pencapaian tujuan organisasi, strategi bisnis, kemampuan tinggi, pertumbuhan dan kinerja. G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Bentuk atau faktor-faktor motivasi yang dapat digunakan agar karyawan memiliki semangat dan gairah dalam bekerja (Alex, 1980) dalam (Murty dan Hudiwinarsih, 2012) antara lain: Gaji yang cukup Memperhatikan kebutuhan rohani Menciptakan suasana santai Harga diri perlu mendapatkan perhatian Beri kesempatan mereka untuk maju Rasa aman menghadapi masa depan perlu diperhatikan Usaha para karyawan untuk mempunyai legalitas Sekali-sekali karyawan perlu diajak berunding Pembinaan insentif yang terarah Fasilitas yang menyenangkan H. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Karyawan Motivasi merupakan suatu pandangan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk memberikan motivasi kepada orang-orang atau kelompok tertentu dalam suatu unit bisnis. Motivasi dapat menyebabkan seseo- rang untuk berperilaku baik, oleh karena itu motivasi karyawan yang tinggi berbanding lurus dengan kinerja perusahaan. Seorang karyawan yang termotivasi akan berisifat energik dan bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas yang dibe- rikan kepadanya. Sebaliknya para karyawan yang memiliki motivasi yang rendah akan sering menampilkan rasa tidak nyaman dan tidak senang terhadap pekerjaannya. Aki- batnya kinerja mereka menjadi buruk dan tujuan perusahaan tidak akan tercapai. Marjani (2005) dalam (Murty dan Hudiwinarsih, 2012) mengemukakan bahwa ada hubungan positif antara motivasi dengan kinerja pegawai. Dalam penelitian tersebut ditemukan hasil bahwa tingginya kondisi motivasi kerja pegawai berhubungan dengan kecenderungan pencapaian tingkat kinerja pegawai yang cukup tinggi. Pegawai yang memiliki motivasi yang tinggi, mereka akan berupaya untuk melakukan semaksimal mungkin tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan. BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan Insentif adalah dorongan pada seseorang agar mau bekerja dengan baik dan agar lebih dapat mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi sehingga dapat membangkitkan gairah kerja dan motivasi seorang pegawai, jadi seseorang mau bekerja dengan baik apabila dalam dirinya terdapat motivasi, yang menjadi masalah adalah bagaimana pula menciptakan gairah kerja dan motivasinya, sebab walaupun motivasi sudah terbentuk apabila tidak disertai dengan gairah kerjanya maka tetap saja pegawai tersebut tidak akan bisa bekerja sesuai yang diharapkan. Di mana pada prinsipnya pemberian insentif menguntungkan kedua belah pihak. Perusahaan mengharapkan adanya kekuatan atau semangat yang timbul dalam diri penerima insentif yang mendorong mereka untuk bekerja dengan lebih baik dalam arti lebih produktif agar tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan/instansi dapat terpenuhi sedangkan bagi pegawai sebagai salah satu alat pemuas kebutuhannya. Motivasi berhubungan dengan kekuatan (dorongan) yang berada di dalam diri manusia, sehingga motivasi kerja menunjuk pada kondisi-kondisi (di dalam dan di luar individu) yang menyebabkan adanya keragaman dalam intensitas, kualitas, arah dan lamanya perilaku kerja. Motivasi pada dasarnya adalah proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan yang kita inginkan.Dengan kata lain adalah dorongan dari luar terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu. Dengan dorongan (driving force) disini dimaksudkan desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup, dan kecendrungan untuk mempertahankan hidup. Kunci yang terpenting untuk itu tak lain adalah pengertian yang mendalam tentang manusia. DAFTAR PUSTAKA Setyobudi, Bambang, dkk. 2017. Pengaruh Insentif Moneter dan Non-Moneter terhadap Kinerja Individual Peran Orientasi Individu terhadap Uang. Sustanaible Competitive Advantage 7. Khairati, Rusda. 2013. Pengaruh Insentif dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal KBP Vol. 1 No. 2. Murty, Windy Aprilia dan Gunasti Hudiwinarsih. 2012. Pengaruh Kompensasi, Motivasi, dan Komitmen Organisasional terhadap Kinerja Karyawan Bagian Akuntansi (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur di Surabaya). The Indonesian Accounting Review, Vol. 2 No. 2. Oktavia. 2014. Dampak Insentif Moneter terhadap Kinerja Individu: Peran dari Kompleksitas Tugas dan Target Kinerja. Jurnal Akuntansi Vol. 14 No.1. Prariadena, Chandrika Hutami dan I Made Pande Dwiana Putra. 2019. Pengaruh Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi pada Kinerja Karyawan dengan Insentif dan Motivasi Kerja Sebagai Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 27 No. 3. Priscilla, Adista Ega, dkk. 2017. The Influence On Incentive And Work Motivation To Employee Productivity of PT. Pegadaian (Persero) Kantor Cabang Karombasan. Jurnal EMBA Vol. 5 No. 3. Priya, Usha dan Shakti Eswar. 2014. Rewards, Motivation and Job Satisfaction of Employees in Commercial Banks-An Investigative Analysis. International Journal of Academic Research in Business and Social Science, Vol. 4 No. 4