Anda di halaman 1dari 10

MEBANGUN KINERJA MELALUI MOTIVASI KERJA PEGAWAI

1.

Latar Belakang.

Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang diharapkan pemerintah dapat memberikan andil positif terhadap semua kegiatan lembaga maupun organisasi lainnya dalam mencapai tujuannya, setiap pegawai diharapkan memiliki motivasi kerja yang tinggi yang diharapkan nantinya akan meningkatkan disiplin kerja yang tinggi. Motivasi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh pemerintah apabila menginginkan setiap pegawai dapat memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian tujuan pelayanan kepada masyarakat, karena dengan motivasi, seorang pegawai akan memiliki semangat yang tinggi dalam

melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Tanpa motivasi, seorang pegawai tidak dapat memenuhi tugasnya sesuai standar atau bahkan melampaui standar karena apa yang menjadi motif dan motivasinya dalam bekerja tidak terpenuhi. Sekalipun seorang pegawai memiliki kemampuan operasional yang baik bila tidak memiliki motivasi dalam bekerja, hasil akhir dari pekerjaannya tidak akan memuaskan. Kalau kita sepakat bahwa fungsi ideal dari pelaksanaan tugas pegawai dalam unit kerja adalah fungsi pelayanan, maka orientasi manajemen harus berfokus pada pelayanan kepada masyarakat. Maka konteks seharusnya adalah bahwa arah pelaksanaan tugas pegawai adalah memberikan pelayanan pada masyarakat, baik internal maupun exsternal. Hal-hal di atas tidak mudah. Karena barisan terdepan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat adalah pegawai dengan berbagai persoalannya. Bukan tidak mungkin masyarakat memperoleh citra yang buruk tentang lembaga/organisasi, gara-gara pekerjaan pelayanan oleh pegawai yang jelek. Dari sinilah mungkin enter-point-nya. Harus fokus pada peningkatan kinerja pegawai. Karena tidak mungkin terjadi fokus pada pelayanan kepada masyarakat tanpa Berbicara didahului kinerja individual oleh pegawai, fokus ada beberapa pada faktor pegawai. utama yang

mempengaruhi. Menurut Gibson, kinerja individual pegawai dipengaruhi oleh faktor motivasi, kemampuan dan lingkungan kerja.

Faktor motivasi memiliki hubungan langsung dengan kinerja individual pegawai. Sedangkan faktor kemamampuan individual dan lingkungan kerja memiliki hubungan yang tidak langsung dengan kinerja. Kedua faktor tersebut

keberadaannya akan mempengaruhi motivasi kerja pegawai. Karena kedudukan dan hubunganya itu, maka sangatlah strategis jika pengembangan kinerja individual pegawai dimulai dari peningkatan motivasi kerja. Pegawai memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan lembaga maupun organisasi pemerintahan. Apabila pegawai memiliki produktivitas dan motivasi kerja yang tinggi, maka laju roda pun akan berjalan kencang, yang akhirnya akan menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi perusahaan. Di sisi lain, bagaimana mungkin roda pemerintahan berjalan baik, kalau pegawainya bekerja tidak produktif, artinya pegawai tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak ulet dalam bekerja dan memiliki moril yang rendah. 2. Identifikasi masalah

Adalah menjadi tugas pemerintah untuk memelihara tingkat kinerja agar pegawai memiliki semangat kerja dan moril yang tinggi serta ulet dalam bekerja. Berdasarkan pengalaman dan dari beberapa buku, biasanya pegawai yang puas dengan apa yang diperolehnya dari perusahaan akan memberikan lebih dari apa yang diharapkan dan ia akan terus berusaha memperbaiki kinerjanya. Sebaliknya pegawai yang kepuasan kerjanya rendah, cenderung melihat pekerjaan sebagai hal yang menjemukan dan membosankan, sehingga ia bekerja dengan terpaksa dan asal-asalan. Untuk itu merupakan keharusan bagi pemerintah untuk mengenali faktor-faktor apa saja yang membuat produktifitas dan daya kreatifitas pegawai menurun sehingga mereka kehilangan motivasi bekerja di lembaga pemerintahan. Pemahaman tentang jenis atau tingkat kebutuhan perorangan karyawan oleh perusahaan menjadi hal mendasar untuk meningkatkan motivasi. Dengan

dipecahkannya mengenai faktor faktor yang menyebabkan

turunnya motivasi

kerja pegawai maka diharapkan produktifitas dan daya kreatifitas pegawai pun akan meningkat. Berikut beberapa hal yang harus dicari solusinya oleh pemerintah mengenai faktor faktor yang menyebabkan turunnya motivasi kerja pegawai.

3.

Ketiadaan dorongan keuntungan ekonomi Melihat dari sifatnya, seseorang akan dapat berubah sementara, tetapi tidak

untuk seterusnya. Karena sudah kodratnya bahwa setiap satu kebutuhan terpenuhi, akan muncul kebutuhan berikutnya. Motivasi yang ditimbulkan ada 2 macam, motivasi positif: yaitu mereka akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan berikutnya dan secara otomatis mencari cara yang inovatif untuk berkembang, sedangkan motivasi negatif: bahwa mereka merasa sudah cukup berusaha tetapi hanya mendapatkan sebagian kecil dari yang diharapkannya. Dampak dari motivasi ini akhirnya juga akan berbeda. Yang pertama akan bergerak lebih agresif dan inovatif sedangkan untuk yang kedua akan semakin demotivasi, kurang semangat, cepat mengeluh dan kadang melakukan hal-hal yang kurang pada tempatnya. Pada dasarnya motif utama manusia dalam bekerja diantaranya : kebutuhan merasa berhasil, kebutuhan untuk bergaul dan berteman, dan kebutuhan untuk berkuasa. Dari motif ini akan muncul motivasi bekerja para pegawai untuk mencapai harapan diantaranya : upah atau gaji yang sesuai ( dorongan keuntungan

ekonomi) , keamanan kerja yang terjamin, kehormatan dan pengakuan, perlakuan adil, suasana kerja yang baik, pimpinan yang jujur dan berwibawa dan jabatan yang menarik. Namun ketiadaan dorongan keuntungan ekonomi tentunya akan menjadi faktor utama terhadap turunnya motivasi dalam bekerja. Pegawai sebenarnya tidak melulu hanya minta diberikan kenaikan gaji, tetapi lebih kepada kelayakan penghasilan yang diterima dibandingkan dengan kebutuhan dasar yang harus mereka penuhi. Gaji merupakan salah satu remunerasi yang diberikan oleh pemerintah kepada pegawai selaku aparatur pemerintah. Disadari atau tidak, pemberian insentif dan adanya pengakuan dari pemerintah juga ikut andil dalam memberikan motivasi kepada pegawai.

4.

Kelemahan dalam bersaing

SDM di institusi pemerintahan atau seringkali di sebut dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan faktor signifikan dalam mendukung kemajuan efisiensi pemerintahan. Dan sampai dengan saat masih terlihat kurangnya kompetensi dan daya saing dari SDM yang ada. Perkembangan suatu institusi di

sebabkan oleh kinerja birokrasinya, dalam hal ini reformasi birokrasi sangat penting terutama dalam peningkatan mutu sumber daya manusianya. Hal tersebut masih terlihat dari kinerja pegawai yang kurang kompeten mulai dari kegiatan administrasi, pelatihan, lapangan, pengadaan barang/jasa dan kegiatan lainnya. Berdasarkan

pada latar belakang masalah yang sudah disebutkan diatas, permasalahan yang harus segera dicari solusinya oleh pemerintah berkaitan dengan kelemahan itu diantaranya : 1. Daya Saing. Rendahnya daya saing antar individu di dalam

suatu organisasi mengakibatkan rendahnya produktivitas kerja. 2. Komunikasi. Buruknya komunikasi antar individu di organisasi

mengakibatkan rendahnya hubungan kerja di antara sesama sehingga akan menimbulkan kesalah pahaman dalam bertukar informasi. 3. Profesionalisme Kerja. Buruknya profesionalisme kerja mengakibatkan seseorang tidak dapat melaksanakan pekerjaannya dengan maksimal. 4. Kecerdasan Emosi. Seseorang yang menggunakan kecerdasan emosi

dalam bekerja akan memberikan hasil yang lebih baik atas kinerjanya. 5. Keterampilan Teknologi Informasi. Keterampilan khusus yang berkaitan dengan Teknologi Informasi dapat mempengaruhi daya saing seseorang dalam bekerja. 6. Budaya kerja. Budaya kerja yang buruk di dalam dunia kerja akan

berpengaruh pada individu-individu di dalamnya. 7. Motivasi. Seseorang yang tidak bermotivasi dalam bekerja, tidak dapat menyelesaikan 8. Kreatifitas. atau organisasinya. pekerjaannya secara baik. Seseorang yang mampu berpikir secara kreatif

dapat memberikan suatu hasil kerja yang efektif dan efisien bagi perusahaan

5.

Tidak adanya sistem pengupahan yang berdasarkan hasil

Sistem

Penentuan Upah (pengupahan) yang berlaku di Indonesia adalah

sistem yang berbasis indeks biaya hidup dan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per

Kapita sebagai proksi dari tingkat kemakmuran,dengan kata lain berbasiskan angka Kehidupan hidup layak (KHL) dan tingkat inflasi

Sistem pengupahan tenaga kerja yang berlaku saat ini harus segera direformasi. Pola penyusunan upah yang lebih mengedepankan pertumbuhan perekonomian atau tingkat inflasi dinilai tak adil karena tidak secara langsung mencerminkan kinerja usaha. Sehingga tidak ada pembedaan antara pegawai yang mempunyai produktivitas tinggi dan pegawai yang produktivitasnya rendah. Hal ini tentunya dapat berpengaruh langsung terhadap motivasi dan kinerja pegawai. Orang cenderung akan berbuat seenaknya sendiri dalam bekerja dikarenakan upah yang akan mereka terima tentunya akan sama dengan yang lainnya asalkan mereka masuk kerja. Sehingga perlu dilaksanakan perubahan dalam sistem pengupahan berdasarkan produktivitas. Sistem pengupahan berdasarkan produktivitas adalah sistem pemberian upah kepada pekerja sesuai dengan produktivitas masing-masing pekerja atau kelompok pekerja dan kondisi perusahaan. Kondisi dan produktivitas perusahaan dipengaruhi oleh produktivitas masing-masing pekerja. Bila produktivitas masing-masing pekerja secara keseluruhan meningkat, maka produktivitas perusahaan akan meningkat pula. Bila produktivitas perusahaan meningkat, maka perusahaan patut

meningkatkan upah. Dengan kata lain, pada saat kondisi perusahaan cerah, pegawai patut menerima upah tinggi. Sebaliknya pada saat perusahaan lesu karena produktivitas pekerja pada umumnya menurun, maka upah wajar diturunkan. Sistem pengupahan berdasarkan produktivitas dimaksudkan memberikan penghargaan kepada pekerja sesuai dengan prestasi dan peningkatan produktivitas mereka. Tujuannya adalah : a. b. Mempertahankan pekerja tanpa PHK, Menjamin perusahaan dapat tetap mempunyai daya saing, dengan

secara fleksibel menyesuaikan diri dengan kondisi bisnis yang selalu berubah c. d. Menjamin keseimbangan biaya dan pendapatan perusahaan dengan pengeluaran dengan keuntungan perusahaan; Meningkatkan motivasi kerja dengan mengaitkan penghargaan yang

mengaitkan

diterima dengan kinerja setiap pekerja.

Sistem pengupahan berdasarkan produktivitas terdiri dari tiga unsur penting yaitu unsur struktur upah, sistem pendukung dan faktor manusia. Ketiga unsur tersebut harus dipersiapkan dan disusun terlebih dahulu baru sistem pengupahan berdasarkan produktivitas dapat dilaksanakan. Kegagalan dalam mempersiapkan salah satu unsur tersebut dapat menggagalkan pelaksanaan sistem pengupahan berdasarkan produktifitas.

6.

Tidak adanya kekhawatiran dari para pegawai yang tidak berhasil guna

untuk berhenti karena dilindungi Undang-undang

Terkait dengan pembinaan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang Undang No.43 tahun 1999 , maka salah satu faktor yang dipandang sangat penting dan prinsipil dalam mewujudkan Aparatur Negara yang bersih dan berwibawa adalah masalah kedisiplinan para Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas pemerintahan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Pegawai Negeri Sipil sebagai Aparat pemerintah dan abdi masyarakat diharapkan selalu siap sedia menjalankan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya dengan baik, akan tetapi sering terjadi di dalam suatu instansi pemerintah pegawainya melakukan pelanggaran disiplin seperti datang terlambat, pulang sebelum waktunya, bekerja sambil ngobrol dan penyimpangan penyimpangan lainnya yang menimbulkan kurang efektifnya pegawai yang bersangkutan. Dengan adanya pelanggaran disiplin sebagaimana tersebut di atas, yang kesemuanya menunjukkan adanya pelanggaran terhadap disiplin kerja pegawai yang menimbulkan suatu pertanyaan yaitu apakah pelanggaran pelanggaran tersebut sudah sedemikian membudaya sehingga sulit untuk di adakan pembinaaan atau penertiban sebagaimana telah di atu dalam UU No. 43 Tahun 1999. Namun menurunnya kedisiplinan, keseriusan dan tanggung jawab dalam pekerjaan ini seakan tidak diabaikan oleh pemerintah dengan memberikan tindakan yang tegas, karena pegawai tidak takut resiko kehilangan pekerjaan yang membuat keyakinan bahwa pegawai dilindungi oleh undang-undang. Sehingga untuk mewujudkan pegawai negeri sebagaimana tersebut di atas maka perlu adanya pembinaan dengan sebaik baiknya atas dasar system karier dan system prestasi kerja.

Sistem karir adalah suatu sistem kepegawaian di mana suatu pengangkatan pertama di dasrkan atas kecakapan yang bersangkutan, sedangkan di dalam pengembangannya selanjutnya yang dapat menjadi pertimbangan adalah masa kerja, kesetiaan , pengabdian serta syarat syarat objektif lainnya.

Adapun sistem prestasi kerja adalah sistem kepegawaian, dimana pengangkatan seseorang untuk menduduki suatu jabatan atau untuk kenaikan pangkat di daasrkan atas kecakapan dan prestasi kerja yang di capai oleh pegawai.. Hal ini mengandung pengertian, bahwa dalam melaksanakan pembinaan hendaknya sejauh mungkin diusahakan adanya keserasian antara kepentingan dinas dan kepentingan pegawai negeri sebagai perorangan, dengan ketentuan bahwa apabila ada perbedaan antara kepentingan dinas dan kepentingan pegawai negeri sebagai perorangan , maka kepentingan dinaslah yang harus di utamakan. Sehingga setiap pegawai harus disipilin dalam melaksanakan tugas pemerintahan. Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas , maka untuk mewujudkan aparatur Pemerintahan yang bersih dan berwibawa, kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu factor yang sangat menentukan, Pegawai Negeri Sipil sebagai Aparat Pemerintah, abdi negara dan abdi masyarakat harus bisa menjadi suri tauladan terhadap masyarakat secara keseluruhan, sehingga masyarakat dapat percaya terhadap peran Pegawai Negeri Sipil.

7.

Kurangnya prakarsa dan semangat kerja karena pekerjaan pemerintah

itu pada umumnya sudah bersifat rutin

Memiliki aktivitas yang rutin itu itu saja setiap hari mambuat pegawai akan dilanda rasa bosan dan jenuh dalam bekerja. Semakin larut dalam pekerjaan yang bersifat rutin tersebut, rasa bosan dan jenuh akan semakin menyerang. Kurangnya prakarsa dan semangat kerja pada pegawai akibat pekerjaan pemerintah

menyebabkan tidak adanya lagi sense of belonging, sehingga pegawai bekerja hanya dengan arah motivasi kewajiban rutin yang harus mereka lakukan. Tidak adanya pengejaran prestasi dan kreativitas untuk meningkatkan produktifitas kerja hingga membawa rasa kurang peduli menjadi sebuah karakter kerja pada pegawai yang cenderung akan mematikan daya inovasi dan kreatifitas pegawai. Semangat dan kegairahan kerja pada hakekatnya adalah perwujudan moral kerja yang

tinggi,bahkan ada yang mengidentifikasikan secara bebas, moral kerja yang tinggi adalah semangat dan kegairahan kerja Pemerintah hendaknya berusaha untuk meningkatkan semangat dan kegairahan kerja para pegawainya semaksimal mungkin. Perumusan program kerja yang inovatif dan kreatif harus dilakukan sehingga setiap pegawai akan mendapatkan jobs discription yang tidak membosankan yang akan memacu kreatifitas kinerja mereka. Melaksanakan tour of duty dan tour of area pada pegawai akan menambah pengalaman dan ilmu baru bagi pegawai sehingga tiap tiap pegawai akan termotivasi untuk belajar dan beradaptasi dengan tugas barunya dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Meningkatkan semangat dan kegairahan kerja semaksimal mungkin. baik yang bersifat material maupun bersifat non material dengan memberlakukan reward and punishmen terhadap pegawai. 8. Faktor waktu biasanya tidak diperhitungkan sebagai unsur yang sangat

penting dan menentukan dalam pemerintah

Dalam setiap organisasi tidak dapat dipungkiri bahwa dalam setiap kegiatan apapun yang dilaksanakan tidak akan pernah lepas dari penggunan waktu. Lebih lebih dalam organisasi sebesar pemerintahan. Kebersasilan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan tergantung pula dari efektifitas penggunaan waktunya atau dalam perencanaan penggunaan waktunya. Karena waktu terus berjalan dan tidak akan bisa mundur ataupun kembali. Sehingga apabila tidak dipergunakan dengan efektif dan efisien tentunya waktu itu akan terbuang dengan sia-sia. Mengelola waktu dalam bekerja bukan berarti kehilangan waktu luang untuk bersenang-senang. Bukan pula berarti bahwa waktu dalam 24 jam per hari harus dihabiskan untuk bekerja. Justru sebaliknya. Prinsip utama dari pengelolaan waktu secara efektif adalah pembagian waktu yang efektif untuk kegiatan-kegiatan yang meliputi: waktu untuk belajar, waktu untuk bekerja dan kegiatan sosial maupun waktu bagi diri sendiri untuk bersantai. Memang tidak ada satu cara yang ampuh yang berlaku bagi pegawai dalam manajemen waktu, tetapi dengan mengenali diri sendiri dengan lebih baik mempergunakan waktu dapat menentukan bagaimana pemerintah akan

dengan lebih efektif. Patut pula diingat bahwa inti dari

manajemen waktu adalah konsentrasi pada hasil dan bukan sekedar menyibukkan diri. Banyak orang menghabiskan hari-harinya dengan bekerja yang seakan tiada

habisnya tetapi tidak mendapat capaian apapun karena kurang konsentrasi pada pekerjaannya.

9.

Kesimpulan

Untuk memperoleh pegawai yang memiliki kemampuan dan ketrampilan serta semangat kerja yang tinggi, sehingga kualitas dan kedisiplinan kerja meningkat, perlu adanya suatu upaya pemerintah dalam memotivasi karyawan. Pemerintah harus mengetahui motif dan motivasi yang diinginkan opeh para pegawai. Satu hal yang harus dipahami bahwa orang mau bekerja karena mereka ingin memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan yang disadari maupun kebutuhan yang tidak disadari, berbentuk materi atau non materi, kebutuhan fisik maupun rohaniah. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas dan kedisiplinan kerja tersebut adalah melalui pemberian motivasi. Mengingat pentingnya motivasi, maka wujud perhatian pemerintah mengenai masalah motivasi pegawai dalam bekerja ialah melakukan usaha pemotivasian pada pegawai melalui serangkaian usaha tertentu sesuai dengan kebijakan pemerintah, sehingga motivasi pegawai dalam bekerja akan tetap terjaga. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang motivasi, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Motivasi merupakan suatu proses psikologi yang mencerminkan antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang dan motivasi merupakan sebuah proses psikologi yang timbul karena diakibatkan oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, hal ini timbul karena rangsangan atau insentif. Menurut Ranupandojo dan Husnan, mengemukakan 10 prinsip yang harus dilakukan oleh pimpinan dalam memberikan motivasi kepada para bawahannya berup 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Upah atau Gaji yang layak Pemberian insentif Memperhatikan rasa harga diri Memenuhi kebutuhan rohani Memenuhi kebutuhan berpartisipasi Menempatkan pegawai pada tempat yang tepat Menimbulkan rada aman dimasa depan

8. 9. 10.

Memperhatikan lingkungan tempat kerja Memperhatikan kesempatan untuk maju Menciptakan persaingan yang sehat

Untuk itu motivasi dapat dikatakan sebagai suatu pemberian pengarahan, dorongan atau semangat kepada para pegawai agar mampu bekerja sesuai dengan tujuan yang diharapkan, demi tercapainya tujuan dalam rangka pelayanan masyarakat yang prima secara efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai