Anda di halaman 1dari 2

PENGEMBANGAN DIRI SEKOLAH ADIWIYATA

SMAN 1 CAWAS

Pengembangan kebijakan Sekolah


Kebijakan tersebut dijabarkan dalam program aksi sebagai berikut:
1. Arahan penajaman visi dan misi sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
2. Kebijakan sekolah dan yayasan dalam mengembangkan Pendidikan Lingkungan Hidup
(PLH) atau Pendidikan Konservasi (PKo) dengan merekrut/menugaskan guru mata
pelajaran PLH/PKo untuk mengajar di KBM.
3. Kebijakan Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) baik Pendidikan maupun Tenaga
Kependidikan di bidang Pendidikan Lingkungan Hidup melalui seminar, studi banding,
lokakarya, training dan pelatihan lingkungan hidup.
4. Kebijakan sekolah dan yayasan dalam hal penghematan Sumber Daya Alam (listrik,
air, ATK dll) dan terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat.
5. Kebijakan sekolah dan yayasan untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi
kegiatan yang terkait dengan lingkungan hidup.
6. Membentuk tim kecil yang terdiri dari 2-3 guru, dilengkapi dengan struktur organisasi
untuk menangani program rintisan SBL yang akan dilaksanakan dan keperluan
administrasi sekolah.

Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan


Penyampaian materi lingkungan hidup kepada para peserta didik dapat dicapai dengan
melakukan hal-hal berikut ini :
1. Memasukkan mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) atau Pendidikan
Konservasi (PKo) sebagai muatan lokal. Dimana muatan lokal PLH/ PKo tidak harus
selama berturut-turut 3 tahun diberikan, akan tetapi minimal satu tahun ajaran saja
sudah mencukupi.
2. Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran, seperti (IPA, IPS, Biologi,
Geografi, kimia, Seni Budaya, Sosiologi dll).
3. Penggalian dan pengembangan materi dan persoalan lingkungan hidup yang ada di
masyarakat sekitar.
4. Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya yang bisa dilakukan
oleh guru mata pelajaran Biologi, Kimia, Geografi, IPA, IPS dan pelajaran lain yang
berkaitan dengan lingkungan.
5. Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler untuk peningkatan pengetahuan dan
kesadaran siswa tentang lingkungan hidup, yang diwujudkan dalam ekskul LH.
Pengembangan Kegiatan Berbasis Parsitipatif
Untuk mewujudkan Sekolah Berbudaya Lingkungan, warga sekolah harus dilibatkan dalam
berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan
oleh warga sekolah dalam pengembangan kegiatan berbasis partisipatif antara lain :
1. Menjalin kerjasama dengan lembaga pemerintah (Kementrian Lingkungan hidup,
Bapedal, Balai-Balai Taman Nasional, dll) dan atau lembaga non pemerintah (WALHI,
WWF Indonesia, dll). Lembaga ini akan fokus dalam mendukung dan melakukan
pendampingan secara kontiyu dalam kegiatan ekstra yang bertema lingkungan,
pelatihan pembibitan dan penanaman serta konservasi.
2. Menciptakan kegiatan ekstrakurikuler/kurikuler di bidang lingkungan hidup berbasis
partisipatif di sekolah, kegiatan bernuansa lingkungan seperti Environment Expo,
kampanye/aksi lingkungan dan lomba-lomba lingkungan, seperti lomba gambar
poster, LLA dan debat/diskusi bertema lingkungan hidup.
3. Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar, seperti
reboisasi dan penanaman bibit di lahan gersang/ kritis, mengikuti pembinaan Kader
Konservasi yang diselenggaraka oleh pemerintah/ LSM-LSM peduli lingkungan.
4. Membangun kegiatan kemitraan atau memprakarsai pengembangan pendidikan
lingkungan hidup di sekolah, seperti halnya kegiatan bakti lingkungan masyarakat di
luar sekolah.

Pengelolaan dan pengembangan Sarana Pendukung Sekolah


Dalam mewujudkan Sekolah Berbudaya Lingkungan sarana prasarana yang dibutuhkan
antara lain :
1. Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan
lingkungan hidup diantaranya peran Tim LH (lingkungan hidup) sekolah dalam
membantu menciptakan lingkungan yang kondusif (bersih dan nyaman). Yang
terpenting adalah peran siswa dalam pelibatan sebagai SATGAS (Satuan Tugas) untuk
memelihara dan menjaga tanaman serta lingkungan agar tetap asri.
2. Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan sekolah,
penanganan limbah dapur, laundry dan sampah (organik dan non organik).
3. Peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat.
4. Melakukan kegiatan kampanye dan penerapan hemat energi (listrik, air dan ATK) bagi
seluruh warga sekolah (guru, karyawan dan siswa),
5. Kebersihan/pengelolaan sampah, pembuatan ruang terbuka hijau (peneduh dan
penghijauan), sanitasi (air bersih dan drainase/saluran) dan perbaikan lingkungan
ruangan sekolah.
6. Pengadaan sarana pendidikan lingkungan hidup, seperti apotek hidup (tanaman
obat), taman hidroponik, kebun sayur, kebun sekolah, pengomposan, daur ulang
kertas, sumur resapan serta instalasi pengelolaan limbah cair.

Anda mungkin juga menyukai