Anda di halaman 1dari 9

BAB

AKHLAK ETIKA 8
DAN MORAL
A. MAKNA PEMBAGIAN DAN OBYEK AKHLAK
KEHIDUPAN
1. Pengertian Akhlak
Kata akhlak secara etimologis berasal dari bahasa Arab dari kata khalaqa –
yakhluqu-khuluqan yang berarti : perangai, tabiat dan adat, atau dari kata khalaqa –
yakhluqu-khalqan yang berarti kejadian, buatan atau ciptaan. Jadi secara etimologis
akhlaq berarti perangai, adat, tabi’at atau sistem perilaku yang dibuat.
Dengan demikian, secara kebahasaan akhlak bisa baik dan bisa buruk, tergantung
kepada tata nilai yang dijadikan landasan atau tolok ukurnya. Di Indonesia, kata
akhlak selalu berkonotasi positif. Orang yang baik seringkali disebut orang yang
berakhlak, sementara orang yang tidak berbuat baik seringkali disebut orang yang
tidak berakhlak.
Adapun secara terminologis, akhlak adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap
dan tindakan manusia di atas bumi. Sistem nilai yang dimaksud adalah ajaran Islam,
dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai sumber nilainya serta ijtihad sebagai
metode berfikir Islami. Pola sikap dan tindakan yang dimaksud mencakup pola-pola
hubungan dengan Allah SWT, sesama manusia (termasuk dirinya sendiri) dan alam.

2. Pembagian Akhlak
Secara garis besar akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian, sebagai berikut:
a. Akhlak terpuji atau akhlak yang baik (akhlak mahmudah), yaitu akhlak yang
senantiasa berada dalam kontrol yang dapat membawa nilai-nilai positif dan
kondusif bagi kemaslahatan umat, seperti: sabar, pemaaf, jujur, ikhlas, bersyukur,
tawadlu (rendah hati), husnudzon (berperasangka baik) optimis suka menolong
orang lain, sikap tenggang rasa, saling menghormati dan menghargai, suka bekerja
keras dan lain-lain.

b. Akhlak yang tercelah (Madzmumah), yaitu akhlak yang tidak dalam kontrol, atau
berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syetaniyah dan dapat
membawa suasana negatif serta destruktif bagi kepentingan umat manusia,
seperti: hasad (irihati, dengki), dendam, ghibah yakni membicarakan kejelekan
orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya, memfitnah, namimah
( adu domba), takabbur (sombong), suudzon (berperasangka buruk), riya, tamak,
bakhil, pesimis, dusta, kufur, berhianat, malas dan lain-lain.

1
3. Obyek atau sasaran Akhlak
Obyek atau sasaran akhlak dalam aktualisasinya dalam kehidupan sehari-hari
dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Akhlak kepada Allah SWT (Khalik), antara lain beribadah hanya kepada Allah
SWT, seperti mentauhidkan Allah SWTdan menghindari syirik, bertaqwa kepada-
Nya, berzikir kepada Allah SWT yaitu mengingat Allah SWT dalam berbagai situsi
dan kondisi, baik diucapkan maupun dalam hati, memohon pertolongan kepada-
Nya melalui doa, karena dengan doa merupakan pengakuan akan keterbatasan
dan ketidak mampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemaha kuasaan Allah
SWT terhadap segala sesuatu.
Kekuatan doa dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karean ia mampu menembus
kekuatan akal manusia. Oleh karena itu, berusaha dan berdoa merupakan dua sisi
tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam aktivitas hidup setiap
muslim, tawakkal kepada Allah SWT, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah
SWT, tawadhu’ kepada Allah SWT atau rendah hati kepada Allah SWT, oleh karena
itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan
orang lain dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam surat Al- Mu’min ayat:60:

َ‫سيَد ُْخلُ ْونَ َج َهنَّ َم دَا ِخ ِريْن‬ ْ َ‫َوقَا َل َربُّ ُك ُم ا ْدع ُْونِ ْٓي ا‬
ْ َ‫ست َِج ْب لَ ُك ْم ۗاِنَّ الَّ ِذيْنَ ي‬
َ ‫ستَ ْكبِ ُر ْونَ عَنْ ِعبَا َدتِ ْي‬

Artinya:
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepad-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu
akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina”.
(Q. S.40. Al Mu’min ayat: 60.)

2. Akhlak kepada makhluk dibagi menjadi dua, sebagai berikut:

1. Akhlak terhadap manusia, dapat dirinci sebagai berikut:


a. Akhlak terhadap Rasulullah SAW, yaitu: menegakkan sunnah Rasul,
membacakan shalawat serta menziarahi makamnya di Madinah.
b. Akhlak kepada kedua orang tua, yaitu berbuat baik kepada keduanya atau
birrul walidain, baik dengan ucapan perbuatan. Hal tersebut dapat dibuktikan
dalam bentuk-bentuk perbuatan antar lain: menyayangi dan mencintai mereka
sebagai bentuk berterima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah
lembut, mentaati perintahnya, meringankan beban, memberikan nafkah,
mendoakan keduanya baik semasa hidupnya maupun setelah wafatnya.

2
c. Akhlak terhadap diri sendiri, seperti: bersikap sabar yakni menahan amarah
dan nafsu yang pada dasarnya bersifat negatif, serta bersabar dalam
menghadapi cobaan, bersyukur atas segala nikmat yang Allah SWT telah
berikan dengan cara: bersyukur dengan hati yang tulus, bersyukur dengan lisan
yang dilakukan dengan memuji Allah SWT dengan mengucapkan Alhamdulillah,
dan bersyukur dengan perbuatan yang dilakukan dengan menggunakan nikmat
dan rahmat Allah SWT pada jalan dan perbuatan yang diridhoi-Nya.
Akhlak kepada diri sendiri juga termasuk menjaga kesucian diri dari rakus dan
mengumbar nafsu dan mengembangkan keberanian (syaja’ah) dalam
menyampaikan yang haq (kebenaran) dan memberantas kedzaliman,
tawadlhu’(rendah hati) dan tidak sombang , menahan diri dari melakukan
larangan-larangan Allah SWT atau iffah, amanah, memaafkan orang lain, dan
merasa cukup dengan apa yang telah diperoleh dengan susah payah atau
qana’ah.

Firman Allah SWT dalam surat Al- Mu’minuun: 1-11, sbb:

‫ْرضُوْ نَ ۙ َوالَّ ِذيْنَ هُ ْم لِل َّز ٰك' و ِة ٰف ِعلُ'وْ نَ ۙ َوالَّ ِذيْنَ هُ ْم لِفُ'رُوْ ِج ِه ْم ٰحفِظُ'وْ نَ ۙ اِاَّل ع َٰلٓى‬ ِ ‫صاَل تِ ِه ْم ٰخ ِشعُوْ نَ َوالَّ ِذيْنَ هُ ْم ع َِن اللَّ ْغ ِو ُمع‬ َ ‫قَ ْد اَ ْفلَ َح ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ ۙ الَّ ِذيْنَ هُ ْم فِ ْي‬
ٰ ۤ ٰ ٰ ۤ ۚ
‫َت اَ ْي َم''انُهُ ْم فَ'اِنَّهُ ْم َغ ْي' ُر َملُ''وْ ِميْنَ فَ َم ِن ا ْبت َٰغى َو َرا َء ذلِ''كَ فَاُول ِٕىكَ هُ ُم ْال َع''ا ُدوْ نَ ۚ َوالَّ ِذيْنَ هُ ْم اِل َمٰ ٰنتِ ِه ْ'م َو َع ْه' ِد ِه ْم َرا ُع'وْ نَ ۙ َوالَّ ِذيْنَ هُ ْم عَلى‬ْ ‫اج ِه ْم اَوْ َم'ا َملَك‬ِ ‫اَ ْز َو‬
ٰ ۗ ْ ُ َّ ُ ْ ٰۤ ُ ُ
ُ
‫د‬ ‫ل‬‫خ‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ْ
‫ي‬ ‫ف‬ ‫م‬ُ ‫ه‬ ‫س‬ ‫د‬ ْ‫ر‬ ‫ف‬‫ال‬
َ‫ِ وْ نَ ِ ْنَ َ ِ وْ نَ ِ َوْ َ ْ ِ َ ِ وْ ن‬ ‫ث‬‫ر‬ ‫ي‬ ‫ي‬‫ذ‬ ‫ال‬ ۙ ‫ث‬‫ر‬ ‫و‬ٰ ‫ال‬ ‫م‬ُ ‫ه‬
ُ َ‫ِٕك‬ ‫ى‬ ‫ول‬ ‫ا‬ ۘ َ‫صلَ ٰو ِت ِ ْ َ ِ وْ ن‬
‫ظ‬‫ف‬ ‫ا‬ ‫ُح‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ه‬ َ

Artinya:
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang
yang khusyu’ dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri
dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,dan orang-orang yang
menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barang siapa mencari yang di
balik itu maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-
orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan
orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka Itulah orang-orang yang
akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di
dalamnya. (Q.S. 23.Al-Mu’minuun : 1-11).

d. Akhlak kepada keluarga, karib kerabat atau aati dzal qurba, seperti saling
membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, memberikan
bantuan material maupun moral, saling menunaikan kewajiban untuk
memperoleh hak, berbakti kepada Ibu Bapak, mendidik anak-anak dengan
kasih sayang dan memelihara hubungan silahturrahmi yang dibina orang tua
yang telah meninggal dunia, (suami) meberikan nafkah kepada isteri, anak dan
anggota keluarga lain, (suami) mendidik (isteri) dan anak agar terhindar dari
api neraka, dan isteri mentati suami.

Firman Allah SWT dalam surat At- Tarim: 6, sbb:

3
‫ٰيٓاَيُّه''ا الَّذ ْينَ ٰامنُ''وْ ا قُ ْٓ'وا اَ ْنفُس' ُكم واَ ْهل ْي ُكم نَ''ارًا َّوقُوْ ُدهَ''ا النَّاسُ و ْالحج' ارةُ َعلَ ْيه'ا م ٰۤلى َك' ةٌ غاَل ظٌ ش'دَا ٌد اَّل يع ُ هّٰللا‬
َ '‫ْص'وْ نَ َ َم''ٓا اَ َم‬
‫'رهُ ْم‬ َ ِ ِ ِٕ َ َ َ َ ِ َ ْ ِ َ ْ َ َ ِ َ
َ‫َويَ ْف َعلُوْ نَ َما يُْؤ َمرُوْ ن‬

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-
Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S.66.At-
Tahrim : 6).

e. Akhlak terhadap masyarakat, yaitu menjunjung tinggi ukhuwah dalam seiman


dan ukhuwah kemanusiaan, menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat. saling tolong menolong, pemurah dan penyantun, suka
memaafkan, menepati janji, mentati pemimpin, dan berperan serta dalam
kegiatan-kegiatan dalam masyarakat, saling wasiat dalam kebenaran dan
ketakwaan. Dalam konteks kepemimpinan pola-pola hubungan yang perlu
dikembangkan adalah: Menegakkan keadilan, jujur, berbuat ikhsan,
menjunjung tinggi musyawarah, memandang kesedrajatan manusia dan
membela orang-orang yang lemah.
2. Akhlak kepada bukan manusia (lingkungan hidup)

Akhlak kepada bukan manusia (lingkungan hidup) seperti memelihara


kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memamfaatkan kekayaan alam
untuk kepentingan manusia, dan makhluk lainnya, menggali potensi alam
seoptimal mungkin demi kemaslahatan manusia dengan penuh tanggung
jawab sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan bencana.
Allah SWT berfirman dalam S Al-A’raf ayat: 56

َ‫ض بَ ْع َد اِصْ اَل ِحهَا َوا ْد ُعوْ هُ َخوْ فًا َّوطَ َمع ًۗا اِ َّن َرحْ َمتَ هّٰللا ِ قَ ِريْبٌ ِّمنَ ْال ُمحْ ِسنِ ْين‬
ِ ْ‫َواَل تُ ْف ِس ُدوْ ا فِى ااْل َر‬
Artinya:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesunguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik” (Q.S.7. Al-Araf ayat: 56)

Dan juga Allah SWT berfirman dalam Surat Ar- Ruum ayat: 41

َ‫ْض الَّ ِذيْ َع ِملُوْ ا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجعُوْ ن‬ ْ َ‫ظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِى ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َسب‬
ِ َّ‫ت اَ ْي ِدى الن‬
َ ‫اس لِيُ ِذ ْيقَهُ ْم بَع‬
Artinya:
“Telah nampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)”.
(Q.S.30.Ar-Ruum ayat:41)

B. MAKNA ETIKA DAN MORAL

4
1. Pengertian Etika
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, “ethos” yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika
diartikan ilmu pengetahuan tentang azas-azas akhlak (moral). Dari pengertian
kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan
tingkah laku manusia. Etika secara terminologis berarti pengetahuan yang
membahas baik buruk atau benar tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia
dalam masyarakat. Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena
itu yang menjadi standar baik dan buruk ialah akal manusia.

2. Tujuan mempelajari Etika


Dalam kehidupan sehari-hari, etika sangat penting untuk diterapkan untuk
menciptakan nilai moral yang baik. Ada yang meng artikan bahwa etika hanyalah
sebagai konsep untuk dipahami dan bukan menjadi bagian dari diri kita. Namun
sebenarnya etika harus benar-benar dimiliki dan diterapkan oleh diri kita masing-
masing, sebagai modal utama moralitas pada kehidupan yang menuntut kita
berbuat baik. Etika yang baik mencerminkan perilaku yang baik, sedangkan etika
yang buruk, mencerminkan perilaku yang buruk pula. Selain itu etika dapat
membuat kita menjadi lebih bertanggung jawab, adil dan responsif.

Adapun tujuan mempelajari etika antara lain sebagai berikut:


a. Untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruknya
perilaku atau tindakan manusia dalam ruang dan waktu tertentu.
b. Mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang harmonis,
teratur, damai dan sejahatera.
c. Mengajak orang bersikap kritis dan rasional dalam mengambil keputusan secara
otonomi.
d. Etika dapat mengantarkan manusia, pada sikap keritis dan rasional.
e. Etika memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang rasional
terhadap semua orang.
f. Etika menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab bagi seorang
akhli dan bagi siapa saja yang tidak mau di ombang ambingkan oleh norma-
norma yang ada.

3. Peran atau fungsi Etika


Peranan atau fungsi etika diantaranya adalah:

5
a. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat mengemukakan penilaian tentang
perilaku manusia.
b. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok
dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya.
c. Etika dapa memberikan proses untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi
sekarang.
d. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi seseorang dalam menjalankan
aktivitasnya.
e. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika
bisa dicap sebagai orang baik dalam masyarakat.

4. Karakteristik Etika dalam Islam


Etika dalam Islam memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku baik dan
menjauhkan manusia dari tingkah laku yang buruk.
b. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral ukuran baik dan
buruknya perbuatan seseorang didasarkan kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits
c. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan
pedoman oleh seluruh umat manusia kapanpun dan dimanapun mereka berada
d. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak yang
luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya
memanusiakan manusia.
e. Etika Islam merupakan pedoman mengenai perilaku individu maupun
masyarakat di segala aspek kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam.

5. Pengertian Moral
Moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos
yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan
bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan
yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah “istilah
yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai
(ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah”. (Prof. Dr. Veithzal Rivai Zainal).

6. Tujuan dan Fungsi Moral


Tujuan dan fungsi moral antara lain sebagai berikut:
1. Untuk menjamin terwujudnya harkat dan martabat pribadi seseorang dan
kemanusiaa
2. Untuk memotivasi seseorang agar bersikap dan bertindak dengan penuh
kebaikan dan kebajikan yang didasari atas kesadaran kewajiban yang dilandasi
moral.
6
3. Untuk menjaga keharmonisan hubungan sosial antara manusia, karena moral
menjadi landasan rasa percaya terhadap sesama.
4. Membuat seseorang lebih bahagia secara rohani dan jasmani karena menunaikan
fungsi moral sehingga tidak ada rasa menyesal, konflik batin, dan perasaan
berdosa atau kecewa.
5. Moral dapat memberikan wawasan masa depan, baik sanksi sosial maupun
konsekwensi dalam kehidupan seseorang sehingga akan penuh pertimbangan
sebelum bertindak.
6. Moral dalam diri manusia juga dapat memberikan landasan kesabaran dalam
bertahan dalam setiap dorongan naluri dan keinginan atau nafsu yang
mengancam harkat dan martabat pribadi.

Wujud moral dalam diri seseorang dapat terlihat dari penampilan dan perilakunya
secara keseluruhan. Adapun beberapa macam moral antara lain sebagai berikut:
1. Moral Ketuhanan
Moral ketuhanan adalah semua hal yang berhubungan dengan keagamaan /
religius berdasarkan ajaran agama tertentu dan pengaruhnya terhadap diri
seseorang. Wujud moral ketuhanan, misalnya melaksanakan ajaran agama
yang dianut dengan sebaik-baiknya. Contoh; menghargai sesama manusia,
menghargai agama lain dan hidup rukun dengan yang berbeda agama.

2. Moral Ideologi dan Filsafat


Moral ideologi dan filsafat adalah semua hal yang berhubungan dengan
semangat kebangsaan, loyalitas kepada cita-cita bangsa dan negara.
Wujud moral ideologi dan filsafat, misalnya menjunjung tinggi dasar negara
Indonesia yaitu Pancasila, Contoh; menolak ideologi asing yang ingi mengubah
dasar negara Indonesia.

3. Moral Etika dan Kesusilaan


Moral etika dan kesusilaan adalah semua hal yang berkaitan dengan etika dan
kesusilaan yang dijunjung oleh suatu masyarakat, bangsa, dan negara secara
budaya dan tradisi. Wujud moral etika dan kesusilaan, misalnya menghargai
orang lain yang berbeda pendapat, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Contoh; mengucapkan salam atau menyapa kepada orang lain ketika bertemu
atau berpapasan.

4. Moral Disiplin dan Hukum


Moral disiplin dan hukum adalah segala hal yang berhubungan dengan kode
etika profesional dan hukum yang berlaku di masyrakat dan negara.
Wujud moral disiplin dan hukum, misalnya melakukan suatu aktivitas sesuai
dengan aturan yang berlaku. Contoh; selalu menggunakan perlengkapan yang

7
diharuskan dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas ketika berkendaraan di
jalan raya.

7. Persamaan antra Akhlak Etika dan Moral


Akhlak, etika dan moral terdapat beberapa persamaannya, antara lain sebagai
berikut:

a. Akhlak, etika dan moral secara konseptual memiliki makna yang berbeda, namun
pada tingkat praktis memiliki prinsip-prinsip yang sama, yakni sama- sama
berkaitan dengan nilai perbuatan manusia. Seseorang yang sering kali
berkelakuan baik kita sebut sebagai orang yang berakhlak, beretiket dan
bermoral. Sebaliknya, orangs yang perilakunya buruk disebut orang yang tidak
berakhlak, tidak bermoral dan tidak tau etika.
b. Dilihat dari fungsi dan peranannya secara subtansial dapat dikatakan bahwa
akhlak, etika dan moral adalah identik, yaitu sama-sama mengacu kepada
manusia baik dari aspek perilaku ataupun pemikiran khususnya pada penentuan
hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan
baik buruknya.
c. Baik akhlak, etika maupun moral ketiga istilah tersebut sama-sama menghendaki
terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tenteram
sehingga sejahtera batiniah dan lahiriahnya.
d. Akhlak, etika dan moral sama-sama mengacu kepada ajaran atau gambaran
tentang perbuatan, tingkah laku, sifat dan perangai yang baik.
e. Akhlak, etika dan moral sama-sama merupakan prinsip atau aturan hidup
manusia untuk mengukur martabat dan harkat kemanusiaannya. Sebaliknya
semakin rendah kualitas akhlak, etika, dan moral seseorang atau sekelompok
orang, maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.

Secara ringkas persamaan tersebut diatas terdapat dalam tiga hal yaitu:
- Obyek: Perbuatan manusia.
- Ukuran: Baik dan buruk.
- Tujuan: Membentuk kepribadian manusia

8. Perbadaan antara akhlak Etika dan Moral


Perbedaan antara akhlak etika dan moral antara lain sebagai berikut:
a. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Rasul,
sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang
dibuat oleh suatu masyarakat, jika masyarakat menganggap suatu perbutan itu
baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu.
b. Standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal atau sementara,
sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi.
c. Akhlak berada pada tataran aplikasi dan suatu tindakan manusia dan bersifat
umum, namun lebih mengacu pada barometer ajaran agama, sedangkan etika

8
tolak ukurnya pada akal pikiran atau rasio, dan moral tolak ukurnya merupakan
norma-norma yang berlaku pada masyarakat.

Uji Kompetensi

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!

1. Jelaskan aktualisasi akhlak dalam kehidupan sehari-hari!


2. Apa cara-cara yang harus ditempuh untuk meraih akhlak mulia?
3. Jelaskan maksud ayat dibawah ini!

ٓ
ۡ‫َاد اَّل يَ ۡعصُونَ ٱهَّلل َ َمٓا َأ َم َرهُم‬ٞ ‫ظ ِشد‬ٞ ‫وا قُ ٓو ْا َأنفُ َس ُكمۡ َوَأ ۡهلِي ُكمۡ ن َٗارا َوقُو ُدهَا ٱلنَّاسُ َو ۡٱل ِح َجا َرةُ َعلَ ۡيهَا َم ٰلَِئ َكةٌ ِغاَل‬
ْ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
‫َويَ ۡف َعلُونَ َما ي ُۡؤ َمرُون‬

4. Sebutkan karakteristik etika Islam!


5. Sebutkan perbedaan dan persamaan antar akhlak, etika dan moral!

Anda mungkin juga menyukai