Anda di halaman 1dari 13

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

Hakikat Keterampilan Menyimpulkan


a. Pengertian Keterampilan

Keterampilan atau skill merupakan sebuah kemampuan individu


dalam melaksanakan secara praktik suatu tugas atau pekerjaan yang
dibebankan kepadanya (Sanjaya, 2013: 70). Sedangkan menurut Syah
(2010: 117), keterampilan ialah sebuah kegiatan yang berhubungna dengan
urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromoscular) umumnya terlihat pada
kegiatan jasmani seperti menulis, mengetik, olahraga dan lainnya. Hal ini
membuat keterampilan dapat dilihat hasilnya melalui tugas atau pekerjaan
yang dilakukan oleh individu tersebut.

Sedangkan Sukmadinata dan Syaodih (2012: 184), berpendapat jika


keterampilan adalah kemampuan seorang untuk menerapkan pengetahuan
yang telah dikuasainya dalam suatu bidang kehidupan. Seorang dikatakan
memiliki keterampilan jika menerapkan pengetahuan yang dikuasai dalam
sebuah bidang yang ada di kehidupan ini. Semakin orang tersebut cakap atau
ahli maka orang tersebut akan semakin berkompeten dalam melaksanakan
tugas dibidangnya. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Kunandar (2013:
249) menjelasakan bahwa keterampilan adalah suatu tingkatan keahlian
seorang dalam melakukan sesuatu tugas atau sekumpulan tugas.

Berlandaskan uraian dari pendapat para ahli, didapatkan simpulan


bahwa keterampilan adalah kecakapan seorang menerapkan secara praktik
pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya dalam sebuah kegiatan maupun
tugas. Biasanya kegiatan tersebut dapat dilihat hasilnya secara langsung
seperti kegiatan menulis, mengetik, melakukan suatu gerak, dan lain
sebagainya.

7
1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

b. Pengertian Keterampilan Menyimpulkan

Keterampilan menyimpulkan (inferring) adalah bagian dari


keterampilan proses. Keterampilan proses menurut Usman dan Setiawati
dalam Susanto (2016: 9) ialah keterampilan yang mengarah kepada
pembangunan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak
kemampuan yang lebih tinggi dalam diri seseorang. Sedangka menurut
Indrawati dalam Susanto (2016: 9) keterampilan proses adalah keseluruhan
keterampilan ilmiah terarah (baik kognitif dan psikomotorik) yang dapat
digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip atau teori guna
mengembangkan konsep yang telah terbentuk sebelumnya.

Kesimpulan yang didapat mengenai keterampilan proses dari


pendapat ahli tersebut yaitu keterampilan proses merupakan keterampilan
yang bersifat ilmiah dan terarah kepada perkembangan mental, kognitif
serta psikomotor dalam diri seorang. Terarahnya keterampilan tersebut
bertujuan untuk mengembangkan suatu konsep atau pengetahuan yang
sebelumnya sudah ada. Selain itu juga sebagai faktor pemicu tumbuhnya
kemampuan yang lebih tinggi dari seorang individu.

Pendapat dari ahli menyampaikan bahwa keterampilan proses sains


atau IPA yang harus dikembangkan siswa yang pertama adalah
keterampilan siswa untuk melakukan observasi. Selanjutnya ketermapilan
siswa dalam menyampaikan hipotesis dari hasil observasi. Lalu
keterampilan utnuk meninterpretasi dari hasil observasi. Ketrampilan dalam
merancang percobaan dilakukan sebelum terampil melakukan investigasi.
Setelahnya siswa harus mengembangkan keterampilan menarik simpulan
dan mengkomunikasikan hasil dari percobaan di akhir pembahasan
(Samatowa 2016: 100).

Menurut Bundu (2006: 23-24) keterampilan proses sains dapat


dibagi dua kelompok yaitu keterampilan dasar dan keterampilan
terintegrasi. Keterampilan-keterampilan yang ada pada keterampilan dasar
antara lain: 1) Observasi; 2) Klasifikasi; 3) Komunikasi; 4) Pengukuran; 5)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

6) Prediksi; dan 7) Penarikan Kesimpulan. Lalu untuk keterampilan


terintegrasi antara lain: 1) Mengidentifikasi variabel; 2) Menyusun tabel
data; 3) Menyusun grafik; 4) Menggambarakan hubungan angtar variabel;
5) Memperoleh dan memproses data; 6) Menganalisis merancang
investigasi dan 7) Melakukan eksperimen.

Selanjutnya, setelah pemaparan mengenai keterampilan proses ipa


dimana yang di salah satu tahapannya terdapat keterampilan menyimpulkan.
Pengertian keterampilan menyimpulkan (inferring) atau menginferensi
beberapa ahli, merupakan sebuah pernyataan penarikan kesimpulan dan
penjelasan yang berlandaskan fakta dari hasil serangkaian pengamatan atau
observasi yang telah terkumpul (Bundu, 2006: 28; Darmodjo & Kaligis
1993:67). Pada inferensi ini penarikan kesimpulan diambil dari data hasil
observasi sehingga menggunaka logika seorang tersebut.

Berlandaskan dari pendapat ahli tersebut bahwa keterampilan


menyimpulkan ialah kemampuan membuat pernyataan berdasar
serangkaian fakta yang diperoleh dari hasil pengamatan ataupun percobaan.
Pernyataan tersebut dibuat haruslah sesuai dengan logika. Penarikan
kesimpulan yang dibuat juga harus menggunakan kalimat atau pernyataan
yang mudah dipahami.
c. Penilaian Ketermpilan Menyimpulkan

Penilaian dalam keterampilan menyimpulkan menurut Iskandar


(2001: 5-6) harus memperhatikan indikator-indikator antara lain pernyataan
yang didapatkan dari observasi dengan panca indera dan alat bangtunya, lalu
skemata dan terakhir menarik simpulan. Menarik simpulan didasari fakta
temuan dan tangkapan alat pengindera di tahap observasi. Setelah
mendapatkan fakta, yaitu siswa mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya
terhadap fakta baru yang ditemukan tersebut. Selanjutnya siswa dapat
menarik kesimpulan terhadap apa yang telah dilakukannya.

Samatowa (2016: 102) mengutip dari Harlen dan Cavendish


mengemukakan indikator dalam penilaian keterampilan menyimpulkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

adalah menggunakan berbagai informasi utnuk membuat pernyataan


dengan mengkombonasikan artinya; menemukan pola atau kecenderungan
dari hasil observasi /percobaan; mengidentifikasi satu variabel dengan
variabel lain; berhati-hati dalam menyampaikan asumsi tentang
berlakuknya kesimpulan. Sedangkan menurut Bundu (2006: 66), indikator
dalam keterampilan menyimpulkan yaitu menginterpretasi data yang
dicatat; meramalkan peristiwa berdasarkan data; Berhipotesis.

Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti mengadopsi dan


memodifikasi kriteria dalam penilaian keterampilan menyimpulkan serta
membuatnya lebih sederhana. Hal ini dilakukan karena disesuaikan dengan
tingkatan pada anak SD terutama pada kelas rendah. Kriteria atau indikator
dalam penilaian keterampilan dapat dilihat pada tabel berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Tabel 2.1 Indikator Penilaian Keterampilan Menyimpulkan


INDIKATOR DESKRIPTOR SKOR
Menginterpretasi  Menuliskan langkah-langkah percobaan dengan 1
data urut
 Menuliskan minimal 3 pernyataan hasil 1
percobaan/pengamatan dengan benar
 Menyusun data secara sistematis dan urut 1
 Menggunakan kalimat komunikatif 1
 Menyajikan data percobaan sesuai dengan fakta. 1
Penarikan  Menuliskan jawaban atas percobaan yang telah 1
kesimpulan dilakukan sesuai tujuan kegiatan dengan tepat.
 Berisikan minimal 3 jawaban percobaan dengan 1
benar.
 Penggunaan kalimat yang jelas. 1
 Menggunakan Bahasa Indonesia sesuai PUEBI. 1
 Membuat pernyataan menggunakan pola sebab 1
akibat sesuai tujuan percobaan.
Diadopsi dari Bundu (2006), Iskandar (2001) dan Samatowa (2016) serta
dimodifikasi oleh peneliti
Penilaian:
1. Skor 4 diberikan jika semua deskriptor ada pada siswa.
Skor 3 diberikan jika 3 deskriptor ada pada siswa.
Skor 2 diberikan jika 2 deskriptor ada pada siswa.
Skor 1 diberikan jika 1 deskriptor ada pada siswa.
2. Skor maksimal : 16
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟
3. Nilai : x 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

4. Rentang Nilai
Rentang Nilai Keterangan
76 – 100 Terampil
51 – 75 Cukup Terampil
26 – 50 Kurang Terampil
0 – 25 Tidak Terampil

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

Hakikat Model Pembelajaran


a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut ahli adalah kerangka konseptual yang


melukiskan prosedur yang sitematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Selain itu, berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas pembelajaran (Shoimin 2016: 23). Hal ini berarti
model pembelajaran memberikan kerangka dan arah guru untuk mengajar.

Model pembelajaran, Arrends merujuk pada bagaiamana langkah-


langkah pembelajaran dilakukan. Selain memperhatikan langkah-langkah
juga harus memahami lingkungan dan sisitem pengelolaannya dalam
pembelajaran (Shoimin 2016: 24). Model pembelajaran dapat dikatan
sebagai pegangan saat pembelajaran menurut simpulan Fathurrohman
(2015:29). Selain itu juga secara garis besar sebagai acuan dalam melakukan
seluruh kegiatan pembelajaran di kelas.

Sehingga dapat disimpulkan dari teori-teori yang sudah dipaparkan,


jika model pembelajaran merupakan prosedur sistematis yang digunakan
guru untuk mengarahkan proses pemmbelajaran agar mencapai suatu tujuan
pembelaran tertentu.
b. Pengertian Model PjBL (Project Based Learning)

Model PjBL atau model berbasis proyek menurut Keil, et. al., dalam
Hosnan (2014: 319) “The instructional strategy of empowering learners to
pursue content knowledge on their own and demonstrate their new
understandings through a variety of presentation mode.” strategi
instruksional untuk memberdayakan peserta didik untuk mengejar
pengetahuan konten mereka sendiri dan menunjukkan pemahaman baru
mereka melalui berbagai mode presentasi.

Bell dalam Fathurromhman (2015: 120) berpendapat pembelajaran


berbasis proyek merupakan pembelajaran yang memperhatikan pemahaman
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

peserta didik dalam melakaukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan


mensistesiskan informasi dengan cara yang bermakna. Pada kegiatan
pembelajarannya siswa dituntut untuk lebih aktif. Siswa sendiri yang
melakukan eksplorasi, menafsirkan data yang diperoleh, dan
mensistesiskannya.

Sedangkan menurut Chiang & Lee (2016) berpendapat bahwa model


pembelajaran ini mengharuskan peserta didik secara sukarela berpartisipasi
dalam proses pembelajaran yang kegiatannya dilakukakn secara
berkelompok. Peserta didik didalam kelompok dituntut untuk saling
kerjasama, mengembangkan kreatifitas, dan kemandirian. Pada akhirnya
peserta didik harus mampu untuk menyimpulkan dari kegiatan yang mereka
lakukan.

Berlandaskan pendapat ahli-ahli diatas dapat disintesiskan jika


pembelajaran berbasis projek atau PjBL ialah pembelajaran yang
memberdayakan siswa lebih aktif mencari informasi maupun data dengan
bermakna. Pembelajaran tersebut ditujukan untuk mencapai kompetensi
baik secara pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pada kegiatannya model
pembelajaran ini tidak berorientasi dalam segi pengetahuan namun juga
dalam sikap dan keterampilan siswa.
c. Prinsip-prinsip Model PjBL

Prinsip-prinsip pada model PjBL menurut Fathurromhman (2015:


121) sebagai berikut:

Pertama, pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan


tugas-tugas pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran;
Kedua, tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian
berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan dalam
pembelajara; Ketiga, penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara
autentik dan menghasilkan produk nyata (laporan atau hasil karya).
Produk, laporan atau hasil karya tersebut selanjutnya
dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan dan umpan balik;
Keempat, Active Learning; Kelima, diskusi, presentasi, dan evaluasi
terhadap siswa menghasilkan umpan balik yang berharga. Hal ini
mendorong ke arah pembelajaran berdasarkan pengalaman.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

Sedangkan menurut Hosnan (2014: 323) prinsip-prinsip pada model


PjBL antara lain, “Pertama, Pembelajaran berpusat pada peserta didik;
Kedua tugas berdasarkan pada suatu topik yang sudah ditentukan dalam
pembelajaran; Ketiga penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara
autentik dan menghasilkan produk (laporan atau hasil karya)”.
d. Langkah-langkah Model PjBL

Langkah-langkah penerapan model PjBL tentunya terdapat beberapa


perbedaan antara ahli satu dengan yang lainnya. Adapun langkah-langkah
pembelajaran model PjBL berdasarkan modul pelatihan implementasi
kurikulum 2013 antara lain 1) Penentuan pertanyaan mendasar; 2)
Mendesain perencanaan proyek; 3) Menyusun jadwal; 4) Memonitor siswa
dan kemajuan proyek; 5) Menguji hasil; 6) mengevaluasi.

Lain hal dengan Fathurrohman (2014: 124) yang merumuskan


secara umum langkah-langkah dalam model PjBL yaitu 1) Penentuan
proyek; 2) Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek; 3)
Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek; 4) penyelesaian proyek dengan
monitoring guru; 5) Penyusunan laporan dan presentasi hasil; 6) Evaluasi
proses dan hasil.

Sintaks pembelajaran model PjBL yang dirujuk oleh peneliti adalah


sintaks dari modul pelatihan implementasi kurikulum 2013. Sintaks tersebut
yaitu 1) Penentuan pertanyaan mendasar; 2) mendesain perencanaan
proyek; 3) menyusun jadwal; 4) memonitor siswa dan kemajuan proyek; 5)
menguji hasil; 6) mengevaluasi pengalaman.
e. Kelebihan dan kekurangan Model PjBL

Setiap masing-masing model pembelajaran pastilah memiliki


kelebihan dan kekurangan. Adapun menurut Sani (2014: 177) kelebihan-
kelebihan yang dimiliki oleh model PjBL antara lain;
Pertama, meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
masalah; Kedua mendorong siswa dan memotivasi siswa untuk
belajar; Ketiga meningkatakan kemampuan siswa untuk
bekerjasama; Keempat membuat siswa lebih aktif dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

menyelesaikan pemecahan masalah yang kompleks; Kelima


meingkatkan siswa dalam mengelola sumber daya; Keenam
memberikan siswa pengalaman dalam pengorganisasian proyek,
mengalokasikan waktu, dan mengelola sumber daya seperti
peralatan dan bahan untuk menyelesaikan proyek; Ketujuh
melibatkan siswa untuk belajar mengumpulkan informasi dan
menerapkan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan
permasalahan disekitarnya; Kedelapan membuat suasana belajar
menjadi menyenangkan.
Kekurangan pada model ini, Sani (2014: 177-178) menyebutkan
dibutuhkannya banyak waktu, biaya yang tak sedikit, keterampilan guru dan
kemauan untuk berkembang fasilitas yang memadai, siswa yang mudah
menyerah akan susah mengikuti, keterlibatan semua siswa untuk kerja pada
kelompoknya akan kesulitann.
f. Penerapan Model PjBL dalam Meningkatkan Keterampilan
Menyimpulkan

Berikut langkah-langkah penerapan model model PjBL sebagai


upaya untuk meningkatkan keterampilan menyimpulkan di kelas:
1) Penentuan pertanyaan mendasar
Pada tahap eksplorasi atau saat awal pembelajaran guru mengajukan
pertanyaan. Pertanyaannya yang dapat memberi penugasan siswa agar
melakukan kegiatan yang nantinya menggiring siswa untuk melakukan
keterampilan menyimpulkan.
2) Membuat kelompok kecil
Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen terdiri dari 4-6
orang siswa.
3) Mendesain perencanaan proyek
Secara kolaboratif antara guru dan siswa melakukan perencanaan.
Diharapkan siswa akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main dan kebutuhan apa saja yang
diperlukan guna mununjang aktivitas siswa.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

4) Menyusun jadwal
Pengajar dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek. Penyusunan jadwal bertujuan untuk
menagtur alokasi waktu yang dibutuhkan selama proses kegiatan yang
disesuaikan dengan alokasi pada mata pelajaran IPA.
5) Memonitor siswa dan kemajuan proyek
Guru melakukan monitor dan pengontrolan terhadap aktivitas siswa
selama menyelesaikan proyek. Hal ini bertujuan untuk ketika ada siswa
yang mengalami kesulitan maka guru dapat segera memberikan
bimbingan.
6) Menguji Hasil
Siswa menyusun dan mengolah data sedemikian rupa dari hasil proyek
yang sudah dilakukannya. Nantinya hasil pengolahan data tersebut akan
dinilai oleh guru. Guru melakukan penilaian dengan menggunakan
kriteria penilaian yang telah disediakan sebelumnya.
7) Mengevaluasi Pengalaman
Akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.

Penelitian yang Relevan


Sebelum penelitian tindakan kelas yang berfokus pada upaya
peningkatan keterampilan menyimpulkan menggunakan model PjBL ini
dilaksanakan, telah dilakukan tinjauan terhadap hasil penelitian terdahulu yang
relevan. Terdapat beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian
ini, antara lain:
a. Jurnal Vol.4 No.9 oleh Novianti Putri Dwi S. (2016) “Peningkatan
Keterampilan Mengomunikasikan Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Project Based Learning (PjBL)”. Novianti sebagai peneliti menyimpulkan
bahwa keterampilan mengomunikasikan megalami peningkatan karena
diterapkan model PjBL. Terbuktikan adanya peningkatn nilai keterampilan
mengomunikasikan mulai tahap pra-siklus sampai siklus II. Pada saat pra-
siklus keterampilan mengkomunikasikan lisan mendapat nilai rata-rata
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

52.85, dan tertulisnya 54,15. Siklus I nilai rerata mengkomunikasikan lisan


yaitu 78, dan yang tertulisnya 77. Siklus II rereta nilai mengomunikasikan
lisan mendapat 86, dan yang tertulis 85. Kesamaan penelitian antara penulis
dan Novianti ialah penggunaan model yang sama PjBL.

b. Jurnal Vol. 4, No. 12 oleh Lupita Sundari. (2016). “Peningkatan


Keterampilan Bereksperimen Menggunakan Model Project Based Learning
(PjBL)”. Lupita sebagai peneliti menyimpulkan bahwa keterampilan
bereksperimen megalami peningkatan karena diterapkan model PjBL.
Terbuktikan adanya peningkatn pada tiap siklus nilai keterampilan
bereksperimen. Mulai tahap awal mendapat rerata 69,19, mngalami
peningkatan rerata siklus I 75.54, & peningkatan di siklus II bernilai 81,45.
Kesamaan penelitian antara penulis dan Lupita ialah penggunaan model
yang sama PjBL.

c. Jurnal Vol. 4, No. 6 Oleh Yeni Rakhmawati (2016). “Peningkatan


Keterampilan Menyimpulkan Hasil Percobaan Gaya Dengan Menerapkan
Model Pembelajaran Savi (Somatic, Auditory, Visualitation,
Intellectually)”. Yeni Rakhmawati menyimpulkan bahwa keterampilan
menyimpulkan dapat meningkat dengan menggunakan penerpan model
SAVI. Terbuktikan adanya peningkatn nilai tiap siklus. Rerata nilai siklus I
awalnya 64.59 dan ketercapaian kelas diperoleh 29.03%. siklus II rerata
nilai kelas menjadi 78.72, ketercapaian kelas menjadi 58.06%. Silus III
rearata nilai kelas mennyapai 87.98 dan ketercapaian kelas meningkat
87.1%. Kesamaan antara penulis dan Yeni di penelitian ini ialah
meningkatkan keterampilan menyimpulkan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

B. Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal pembelajaran IPA pada salah satu SD Negeri di Surakarta
belum menerapkan model PjBL. Guru masih menggunakan cara pembelajaran yang
bersifat satu arah. Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA karena
guru belum memanfaatkan pendekatan dan metode yang efektif sehingga siswa
mudah bosan dan sulit menerima materi pembelajaran dengan baik. Apabila
pembelajaran tersebut dilakukan secara terus menerus mengakibatkan keterampilan
menyimpulkan siswa pada pembelajaran IPA kurang terampil. Hal ini akan
berakibat pada hasil keterampilan menyimpulkan pada pembelajaran IPA siswa
rendah.

Bertolak dari permasalahan di atas, peneliti melakukan penelitian tindakan


kelas melalui model PjBL untuk meningkatkan keterampilan menyimpulkan pada
pembelajaran IPA. Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas III SD Negeri di salah
satu Kota Surakarta untuk menggunakan model PjBL pada keterampilan
menyimpulkan dalam pembelajaran IPA dengan melalui tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Melalui penggunaan model PjBL,
ketrampilan menyimpulkan pada pembelajaran IPA dapat meningkat sebab model
PjBL mampu memberikan pengalaman langsung dan mendorong siswa berpikir
secara analisis sehingga siswa lebih mudah dalam menguasai keterampilan
menyimpulkan.

Pada kondisi akhir diharapkan terdapat peningkatan keterampilan


menyimpulkan dengan menggunakan model PjBL. Peningkatan tersebut diiringi
pencapaian ketuntasan dari indikator yang telah ditetapkan peneliti. Berikut adalah
gambar 2.1 kerangka berpikir:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

Siswa : Keterampilan
Guru : masih melakukan
Kondisi menyimpulkan pada
pembelajaran yang
Awal
bersifat satu arah pembelajaran IPA
masih rendah

Siklus I
1. Perencanaan
Melalui PTK guru 2. Pelaksanaan
menggunakan model 3. Penagamatan
Tindakan 4. Refleksi
PjBL dalam
pembelajaran IPA Siklus II
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Penagamatan
4. Refleksi
Melalui penggunaan
model PjBL,
Kondisi keterampilan
Akhir menyimpulkan pada
pembelajaran IPA dapat
meningkat

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan


sebelumnya, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui penerapan
model PjBL keterampilan menyimpulkan pada mata pelajaran IPA siswa kelas III
SD Negeri di Surakarta tahun ajaran 2017/2018 dapat meningkat.

Anda mungkin juga menyukai