By : Hermawan GS
Tanya:
"Pak saya sdh menjalankan apa2 yg pernah dianjurkan oleh para motivator,
ustadz, ulama untuk memberikan amal/sumbangan, infaq, zakat, sodaqoh
sebanyak2nya dan sebesar2nya,terus memberi, dan terus berbagi,maka Tuhan
akan membalas semua amal kita dengan berkali2 dan beratus kali lipat. tp
kenyataan nya sd saat ini saya belum pernah merasakan keberlimpahan rejeki
itu.ini membuat saya semakin tidak percaya dengan kata2 dan ucapan para
orang2 bijak itu."
Jawab:
"Pada saat anda menanyakan dan mempersoalkan masalah amal yang pernah
anda lakukan, ini menandakan anda masih belum bisa ikhlas dalam melakukan
nya..alias anda sudah bersusah payah memperbesar wadah rejeki anda, tapi
sekaligus anda juga 'melobangi/membocori' wadah besar yang sudah anda
buat sendiri.."
"Jangan menganggap bahwa Tuhan itu seperti manusia yang bisa anda
suap/sogok, dengan memberikan sumbangan /sodaqoh uang besar dengan
maksud agar anda dimudahkan dan di beri kelancaran dalam segala urusan
duniawi.."
"Dengan harapan setelah anda memberikan sumbangan/sodaqoh itu, anda
akan mendapatkan uang /rejeki yang lebih banyak dari yang anda berikan.."
"Jika ‘mental penyuap’ yang anda kembangkan, jika mental korup yang anda
tumbuhkan, maka jangan salahkan jika biji yang pernah anda tanam tidak
pernah bertumbuh dan berkembang, karena anda tanam di dalam hati yang
panas, gersang, dan kering kerontang..”
-Bukan pula karena anda peduli, dan juga bukan karena ingin ber-empati..
Saat welas asih anda tak dibatasi lagi oleh ego diri..
Yakinlah, ketika anda terus melakukan pelayanan demi pelayanan yang terbaik
kepada orang lain, kehidupan akan membalas melayaninya anda dengan
sebaik-baiknya..
Salah satu ciri pribadi yang bermental melayani, itu terlihat sekali bagaimana
cara ia memperlakukan orang lain..
Jangan pernah berharap kehidupan akan melayani anda dengan baik, sebelum
anda bersedia melayani sesama dengan memberikan yang terbaik.
Bukankah sudah terbukti, tidak pernah terjadi dalam sejarah, seseorang yang
rajin dan hobby bersedekah, mengalami kebangkrutan hidup dan jatuh miskin?
Sebab sesungguhnya yang terjadi, saat seseorang sudah siap untuk memberi,
saat itu juga semesta berkolaborasi untuk memberitahunya agar bersiap-siap
untuk menerima?
YA, bagi saya berbagi adalah hobby saya sejak jaman masih jadi kuli..
Sebab apakah saya murni dan tulus saat berbagi, atau hanya sekedar "modus"
untuk mendapatkan hal yang lain, itu tipis sekali perbedaannya.
Saat saya melayani, memberi, berbagi itu sesungguhnya itu adalah saya
sedang memenuhi panggilan sejati diri saya, dan bukan memenuhi kebutuhan
orang lain…
Saat saya melihat pancaran mata bahagia dari orang yang anda bantu,
Contoh sederhana dalam hal ini adalah, saat anda mengetahui ada teman atau
sahabat anda bepergian keluar kota/keluar negeri, apa yang anda lakukan?
"Tolong nanti kamu belikan aku oleh-oleh khas daerah/negara sana ya?
Jika anda hanya memesan oleh-oleh/buah tangan tanpa anda terlebih dahulu
menitipkan uang kepada teman anda untuk dibelikan buah tangan yang anda
inginkan,
Bukankah hal ini juga mengindikasikan bahwa didalam diri anda masih senang
dapat gratisan?
Apakah anda sudah terbiasa dan dengan senang hati membeli oleh-oleh/buah
tangan yang nantinya akan anda berikan/bagikan kepada teman, sahabat,
kerabat, saudara, tetangga, meski mereka tidak pernah memesan oleh-
oleh/buah tangan?
Atau anda merasa berat dan berpikir, uang anda akan berkurang jika anda
membeli oleh-oleh/buah tangan,
"Ngapain juga membeli oleh-oleh/buah tangan untuk orang lain, lebih baik aku
membeli untuk keluarga dirumah saja."
"Sayang sekali, kalau uang dibelikan oleh-oleh/buah tangan, mending uang ini
disimpan saja untuk jaga-jaga, jika ada kebutuhan yang bersifat darurat.."
Sahabat..
Saat anda memberi dan berbagi itu sesungguhnya bukan tentang orang lain,
tapi itu tentang kebermanfaatan dan kebermaknaan hidup diri anda sendiri.
Gunakanlah Hati Nurani, dan jangan gunakan pikiran, apalagi ego anda.
Tanpa syarat, tanpa terikat, dan tanpa melekat dengan apapun itu..
Karena kaya atau miskin, meminta atau memberi, ini bukan soal "banyaknya
materi yang dimiliki"...
Bukankah Tuhan sudah memberikan nikmat dan berkah yang lebih dari cukup
kepada anda?
Sehingga anda tidak perlu lagi mengambil bagian/hak yang diperuntukkan bagi
orang yang layak dibantu/disubsidi?
Atau anda akan merekayasa data agar kerabat dan saudara anda dapat bagian
juga?
Atau anda sok jadi pahlawan dengan mengajukan diri sebagai pendamping
program, tapi dalam diri anda tersimpan niat busuk untuk memperkaya diri
sendiri?
Menjaga harga diri lebih baik dari pada menjatuhkan kehormatan, hanya demi
sesuatu yang ditawarkan secara gratisan!
Jadi, intinya jangan pernah merasa rugi ketika anda ingin berbagi..
Saat anda berbagi, tapi masih ada perhitungan untung dan rugi, masih ada
kepentingan tersembunyi bagi diri anda sendiri, saat itu juga niat berbagi anda
sudah tak "bertaji" lagi..
Jika semangat tanpa syarat, dan bahagia tanpa syarat, adalah kunci utama
hidup berkelimpahan nikmat surga dunia..
Jika bersyukur tanpa syarat, ikhlas tanpa syarat, adalah kunci utama menggapai
RidhoNya..
Jika melayani tanpa syarat, mencintai tanpa syarat, dan mengasihi tanpa
syarat, adalah kunci utama menjadi Kekasih yang di CintaiNya..
Jika memberi tanpa syarat, dan berbagi tanpa syarat, adalah kunci utama
menjadi Pribadi Berlimpah Berkah..
Jika itu semua adalah rahasia hidup berlimpah banyak keajaiban, cinta, damai,
dan bahagia..
Let's Transform!
🙏
HGS