299
12 Dzulhijjah 1444 H
30 Juni 2023 M
01
Gumilang dengan SCTV baru-baru ini. Selain itu, dari berita
yang beredar, Al-Zaytun dan Panji Gumilang disinyalir ter-
afilisasi dengan NII KW-9 yang juga dianggap gerakan yang
menyimpang.
02
dasi/fatwa tentang 10 kriteria sebuah aliran dianggap sesat/
menyimpang. Kesepuluh kriteria tersebut adalah: 1. Menging-
kari salah satu dari rukun iman yang 6; 2. Meyakini dan atau
mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan al-Quran dan as-
Sunnah; 3. Meyakini turunnya wahyu setelah al-Quran; 4. Me-
ngingkari otentisitas dan atau kebenaran isi al-Quran; 5. Mela-
kukan penafsiran al-Quran yang tidak berdasarkan kaidah-
kaidah tafsir; 6. Mengingkari kedudukan Hadis Nabi saw. Seba-
gai sumber ajaran Islam; 7. Menghina, melecehkan dan atau
merendahkan para nabi dan rasul; 8. Mengingkari Nabi Mu-
hammad saw. sebagai nabi dan rasul terakhir; 9. Mengubah,
menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang
telah ditetapkan oleh syariah, seperti haji tidak ke Baitullah,
salat wajib tidak 5 waktu; 10. Mengkafirkan sesama Muslim
tanpa dalil syar'i seperti mengkafirkan Muslim hanya karena
bukan kelompoknya (Republika.co.id, 26/10/2017).
03
Islam. Mereka banyak yang akhirnya tersesat/menyimpang
dari aqidah Islam yang lurus, bahkan murtad dari Islam.
Mengapa negara terkesan tidak hadir untuk menjaga dan
melindungi aqidah umat Islam? Tidak lain karena negara saat
ini menganut dan menerapkan aqidah sekularisme. Sekula-
risme hakikatnya adalah aqidah sesat. Pasalnya, sekularisme
adalah aqidah yang meyakini agama harus dipisahkan dari uru-
san negara. Dalam negara sekuler, negara tidak boleh campur-
tangan dalam urusan keyakinan warga negaranya. Andai ada
warga negara yang gonti-ganti agama/keyakinan, negara tak
peduli. Negara pun tak akan peduli andai banyak Muslim yang
murtad dari Islam, termasuk menganut aliran sesat.
Padahal dulu Rasulullah saw.—sebagai kepala negara—
sangat tegas terhadap aliran yang menyimpang. Sebagaimana
diketahui, dalam sejarah Islam, pernah muncul seorang yang
mengklaim sebagai nabi (nabi palsu). Dia adalah Musailamah
al-Kadzdzab (Musailamah Sang Pendusta). Nama aslinya Mu-
sailamah bin Habib dari Bani Hanifah. Berbagai cara dilakukan
Musailamah untuk mengukuhkan posisinya. Salah satunya me-
ngirimkan surat kepada Nabi Muhammad saw. Dalam surat
itu, Musailamah meyakinkan bahwa dirinya adalah seorang
nabi dan rasul Allah juga, sama seperti Nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad saw. kemudian mengirimkan surat bala-
san untuk Musailamah. Sebagaimana dikutip dalam Sirah Ibnu
04
Ishaq, berikut surat balasan Nabi Muhammad saw.: “Dari Mu-
hammad Rasulullah kepada Musailamah sang Pendusta. Kesela-
matan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk
(QS Thaha: 47). Sungguh bumi ini adalah milik Allah. Allah mewa-
riskan bumi ini kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya. Kesudahan yang baik adalah bagi orang-
orang yang bertakwa." (Ibnu Hisyam, Sîrah Ibnu Hisyâm, 2/
601).
Peristiwa itu diperkirakan terjadi pada akhir tahun ke-10
Hijrah. Namun demikian, balasan surat Nabi Muhammad saw.
itu sedikitpun tidak mengubah keyakinan dan semangat Mu-
sailamah untuk menyebarkan ajarannya. Bahkan ‘dakwah’
Musailamah semakin aktif setelah Nabi Muhammad saw. Wa-
fat. Akibatnya, propaganda yang disebarluaskan Musailamah
itu mempengaruhi stabilitas pemerintahan Islam pasca
Rasulullah saw., yakni pemerintahan Islam di bawah Khalifah
Abu Bakar as-Shiddiq ra. Karena itu di bawah komando Khali-
fah Abu Bakar ra., pasukan kaum Muslim kemudian menum-
pas Musailamah dan pengikutnya dalam Perang Yamamah (12
H) (Al-Mubarakfuri, Ar-Rahîq al-Makhtûm, hlm. 416).
Sebetulnya, selain Musailamah, di era pemerintahan Islam,
khususnya masa Khulafaur Rasyidin dan era setelahnya, masih
banyak orang yang menyebarkan aliran sesat/menyimpang.
Rata-rata mengklaim sebagai nabi. Mereka sebelumnya ada-
05
lah Muslim, lalu menyimpang dari ajaran Islam. Disebutkan
dalam Nihâyat al-'Alam karya Muhammad al-'Arifi bahwa selain
Musailamah, ada beberapa nabi palsu yang hidup pada zaman
Rasulullah saw. dan para khalifah sepeninggal beliau. Semua-
nya diperangi oleh negara, tentu setelah sebelumnya mereka
diminta untuk bertobat dan kembali ke dalam pangkuan Islam,
tetapi mereka menolak.
06
san orang untuk gonta-ganti agama, termasuk murtad dari
agama Islam. Ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam itu
sendiri. Rasulullah saw. bersabda:
ِ َ ﻣﻦ ﺑﺪ
ُﱠل دﻳْـﻨَﻪُ ﻓَﺎﻗْـﺘُـﻠُ ْﻮﻩ َ َْ
Siapa saja yang mengganti agamanya (murtad dari Islam) maka
bunuhlah (HR al-Bukhari).
07
Alhasil, sekularisme yang melahirkan kebebasan (libera-
lisme) justru merupakan pangkal kesesatan.
08
haram, benar-salah, dan baik-buruk. Artinya, yang wajib dija-
dikan tolok ukur adalah apa saja yang diputuskan dan dinya-
takan oleh al-Quran dan as-Sunnah (Lihat: QS asy-Syura [42]:
10). Ketiga, mengamalkan seluruh kandungan al-Quran dan as-
Sunnah dalam seluruh aspek kehidupan (Lihat: QS al-Baqarah
[2]: 208).
WalLâh a’lam bi ash-shawâb. []
HIKMAH:
09