Anda di halaman 1dari 9

Buletin Kaffah, No.

299
12 Dzulhijjah 1444 H
30 Juni 2023 M

NEGARA WAJIB MENJAGA


AKIDAH UMAT

A khir-akhir ini publik sedang dihebohkan oleh berita


tentang Pondok Pesantren Al-Zaitun pimpinan Panji
Gumilang yang berlokasi di Kabupaten Indramayu
Jawa Barat. Banyak pihak menilai Al-Zaytun dan Panji Gumi-
lang telah menyimpang dari ajaran Islam. Berita heboh dimulai
saat beredar video pelaksanaan Shalat Idul Fitri di Al-Zaytun
yang memperlihatkan adanya sosok wanita di shaf paling de-
pan yang sejajar dengan shaf laki-laki. Video lainnya memperli-
hatkan Panji Gumilang mengucapkan salam di hadapan ja-
maahnya dengan ucapan salam yang diduga khas Yahudi. Ada
pula cuplikan video ceramah Panji Gumilang yang mengklaim
bahwa al-Quran bukanlah firman Allah SWT, tetapi ucapan
Nabi Muhammad saw. yang berasal dari wahyu Allah SWT.
Klaim ini terkonfirmasi juga saat wawancara eksklusif Panji

01
Gumilang dengan SCTV baru-baru ini. Selain itu, dari berita
yang beredar, Al-Zaytun dan Panji Gumilang disinyalir ter-
afilisasi dengan NII KW-9 yang juga dianggap gerakan yang
menyimpang.

Aliran Sesat di Indonesia


Di Indonesia, aliran sesat memang cukup banyak
bermunculan. Sebagian ada yang hilang, namun kemudian
muncul lagi dengan nama baru. Berdasarkan catatan MUI
pada tahun 2016 saja sudah ada lebih dari 300 aliran sesat di
Indonesia (Cnnindonesia.com, 2/1/2016). Di antaranya yang
sudah resmi difatwakan sesat oleh MUI adalah: Ahmadiyah
yang mentahbiskan pendirinya (Mirza Ghulam Ahmad) seba-
gai nabi; Lia Eden atau Salamullah yang didirikan oleh Lia Ami-
nuddin, yang mengaku pernah bertemu dengan Malaikat
Jibril; Al-Qiyadah al-Islamiyah pimpinan Ahmad Moshaddeq
yang mengaku sebagai nabi; Gerakan Fajar Nusantara (Gafa-
tar) yang dianggap meneruskan ajaran Al-Qiyadah al-Islami-
yah; Kerajaan Ubur-ubur di Serang Banten; Puang Larang/
Tarekat Tajul Khalwatiyah Syekh Yusuf Gowa. Adapun Al-
Zaytun, meski sudah berdiri lebih dari 20 tahun, belum secara
resmi dinyatakan sesat oleh MUI.
Pertanyaannya: apa kriterianya sebuah aliran dianggap
sesat? Pada tahun 2007 MUI Pusat mengeluarkan rekomen-

02
dasi/fatwa tentang 10 kriteria sebuah aliran dianggap sesat/
menyimpang. Kesepuluh kriteria tersebut adalah: 1. Menging-
kari salah satu dari rukun iman yang 6; 2. Meyakini dan atau
mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan al-Quran dan as-
Sunnah; 3. Meyakini turunnya wahyu setelah al-Quran; 4. Me-
ngingkari otentisitas dan atau kebenaran isi al-Quran; 5. Mela-
kukan penafsiran al-Quran yang tidak berdasarkan kaidah-
kaidah tafsir; 6. Mengingkari kedudukan Hadis Nabi saw. Seba-
gai sumber ajaran Islam; 7. Menghina, melecehkan dan atau
merendahkan para nabi dan rasul; 8. Mengingkari Nabi Mu-
hammad saw. sebagai nabi dan rasul terakhir; 9. Mengubah,
menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang
telah ditetapkan oleh syariah, seperti haji tidak ke Baitullah,
salat wajib tidak 5 waktu; 10. Mengkafirkan sesama Muslim
tanpa dalil syar'i seperti mengkafirkan Muslim hanya karena
bukan kelompoknya (Republika.co.id, 26/10/2017).

Melindungi Aqidah Umat


Salah satu peran negara yang paling utama dalam panda-
ngan Islam adalah menjaga dan melindungi aqidah/keyakinan
umat Islam. Munculnya banyak aliran sesat di Indonesia jelas
menunjukkan bahwa negara saat ini tidak hadir dalam menja-
ga dan melindungi aqidah umat Islam. Padahal aliran-aliran
sesat itu telah memakan banyak korban dari kalangan umat

03
Islam. Mereka banyak yang akhirnya tersesat/menyimpang
dari aqidah Islam yang lurus, bahkan murtad dari Islam.
Mengapa negara terkesan tidak hadir untuk menjaga dan
melindungi aqidah umat Islam? Tidak lain karena negara saat
ini menganut dan menerapkan aqidah sekularisme. Sekula-
risme hakikatnya adalah aqidah sesat. Pasalnya, sekularisme
adalah aqidah yang meyakini agama harus dipisahkan dari uru-
san negara. Dalam negara sekuler, negara tidak boleh campur-
tangan dalam urusan keyakinan warga negaranya. Andai ada
warga negara yang gonti-ganti agama/keyakinan, negara tak
peduli. Negara pun tak akan peduli andai banyak Muslim yang
murtad dari Islam, termasuk menganut aliran sesat.
Padahal dulu Rasulullah saw.—sebagai kepala negara—
sangat tegas terhadap aliran yang menyimpang. Sebagaimana
diketahui, dalam sejarah Islam, pernah muncul seorang yang
mengklaim sebagai nabi (nabi palsu). Dia adalah Musailamah
al-Kadzdzab (Musailamah Sang Pendusta). Nama aslinya Mu-
sailamah bin Habib dari Bani Hanifah. Berbagai cara dilakukan
Musailamah untuk mengukuhkan posisinya. Salah satunya me-
ngirimkan surat kepada Nabi Muhammad saw. Dalam surat
itu, Musailamah meyakinkan bahwa dirinya adalah seorang
nabi dan rasul Allah juga, sama seperti Nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad saw. kemudian mengirimkan surat bala-
san untuk Musailamah. Sebagaimana dikutip dalam Sirah Ibnu

04
Ishaq, berikut surat balasan Nabi Muhammad saw.: “Dari Mu-
hammad Rasulullah kepada Musailamah sang Pendusta. Kesela-
matan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk
(QS Thaha: 47). Sungguh bumi ini adalah milik Allah. Allah mewa-
riskan bumi ini kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya. Kesudahan yang baik adalah bagi orang-
orang yang bertakwa." (Ibnu Hisyam, Sîrah Ibnu Hisyâm, 2/
601).
Peristiwa itu diperkirakan terjadi pada akhir tahun ke-10
Hijrah. Namun demikian, balasan surat Nabi Muhammad saw.
itu sedikitpun tidak mengubah keyakinan dan semangat Mu-
sailamah untuk menyebarkan ajarannya. Bahkan ‘dakwah’
Musailamah semakin aktif setelah Nabi Muhammad saw. Wa-
fat. Akibatnya, propaganda yang disebarluaskan Musailamah
itu mempengaruhi stabilitas pemerintahan Islam pasca
Rasulullah saw., yakni pemerintahan Islam di bawah Khalifah
Abu Bakar as-Shiddiq ra. Karena itu di bawah komando Khali-
fah Abu Bakar ra., pasukan kaum Muslim kemudian menum-
pas Musailamah dan pengikutnya dalam Perang Yamamah (12
H) (Al-Mubarakfuri, Ar-Rahîq al-Makhtûm, hlm. 416).
Sebetulnya, selain Musailamah, di era pemerintahan Islam,
khususnya masa Khulafaur Rasyidin dan era setelahnya, masih
banyak orang yang menyebarkan aliran sesat/menyimpang.
Rata-rata mengklaim sebagai nabi. Mereka sebelumnya ada-

05
lah Muslim, lalu menyimpang dari ajaran Islam. Disebutkan
dalam Nihâyat al-'Alam karya Muhammad al-'Arifi bahwa selain
Musailamah, ada beberapa nabi palsu yang hidup pada zaman
Rasulullah saw. dan para khalifah sepeninggal beliau. Semua-
nya diperangi oleh negara, tentu setelah sebelumnya mereka
diminta untuk bertobat dan kembali ke dalam pangkuan Islam,
tetapi mereka menolak.

Sekularisme Pangkal Kesesatan


Sekularisme (aqidah yang memisahkan agama dan kehi-
dupan) yang dianut dan diterapkan di negeri ini sesungguhnya
adalah pangkal kesesatan. Dari aqidah ini lahir sistem demo-
krasi yang menjamin kebebasan (liberalisme). Di antaranya
kebebasan beragama. Ini tidak ada masalah. Sebabnya, dalam
Islam pun setiap orang bebas memeluk agama. Setiap orang
tidak boleh dipaksa untuk memeluk agama Islam. Allah SWT
berfirman:
‫ﻻَ إَ ْﻛَﺮاﻩَ ِﰲ اﻟ ِّﺪﻳْ ِﻦ‬
Tidak ada paksaan dalam memasuki agama (Islam) (TQS al-
Baqarah [2]: 256).

Masalahnya, dalam demokrasi, kebebasan beragama tak


hanya dipahami sebagai kebebasan untuk memeluk agama
tertentu. Namun faktanya, demokrasi juga menjamin kebeba-

06
san orang untuk gonta-ganti agama, termasuk murtad dari
agama Islam. Ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam itu
sendiri. Rasulullah saw. bersabda:
ِ َ ‫ﻣﻦ ﺑﺪ‬
ُ‫ﱠل دﻳْـﻨَﻪُ ﻓَﺎﻗْـﺘُـﻠُ ْﻮﻩ‬ َ َْ
Siapa saja yang mengganti agamanya (murtad dari Islam) maka
bunuhlah (HR al-Bukhari).

Demokrasi juga menjamin kebebasan bagi siapapun untuk


menyelewengkan ajaran agamanya. Buktinya, munculnya
ratusan aliran sesat, termasuk yang menistakan ajaran Islam,
terkesan seolah dibiarkan. Belum lagi munculnya beragam
pemikiran liberal yang juga sesat dan menyesatkan. Misalnya
saja pemikiran tentang pluralisme agama, yang memandang
semua agama sama. Juga pemikiran tentang toleransi beraga-
ma yang kebablasan, yang melahirkan sinkretisme (campur-
aduk) agama seperti doa bersama lintas agama, dll. Semua
seolah dibiarkan oleh negara atas nama demokrasi dan kebe-
basan.
Di sisi lain, sikap untuk berpegang teguh pada akidah Islam
yang lurus, termasuk pada identitas Islam, keinginan untuk
hidup diatur oleh syariah Islam secara kâffah, termasuk meng-
kaji dan mengajarkan ajaran Islam tentang Khilafah, acapkali
dicap sebagai radikal, atau dikaitkan dengan radikalisme, bah-
kan dengan terorisme.

07
Alhasil, sekularisme yang melahirkan kebebasan (libera-
lisme) justru merupakan pangkal kesesatan.

Pentingnya Berpegang Teguh pada al-Quran dan as-Sunnah


Di antara dampak buruk sekularisme yang diterapkan di ne-
geri ini adalah menjadikan banyak kaum Muslim tidak lagi
berpegang teguh pada agamanya. Mereka tidak lagi berpe-
gang teguh pada al-Quran dan as-Sunnah. Akibatnya, banyak
kaum Muslim mudah tersesatkan dari agamanya. Padahal Ra-
sulullah saw. telah menegaskan, saat berkhutbah pada Haji
Wada’:
ِ ِ ِ ِ ِ ‫� أَﻳـﱡﻬﺎ اﻟﻨﱠﺎس إِِﱏ ﻗَ ْﺪ ﺗَـﺮْﻛ‬
َ َ‫ﺼ ْﻤﺘُ ْﻢ ﺑِﻪ ﻓَـﻠَ ْﻦ ﺗَﻀﻠﱡﻮا أَﺑَ ًﺪا ﻛﺘ‬
‫ﺎب‬ َ َ‫ﺖ ﻓﻴ ُﻜ ْﻢ َﻣﺎ إِن ْاﻋﺘ‬
ُ َ ّ ُ َ َ
‫اﻪﻠﻟِ َو ُﺳﻨﱠﺔَ ﻧَﺒِﻴِّ ِﻪ‬
‫ﱠ‬
Wahai manusia, sungguh telah aku tinggalkan di tengah-tengah
kalian suatu perkara yang jika kalian pegang teguh niscaya ka-
lian tidak akan tersesat selama-lamanya: Kitabullah dan Sunnah
Nabi-Nya (HR al-Hakim dan al-Baihaqi).

Berpegang teguh pada al-Quran bermakna menjadikan al-


Quran dan as-Sunnah sebagai pedoman hidup. Sikap ini menis-
cayakan antara lain: Pertama, menjadikan al-Quran dan as-
Sunnah sebagai rujukan (Lihat: QS an-Nisa’ [4]: 59). Kedua,
menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai standar halal-

08
haram, benar-salah, dan baik-buruk. Artinya, yang wajib dija-
dikan tolok ukur adalah apa saja yang diputuskan dan dinya-
takan oleh al-Quran dan as-Sunnah (Lihat: QS asy-Syura [42]:
10). Ketiga, mengamalkan seluruh kandungan al-Quran dan as-
Sunnah dalam seluruh aspek kehidupan (Lihat: QS al-Baqarah
[2]: 208).
WalLâh a’lam bi ash-shawâb. []

HIKMAH:

Allah SWT berfirman:


ِ ْ ‫وﻣﻦ ﻳـﺒـﺘَ ِﻎ َﻏﲑ اْ ِﻹﺳﻼَِم ِدﻳﻨًﺎ ﻓَـﻠَﻦ ﻳـ ْﻘﺒﻞ ِﻣْﻨﻪ وﻫﻮ ِﰲ اْﻵ ِﺧﺮةِ ِﻣﻦ‬
َ ‫اﳋَﺎﺳ ِﺮ‬
‫ﻳﻦ‬ َ َ َُ َ ُ َ َ ُ ْ ْ َ ْ َْ ْ َ َ
Siapa saja yang mencari agama selain Islam tidak akan diterima
dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.
(TQS Ali ‘Imran [3]: 85). []

09

Anda mungkin juga menyukai