Anda di halaman 1dari 30

MOTIVASI DAN

SUPERVISI
NURUL ARIFAH
MOTIVASI
DEFINISI
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu

Motivasi adalah sesuatu yang mendorong atau pendorong seseorang bertingkah


laku untuk mencapai tujuan tertentu

Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan pada


seseorang dan ataupun sekelompok masyarakat tersebut mau berbuat dan
bekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Motivasi atau dorongan dalam melakukan suatu pekerjaan itu sangat besar
pengaruhnya terhadap efektifitas kerja.
TUJUAN MOTIVASI
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
2. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan
3. Meningkatkan kedisiplinan karyawan
4. Menciptakan suasanan dan hubungan kerja yang baik
5. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan
6. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-
tugasnya.
INDIKATOR
1. KEBUTUHAN/NEEDS
2. DORONGAN/DRIVER
3. INSENTIF/IMBALAN/GOAL
BENTUK MOTIVASI
1. MOTIVASI INTRINSIK (pencapaian,
tanggung jawab, pekerjaan itu sendiri)
2. MOTIVASI EKSTRINSIK (lingkungan kerja,
status kepegawaian, gaji, kebijakan,
supervisi)
FAKTOR YANG MEMENGARUHI MOTIVASI

1. Keinginan untuk peningkatan


2. Gaji
3. Pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai
yang diperlukan
4. Umpan balik
5. Kesempatan untuk mencoba
6. Promosi, kerja sama, peningkatan
penghasilan
TEORI MOTIVASI : TEORI KEBUTUHAN
MASLOW
Maslow mengatakan bahwa kebutuhan seseorang dapat di susun
kedalam pola hirarki. Kebutuhan yang dimaksud diasumsikan
untuk menjalankan keinginan khusus, kebutuhan tingkat rendah
berpotensi untuk mengontrol perilaku sampai kebutuhan-
kebutuhan tersebut terpuaskan dan kemudian kebutuhan tingkat
lebih tinggi bertanggung jawab menggerakkan dan
mengarahkan prilaku.
TEORI
KEBUTUHAN
MASLOW
TEORI MOTIVASI: TEORI KEBUTUHAN
HERZBERG
Teori ini menyatakan bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja berasal dari sumber yang bertolak

belakang. Herzberg membagi teori ini menjadi dua faktor yaitu:

1. Faktor Hygiene
Faktor yang mencegah terjadinya reaksi negatif (ketidakpuasan kerja) disebut faktor ekstrinsik atau

hygiene. Kondisi ini tidak selalu memotivasi karyawan. Faktor ini jiika ada tidak akan meningkatkan

motivasi kerja, namun jika faktor ini tidak ada akan menimbulkan ketidakpuasan atau dissatisfier.

Faktor hygiene tidak akan meningakatkan produktivitas kerja, tetapi faktor yang menjadi faktor pemelihara

karana mempertahankan tingkat kepuasan. Faktor-faktor tersebut diantaranya Gaji, Keamanan kerja, Kondisi

kerja, Status, Kebijakan perusahaan dan adminitrasi, Kualitas Teknik Supervisi, Hubungan interpersonal

dengan atasan, karyawan, dan rekan kerja


TEORI KEBUTUHAN HERZBERG
2. Faktor Motivator

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap sikap positif (kepuasan kerja) disebut

faktor intrinsik atau motivator. Faktor motivator atau faktor intrinsik saat ada

dalam pekerjaan dapat membentuk motivasi yang kuat, sehingga menghasilkan pekerjaan

yang baik pula.

Faktor-faktor tersebut diantaranya Achievement/ PrestasI, Recognition/ Penghargaan

atau pengakuan, Responsibility/ Tanggung Jawab, Advancement/Kenaikan Pangkat atau

pengembangan, Work it self/ Pekerjaan itu Sendiri, The possibility of Growth/

Kemungkinan untuk tumbuh


TEORI
MOTIVASI
DUA FAKTOR
HERZBERG
SUPERVISI
DEFINISI SUPERVISI
Supervisi adalah segala bantuan dari pemimpin/ penanggung
jawab kepada perawat yang ditujukan untuk perkembangan
para perawat dan staf lainnya dalam menscapai tujuan asuhan
keperawatan. Kegiatan supervisi semacam ini merupakan
dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan
perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat
DEFINISI SUPERVISI
Supervisi pelayanan keperawatan adalah kegiatan
interaksi dan komunikasi antar supervisor dengan perawat
pelaksana, dimana perawat tersebut menerima
bimbingan, dukungan, bantuan dan dipercaya sehingga
perawat dapat meningkatkan keselamatan pasien dan
kualitas pelayanan kesehatan.
MANFAAT SUPERVISI
1. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja
2. Peningkatan efektifitas kerja erat hubungannya dengan
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bawahan, serta
makin terbinanya hubungan dan suasana yang lebih harmonis
antara atasan dan bawahan
3. Supervisi dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja. Peningkatan
efisiensi kerja erat kaitannya dengan makin berkurangnya
kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian
sumber daya (tenaga, harta, dan sarana) yang sia-sia akan
dapat dicegah.
TUJUAN SUPERVISI
1. Mengorganisasikan staf dan pelaksanan keperawatan
2. Melatih staf dan pelaksana keperawatan
3. Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar
menyadari danmengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf
dan pelaksana asuhankeperawatan
4. Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksana
keperawatan dalammemberikan asuhan keperawatan
SASARAN SUPERVISI
1. Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis
2. Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang
3. Pembagian tugas dan wewenang yang proporsional
4. Pelaksanaan tugas keperawatan yang berkualitas
5. Penyimpangan/ penyelewengan kekuasaan, kedudukan, dan
keuangan tidak terjadi dalam rumah sakit
PRINSIP SUPERVISI DALAM
KEPERAWATAN
1. Didasarkan atas hubungan profesional dan bukan pribadi
2. Kegiatan yang direncanakan secara matang
3. Bersifat edukatif, supporting dan informan
4. Memberikan perasaan aman pada staf dan pelaksanaan keperawatan
5. Membentuk suatu kerjasama yang demokratis antara supervisor danstaf dan pelaksana
keperawatan
6. Harus objektif dan sanggup mengadakan “self evaluation”
7. Harus progresif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan kelebihanmasing-masing
8. Konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengankebutuhan
9. Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkankualitas asuhan
keperawatan
CARA MELAKUKAN SUPERVISI
1.SECARA LANGSUNG
2.SECARA TIDAK LANGSUNG
SUPERVISI dalam parktik keperawatan
professional merupakan sutau proses
pemberian berbagai sumber yang
dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan
tugas dalama mencapai tujuan organisasi

Supervisi dibagi menjadi dua kategori:


1. Tugas teknis, hampir semua tugas teknis
dapat dilegasikan kepada staff
2. Manajerial, tidak semua tugas manajerial
dapat dilegeasikan kepada staff, karena
memerlukan supervise dan pemberian
wewenang lain.
LANGKAH SUPERVISI
1.Pra-supervisi
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
b. Supervisor menetapkan tujuan
LANGKAH SUPERVISI
2. Pelaksanaan Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur
atau instrumen yang telah disiapkan
b. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan
pembinaan.
c. Supervisor memanggil Katim dan PA untuk mengadakan
pembinaandan klarifikasi permasalahan
d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan
memvalidasi data sekunder, seperti mengklarifikasi
permasalahan yang ada, melakukan tanya jawab dengan
perawat
LANGKAH SUPERVISI
3. Pasca-Supervisi - 3F
a. Supervisor memberikan penilaian supervisi
(F-Fair)
b. Supervisor memberikan Feedback dan
klarifikasi
c. Supervisor memberikan reinforcement
dan follow up perbaikan.
ALUR
SUPERVISI
Supervisor dalam Keperawatan
1. Kepala Ruangan, bertanggung jawab untuk melakukan supervisi
pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang
perawatan yang dipimpinnya
2. Pengawas Keperawatan (Supervisor), ruang perawatan dan unit
pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana fungsional (UPF)
mempunyai pengawas yang bertanggungjawab mengawasi
jalannya pelayanan keperawatan
3. Kepala Seksi Keperawatan, mengawasi instalasi dalam melaksanakan
tugas secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung
CONTOH
PEDOMAN
SUPERVISI
CONTOH
LEMBAR
SUPERVISI
CONTOH
FORMAT
SUPERVISI
TERIMAKASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai